NovelToon NovelToon

Remember Me, Mommy

AAM - Bab 1 - Mommy!

Seorang wanita berusia 28 tahun berlari tergesa-gesa keluar melewati pintu belakang sebuah mansion mewah. Saat ini wanita itu sedang melakukan aksi percobaan untuk kabur dari rumah karena dia tidak ingin dijodohkan dengan pria yang tidak dicintainya. Wanita itu adalah Hazella Eyra Samuel, atau yang akrab disapa Zella, merupakan putri tunggal Tuan Samuel yang terkenal sebagai konglomerat terkaya di kotanya. Wanita itu kabur dari rumah menjelang hari pertungannya.

Selama 5 tahun terakhir, Zella merasa hidupnya sangat tersiksa, bak burung di dalam sangkar emas. Bagaimana tidak, meski pun usianya sudah dewasa, tapi dari kecil hingga sekarang kedua orang tuanya selalu saja menjaganya dengan sangat ketat, sampai-sampai dia merasa sangat bosan karena tidak bisa bebas kemana-mana. Kalau pun Zella diizinkan keluar, dia pasti harus pergi ditemani oleh sang mama beserta beberapa orang pengawal yang ditugaskan oleh sang papa untuk menjaganya.

Sungguh membosankan sekali hidup ini, Zella tidak mau lagi hidup seperti ini terus, dia ingin bebas menjalani kehidupannya seperti yang dia mau, bebas kemana pun sesuai keinginannya.

"Bawa aku pergi dari sini secepatnya," titah Zella pada Joan, adik sepupunya, begitu dia masuk ke dalam mobil pemuda itu.

"Kak Zella, tolong jangan membuat masalah, karena aku tidak mau bertanggung jawab kalau uncle Samuel dan aunty Emma marah padamu." Pemuda yang lebih muda 6 tahun dari Zella tersebut berkata demikian.

"Joan, tidak usah banyak bicara, cepat lajukan mobilnya sebelum kita ketahuan." Zella mendesak Joan dengan panik, takut aksi nekatnya keburu diketahui oleh kedua orang tuanya atau pun para petugas keamanan yang tengah berjaga di sekitar mansion.

"Baiklah baiklah, Kak. Kau tenang dulu, jangan terlalu panik. Kita akan berangkat sekarang juga." Tanpa menunda-nunda waktu lagi, Joan pun segera melajukan mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi.

Zella baru bisa bernapas lega ketika mobil Joan sudah menjauh meninggalkan lokasi mansion, ditambah lagi belum ada tanda-tanda kalau orang suruhan papanya menyusul kepergian mereka. Sepertinya pria paruh baya itu belum menyadari kepergian putri semata wayangnya, begitu pula dengan sang mama.

"Memangnya Kak Zella ingin pergi kemana? Bukankah besok adalah hari pertungan Kakak." sejujurnya Joan juga kurang mengerti kenapa Zella kabur dari rumah menjelang acara penting.

"Jangan pikirkan itu, Joan, aku sudah tidak peduli lagi. Pokoknya kau bawa aku kemana pun kau mau, ke tempat yang aman yang tidak ketahuan oleh papa."

"Baiklah, Kak. Aku hanya menuruti keinginan Kak Zella saja," kata Joan. "Mm ... oh iya, bagaimana kalau kita berdua pergi liburan ke Bali? Tadi aku memang sudah memesan 2 tiket untuk jaga-jaga."

Zella tersenyum lebar seraya mencubit pipi adik sepupunya dengan gemas. "Anak pintar, kamu memang selalu bisa diandalkan, Joan."

.

.

Bali

Zella duduk dengan santai di lobi hotel saat Joan memesan kamar untuk mereka berdua.

'Akhirnya, aku bisa merasakan indahnya hidup bebas tanpa adanya pengawal yang membatasi dan mengawasi setiap pergerakanku.' Zella bergumam dalam hati sambil tersenyum lebar. Rencananya, besok dia dan Joan akan pergi ke beberapa tempat yang terkenal akan keindahannya di daerah tersebut.

"Kak Zella, ayo!" panggil Joan sembari melambaikan tangan pada kakak sepupunya itu. Perjalanan kali ini semuanya Joan yang tanggung dikarenakan Zella tidak berani menggunakan kartu debitnya, takut transaksi yang dia lakukan berhasil dilacak oleh sang papa.

Zella berjalan menghampiri adik sepupunya dengan wajah sumringah. Namun, wanita itu seketika dikejutkan dengan sesosok anak kecil yang tiba-tiba saja memeluk pahanya dengan erat.

"Mommy!"

"What? Mommy?"

"Mommy, Kenzo sangat merindukan Mommy. Mommy jangan pergi lagi, ya?" Semakin erat saja bocah itu memeluk paha Zella.

"Anak manis, aku bukan mommy-mu. Kau salah mengenali orang." Zella mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencoba mencari sosok wanita yang kiranya merupakan sosok ibu dari anak umur 5 tahun yang masih betah memeluk pahanya tersebut. Namun sayangnya, dia tidak melihat satu pun wanita di sana selain dirinya dan resepsionis yang sedang berjaga.

Joan yang melihatnya kebingungan pun segera menghampiri kakak sepupunya tersebut. "Kak Zella, Kakak kenal dengan anak kecil ini?"

Zella menggeleng. "Tidak. Ini pertama kalinya aku melihatnya. Mungkin dia tersesat, dan salah mengenaliku sebagai ibunya."

Zella lantas melepaskan kedua tangan bocah itu kemudian berjongkok di hadapannya sambil tersenyum. "Hai anak manis, namamu Kenzo, ya?"

"Iya, Mommy," jawab bocah itu disertai anggukan.

Mendengar bocah lucu itu kembali memanggilnya dengan sebutan 'Mommy' meski pun sudah melihat wajahnya dengan jelas membuat Zella tertawa.

"Kenzo, Aunty bukan Mommy-mu, kau salah mengenali orang," jelas Zella. Wajah lucu dan polos bocah itu membuatnya tidak bisa marah saat dirinya dipanggil Mommy oleh bocah asing itu berulang kali.

"Tidak, kau memang Mom-"

"Kenzo!" Suara bariton seorang pria membuat Zella, Joan, dan Kenzo menoleh ke arah sumber suara.

B e r s a m b u n g...

AAM - Bab 2 - Namaku Zander

"Daddy!" Kenzo menarik tangan Zella untuk mendekati pria tampan berperawakan tinggi yang dia panggil 'Daddy' tersebut. "Daddy, akhirnya kita bertemu dengan Mommy."

Bocah itu terlihat sangat senang sekali, seolah-olah dia menemukan ibunya yang telah lama hilang.

Melihat putranya seperti itu, pria itu justru malah terdiam menatap Zella dengan dalam dan lekat.

Sementara Zella, ditatap seperti itu oleh seorang pria tampan jelas membuat wanita itu menjadi salah tingkah, wajahnya juga seketika menjadi merona.

"Tu-Tuan, tolong jelaskan pada anak Anda kalau saya ini bukan ibunya." Zella berkata dengan malu-malu, sebab daddy Kenzo terus saja menatapnya dengan lekat.

"Ah, i-iya. Maaf atas ketidak nyamanannya. Kenzo memang sering iseng dan membuat ulah seperti ini. Permisi, Nona." Pria yang belum diketahui namanya itu tiba-tiba saja menggendong putranya dan pergi dari sana.

Zella menatap punggung lebar pria itu yang kemudian hilang di balik pintu lift hotel.

"Kak." Sapaan Joan membuat lamunan Zella buyar.

"Joan ... kau mengagetkanku saja." Zella memegangi dadanya sambil mendongak menatap adik sepupunya itu.

"Apa Kak Zella mengenal orang itu?" tanya Joan penasaran.

Zella menggeleng. "Tidak, aku tidak mengenalnya. Tapi ... wajah pria itu rasanya tidak asing. Aku seperti pernah melihatnya sebelumnya, tapi di mana ya?"

Joan menggedikkan kedua bahunya, pertanda dia pun juga tidak tahu menahu.

"Oh iya, apa kau sudah memesan kamar?" tanya Zella kemudian.

"Sudah, Kak. Ini kunci kamarmu dan ini kunci kamarku. Ayo kita naik ke kamar kita masing-masing."

*

*

Malam hari, Zella dan Joan keluar mencari makan malam, tidak disangka mereka malah bertemu dengan Kenzo dan daddy-nya.

"Mommy ...!" Bocah kecil itu tiba-tiba saja berhambur memeluk paha Zella begitu melihatnya masuk ke dalam restoran bersama Joan.

"Eh, Kenzo. Kita bertemu lagi. Kau juga mau makan malam di sini, ya?" ucap Zella, dan bocah tampan itu pun mengangguk.

"Mommy makan malam bersama Kenzo dan Daddy, ya?" Bocah kecil itu mendongak menatap Zella sambil tersenyum manis, membuat Zella tidak tega menolaknya secara langsung.

"Tapi ...." Zella menoleh menatap Joan seolah meminta persetujuan.

"Mau ya, Mommy. Please ...."

"Ekhm." Suara deheman daddy Kenzo membuat Zella dan Joan melihat ke arah pria itu. "Kenzo, berhenti bersikap tidak sopan pada orang asing, Nak."

"Tapi, Dad, dia bukan orang asing, dia mommy-nya Kenzo." Wajah bocah itu seketika terlihat sedih.

"Eh, tidak apa-apa, tidak apa-apa, Tuan," kata Zella. "Kenzo, jangan sedih, ya?"

"Namaku Zander." Daddy Kenzo tiba-tiba saja mengulurkan tangan pada Zella untuk berkenalan.

Dengan canggung Zella membalas uluran tangan pria itu. "Ze-Zella."

Pria bernama Zander itu tersenyum, manis sekali di mata Zella. "Senang berkenalan denganmu, Nona Zella."

Zander lantas mengulurkan tangannya pada Joan dan keduanya pun juga saling berkenalan.

"Mm ... bisakah kalian berdua makan malam bersama kami?" Zander bertanya pada Zella dan Joan.

Zella dan Joan tidak langsung menjawab, justru malah saling menatap.

"Em ... kalau kalian keberatan juga tidak apa-apa. Sebenarnya aku menawari kalian makan malam bersama karena aku lihat Kenzo senang bertemu dengan kalian," jelas Zander sedikit tidak enak.

"Oh, tidak masalah, tidak masalah, Tuan Zander. Kami juga tidak keberatan kok," kata Zella. "Iya 'kan, Joan?" tanyanya sambil mencubit pelan lengan pemuda itu.

"I-iya, kami sama sekali tidak keberatan," ucap Joan.

Mendengar hal itu Kenzo langsung meloncat-loncat kegirangan. "Hore! Kita mau makan malam bersama Mommy! Ye ye ye!"

Semua langsung tertawa melihat tingkah bocah tampan itu.

"Nona Zella, Joan, mari silahkan ikut bersamaku," ajak Zander.

*

*

Makan malam pun dimulai, Kenzo duduk di samping Zella sedangkan Zander duduk di sebelah Joan. Dalam moment makan malam ini, Kenzo dengan terang-terangan meminta dimanjakan oleh Zella.

"Aa ... makan yang banyak." Zella membuka mulutnya lebar-lebar padahal yang dia suapi adalah Kenzo. Ya, sesuai permintaan bocah itu, dia baru mau makan kalau Zella menyuapinya, untungnya Zella sama sekali tidak keberatan. Padahal sebenarnya Zella tidak begitu suka dengan anak kecil, tapi entah mengapa dengan Kenzo dia merasa ada yang berbeda. Seperti mereka berdua memiliki ikatan batin tersendiri.

"Nona Zella, maaf merepotkanmu. Biasanya Kenzo mandiri makan tanpa perlu di suapi, tapi entah mengapa denganmu dia begitu manja." Zander sebenarnya merasa kurang enak dengan hal tersebut.

Zella tersenyum. "Tidak apa-apa, Tuan Zander. Namanya juga anak-anak."

"Oh iya, kalau saya boleh bertanya, memangnya mommy kandung Kenzo kemana, Tuan Zander?" tanya Joan.

Zander tidak langsung menjawab. Ekspresi wajah pria itu seketika jadi berubah sebelum bercerita. "Sejak Kenzo lahir, mommy-nya memang sudah pergi meninggalkannya. Bahkan istriku belum sempat melihat wajah putra kami."

"Maksudnya?" tanya Joan tidak begitu mengerti.

"Joan," tegur Zella. Melihat wajah sedih Zander membuatnya jadi tidak enak hati gara-gara pertanyaan adik sepupunya itu. "Maafkan Joan, Tuan Zander, dia masih belum bisa berpikiran dewasa."

"Tidak, tidak apa-apa." Zander tersenyum dipaksakan.

AAM - Bab 3

Bug. Kepalan tangan Zella mendarat di lengan Joan.

"Aduh, sakit Kak." Joan mengaduh kesakitan sambil mengusap-usap bekas pukulan Zella.

"Biarkan saja. Tadi itu kau benar-benar tidak sopan sekali menanyakan ranah pribadi orang lain. Kau lihat 'kan wajah sedih tuan Zander tadi ketika kau membahas mengenai istrinya, sampai-sampai dia buru-buru pamit ke toilet setelah bercerita," kesal Zella mengingat betapa tidak sopannya adik sepupunya itu.

"Ya itu salah tuan Zander sendiri, Kak. Siapa suruh bicaranya tidak jelas. Dia hanya bilang istrinya pergi sesaat setelah melahirkan Kenzo. Nah, maksud dari kata pergi itu yang tidak aku mengerti, jadi aku kembali bertanya. Apakah istrinya tuan Zander pergi karena ingin lepas tanggung jawab tidak ingin merawat bayinya atau pergi dalam artian sudah meninggal. Begitu," jelas Joan berusaha melakukan pembelaan untuk dirinya sendiri.

Zella sempat terdiam memikirkan ucapan Joan. "Iya juga sih. Kalau istri tuan Zander pergi karena lari dari tanggung jawab sebagai seorang ibu itu masih mendingan, karena suatu saat nanti Kenzo masih bisa bertemu dengan mommy-nya, tapi kalau istri tuan Zander pergi karena sudah meninggal, rasanya sangat menyedihkan. Itu artinya sampai kapan pun Kenzo tidak akan pernah bisa bertemu lagi dengan mommy-nya."

Mata Zella jadi berkaca-kaca membayangkan hal tersebut. Entah mengapa justru dia yang merasa sangat sedih membayangkan hal tersebut.

"Kak, kau ini berlebihan sekali, kenapa malah kau yang ingin menangis?" kata Joan.

"Tentu saja aku sedih, Joan. Aku ini seorang perempuan, nantinya aku juga akan menjadi seorang ibu. Kalau aku yang berada di posisi mommy-nya Kenzo bagaimana?"

Joan mendengus. "Kau ini terlalu banyak berpikir, Kak. Tidak semua wanita mengalami nasib menyedihkan seperti itu. Ayo kita pulang. Kau pasti sudah sangat mengantuk, sampai-sampai berbicara dan memikirkan hal yang tidak-tidak."

*

*

Keesokan paginya, saat Zella dan Joan sedang sarapan di hotel, Joan tiba-tiba saja mendapat telepon dari mommy-nya.

"Halo Mommy ku sayang. Tumben menelepon anakmu pagi-pagi begini?" Joan tersenyum saat berbicara dengan mommy-nya di telepon.

"Joan, kau di mana?!" teriak mommy Joan di seberang telepon sana, membuat Joan menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Ada apa sih, Mom? Kenapa teriak-teriak?" tanya Joan, sementara Zella hanya terdiam menyimak pembicaraan keduanya sambil menikmati serapannya.

"Zella kabur! Zella kabur dari rumah sejak kemarin!" jawab mommy Joan.

Zella hampir saja tersedak makanan. Jika coba dia bayangkan, pasti sejak kemarin orang-orang di sana sudah heboh mencari keberadaannya

Zella langsung mencubit lengan Joan memberi kode agar pemuda itu pura-pura terkejut dengan kabar kehilangannya tersebut.

"Auwh- sakit." Joan menatap tajam ke arah Zella.

"Joan, kau kenapa, Nak? Apa terjadi sesuatu padamu?" tanya mommy Joan.

"Tidak, Mom, tidak apa-apa. Maksudku ...." Joan melihat gerakan mulut Zella yang menyuruhnya untuk pura-pura terkejut, dan pemuda itu pun mengangguk mengerti. "Apa, Mom?! Kak Zella kabur dari rumah!" teriaknya, membuat orang-orang di sekeliling melihat ke arah mereka. Zella yang melihat kelakuan Joan hanya bisa menutupi wajahnya karena malu. Ditambah lagi ekspresi terkejut Joan saat mendengar kabar Zella kabur dari rumah sangatlah tidak natural. Bisa-bisa hal itu membuat mommy Joan curiga.

"Joan, tidak usah berteriak-teriak juga. Kuping Mommy jadi budeg."

"Kan ceritanya Joan terkejut, Mom, mendengar kabar kalau Kak Zella kabur dari rumah. Hari ini 'kan hari pertunangannya, masa dia malah pergi diam-diam."

"Nah, justru itu kami semua di sini sibuk mencarinya," ucap mommy Joan. "Joan, sekarang kau di mana? Hari ini hari pertunangan kakakmu, kenapa kau justru malah tidak pulang ke rumah?"

"Oh, itu ... Joan sedang liburan, Mom," jawab Joan pelan, karena dia tahu sang mommy pasti marah jika mengetahui hal tersebut.

"Apa? Liburan?"

"I-iya, Mom."

"JOAN!!!"

Tut.

Joan langsung memutus sambungan telepon dengan sang mommy begitu mendengar mommy-nya berteriak.

"Kak, sepertinya kita harus lebih berhati-hati mulai sekarang," kata Joan. "Kau harus mengenakan penutup kepala, kacamata, dan masker saat keluar, karena bisa saja orang-orang suruhan uncle Samuel sampai di sini mencarimu."

"Ya, kau benar, Joan."

"Mommy ...!" Tiba-tiba suara panggilan seorang anak kecil yang sudah tidak asing di telinga Zella dan Joan mengalihkan perhatian keduanya. Rupanya, di sana juga ada Kenzo dan Zander yang sedang mengambil sarapan.

"Eh, Kenzo, ternyata dia juga ada di sini," kata Zella sambil tersenyum menatap bocah yang sedang berlari ke arahnya.

"Kenzo rindu sama Mommy." Kenzo langsung memeluk Zella. Sementara Zella yang mendapat perlakuan seperti itu dari Kenzo hanya tersenyum sambil mengusap puncak kepala bocah itu dengan lembut.

"Mommy, kenapa semalam Mommy tidak tidur bersama Kenzo dan Daddy?" Kenzo bertanya dengan polosnya.

"Hah?" Zella bingung harus menjawab apa. Sebenarnya dia cukup terkejut ketika Kenzo bertanya seperti itu padanya.

"Kenzo, tidak sopan bertanya seperti itu." Zander tiba-tiba muncul dan menegur putranya.

"Kenapa tidak sopan, Dad? Mommy Zella 'kan mommy-nya Kenzo." Kenzo berkata dengan raut tak berdosa.

Zander memijat kepalanya karena pusing menjelaskan pada putranya. Meski pun dia sudah menjelaskan hingga puluhan kali bahwa Zella bukanlah mommy-nya Kenzo, tapi Kenzo tetap saja teguh pada pendiriannya dan menganggap bahwa Zella adalah mommy-nya yang telah lama hilang.

"Nona Zella, tolong maafkan sikap Kenzo, ya," ucap Zander.

Zella tersenyum. "Tidak apa-apa, Tuan Zander. Santai saja."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!