KZ 1
"Apa lagi yang bisa kulakukan di kota asing ini?" gumam seorang wanita yang hanya memakai jaket bututnya yang berwarna hitam.
Air matanya tak berhenti mengalir dan kakinya tetap terus melangkah tanpa tujuan.
"Mengapa kalian meninggalkanku? Seharusnya kalian membawaku juga," gumamnya terisak dan menutup kepalanya dengan capuchon dari jaket parasutnya.
Lalu wanita itu tampak berjalan ke arah jalan raya.
Lama dia berdiri di pinggir jalan dengan pikiran yang galau dan kacau.
"Aku lemah tanpa kalian. Aku tak berdaya dan aku ingin mati saja menyusul kalian," gumamnya putus asa sambil terisak.
Lalu akhirnya wanita itu berlari ke arah jalan raya tanpa melihat ke kanan kiri padahal lalu lintas sangat ramai di mana banyak mobil berlalu lalang di sana.
CIIITTTT .... BRAKK!!!
Sebuah mobil akhirnya menabrak wanita itu dan membuat kecelakaaan beruntun di jalan ramai itu.
Semua yang terlibat kecelakaan akhirnya keluar dari mobil dan melilhat wanita yang tergeletak tak berdaya di atas jalan raya.
"Dia masih hidup!!" teriak seorang pengendara mobil ketika memeriksa denyut nadi wanita yang tertabrak itu.
"Panggil ambulance dan kita tak boleh lengah menolongnya sendiri," sahut orang itu lagi.
Beberapa menit kemudian, ambulance datang dan wanita itu pun dibawa ke rumah sakit terdekat.
Tampak dua dokter dan beberapa perawat sudah mengerubunginya ketika tubuhnya diletakkan di atas ranjang beralaskan kulit sintetis itu.
"Denyut jantungnya lemah, Dokter," ucap satu dokter muda pada dokter yang lebih senior.
"Pasang patient monitor dan sambungkan," kata dokter senior.
"Tulang pahanya retak dan kakinya patah," ucap dokter.
"Ada luka terbuka di kakinya jadi kita harus segera mengoperasinya sekarang juga karena darah terus mengalir sejak tadi."
"Siapkan semuanya dan panggil Dokter Lesca," perintah salah satu dokter jaga.
"Dia tak punya identitas apa pun, Dokter," kata salah seorang perawat.
"Itu tak masalah karena keselamatannya yang terpenting," jawab Dokter.
Dan akhirnya wanita itu dibawa ke ruang operasi untuk segera ditangani.
*
*
Operasi berjalan lancar dan kaki kanan wanita korban kecelakaan itu pun di gips karena mengalami patah tulang.
Dan juga terdapat beberapa luka di sebagian tubuhnya yang tak terlalu parah.
"Panggil aku jika dia sudah sadar," kata Dokter bernama Lesca yang merupakan kepala rumah sakit itu.
"Baik, Dokter," jawab perawat.
Lalu Lesca keluar dari ruang perawatan dan menuju ke ruangannya kembali.
*
*
"Siapa namamu?" Tanya perawat pada wanita korban kecelakaan itu yang sudah sadar 5 menit yang lalu.
"Zenvia. Zenvia Arthur," jawab wanita itu lirih.
"Kami membutuhkan identitasmu agar bisa menghubungi keluargamu," kata perawat itu lagi.
"A-aku tak punya keluarga," jawab Zenvia lirih.
"Panggil Dokter Lesca," ucap perawat itu pada perawat lainnya.
"Baiklah," jawabnya.
Dua perawat masih mendampingi Zenvia untuk mengecek keadaannya secera menyeluruh.
"Sejak kapan aku di sini? Dan siapa yang menolongku?" tanya Zenvia.
"Kau tak sadar selama dua hari dan sekarang keadaanmu sudah membaik. Beberapa pengendara mobil yang menolongmu," jawab perawat.
"Mengapa mereka menolongku? Seharusnya aku sudah mati sekarang," sahut Zenvia lirih dan membuat kedua perawat itu saling berpandangan dengan tatapan heran.
"Jadi kau sengaja bunuh diri? Kau bisa terkena pidana karena kau menyebabkan kecelakaan beruntun karena tindakanmu itu," jawab perawat sambil memeriksa aliran infus.
Tak lama kemudian, Lesca masuk ke dalam kamar perawatan.
"Halo, aku akan memeriksa keadaanmu dulu," ucap sang dokter yang tetap cantik meskipun umurnya sudah tak lagi muda.
KZ 2
"Siapa namamu?" tanya Lesca sambil memeriksa Zenvia.
"Zenvia Arthur," jawabnya.
Lesca tersenyum lalu perawat membisikkan sesuatu pada Lesca dan wanita cantik itu tersenyum.
"Kau jangan khawatir. Biaya pengobatanmu gratis dan kami akan merawatmu sampai sembuh," kata Lesca.
"T-terima kasih," jawab Zenvia.
"Semoga kau cepat sembuh," kata Lesca.
Zenvia mengangguk tanpa mengatakan apa pun.
'Aku tak ingin sembuh jika di sini aku bisa tinggal dengan gratis,' batin Zenvia.
"Luka di kepalamu tak dalam dan kau tak sampai gegar otak," kata Lesca.
"Apakah lukaku parah?" tanya Zenvia.
"Kakimu cukup parah dan sepertinya kau akan cukup lama dirawat di sini," jawab Lesca.
'Syukurlah,' batin Zenvia.
Setelah memeriksa Zenvia, Lesca pun keluar dari kamar itu dan melanjutkan pekerjaannya kembali.
*
*
2 minggu berlalu dan keadaan Zenvia mulai membaik meskipun kakinya belum sepenuhnya pulih.
"Good morning," ucap seorang perawat cantik yang sering menemani Zenvia selama dirinya ada di rumah sakit itu.
"Morning, Reena," jawab Zenvia tersenyum.
"Ini dari mommy," ucap Reena menaruh semangkuh buah yang sudah terkupas di meja nakas.
Reena adalah menantu Dokter yang kebetulan menjadi perawat di rumah sakit itu. Suaminya adalah seorang dokter juga di rumah sakit yang sama.
"Thank you," jawab Zenvia yang mengawasi gerak gerik wanita cantik berseragam putih itu.
"Sepertinya bayimu perempuan, Reena. Kau semakin cantik," ucap Zenvia.
"Menurutmu begitu?" Sahut Reena sambil memberikan sepiring kecil buah pada Zenvia.
"Kau sedang mengandung, mengapa Doktee Clark masih mengizinkanmu bekerja?" tanya Zenvia.
"Dia tak bisa melarangku. Dan aku bisa sering bersamanya di sini jika aku bekerja. Dia terlalu tampan untuk kutinggal sendirian bekerja di sini," jawab Reena.
"Kau menantu pemilik rumah sakit, tapi kau sangat berbaur dengan pegawai rumah sakit ini," kata Zenvia.
Reena tak menjawab apa pun dan hanya tersenyum.
"Menurutmu apakah Dokter Lesca akan menerima lamaran kerjaku?" tanya Zenvia pelan.
"Kau tak mau bekerja di sini saja?" tanya Reena.
"Tidak, aku tak punya pengalaman di bidang kesehatan dan itu akan berbahaya jika aku tak mengerti apa pun tentang pekerjaan yang berhubungan dengan nyawa ini," jawab Zenvia.
"Baiklah. Kau pasti diterima," jawab Reena.
"Terima kasih," sahut Zenvia tersenyum senang.
"Aku tak akan pernah lupa dengan kebaikan yang kalian lakukan padaku. Aku bahkan mau bekerja pada Dokter Lesca tanpa digaji," kata Zenvia menunduk.
"Kami tak sejahat itu," jawab Reena.
Zenvia tersenyum dan memegang tangan Reena.
"Terima kasih," bisiknya lirih.
"Kau tak ingin ke taman?" tanya Reena.
"Tidak," jawab Zenvia seperti biasanya.
"Kau sama sekali tak pernah keluar semenjak di sini," kata Reena.
"Aku lebih suka di dalam," jawab Zenvia.
Reena hanya mengangguk dan mencoba mengerti apa yang diinginkan Zenvia.
*
*
Satu bulan berlalu dan Zenvia akhirnya sembuh total. Kini dia sudah bisa berjalan lancar dan tak menggunakan alat bantu lagi.
Pagi- pagi sekali, Zenvia pun sudah pulang dari rumah sakit setelah berpamitan pada beberapa perawat serta pasien yang dikenalnya.
Setelah itu, dia pergi ke mansion Lesca untuk tinggal dan bekerja di sana mulai hari ini.
"Halo, Sayang. Kau sudah datang? Ayo, kamarmu sudah disiapkan," kata Lesca.
Zenvia mengangguk sambil mengedarkan pandangannya ke mansion megah itu.
"Reena tak tinggal di sini?" tanya Zenvia.
"Tidak. Kau akan menempati kamar putriku karena di sana sudah lama tak terpakai," kata Lesca.
Zenvia mengangguk dan mereka pun masuk ke sebuah kamar mewah nang megah yang ada di pojok ruangan.
KZ 3
Lesca sebenarnya tak mau mempekerjakan Zenvia menjadi pelayan di mansionnya karena di mansion itu sudah cukup banyak pelayan.
Tapi Lesca merasa kasihan pada Zenvia yang sebatang kara dan tak memiliki siapa pun lagi.
Zenvia bahkan sudah bercerita pada Lesca bahwa kecelakaan itu terjadi karena dirinya ingin bunuh diri dengan menabrakkan dirinya ke mobil yang melintas di jalan.
Mendengar hal itu tentu saja Lesca tak tinggal diam. Jiwa sosialnya yang tinggi tak bisa membiarkan Zenvia terlantar di jalanan meskipun Zenvia tergolong wanita dengan umur yang sudah dewasa.
Dua hari sudah Zenvia bekerja di mansion dan Zenvia memposisikan dirinya sebagai pelayan di rumah itu meskipun Lesca memperlakukannya dengan istimewa.
Zenvia bahkan pindah kamar karena tak ingin ada kesenjangan dengan pelayan yang lainnya. Dan Lesca hanya bisa menurutinya saja.
"Jadi dia pindah kamar?" tanya Thor pada Lesca -- sang istri.
"Hmm, dia tak ingin diperlakukan istimewa," jawab Lesca sambil membaca bukunya dengan bersandar di lengan Thor.
"Kau sudah menyelidiki keluarganya?" tanya Lesca.
"Dia tak berasal dari negara ini dan tak ada dokumen tentang dirinya," jawab Thor.
"Tapi dia wanita yang baik dan sopan. Aku hanya khawatir kerabatnya mencarinya," kata Lesca.
"Kurasa dia memang sebatang kara dan semua ceritanya cukup meyakinkan bahwa dia dirampok di jalan hingga semua barangnya hilang," jawab Thor.
"Ya, kau benar, Honey. Kita tak perlu mencari tahu lagi tentangnya," kata Lesca.
"Oh ya, penthouse Kal masih ditempati teman-temannya?" tanya Lesca.
"Ya, sepertinya begitu," jawab Thor.
"Ck, anak itu membuat penthouse nya seperti club saja. Kapan dia akan datang dari Rusia?" tanya Lesca.
"Aku belum tahu. Dia sedang sibuk-sibuknya bulan ini. Kau bisa menempatkan Zenvia di sana agar teman teman Kal tak bisa menempati penthouse lagi," kata Thor.
"Hei, kau benar. Itu akan menjadi alasan agar mereka tak ke sana lagi. Aku tak suka dengan pergaulan teman teman Kal," sahut Lesca.
"Tutup bukumu dan kita tidur sekarang," ucap Thor menutup buku Lesca lalu menaruhnya di meja nakas.
Lesca tersenyum dan mengecup bibir Thor.
"Tak ada yang menggodamu di perusahaan hari ini?" tanya Lesca melihat suami tampannya yang justru semakin hot di usianya yang sudah melewati setengah abad itu.
Thor tertawa kecil dan memeluk tubuhnya lalu mencium bibir wanita cantik itu.
"I love you," ucap Thor.
"I love you too," sahut Lesca.
*
*
"Jadi aku akan pindah ke penthouse?" tanya Zenvia.
"Ya, di sana kosong dan aku ingin kau membersihkan tempat itu karena sangat jarang ditempati. Kau mau, kan?" Ucap Lesca.
Zenvia tak kuasa menolaknya meskipun dirinya sebenarnya tak mau tinggal sendirian.
"Putraku sering ke luar negeri jadi penthouse itu sedikit tak terurus dan lagi beberapa teman putraku memakainya untuk berpesta selagi dia tak ada," lanjut Lesca.
"Aku ingin kau stand by di sana agar tak ada lagi keributan di penthouse," kata Lesca lagi.
"Baiklah, Aunty. Aku akan ke sana," jawab Zenvia.
"Terima kasih, Sayang," kata Lesca.
"Tidak tidak, justru aku lah yang harus berterima kasih pada aunty," jawab Zenvia.
"Ayo, bersiaplah. Kau akan ke sana sekarang juga. Tapi aku tak bisa mengantarmu karena ada urusan di rumah sakit. Kau akan bersama supir. Nanti aku akan mengirim nomer sandi penthhouse nya lewat ponselmu," kata Lesca.
Zenvia mengangguk.
Lesca memberikan semua kebutuhan Zenvia termasuk ponsel agar lebih mudah berkomunikasi dengannya.
*
*
Setibanya di penthouse, Zenvia langsung masuk dan dia begitu kaget dengan kekacauan yang ada di dalam penthouse mewah itu.
Zenvia mengelilingi penthouse dan dia tahu bahwa bekas minuman dan makanan itu masih baru.
"Ya Tuhan, aku tak menyangka akan sehancur ini keadaannya," gumam Zenvia pelan.
"Baiklah!!! Kau pasti bisa, Zi!!" Ujar Zenvia menyemangati dirinya sendiri.
Zenvia menaruh kopernya di kamar dan menganti bajunya dengan baju kaos dan celana pendek.
Rambutnya yang panjang digulung ke atas agar tak mengganggu aktivitasnya nanti.
*
*
Malam menjelang dan Zenvia pun baru selesai menyelesaikan pekerjaannya
"HUUFFTTT ... " Zenvia menghembuskan nafasnya dengan lega karena penthouse sudah terlihat sangat bersih.
"Akhirnya ..." ujarnya sambil tersenyum.
Meskipun capek tapi Zenvia sangat senang melakukan pekerjaan ini. Dia merasa diberikan kesempatan sekali lagi untuk bisa hidup lebih baik meskipun hanya menjadi seorang asisten rumah tangga.
Setelah makan malam dan mandi, Zenvia langsung menuju kamarnya. Dia langsung tidur dengan nyenyak malam itu.
Zenvia tertidur dengan senyum di wajahnya. Hidupnya kini bahagia dan dia bersyukur hari ini masih bisa diberikan kesempatan untuk tidur di kasur yang empuk dan juga makan makanan lezat.
"Thank God," bisiknya dengan mata terpejam.
*
Pagi menjelang dan Zenvia bangun pagi meskipun dia tak ada pekerjaan yang dikerjakannya pagi ini karena penthouse sudah dibersihkan semalam.
Zenvia membuka pintu kamarnya dan menuju dapur untuk membuat makan pagi.
"K-kau???" Ucap Zenvia kaget melihat seorang pria dengan wajah dan perawakan yang sama persis dengan Dokter Clark yang dikenalnya.
"Kau siapa? Mengapa ada di sini?" tanya Kal mengerutkan keningnya sambil menghisap rokoknya.
"A-aku pelayan di sini, Tuan," jawab Zenvia menunduk karena Kal tak memakai bajunya dan hanya memakai celana boxer saja.
"Ah begitu ya. Pantas saja penthouse ku sangat bersih. Thank you. Aku Kal. Kau?" tanya Kal dengan santai.
"A-aku Zenvia," jawab Zenvia.
"Tak usah canggung padaku. Santai saja," jawab Kal menuju dapur untuk membuat kopi.
"Anda ingin membuat kopi? Biar aku saja," kata Zenvia yang langsung mengambil alih tugas Kal.
"Oke," sahut Kal dan pria itu duduk di meja bar yang pas berada di depannya.
"Sudah kubilang tak usah canggung padaku," kata Kal.
Zenvia mengangguk dan masih tak melihat ke arah Kal. Setelah selesai membuat kopi di mesin coffee maker, Zenvia pun menaruh kopi panas itu di atas meja.
"Duduklah," ucap Kal.
"A-aku akan beres beres," kata Zenvia.
"Penthouse ini sudah bersih. Duduklah, ini perintah," kata Kal mematikan rokoknya.
Lalu Zenvia pun duduk di depan Kal.
"Lihat aku. Sejak tadi kau selalu menunduk," ucap Kal.
Zenvia mendongak pelan dan akhirnya melihat ke arah pria tampan itu.
Wajah Kal sangat mirip dengan Clark, hanya saja Clark terkesan lembut dan baik sedangkan Kal kebalikannya. Terkesan nakal dan badboy. Kal bahkan memakai anting di telinganya.
"Aku tak percaya mommy mengirimkan seorang pelayan cantik untukku. Mommy sangat mengerti seleraku," ucap Kal dengan pinggir bibirnya yang terangkat sedikit.
"A-aku di sini untuk bekerja bukan untuk yang lainnya," jawab Zenvia kembali menunduk.
Kal tertawa mendengar hal itu.
"Aku tak akan melecehkanmu jika itu yang kau takutkan. Kecuali kau yang memintanya," sahut Kal.
(visualnya Kal sama dengan Thor ya.. Kan bapak anak jadi kudu sama..wkwkwk)
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!