Malam hari, biasanya digunakan untuk kita mengistirahatkan tubuh, setelah seharian beraktifitas bukankah tubuh juga perlu istirahat. Suasana malam yang sunyi membuat pikiran dan hati tenang, mengantarkan jiwa yang lelah untuk istirahat sejenak. Karena besok, harus kembali menjalani garis takdir yang memang sudah tertulis. Akan tetapi, berbeda hal dengan suasana di salah satu bangunan, di sana sangat jauh dari kata sunyi, bahkan semakin malam semakin banyak pengunjung, tempat itu biasa disebut dengan, club malam.
Bau alkohol akan sangat terasa jika kita menginjakkan kaki di sana, suara musik yang berdentum keras menemani mereka. Mereka? Ya setiap yang datang ke clu malam adalah mereka yang ingin mencari hiburan sesaat, mencari penenang, dan juga mencari uang. Seperti yang dilakukan oleh Cassandra, wanita berusia 22 tahun itu, tengah melakoni pekerjaannya sebagai seorang DJ. Semua pengunjung dibuat tersanjung dengan permainan musik Cassandra, mereka menikmati irama musik itu, membuat tubuh bergerak ke sana dan kemari. Rasa lelah dan letih Cassandra, akan terbayarkan saat melihat semua penikmat musiknya puas.
Pukul 2 dinihari, Cassancra sudah menyelesaikan pekerjaannya, dia tengah bersiap untuk pulang dengan mengenakan jaket menutupi tubuh bagian atas, pakaian Cassandra memang terbilang seksi karena memang tuntutan pekerjaan.
"San, udah mau balik?" Bima, salah satu sahabat Cassandra, menghampiri Cassandra.
Bima adalah anak pemilik club malam ini, dia bertanggung jawab atas club malam ini. Karea ayahnya yang tengah fokus pada bisnis lainnya.
"Iya, yang lain udah balik, kan?" Cassandra menanyakan ke-5 sahabatnya yang lain.
"Udah kok, baru aja," jawab Bima.
"Ya udah gue balik, soalnya besok ada kuliah pagi," Cassandra memang seornag mahasiswa, sama seperti Bima dan temannya yang lain, ada beberapa alasan kenapa Cassandra mau mengambil pekerjaan ini.
"Gue anter ya, udah malem," tawar Bima, daerah ibu kota, memang cukup rawan jika sudah larut malam, apalagi melihat gadis seperti Cassandra.
"Gue udah biasa balik sendiri, bukan anak kecil kok gue," tolak Cassandra sembari tertawa lucu.
"Dasar keras kepala," gumam Bima.
"Gue denger," Cassandra berbalik dan menantap Bima yang tengah mendumel, "lo istirahat aja, besok juga, kan ada kuliah pagi. Kita ketemu di kampus," ujar Cassandra sembari pergi melambaikan tangannya.
Cassandra mulai keluar dari club malam, dia berpapasan dengan orang-orang yang mungkin hendak check in di salah satu hotel terdekat, bahkan tidak jarang dia melihat pasangan mabuk yang tengah beradegan intim di mobil. Cassandra seolah tidak memperdulikannya, karena pemandangan seperti ini, memang bukanlah pemandangan baru bagi Cassandra, hampir setiap dia pulang maka akan melihat pemandangan yang sama. Cassandra masuk ke dalam mobil sport miliknya, dan melajukannya membelah jalanan yang sudah cukup sunyi. Mobil sport? Iya, Cassandra bukanlah anak yang kekurangan secara finansial, namun bisa dikatakan dia kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Kedua orang tua Cassandra, sudah berpisah sejak Cassandra berusia 17 tahun, entah karena apa, Cassandra tidak tahu pasti, yang jelas ibunya sampai sekarang tidak pernah menjelaskan apa penyebab perceraian mereka. Yang Cassandra tahu, hubungan mereka tiba-tiba merenggang dan sering terjadi cek-cok, Cassandra hampir frustasi mengingat masa itu, apalagi saat kedua orang tuanya memutuskan mengakhiri hubungan mereka.
Cassandra Alexander adalah putri dari Dion Alexander dan Masayu Clara, pernikahan mereka yang tidak bisa bertahan hingga maut memisahkan, menyisakan luka tersendiri bagi seorang Cassandra. Hampir satu tahun hidup menjadi janda, nampaknya Masayu mulai menemukan lelaki yang bisa menjadi pendampingnya, dan bisa bertanggung jawab, dia akhirnya menikah dengan duda tanpa anak bernama Gema Nasution. Gema yang juga hidup menduda selama 3 tahun, karena kecelakaan yang merenggut istrinya, akhirnya menemukan tambatan hati. Dia sangat menyayangi Cassandra, selayaknya putrinya sendiri. Dulu Gema juga sangat menginginkan hadirnya seorang anak dari mendiang istrinya, namun 15 tahun penantian, tidak kunjung dia diberi kepercayaan. Tapi Agam bersyukur, setelah dia dan Masayu menikah, tidak lama Ayu hamil dan lahirlah putra kandungnya Raka Nasution. Setelah Ayu menikah, disusul dengan Dion yang juga menikah dengan Anita Koesnadi, Anita yang menjadi seorang janda dengan membawa satu anak, membuat Cassandra harus menerima bahwa dia memiliki saudara tiri sekarang.
Waktu begitu cepat berlalu, Cassandra memutuskan untuk tinggal sendiri saat dia memasuki perguruan tinggi, dengan alasan dia ingin hidup mandiri. Dion dan Anita sudah membujuk Cassandra untuk tinggal bersama mereka, hanya saja Cassandra menolak dengan tegas, dengan alasan dia ingin hidup mandiri. Akhirnya Gema membelikan apartement mewah dengan keamanan tinggi, sedangkan Dion memberikan mobil sport mewah untuk Cassadnra, masalah finansial Cassandra tidak perlu khawatir. Karena setiap bulannya rekeningnya akan selalu terisi oleh dua pemasukkan, ayah sambungnya dan ayah kandungnya. Bahkan urusan kuliah pun, Cassandra tidak perlu pusing, semua biaya akan ditanggung oleh kedua orang tuanya.
Cassandra akhirnya tiba di apartement miliknya, dia melangkah masuk dengan jiwa yang terasa hampa, apartement mewah dengan pemandangan kota, apartement yang teman-temannya bilang adalah apartement impian. Tapi Cassandra merasa semua ini biasa saja, semua terasa hambar Cassandra rasakan, dia mereka jiwanya kosong dan tidak tahu apa yang dia inginkan. Bekerja di club malam, sebenarnya bukan alasan uang yang Cassandra pikirkan, hanya saja Cassandra merasa di sana dia bisa melupakan sejenak hidupnya yang terasa membosankan. Lalu, apakah kedua orang tua Cassandra setuju? Tentu tidak, tapi Ayu dan Gema hanya bisa berpesan agar Cassandra bisa menjaga dirinya, sedangkan Dion masih sangat menentang apa yang Cassandra lakukan.
Cassandra duduk di atas ranjang king sizenya, dia mengambil foto pigura kedua orang tuanya, foto itu adalah foto terakhir yang diambil bersama pada saat perayaan ulang tahun Cassandra yang ke-17 tahun. Itu adalah kenanagan terindah terakhir yang Cassandra rasakan.
“Cassandra kangen masa itu,” Cassandra tersenyum , namun senyum itu juga diiruingi dengan tetesan air matanya, Cassandra memeluk erat foto tersebut dengan begitu erat, seolah dia sangat merindukan momen itu. Tertidur karena lelah menangis, adalah sesuatu hal yang biasa Cassandra lakukan, dia menangis kala dia teringat dengan masa lalu yang begitu daia rindukan. Tapi terkadang, Cassandra juga benci, saat dia juga ingat masa terpuruknya dulu.
Banyak yang bilang, Cassandra seharusnya bisa mencoba untuk berdamai dengan masa lalu. Tanpa mereka tahu, berulang kali Cassandra sudah mencobanya, namun tidak bisa semudah itu, siapa yang mau hidup dengan rasa trauma yang terus menghantui, jika boleh memilih, Cassandra tidak mau melalui masa sulit itu, masa yang sampai sekarang bahkan masih terbayang dan terngiang dipikiran Cassandra. Lelah menangis, tidak lama Cassandra sudah terlelap dari tidurnya, terbawa ke alam mimpi, yang dia harapakan akan mnghadirkan hal indah untuknya, setidaknya untuk mengobati luka lara yang ada dalam hatinya, dan seolah sudah terpatri.
Pukul 07.30 pagi, Cassandra sudah berada di kampusnya. Cassandra adalah orang yang tepat waktu, meskipun dia hanya bisa tidur beberapa jam, tapi dia masih bisa datang ke kampus dengan tepat.
“Hai guys,” Cassandra menyapa sahabat perempuannya yang sudah lebih dulu berangkat ke kampus.
“Hai San,” Felly, Rissa dan Natasha menyambut Cassandra dengan senyum yang ramah. Mereka pun membahas seputa tugas yang akan dibahas hari ini. Meskipun Cassandra adan teman-temannya sering pergi ke tempat club malam, tapi mereka termasuk mahasiswi yang pintar, terbukti dengan semua tugas yang selalu diselesaikan dengan tepat waktu dan hasilnya pun baik. Saat mereka tengah bercengkrama, tiba-tiba ada 3 orang mahasiswi menghampiri mereka.
“Hai Cassandra, pagi gini udah di kampus aja, emang nggak capek ya semalem?” 3 orang wanita itu, nampak mengejak Cassandra. Mereka adalah, Kayla, Nindy dan Franda. Cassandra tidak berniat menggubris, karena sudah bukan rahasia umum lagi, kalau Kayla sangat membencinya.
“Kenapa nggak jawab? Capek banget ya karena dapet pelanggannya banyak semalam? Sampe lemes gitu?” Kayla semakin memancing emosi Cassandra.
"Maklum Kay, sasimo," celetuk Nindy disertai tawa.
"Apan tuh?" tanya Kayla berpura-pura tidak tahu.
"Sana-sini mau," jawab Franda, mereka bertiga pun tertawa bersam-sama seolah lucu.'
“Diem lo setan!” Felly tidak terima dengan perkataan Kayla yang memang sudah sangat tidak pantas didengar, padahal selama ini Cassandra tidak pernah menjajakan tubuhnya, dia hanya bekerja menjadi DJ sebatas itu, tidak lebih.
“Lo yang diem! Harusnya kalian nggak pantes ada di sini!!” Nindy maju membela Kayla.
“Apa urusan lo? Emang lo siapa?" Cassandra maju mendekat ke arah Nindy. Nindy beringsut mundur, dia takut melihat tatapan Sandra yang seolah ingin membunuh. "Lo tanya soal semalam? Bukannya pertanyaan itu lebih pantas buat lo? Semalam loe check in, kan sama cowok yang berbeda?” lirih Sienna seraya tersenyum smirk. Kayla membulatkan matanya, dia terkejut dengan perkataan Cassandra.
“Ngak usah kaget gitu, itu belum seberapa dibanding dengan pengakuan gue. Gue punya bukti, yaitu foto kalian,” ucap Rissa, sembari mengangkat ponselnya, padahal dia nggak punya foto itu sama sekali, tapi melihat raut wajah ketakutan Kayla, membuatnya puas.
“Yanuar gimana? Kuat banget ya dia? Sampe loe ketagihan begitu?” kini giliran Natasha yang bersuara. Seketika, Kayla hanya diam dan membeku, tanpa bersuara sedikitpun, dia nggak mau kalau sampai dia melawan maka foto aibnya akan tersebar luas. Kayla memilih untuk langsung pergi dan meninggalkan Sandra serta sahabatnya karena malu. Sedangkan Cassandra hanya menggelengkan kepalanya, dia merasa lucu dengan Kayla yang seolah terus mencari kesalahannya.
"Udah yuk, masuk kelas." Cassandara mengajak sahabatnya untuk masuk ke dalam kelas. Mereka berempat satu jurusan, jadi mereka berada di kelas yang sama. Sepanjang mereka berjalan menuju kelas, banyak mahasiswa yang menatap Cassandra dan teman-temannya dengan kagum, bahkan mereka juga menyapa dengan sopan. Tapi, sikap mahasiswi lainnya justru berbalik, mereka sangat benci dengan Cassandra dan teman-temannya karena merasa bahwa Cassandra selalu menggoda mahasiwa di sana. terkadang mereka juga memandang Sandra sebagai wanita malam karena pekerjaan nya sebagai seorang DJ ,hal seperti itu sudah tidak masalah bagi Sandra, karena ketika dia memutuskan untuk menjadi seorang DJ, Sandra sudah tahu apa yang akan dilalui ke depannya dan dia sudah siap dengan apapun itu, termasuk cemoohan dari orang-orang yang hanya menilainya dari luar.
"San nanti malam gue nginep ya," pinta Felly.
"Okee," jawab Sandra, dia tahu pasti Felly sendirian di rumah, karena memang Felly tipikal orang yang paling tidak bisa merasa sendirian.
"Bokap nyokap lo pergi dinas lagi?" tanya Rissa kepada Felly, memang sudah bukan hal biasa kalau orang tua Felly sering bepergian luar kota untuk urusan bisnis mereka, bahkan tidak jarang mereka terkadang tidak pulang dalam waktu yang lama.
"Iya nih," jawab Felly seraya menghembuskan napas lelah, Cassandra akui memang keluarga teman-temannya termasuk keluarga yang harmonis tapi untuk masalah memberikan waktu luang untuk anak-anaknya mereka tidak bisa. Contohnya Felly, dalam sebulan bisa dihitung berapa kali dia bertemu kedua orang tuanya, sedangkan Rissa memang tinggal terpisah dengan orang tuanya. Orang tua Rissa tinggal di Kanada mengurus bisnis mereka di sana, sedangkan Natasha tak jauh beda dengan Felly yang orang tuanya sering bolak balik luar Negri atau luar kota, meskipun begitu mereka masih tahu batasan, pergi ke Klub malam,minum alkohol hanya sebatas itu mereka tidak pernah melakukan one night stand bagi mereka menjaga kehormatan harga mati.
Apalagi dengan adanya sahabat laki laki mereka Bima, Angkasa dan Excel, ketiga laki laki itu selalu siaga menjaga sahabat wanita mereka. Mereka saling melengkapi satu sama lain, bagi Sandra sahabatnya bukan hanya sekedar sahabat, mereka sudah seperti keluarga. Karena mereka selalu ada untuk Sandra dalam keadaa suka maupun duka. Bahkan hanya mereka yang tahu seperti apa Sandra, dibandingkan kedua orang tuanya.
-//-
Kelas sudah selesai, Sandra dan sahabatnya kini tengah duduk di kantin kampus, di sana sudah ada Bima, tapi Angkasa dan Excel belum datang mungkin sebentar lagi.
"Gue denger Kayla ganggu kalian lagi?" tanya Bima memastikan. Jangan heran kenapa Bima sudah berada di sana, karena dia mengambil jurusan hukum.
"Ya biasalah nenek lampir satu itu," ucap Sandra dengan acuh, dia malas jika membahas soal Kayla dan gengnya.
"Kalian mau pesan apa?" tanya Felly kali ini jatah dia memesan makanan, mereka pun menyebutkan makanan yang ingin mereka pesan satu persatu.
"Angkasa sama Excel gimana?" tanya Rissa bingung, karena keadaan kantin yang cukup ramai, pasti akan lama jika Angkasa dan Excel memesan nanti.
"Udah gue WhatsApp kok," jawab Natasha, dia pun menyebutkan pesanan Excel dan Angkasa.
"Oh oke," ucap Clarissa.
Tak lama Angkasa dan Excel datang, seperti biasa. Angkasa yang melangkah dengan tampag coolnya berjalan dengan tenang, sedangkan Excel dengan tampang tengilnya berjalan seraya menggoda mahasiswi yang dia lewati. Tak jarang Excel juga sampai meminta nomor whatsapp mereka, dan bisa-bisa nya mereka memberikan dengan mudah. Alasan utama, karena Excel tampan, padahal semua sahabat lelaki Sandra memang tampan.
"Hai yo Angkasa, aku nya ada rasa kamu nya biasa aja," ucap Bima meledek Angkasa, sedangkan yang diledek hanya memutar bola matanya malas. di geng Sandra, lelaki yang paling irit bicara hanya Angkasa, sedangkan Bima bisa dibilang 50:50, sedangkan Excel jangan ditanya, dia paling cerewet. Angkasa adalah pria yang diam, dia bahkan tidak suka minuman alkohol, dia ikut ke club hanya ikut duduk, sedangkan dia selalu membawa minuman sendiri, susu pisang. Hal itu juga hanya diketahui oleh para sahabatnya.
"Hai yo Angkasa, aku nya ada rasa kamu nya biasa aja," ucap Bima meledek Angkasa, sedangkan yang diledek hanya memutar bola matanya malas. di geng Sandra, lelaki yang paling irit bicara hanya Angkasa, sedangkan Bima bisa dibilang 50:50, sedangkan Excel jangan ditanya, dia paling cerewet. Angkasa adalah pria yang diam, dia bahkan tidak suka minuman alkohol, dia ikut ke club hanya ikut duduk, sedangkan dia selalu membawa minuman sendiri, susu pisang. Hal itu juga hanya diketahui oleh para sahabatnya.
"Ini Angkasa, papah nya anak-anak," ucap Excel ikut menimpali, dia bergara dengan menggandeng tangan Angkasa.
"Lepasin ah, jijik gue," Angkasa menggeliatkan tubuhnya geli dengan tingkah random Excel.
"Sialan lo semua," ucap Angkasa ,tapi hanya dibalas kekehan dari sahabat nya.
"Lama banget lo," dengus Sandra.
"Biasa dihadang fans fanatik tadi dia," jawab Excel sambil menunjuk Angkasa, seolah tengah mengadu.
"Kayla?" tanya Felly yang tiba tiba datang membawa nampan dibantu oleh ibu kantin juga.
"Makasih Bu," ucap Bima mewakilkan.
"Sama sama Mas Bima," ucap ibu kantin dengan ramah.
"Iya tadi nangis-nangis dia, ngadu katanya habis di-bully lo semua," ucap Excel menunjuk semua sahabat wanitanya.
"Dasar ratu drama dia yang mulai duluan kok," bella Natasha dengan ketus. Memang begitulah Kayla, selalu memutar balikkan fakta. Kayla, adalah salah satu wanita yang menyukai Angkasa, bahkan terus berjuang mendapatkan perhatiannya. Tapi Angkasa tidak pernah menggubrisnya sedikitpun, karena dia tahu seperti apa Kayla.
"Lo beneran gak ada rasa ke dia?" Bima memajukan tubuhnya dan berkata dengan serius pada Angkasa. Sebab, Kayla selalu saja mencuri perhatian, dengan memerkan bagian dadanya yang besarnya tak seberapa itu.
"Ya enggak lah," jawab Angkasa dengan cepat.
"Masak sih, lo nggak ada rasa? Dia, kan suka mancing-mancing. Emang junior lo nggak bangun?" tanya Excel semakin menjadi.
Tak! ANgkasa langsung mencitak kepala Excel. "Pikiran lo emang bener-bener harus diruqyah," ujar Angkasa.
"Gue nggak akan suka sama modelan cewek uler kek dia, gue udah suka cewek lain," sontak saja, jawaban Angkasa membuat ke enam temannya menatap Angkasa dengan mimik muka yang begitu serius.
"Siapa?" tanya Sandra dengan begitu penasaran, dan Angkasa juga nampak berkipir.
"Kepo," ucap Angkasa sambil menampol pipi Sandra karena mereka duduk bersebelahan.
"Setan lo!" maki Sienna kesal, dia sudah menunggu jawaban Angkasa, namun jawaban Angkasa malah diluar ekspetasi.
"Ck udah makan-makan," tegur Felly melerai. Mereka pun akhirnya menyantap makan siang mereka dengan penuh canda dan tawa, apalagi Excel, yang selalu saja punya tingkah aneh dan ajaib.
.
.
Malam semakin larut, Cassandra tengah melakoni pekerjaanya, ini adalah malam minggu, jadi pengunjung semakin banyak yang datang. Sandra begitu menikmati pekerjaannya, apalagi melihat pengunjung yang bersemangat menikmai irama musik. Saat bekerja, Sandra tidak menyentuh alkohol, karena dia selalu pulang sendirian, dia hanya akan meminum soda. Tak terasa sudah jam 3 pagi Sandra dan teman-temannya memutuskan pulang, Sandra pulang bersama Felly karena dia akan menginap di apartemennya, mereka berjalan melangkah menuju mobil.
"Besok weekend, gue tebak lo mau ke rumah orang tua lo," ujar Feely yang sudah sangat tahu dengan kebiasan Sandra. Sandra pun hanya terkekeh seraya masih fokus pada arah jalanan.
"Seminggu sekali banget lo harus ke sana?" tanya Felly penasaran.
"Kalo gue gak kesana, nanti mereka yang dateng ke apartement, ribet urusannya,” jawab Sandra.
Feely pun hanya menganggukkan kepalanya paham. "Istri Bokap lo udah lahiran?" tanya Felly lagi, pasalnya Anita yang tak lain istri Doni memang tengah mengandung.
"Belum, kayaknya baru 8 bulan deh," jawab Sandra setelah berusaha mengingat.
"Gue kemarin sempet protes sama orang tua, Sand," tutr Felly seraya menundukkan wajahnya, dia tampak sendu saat bercerita soal orang tuanya.
"Lo ngomong apa ke mereka?" tanya Sandra.
"Gue bilang, gue butuh waktu sama mereka, bukan cuman soal uang yang harus mereka prioritaskan. Tapi mereka marah dan bilang gue nggak bersyukur, juga gue banyak nuntut," Felly tersenyum miris.
"Sabar ya Fell," Sandra merasa iba dengan Felly, Sandra pikir mungkin Felly sudah sangat merasa bosan dengan dunianya dan dengan sikap orang tuanya, yang tak pernah ada untuk Felly.
"Orang tua gue pikir, dengan materi semua selesai, mereka lupa bahwa gue juga perlu kasih sayang," ucap felly sendu, "kadang gue pengen banget orang tua gue nanyain gimana kuliah gue? Siapa aja temen gue? apa yang gue lakuin di kampus," ujar Felly dengan tersenyum getir.
"Semoga kelak kalau kita sudah berumah tangga, kita gak lakuin ini ke anak-anak kita ya San," ucap Felly.
"Tumben banget lo ngomongin masa depan," ujar Sandra sembari tertawa kecil, karena tidak biasanya Felly membahas hal sejauh ini.
"Gue mikir aja sampe kapan kita bakal terus-terusan begini, semakin tahun kita semakin beranjak dewasa, lo pernah berpikir nggak San, kalau suatu saat lo berhenti dengan semua ini? Semua hal yang biasa kita lakuin," tanya Felly.
Sandra mengambil napas dalam. "Iya, tentu kita semua punya cita-cita masing-masing, gak mungkin juga gue bakal selamanya jadi DJ, tapi gue gak tahu kapan bakal berhenti, karena berkat pekerjaan gue sekarang ini kehidupan gue yang awalnya sepi setiap malam setidaknya semua gak gue rasain Fel," ujar Sandra.
"Gimana hubungan lo sama Alby?" tanya Felly tiba tiba , Alby adalah kekasih Sandra namun beberapa hari ini mereka lost kontak, Alby lelaki berusia 25 tahun seorang pebisnis restaurant.
"Gak tau ,gue coba buat kirim dia chat WhatsApp tapi gak ada balasan," jawab Sandra dengan mengedikkan bahunya acuh.
"Lo gak aneh dengan kelakuan dia yang menghilang begini?" tanya Felly heran.
"Gue bingung Fel, orang tua Alby gak suka sama gue, dan lo tau sendiri kan apa masalah nya?" sekilas Sandra melirik Felli, dan Felly tahu betul, bagaimana kedua orang tua Alby yang sangat menentang keras hubungan Alby dan Sandra.
"Ehem, karena loe DJ," jawab Felly, dia nampak iba dengan kisah cinta Sandra.
"Tapi gue selalu berharap Alby bakal perjuangin gue," harap Sandra.
"Jangan terlalu berharap, gue takut lo kecewa," saran Felly kepada sahabatnya.
"Iya gue tau," jawab Sandra dengan senyum penuh arti.
'Tapi, gue juga masih belum tahu, apakah gue bisa menjalani hidup berumah tangga?' batin Sandra, sebab dia merasa trauma dengan pernikahan kedua orang tuanya. Dia takut jika kisah rumah tangganya akan sama dengan mereka, semula mereka hidup bahagia, tapi tanpa alasan yang pasti itu semua berubah dengan sekejap. Sandra terus memendam rasa trauma itu dalam dirinya, dia mungkin bisa membuka hatinya untuk lelaki,tapi jiika berumah tangga? Dia belum berani memberikan jawaban.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!