Kirana Adriana, seorang perempuan cantik nan anggun, berusia 23 tahun. Dia bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan besar di bawah naungan seorang pria angkuh nan sombong, Jeffran Abian Leonard. Kirana, perempuan yang selalu ceria dengan senyum manis dan lesung pipit di pipi kanan, membuat nya terlihat sangat manis saat tersenyum.
Namun, di balik sikap ceria nya, Kirana mempunyai problem yang tak banyak orang tau. Dia hidup berdua dengan sang ibu, karena ayahnya sudah meninggal saat dirinya masih sangat kecil. Masalah-masalah itu datang setelah kepergian sang ayah, dimana dia meninggalkan banyak hutang, sejak saat itu sang ibu sering sakit-sakitan.
Jeffran, pria yang akrab di sapa Jef itu memiliki paras yang tampan, bak malaikat dengan pahatan yang mendekati kata sempurna. Wajah nya tampan dengan rahang tegas yang di tumbuhi sedikit jambang, hidung mancung, mata kebiruan dengan tatapan setajam elang. Tubuh nya tinggi tegap, hingga membuat orang lain harus mendongak jika ingin menatap langsung wajah tampan Jeff.
Pria tampan berusia 29 tahun itu telah melepas masa lajang di usia 27 tahun, dia menikahi seorang perempuan cantik bernama Queen Arianna, seorang desainer ternama yang sedang naik daun tahun-tahun itu.
Jeffran sangat mencintai istrinya, begitu juga dengan Queen, dia sangat mencintai Jeff. Hingga pada suatu hari, kabar buruk menimpa keluarga kecil mereka hingga membuat Queen sempat depresi saat dirinya di vonis mengidap kanker rahim stadium 3.
Pasangan itu sangat terpukul dengan kabar yang sangat buruk itu, hingga membuat Queen seringkali ingin menghabisi nyawa nya sendiri, tapi dengan lemah lembut, Jeff selalu menenangkan istrinya hingga akhirnya wanita itu mulai bisa menerima keadaan dan sekarang dia rutin berobat setiap bulan nya, dengan dokter mahal yang siap sedia kapan pun Queen membutuhkan.
Ya, berkat uang semua nya bisa jadi mudah, begitu pun sebaliknya.
Sore hari nya, Jeff pulang ke rumah nya dengan langkah tegap nya seperti biasa. Di ruang tamu, para maid datang menyambut sang tuan rumah.
"Selamat sore tuan muda.."
"Ya, dimana istriku?" Tanya Jeff.
"Nyonya muda ada di kamar tuan, tapi.."
"Tapi apa?"
"Seharian ini, nyonya muda tidak keluar dari kamar setelah check up tadi pagi, tuan." Jawab maid yang paling tua, dia diberikan status yang cukup bagus, yakni sebagai kepala maid.
"Baiklah, kalian bisa pergi."
Jeff berjalan menaiki tangga, dengan satu tangan menenteng tas kerja berisi laptop dan beberapa barang-barang penting miliknya.
Pria tampan itu membuka pintu kamar nya, kamar yang menjadi saksi kehampaan dalam hubungan rumah tangga nya dengan Queen sejak istrinya di vonis mengidap penyakit kanker.
Dulu, Jeff adalah pria yang paling bahagia karena memiliki Queen, mereka pun beberapa kali menyandang gelar couple goals karena keserasian satu sama lain.
Tapi sekarang, Queen lebih sering murung dan mengurung diri di kamar seharian. Hanya dalam seminggu saja, wanita itu kehilangan banyak berat badan nya, mengakibatkan tubuh Queen sangat kurus sekarang.
"Sayang…" panggil Jeff, membuat Queen yang sedang melihat pemandangan luar dari jendela menoleh.
"Iya Mas, sudah pulang ya?"
"Heemm, kamu sedang apa?" Tanya Jeff, sekedar berbasa-basi.
"Melihat pemandangan kota dari jendela, bagaimana pekerjaan mu, Mas?"
"Melelahkan, seperti biasanya sayang." Jawab Jeff sambil mendudukan tubuhnya di sisi ranjang. Tangan nya melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya seharian ini.
"Kamu capek ya, Mas?"
"Sangat, sayang. Bukan cuma otak dan pikiran Mas yang lelah, mas juga lelah secara fisik."
"Jangan di paksain Mas, nanti kamu sakit." Queen mendekat lalu duduk di samping sang suami.
"Heemm, aku ingin bermanja dengan mu." Jeff membaringkan kepalanya di pangkuan sang istri.
"Apa mas ingin itu? Maaf karena tak bisa memberikan nya, Mas."
"Tak apa, sayang. Mas bisa menahan nya, jangan terlalu di pikirkan." Jawab Jeff, namun begitu, tak membuat hati Queen tenang. Hatinya malah di selimuti rasa bersalah pada sang suami, karena tak bisa melayani nya dengan baik karena penyakitnya.
"Terimakasih Mas."
"Bagaimana hasil check up nya, sayang?" Tanya Jeff.
"Buruk, mas."
"Maksudmu?"
"Ya, penyakit ku semakin memburuk. Kata dokter, peluang sembuh hanya tinggal beberapa persen saja." Jawab Queen dengan senyum kecutnya.
"Jangan berkata seperti itu, bahkan dokter sekalipun tak bisa memvonis hidupmu, dia hanya manusia biasa, sama seperti kita. Jadi, tak ada salahnya kita tetap berikhtiar untuk sembuh."
"Iya Mas." Lirih Queen, padahal dalam hatinya dia tak bisa berharap banyak tentang hidupnya.
Dia sendiri merasa lelah menjalani hidupnya yang terasa sepi, hampa tanpa semangat hidup.
"Mas.."
"Iya, sayang.."
"Aku lelah, bisakah aku menyerah saja?" Tanya Queen, pelan.
"Tidak, jangan putus asa sayang. Kamu pasti sembuh, percaya sama Mas."
"Entahlah Mas, dengan kondisi ku saat ini, aku tak bisa berharap banyak tentang kehidupan ku sekarang." Jawab Queen membuat Jeff langsung bangkit dari rebahan nya.
Dia memegang kedua bahu istrinya, lalu menangkup wajah sang istri, agar menatap nya.
"Lihat aku sayang.." Queen menatap manik mata milik Jeff, indah seperti dulu. Masih sama, bahkan tatapan nya hangat nya masih seperti dulu. Bolehkah dia berbangga diri sekarang? Karena memiliki Jeff dalam hidupnya?
"Mas mohon, jangan putus asa sayang. Kamu pasti bisa melewati semua ini, karena kamu wanita yang kuat."
"Kenapa kamu bisa sekuat ini, Mas? Sedangkan aku saja ingin menyerah." Tanya Queen, membuat Jeff tersenyum tipis.
"Karena aku mencintaimu, Queen. Sama seperti nama mu, kau akan selalu menjadi ratu di hatiku, sayang."
"Terimakasih Mas."
"Ya, sama-sama. Berhentilah mengeluh, kamu harus semangat untuk sembuh." Queen mengangguk-anggukan kepala nya. Jeff meraih tubuh ringkih sang istri ke dalam pelukan nya.
'Sampai kapan kamu akan bertahan dengan ku, Mas? Aku sendiri tak yakin kamu bisa bertahan lebih lama dengan ku, dengan penyakit yang aku derita saat ini.' Queen membatin.
Dia begitu mencintai suaminya, namun dia tak bisa selama nya egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri, bukan? Nyatanya, Jeff berhak bahagia juga.
Menyadari hal itu, hati Queen menangis. Dia tak rela berbagi suami dengan wanita manapun, tapi haruskah dia membuat suami nya sendiri menderita? Mau bagaimana pun, kebutuhan biologis tetap harus di salurkan.
Kalau tidak, itu juga bisa memicu penyakit berat dan dirinya tak menginginkan hal buruk terjadi pada suaminya.
'Jika waktu itu datang, aku harus siap kan Mas? Setidaknya sekarang kamu masih bersama ku, entah esok atau lusa. Apa hatimu akan berpaling?'
.......
🌻🌻🌻🌻🌻
Malam harinya, Queen dan Jeff makan malam bersama. Seperti tak terjadi apa-apa, keduanya terlihat seperti pasangan suami istri pada umum nya. Bahkan keromantisan masih mereka tunjukkan jika ada kesempatan, membuat semua orang yakin kalau hubungan rumah tangga mereka baik-baik saja.
"Wahh, semua makanan kesukaan mu, sayang. Kamu harus makan banyak, biar cepet sembuh ya." Ucap Jeff sambil mengisi piring sang istri dengan lauk pauk yang sudah tersedia.
"Cukup Mas, ini terlalu banyak. Nanti gak habis lho, sayang banget."
"Gapapa, kalo gak habis nanti mas yang habisin ya." Jawab Jeff, membuat Queen tersenyum kecil. Masih seperti dulu, saat semuanya baik-baik saja.
"Ayo di makan, sayang."
"Eehh iya, Mas." Queen memulai makan malam nya, dengan suapan pelan karena selera makan nya hilang setelah kenyataan pahit itu dia terima.
Sudah seringkali dia mencoba untuk berdamai dengan keadaan, tapi rasanya terlalu berat untuk menerima semuanya. Terlalu sakit, apalagi saat melihat kesabaran suaminya.
"Kamu makan nya lama sekali, sini biar Mas suapi ya." Jeff menggeser piring milik nya yang sudah habis, dengan telaten dia menyuapi istrinya. Meski beberapa kali, Queen menolak dengan alasan sudah kenyang, tapi Jeff tetap memberikan nya makan, sudah sangat lama dia tak melihat Queen makan dengan lahap, itu karena penyakit sialan yang telah merenggut kebahagiaan istrinya.
"Mas, kalau semisal nanti aku kalah dengan penyakit ini, lalu aku pergi. Kiranya, apa yang akan kamu lakukan?"
Mendengar pertanyaan istrinya, rahang Jeff mengetat, pertanda dia tak suka dengan pertanyaan sang istri.
"Jangan mendahului takdir, kita tak tau apa yang akan terjadi di masa depan. Bagaimana kalau kau sembuh hmm? Jangan bahas ini di meja makan, sayang."
"Hmmm baiklah, Mas. Aku hanya sekedar bertanya."
"Jangan bertanya apapun yang memancing emosi ku, sayang." Ucap Jeff pelan.
"Baiklah, aku minta maaf Mas."
"Ya, tak masalah. Ayo makan lagi," Jeff mendekatkan sendok berisi makanan ke mulut sang istri, namun lagi-lagi Queen menolak nya.
"Sudah, Mas. Aku sudah kenyang, aku bisa muntah kalau terus makan."
"Heemm, baiklah. Biar aku yang memakan nya," Jeff memakan makanan yang berada di piring bekas sang istri, tanpa rasa jijik sedikitpun.
Setelah selesai dengan makan malam, kedua nya kembali ke kamar untuk beristirahat, tentunya setelah jeda selama dua jam lebih.
"Mas.."
"Iya, kenapa sayang?"
"Tidak, aku hanya ingin tidur di pelukan mu."
"Tentu, tentu saja." Jeff memeluk sang istri dengan erat, menyandarkan kepala Queen di dada bidang nya. Tangan kekar pria itu terus mengusap lembut kepala sang istri, membuat nya nyaman hingga dalam hitungan menit saja dia sudah tertidur nyenyak di pelukan suaminya.
"Nyatanya, memeluk mu rasanya masih sama seperti dulu, sayang. Tak ada yang berubah, bahkan aroma mu masih sama." Gumam Jeff sambil menghirup aroma vanilla yang menguar dari tubuh sang istri, belum lagi aroma mawar di rambut yang berasal dari shampoo yang wanita itu gunakan, membuat hidung Jeff menghirup aroma itu sebanyak-banyaknya.
Keesokan harinya, Jeff bangun lebih dulu. Dia bersiap-siap sendiri, seperti yang dia lakukan setiap hari. Ya, Jeff tak menuntut sang istri untuk membantu nya bersiap, karena keadaan istrinya, meskipun dia sangat merindukan hal itu.
Dia ingat saat Queen selalu membantu nya mengikat dasi, memilihkan setelan pakaian kerja untuknya, lalu mengantar nya hingga ke pintu utama sambil membawakan tas kerja nya. Dia merindukan moment-moment itu, andai saja waktu bisa di ulangi.
"Mas.." panggil Queen lirih, membuat Jeff menoleh.
"Sudah bangun? Ingin sesuatu?" Tanya Jeff, lalu berjalan mendekat sambil mengancingkan kancing di pergelangan tangan nya.
"Tidak Mas, maaf aku tak bisa membantumu bersiap seperti dulu."
"Tak apa, sayang. Nanti dokter pribadi kita akan kemari untuk memeriksakan keadaan mu, tapi maaf Mas tak bisa pulang. Karena ada meeting penting nanti siang."
"Iya Mas, tak apa-apa. Hati-hati ya,"
"Tentu saja, kalau begitu Mas pergi dulu ya?" Jeff mengusap kepala sang istri lalu mengecup kening nya singkat.
Queen menatap kepergian Jeff dengan nanar, lalu menghembuskan nafas nya dengan kasar. Harusnya dia mengantarkan pria itu keluar dan menyaksikan nya pergi, tapi dia tak bisa melakukan itu, dia tak bisa berjalan jauh karena akan membuat nya sangat lelah.
Pernah, Queen ngotot ingin berjalan-jalan sendirian di kebun belakang, maid pun akhirnya hanya membiarkan dan akhirnya Queen tak sadarkan diri karena terlalu kelelahan. Hal itu membuat Jeff sangat murka, dia mengamuk hingga banyak barang-barang tak bersalah yang menjadi korban nya.
Di kantor, Kirana baru saja datang. Dengan kemeja putih dan rok span selutut, sepatu pentopel dengan sedikit hak di bawah nya, rambutnya dia biarkan tergerai.
"Selamat pagi, tuan.." sapa Kirana saat melihat Jeff masuk dengan wajah datar nya, seperti biasa. Hampir satu tahun bekerja di perusahaan ini, membuat Kirana terbiasa dengan wajah super duper datar sang atasan nya. Namun, dia juga tak menampik bahwa wajah datar seorang Jeff memang punya daya tarik tersendiri baginya.
Tapi saat mengingat status nya, membuat Kirana langsung memukul kepala nya sendiri, hayalan nya terlalu tinggi. Kasta mereka jauh berbeda, ibaratnya Jeff itu seorang langit yang tinggi, sedangkan dia hanya tanah yang biasa terpijak-pijak.
"Apa saja agenda ku hari ini, selain meeting saat makan siang nanti?"
"Hanya meninjau laporan-laporan dari beberapa divisi saja, tuan." Jawab Kirana sambil membuka beberapa berkas di tangan nya, berisi agenda untuk Jeff hari ini.
Jeff menatap Kirana dari atas sampai ke bawah nya, kenapa Kirana terlihat berbeda hari ini?
'Kenapa Kirana terlihat cantik? Aahhh sial, ingat Jeff, kau pria beristri.' Batin Jeff bergejolak. Dia mengagumi kecantikan sekretaris nya, Kirana. Tapi di satu sisi, dia juga menyadarkan dirinya sendiri kalau dia sudah berkeluarga.
"Tuan, anda kenapa?" Kirana melambaikan tangan nya di depan wajah Jeff, membuat pria itu langsung tersadar seketika.
"A-ahh ya, kau bisa pergi."
"Baik tuan, selamat pagi." Kirana membungkuk hormat, lalu keluar dari ruangan sang CEO.
Jeff menatap punggung Kirana yang mulai menjauh, kaki jenjang nya melangkah anggun. Tubuhnya bisa di bilang kecil, namun berisi. Dada nya menonjol, juga bokoong nya yang menyembul, menambah keindahan tubuh perempuan cantik itu.
Kirana Andriana, perempuan yang terbilang menarik. Wajah nya mungil, dengan sepasang mata bulat, bulu mata lentik, alis yang tebal, hidung mancung dan bibir yang tipis kemerahan, membuat kaum Adam betah berlama-lama menatap wajah Kirana.
"Aihhh, kenapa dengan otak ku. Lama gak keluar jadinya ngelantur gini, astaga." Dengan cepat, Jeff mengenyahkan bayangan-bayangan kotor di dalam benak nya.
.......
🌻🌻🌻🌻
Saat makan siang, Kirana masuk ke ruangan Jeffran, tujuan nya untuk memberitahu kalau mereka harus meeting sekarang juga.
"Selamat siang, tuan."
"Hmmm, ada apa?"
"Kita harus meeting di luar kantor, dengan klien dari Singapura, tuan." Jawab Kirana.
"Ya, baiklah."
Jeff mengancingkan kembali jas nya dan berjalan lebih dulu, di ikuti Kirana di belakang nya. Perempuan itu berjalan terseok-seok untuk menyeimbangkan langkah nya dengan Jeff. Tubuh nya yang tak terlalu tinggi, membuat nya kesulitan untuk menyejajarkan langkah nya dengan Jeff.
"Lambat.." cibir Jeff membuat Kirana mencebik.
"Tuan saja yang jalan nya terlalu cepat, sudah tau saya ini kecil mungil dan imut begini." Ketus nya membuat Jeff tersenyum kecil, bahkan saking kecil nya Kirana tak menyadari kalau pria itu tengah tersenyum.
"Pendek."
"Iya, saya pendek." Pasrah Kirana, padahal dalam hati dia menggerutu kesal.
'Bukan aku yang pendek, tapi tuan yang terlalu tinggi, seperti tower.' Batin Kirana.
Kedua nya pun masuk ke dalam mobil yang sama, Jeff duduk dengan nyaman dengan tatapan datar lurus ke depan, sedangkan Kirana sibuk dengan berkas-berkas berisi bahan meeting penting. Sesekali, Kirana curi-curi pandang pada Jeff.
'Astaga, dia ganteng sekali. Tapi terlalu datar dan dingin, berpikir apa aku ini, aisshh.' Kirana mengenyahkan pikiran nakal nya.
"Kenapa, kau pusing?"
"H-ahh? Tidak tuan." Jawab Kirana pelan. Sejujurnya, Jeff sendiri merasa sedikit canggung karena harus berada di dalam mobil bersama wanita lain yang bukan istrinya, tapi mau bagaimana lagi, dia harus tetap profesional dalam bekerja.
Setelah hampir satu jam, supir kantor akhirnya mengatakan kalau mereka sudah sampai, Kirana dan Jeff turun bersama-sama. Seperti biasa, pria itu berjalan lebih dulu dengan langkah yang sedikit manusiawi dari pada tadi.
Hingga Kirana bisa menyeimbangkan langkah nya, masih dengan anggun tanpa harus terseok-seok untuk bisa menyusul langkah lebar sang atasan.
Kedua nya masuk dan langsung di sambut ramah oleh klien yang sudah lebih dulu datang.
"Selamat siang, tuan Jeffran."
"Siang juga tuan Mateo." Balas Jeffran, lalu keduanya berjabat tangan ramah. Kirana mengangguk hormat, lalu ikut duduk di samping Jeff. Mengeluarkan berkas dan laptop berisikan file-file penting.
"Dia siapa?"
"Kirana, dia sekretaris saya, tuan Mateo." Jawab Jeff, wajah nya yang datar sedikit melengkungkungkan sedikit senyuman.
"Ohh ya, baiklah. Kalau begitu kita mulai saja meeting nya?"
"Tentu tuan."
Kirana mulai mempresentasikan pokok utama meeting hari ini, pria bernama Mateo itu manggut-manggut, penjelasan Kirana sangat rinci dan detail, tanpa ada satu pun terlewat membuatnya menyukai pembawaan gadis itu yang anggun dan pandai dalam hal pekerjaan.
Setelah beberapa saat, akhirnya kesepakatan bisnis pun tercapai, Mateo sangat menyukai presentasi dari Kirana, hingga dia berani berinvestasi dalam jumlah yang tak sedikit.
"Saya akan menanam modal dalam proyek ini sebanyak 50%, tuan." Ucap Mateo membuat Jeff cukup terhenyak, 50% itu bukan sedikit.
"L-ima puluh persen, tuan? Anda serius?"
"Tentu, saya suka dengan pembawaan sekretaris anda. Penjelasan nya rinci dan berurutan,"
"Terimakasih tuan Mateo." Jawab Kirana ramah. Sedangkan pria yang datang bersama Mateo hanya berdiri tanpa bicara sepatah kata pun, hanya beberapa kali curi pandang ke arah Kirana.
"Anda masih sendiri, Nona?" Tanya Mateo.
"Maksudnya, tuan?"
"Belum berkeluarga?" Tanya nya lagi, membuat Jeff mendelik kesal ke arah Kirana yang terus menyebar senyum manisnya.
"Aaahh belum, tuan."
"Kebetulan, putra saya ini juga belum mau menikah. Mungkin kalian bisa saling mencocokan diri." Ucap Mateo melirik pria yang ada di samping nya dengan senyuman.
"Sebaiknya jangan bahas hal semacam ini, karena ini tak ada hubungan nya dengan agenda meeting, tuan Mateo." Ketus Jeff, membuat Mateo tertawa sumbang.
"Maaf tuan, jadi kesepakatan tetap terjalin dengan saya berinvestasi sebanyak 50%."
"Baiklah, senang berbisnis dengan anda tuan." Kedua nya kembali berjabat tangan, dan meeting pun selesai.
"Kami permisi lebih dulu."
"Ya, terimakasih atas kerja sama nya, tuan Mateo."
"Sama-sama tuan Jeff." Jawab tuan Mateo, mereka pun pergi meninggalkan Kirana dan Jeff.
"Jangan terlalu ramah pada klien, Kirana."
"Kenapa tuan?" Tanya Kirana keheranan, biasanya bos nya ini akan menuntut nya untuk ramah pada setiap klien, tapi kenapa hari ini berbeda?
"Aku tak suka melihat tatapan pria yang bersama tuan Mateo saat melihatmu, tadi."
"Alasan nya, tuan?"
"Bukankah kau sudah tau alasan nya, hmm?"
"Baiklah tuan." Jawab Kirana.
"Sekalian makan siang, kau belum makan siang kan?" Tanya Jeff.
"Sudah tuan, saya membawa bekal dari rumah."
"Makan lagi, satu porsi pasti akan muat di perutmu."
"Huffftt, baiklah." Pasrah Kirana, akhirnya dia ikut makan lagi. Padahal tadi, dia sudah memakan bekal yang dia buat dari rumah tadi.
Kirana terlihat makan dengan lahap, satu porsi steak habis dalam sekejap mata.
"Katanya sudah makan, tapi makan nya lahap sekali."
"Hehe beda dong, tuan. Tadi saya makan sama tumis kangkung, nah sekarang makan daging jadinya lahap." Jawab Kirana sambil tersenyum kecil, membuat Jeff terdiam sejenak. Dia terpesona melihat senyuman Kirana yang selalu terlihat manis karena lesung pipit nya.
"Tuan, anda kenapa?"
"Tidak, kalau sudah selesai kita balik ke kantor."
"Baik tuan."
Setelah selesai, keduanya pun kembali ke kantor dengan membawa keberhasilan yang sangat memuaskan, itu semua berkat Kirana.
"Ikut ke ruangan ku."
"Baik tuan." Jawab Kirana, dia mengekor di belakang Jeff, masuk ke dalam ruangan yang sangat luas dan bersih itu.
Jeff duduk di singgasana nya, dia mengambil amplop coklat dari laci dan mengisi nya dengan sejumlah uang, sedangkan Kirana asik celingukan sendiri melihat-lihat ruangan CEO yang padahal setiap hari dia selalu datang ke sini.
"Ini tips untukmu, Kirana." Jeff mendorong amplop coklat itu ke arah Kirana.
"Untuk saya? Terimakasih tuan." Ucap Kirana dengan wajah berbinar.
"Tingkatkan lagi kinerja mu, nanti akan ku berikan tips lagi."
"Tentu saja tuan, terimakasih."
"Ya, kau bisa pergi dari ruangan ku." Kirana mengangguk, lalu menunduk hormat dan keluar dari ruangan CEO dengan menutup pintu secara perlahan.
Setelah memastikan Kirana keluar, Jeff meraba jantung nya yang entah kenapa berdetak lebih kencang dari pada biasanya.
"Shiit, perasaan macam apa ini. Ingat Jeff, kau punya istri di rumah!" Jeff mengumpat, kenapa jantung nya tak singkron dengan ucapan nya?
Sedangkan di ruangan nya, Kirana memeluk amplop dari Jeff dengan senyuman manis nya.
"Kebetulan lagi butuh uang buat beli obat ibu." Kirana memasukan amplop itu ke dalam tas nya, lalu kembali melanjutkan pekerjaan nya yang selalu menumpuk tiap harinya.
Tapi, gaji dan bonus akhir tahun nya sangat besar hingga membuat Kirana semangat bekerja, demi biaya berobat sang ibu yang cukup besar tiap bulan nya.
........
🌻🌻🌻🌻
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!