Entah apa yang membuat Gadis berparas cantik ini sibuk dengan dunianya. Ia sibuk bekerja, sampai dirinya lupa penyambutan sang pemilik perusahan yang baru
Ya, dialah Gabriela Paulina, atau biasa disapa dengan Gaby
Gadis cantik asli Bandung ini, yang datang dari kota tersebut, untuk melanjutkan kuliah, dan mengadu nasib diibukota
Usianya tergolong muda yaitu 23 tahun
Semasa di Bandung, Gaby tinggal bersama neneknya. Namun naas, begitu ia lulus SMA, neneknya meninggal.
Beruntung, Gaby masih punya seorang paman yang kerjanya diproyek pembangunan apartemen diibukota. Meskipun hanya sebagai mandor, tapi dirinya mampu menyekolahkan Gaby hingga lulus sarjana
Kini, Gaby sudah beranjak dewasa. Berambut lurus, paras cantik. Bahkan, banyak kawan pamannya ingin sekali melamarnya untuk dijadikannya sebagai istri
Setahun sudah Gaby bekerja diperusahaan besar diibukota. Dengan hasil kerja kerasnya, iapun mampu membeli apartemen dengan bantuan pamannya
Apartemen yang mereka punya tergolong kecil yaitu type studio.
Satu ruangan besar, yang memiliki beragam fungsi, sebagai kamar tidur, ruang tamu, pantry, ruang makan, dan balkon
Sementara
Dimansion
Seorang pemuda tampan, pengusaha muda, kulit putih, badan tinggi, bertubuh six-pack, usia 28 tahun, single. Ia adalah, Benazhir Ahmed Effendy
"Pagi oma" Sapa Ahmed menghampiri oma Susan, yang telah menunggunya dimeja makan
Seperti biasa, Ahmed selalu mencium kedua pipi omanya
"Pagi sayang" Jawab oma sambil membalas cucunya dengan ciuman "Hari ini kau sangat tampan sekali.." Pujinya jujur
Ahmed tersenyum
"Oma sangat senang sekali, akhirnya kau bersedia pulang untuk menggantikan oma" Ucapnya sambil mengelus lembut pipi Ahmed
"Terimakasih oma, mungkin sudah saatnya, Aku harus memegang kendali perusahaan ini. Bukankah ini keinginan oma?"
"Tentu sayang, itu juga, keinginan almarhum papa kalian. Dan pamanmu bilang, kau sudah mahir bekerja diperusahaannya. Ayo sayang, sarapan. Bi Wartiiiii..." Menjawab Ahmed, sekaligus berteriak memanggil Warti
Warti tergopoh gopoh
"Injih ndoro ( Iya nyonya)" Ucap Warti
"Cucuku mau makan"
"Injih ndoro" Bi Warti mengambilkan nasi untuk tuannya "Segini cukup, apa kurang tuan?" Ucapnya
"Cukup bi"
Merekapun melanjutkan sarapannya dengan hening... Tak ada yang berbicara.. Hanya suara sendok dan garpu yang lagi berperang.
Ahmed mengelap bibirnya, tanda ia sudah selesai makan
Sebelum dirinya pergi kekantor, Ahmed masuk kedalam kamar mandi untuk menyikat giginya
Kegiatan ini memang sudah menjadi kebiasaannya. Ahmed tidak ingin dilihat jorok jika ada sisa makanan yang menyangkut diselah giginya. Apalagi ini kesan pertama dirinya masuk keperusahaan tersebut
"Oma, kita berangkat"
Oma menepuk nepuk lengan Ahmed "Ayo sayang"
-
Dikantor
Para staff sudah mulai riuh bergosip.
"Gaby Gaby, kau dengar tidak, kalau hari ini kita kedatangan CEO kita yang baru.. Dengar dengar, beliau cucunya nyonya Susan loh. Dan katanya, dia masih bujangan, dan tampan lagi" Ucap Lizet sambil tersenyum senyum.
Beberapa menit kemudian....
"Selamat pagi tuan" Para staff berdiri mengucap dengan serempak sambil membungkukkan badan, menghormati atasan mereka
Tetapi berbeda dengan Gaby. Ia sudah sibuk dengan pekerjaannya hingga tidak menghiraukan siapa yang datang.
"Ehemmm" Elizabeth berdehem
Elizabet melipat tangannya kebelakang, dan berjalan mendekati Gaby
"Nona Gabriella Paulina, apa kau tidak mendengar ada tamu yang datang!!"
Gaby terjingkat "Maaf bu" Gaby berdiri membungkuk kepada Elizabeth
"Bukan denganku !! Tetapi kepada nyonya Susan dan tuan Ahmed !!" Ucap Elizabeth sedikit berteriak "Apa kau berpura pura sibuk nona !!" Tegas Elizabeth kepala HRD.
Gaby langsung mencari keberadaan tamu yang dimaksud oleh kepala HRD tersebut. Gaby mengabsen seluruh kawan satu devisi, semuanya berwajah tegang, dan sudah berdiri
"Maaf bu.. Selamat pagi tuan, selamat pagi nyonya. Maafkan saya" Ucapnya membungkukkan badan tanda hormat.
Disitulah mulai tumbuh benih cinta tuan ahmed bersemayam.
"Gabriella Paulina" Nama yang indah gumam Ahmed.
Ahmed terus memperhatikan wajah tegang Gaby "Lucu"
"Baiklah, perkenalkan CEO baru kita, yaitu tuan Benazhir Ahmed Effendy".
Hening....
"Mulai hari ini, beliau yang akan menggantikan nyonya besar Susan Effendy, memegang kekuasaan sepenuhnya diperusahaan ini, dengan jabatan CEO yang baru... Sampai disini apakah ada pertanyaan?!" Tegas Elizabeth masih tetap melipat kedua tangannya dibelakang badan.
Semuanya hening, tidak ada yang ingin menjawab
"Baiklah.. Kalau tidak ada pertanyaan, sekarang kalian, teruskan pekerjaannya" Elizabeth menggiring bigbosnya, menuju keruangannya "Mari tuan, nyonya, saya antar ke ruangan anda"
Sambil berjalan, Elizabeth menunjukkan ruang CEO.
Mereka berjalan menelusuri lorong devisi lain, tetapi sepi
Setelah sampai didepan ruangan CEO, Elizabeth menghentikan langkahnya
"silahkan tuan, nyonya" Elizabeth membukakan pintu ruangan Ahmed tersebut
"Terima kasih" Ahmed masuk sambil mengabsen ruangan ini, mengusap meja, memutari, dan menarik kursi, lalu duduk disana "Masih sama" Gumamnya, tapi masih terdengar remang-remang di telinga Elizabeth dan juga Susan
"Maaf tuan, apa tuan tadi bicara dengan saya?" Tanya Elizabeth, yang masih berdiri didepan meja. Dan menyaksikan tuannya yang sedang mencoba duduk dikursi kebesaran mendiang papanya dulu
"Ah tidak apa apa. Hanya teringat sedikit. Tidak masalah" Ahmed berdiri kembali "O iya, bolehkah saya ingin mempunyai assisten pribadi ? untuk membantu saya bekerja disini?"
Alizabeth masih diam, mencerna omongan bosnya
"Apa bisa, Elizabeth ?" Ucap Ahmed yang sempat membaca nametag milik kepala HRD tersebut
Elizabeth menoleh kearah nyonya besarnya
Susan mengangguk sebagai jawaban iya
"Tentu tuan.. Apa kriterianya yang tuan inginkan?" Elizabeth.
"Saya ingin dia seorang laki laki, usia sekitar 25 sampai 30 tahun. Jangan terlalu tua, dan jangan terlalu muda. Lajang, pekerja keras, pintar, lulusan terbaik" Ucap Ahmed tegas.
"Baik tuan, akan saya laksanakan secepatnya. Apa ada lagi tuan?" Elizabeth.
"Tidak" Balas Ahmed cepat.
"Baik. Kalau begitu, saya permisi tuan, nyonya" Pamit Elizabeth
Elizabethpun berlalu, meninggalkan ruangan CEO
-
Elizabeth kembali keruangannya
Dan saat ini juga, segera membuka lowongan online.. Tak berapa lama ratusan pelamar sudah menyerahkan lamaran dengan kriteria yang CEO mau.. Dari ratusan pelamar yang terpilah hanya 10 orang.. Selanjutnya 10 orang tersebut, besok harus datang kekantor untuk melakukan tes.
-
Sorepun tiba
Gaby dan Lizet, ingin belanja kebutuhan mereka dalam satu bulan ini.
Kebetulan, hari ini mereka menerima gaji, dan mereka janjian untuk pergi berbelanja
Dimall
Gaby berbelanja kebutuhan rumah tangga dengan Lizet, saking asyiknya ngobrol sambil becanda, netra mereka tidak melihat siapapun yang melintas
Braaggk!!!
Barang barang Gaby berserakan dilantai.
"Haduww... Tuan, tuan, kenapa tuan berjalannya mepet kesini... Jalannya kan masih lebar tu...." Gaby berhenti bicara, karena didepannya, ternyata orang yang tadi siang dikenalkan olehnya.
"Tuan, maaf tuan. Saya tidak sengaja" Ucap Gaby tak enak hati
Gaby langsung berjongkok, dan memunguti barang barangnya yang berhamburan dilantai.
Ahmed yang sejak tadi diam, akhirnya ikut jongkok membantu barang barang Gaby yang berserakan,
"Untung, bukan telor yang jatuh. Coba kalau telur" Gerutu Gaby sambil sibuk
Ahmed hanya diam sambil memegang sarden kaleng kepunyaan Gaby, yang berserakan.
"Sini" Gaby merebut sarden kaleng yang berada ditangan Ahmed "Bukannya bantuin, malah megangin doang" Ahmed hanya memandang Gaby yang sedang mengomel ria.
"Sudah puas" Ucap Ahmed sambil berdiri dari jongkoknya.
Gaby melirik Ahmed tak suka
Ahmed hanya tersenyum tipis "Barang barangmu kelihatan, kau tidak takut tambah lebar sobeknya" Ahmed menunjuk kresek Gaby yang sudah sobek karena terjatuh
BERSAMBUNG...........
Gaby masih berdiri diam tidak menjawab
"Apakah ada yang terluka?" Ucap Ahmed memastikan tidak terjadi apa apa.
Ahmed masih berdiri didepan Gaby, tangannya masih memeriksa tangan Gaby, yang memegangi kresek yang ada belanjaannya didalam
"Tidak tuan. Aku tidak apa apa. Terima kasih" Ucap Gaby sambil menyeret tangan Lizet "Lizet, ayo pergi"
Tangan Ahmed menjulur diudara "Nona tunggu. Ayo kemarilah, kresekmu sudah hancur. Nanti kau akan kesusahan untuk membawanya pulang" Cegah Ahmed, agar Gaby tidak pergi begitu saja.
Ahmed menggandeng lengan Gaby. Gaby berontak, dan ingin melepas tangan Ahmed yang menempel dilengannya.
"Tuan" Netra Gaby menoleh pada tangan Ahmed, yang memegang lengannya. Tapi Ahmed tidak mendengarkan
"Maaf tuan, tangan anda !!" Teriak Gaby
Ahmed langsung menoleh "Eh, maaf nona. Mari bawa belanjanya kekasir, minta plastik disana. Agar nona tidak kesusahan membawa belanja" Bujuk Ahmed
"Tidak perlu ! aku bisa" Tolaknya
"Kau yakin?" Ahmed masih membujuk Gaby. Ahmed merubah cara panggilnya, agar lebih mudah
"Sudah kubilang aku bisa" Lagi lagi penolakan dari Gaby
"Baiklah baiklah, tunggulah disini Sebentar. Akan aku ambilkan" Ucap Ahmed,
Ahmed berjalan menuju kasir, meminta kresek untuk menyimpan barang barang belanjaan Gaby
Gaby masih setia berdiri, sambil menunggu kresek yang masih diambilkan oleh Ahmed
"Kenapa hari ini aku sial terus" Gerutu Gaby sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal.
"Kamu cerobo sih" Timpal Lizet menyenggol lengan Gaby
"Cerobo yang bagaimana? Kita tadi asyik ngobrol kan? cerobohnya yang mana? lihat" Gaby menunjuk orang orang yang lewat, sambil ngobrol "Mereka sama kayak kita kan?"
Beberapa menit kemudian, Ahmed datang, dan menyerahkan kresek yang dijanjikan tadi "Silahkan"
Lizet menyenggol lengan Gaby
"Apa?" Gaby belum faham kode dari Lizet
"Itu" Tunjuk Lizet dengan netranya
"Apaan. Ngomong yang jelas Lizee...." Gaby mengikuti tangan Lizet yang menunjuk arah belakang Gaby
"Oh, sini" Gaby menarik paksa kresek tersebut
"Terimakasih" Ucap Ahmed menyindir
"Iya, terima kasih kreseknya. Semoga bermanfaat" Ucapnya kurang ikhlas
Ahmed tersenyum, melihat seorang gadis, mengucapkan terima kasih, harus disindir terlebih dahulu
"Terima kasih, kami permisi" Ucap Gaby dan Lizet, sambil pamit dengan mengendikkan kepalanya
"Silahkan" Ucap Ahmed sopan
-
Mereka akhirnya berjalan sambil menggerutu
"Kamu sih, nggak nolongin aku. Jadinya kan begini" Ucap Gaby tak terima
"Tadikan tuan Ahmed yang menolongmu. Apa kurangnya. Jangan judes sama bos. Dipecat , baru tau rasa" Lizet menasehati
"Sudah sudah, yuk kita makan. Laper perutku"
Mereka akhirnya menuju ke foodcourt
Gaby dan Lizet duduk berdampingan, dan menaruh tangannya di meja pantry foodcourt.
Sedetik juga, pelayan datang menghampiri
"Pesen apa mbak? Silahkan dilihat lihat dulu menunya" Pelayanpun sibuk dengan pengunjung lain, yang masih memesan makanan siap saji itu.
Gaby dan Lizet masih sibuk memilih menu makanan tersebut "Lizet, kau mau makan apaan?" Ucap Gaby menawari
"Roti bakar isi sosis aja deh" Ucap Lizet
Pelayanpun mendekat kembali "Gimana mbak, pesan apa?"
"Roti bakar isi sosis dua deh, pesennya disamain aja biar cepet, sama es jus alpukat dua"
"Oke, tunggu ya mbak"
tak menunggu lama, makanan pesanan merakapun datang.
"Lizet... Lihat kesana" Ucap Gaby sambil menyikut Lizet dengan menunjuk kearah Ahmed "Kenapa dia masih keluyuran disini ,bikin tak tenang saja" Ucap Gaby sambil mempercepat menghabiskan makanannya.
"Kau ini ya.. Orang kaya itu bebas... Apalagi dia yang punya mall ini. Kau saja yang datang tak permisi" Ucap Lizet yang bikin bingung Gaby.
"Apa!! Mana ada orang mau belanja dimall harus permisi sama yang punya!! Yang benar saja kau..." Gaby matanya melotot kearah Lizet.
"Kamu kenapa ih melotot kepadaku.. Tak pernah lihat orang cantik sepertiku ha.." Ledek Lizet.
"Sudah sudah... Jangan bikin aku nambah pusing.. Ayo cepetan. Habiskan makanannya. Lalu pulang. Capek"
Lizet menurut saja. Karena dirinya juga sudah capek "Oh iya, nginep dirumahku yuk. Pamanmu malam ini menginap kan?"
"Eh, nggak tau" Gaby segera membuka ponselnya, lalu mengecek "Nggak ada pesan apapun kok. Lembur paling dia"
Pamannya Gaby biasa menginap diapartemennya, jika tidak lembur. Kalau lembur, biasanya tidur dimes atau dikontrakan temannya
"Oh kirain"
"Kamu aja yang tidur ditempatku Liz"
"Emm" Lizet sedikit bimbang. Antara mau dan tidak mau "Ya deh"
"Nah gitu dong"
-
Mereka berdua sudah diapartemen milik Gaby "Masuk yuk" Baru saja membuka pintu, seseorang yang ia kenal sedang mengusap-usap rambut basahnya dengan handuk "Loh om, kok sudah pulang. Kirain lembur"
"Tidak"
"Kok nggak ngasih tau, kalau mau pulang"
"Kan aku punya kuncinya, Gaby"
"Yah.." Gaby sedikit kecewa takut Lizet tidak enak
"Kenapa?"
"Aku ajak Lizet nginep, biar ada teman. Taunya om pulang"
"Ya nginep-nginep aja. Ngapain sungkan. Memangnya kita tidur bareng. Nggak kan"
"Liz, nggak pa-pa ya, ayo deh masuk" Gaby menarik lengan Lizet "
Setelah masuk "Oh ya Liz, kenalin dong. Ini pamanku. Om kenalin dong"
"Iya"
Mereka berjabat tangan
"Erik / Lizet" Diucap bersamaan
"Sudah, jangan lama-lama. Ayo Liz " Gaby mengajak Lizet masuk kekamar
"Gaby, aku jadi nggak enak"
"Nggak enak kenapa?"
"Sama om mu lah"
"Ish, nggak pa-pa. Dia tidurnya memang diluar. Mau tidur bareng dia?"
"Ish ngaco"
-
Sementara di mansion
Ahmed baru pulang, dan mencium pipi omanya "Malam oma"
"Malam. Kamu langsung ke market"
"Iya ma"
"Ya sudah, kau terlihat capek. Bersihkan badanmu, lalu istirahat"
Ahmed melangkah menaiki tangga
"Sayang..."
"Iya ma"
"Bagaimana kerja pertamamu hari ini? Menyenangkan?" Tanya oma.
Ahmed tersenyum
"Baiklah, mandilah"
"Baik ma"
Susan manggut-manggut "Jangan lupa, pakai air anget ya" Teriaknya
Kembali, Ahmed hanya tersenyum sebagai jawaban
Dikamar.
Ahmed segera membersihkan diri. Setelah selesai, iapun merebahkan tubuhnya diatasi ranjang
Ahmed membuka ponsel dan berselancar didunia maya, tiba tiba teringat gadis yang bertabrakan dimall, yang termasuk karyawan diperusahaannya juga.
Ahmed berteman dengan segelintir orang, yang bermain FB disana. Ahmed iseng, dengan orang orang yang ingin mengajaknya berteman.
Permintaan berteman ratusan orang, tapi tidak ia otak atik. Karena Ahmed jarang menggunakan aplikasi ini
Tak sengaja, ia melihat foto profil seorang gadis, yang ia incar tadi pagi
"Ah, ini dia Gabriella Paulina? betulkah ini namanya?" Ahmed bertanya dalam hati, sambil membuka profil.
Dengan penasaran, diapun mulai chat lewat inbox.
"Assalamualaikum...." Pesan ia kirim tring.
"Waalaikumsalam..Tuan Ahmed.. Ada apa?" pesan masuk dari Gaby.
Dengan berbinar binar wajah Ahmed langsung membalas chat Gaby.
"Kau belum tidur" Tanyanya masih dengan chat
"Anda tidak salahkah mengirim pesan tuan" Gaby
"Tidak... Bisakah aku meminta no ponselmu?" Ahmed to the point
"Tuan... Minta kepada kepala HRD kan ada tuan.."
"Kenapa aku harus meminta kepadanya, bukankah pemilik nomor ponsel yang aku maksud masih belum tidur?"
"Hehe..Tuan bisa aja.. Tapi saya tidak menjualnya tuan" Gaby.
"Kamu ya.. Ayo cepat kasih.. Apa kau mau gajimu saya potong, atau aku pecat"
"Eh jangan tuan"
"Makanya kasih. Jangan pelit"
Terlihat chat yang ia kirim, lama tidak ada balasan 'Kemana dia'
BERSAMBUNG.....
Gaby dan Lizet cekikikan menjawab chat dari bosnya
"Enak aja main pecat" Gaby menutup aplikasi itu, dan mematikan datanya
Dia tidak tau, ada pertanyaan selanjutnya dari Ahmed.
Yang jelas, ini malam, ia ingin tidur dengan nyenyak. Tidak ingin diganggu oleh siapapun. Termasuk bunyi pesan dari ponselnya
"Gaby, bisa saja. Dia kan bos kita. Bebas. Ah, jangan-jangan"
"Jangan-jangan apa"
"Dia suka padamu"
"Halla ngaco kamu. Mana ada pemilik perusahaan, suka sama anak buah. Mau ditaruh dimana mukanya"
"Ya tetap dikepalanya lah, aneh kamu"
"Sudah ah, jangan ngarang terlalu muluk. Jatuhnya sakit"
"Hey, dengar ya Gaby. Aku sama kamu kerjanya duluan siapa?"
"Kamu"
"Terus, kenapa dia hanya kirim pesan padamu. Harusnya kan aku juga. Ditanyain kabar kek. Udah ngangsur belum apartemennya kek"
"Cie ngarep"
"Anak buah... Ya ngareplah"
"Eh Liz, nonton TV yuk"
"Dimana?"
"Ruang tengah"
"Kan ada pamanmu. Malu ah"
"Nggak pa-pa kan ada aku. Yuk ah, bawa bantal sama selimut sekalian"
"Mau boyongan?"
"Iya" Gaby segera menarik Lizet untuk keluar dari kamar
Setibanya diruang televisi
"Loh kok belum tidur" Tanya Erik
"Belum ngantuk om. Minggir om" Gaby mengusir kaki Erik, yang nyampir kepermadani
Gaby tidur disisi Erik "Sini Liz, aku tidur sini, kau tidur disitu"
Akhirnya, mereka tidur bertiga. Erik, Gaby dan Lizet
-
Pagipun tiba
Gaby dan Lizet sama-sama kesiangan
Ia memakai baju sambil berjalan sampai kedapur
Untung Erik sudah berangkat duluan, jadi mereka leluasa. Makan sambil memakai baju, dan kebut-kebutan agar tidak terlambat masuk kantor
Sementara seseorang yang mirip dengan Sultan, sudah selesai sarapan
Ahmed membiasakan diri, untuk berangkat kekantor sendiri tanpa sopir
Sebenarnya Susan melarang, takut cucunya kenapa-napa kalau tidak diantar sopir. Tapi apalah daya, anak muda jaman sekarang memang susah dikasih ngerti
-
Dikantor
Ahmed sengaja melewati kubikel yang berada diruangan kaca, dimana wanita incarannya ada didalamnya
Tapi sayangnya, Ahmed tidak menemukan gadis itu
Ahmed terus berjalan, hingga melewati para karyawan yang sedang sibuk, dimeja meja mereka
"Selamat pagi tuan" Serempak para staff mengucap salam sambil berdiri membungkukkan badan tanda hormat.
"Pagi" Jawab Ahmed dengan senyum tipis terus berlalu.
"Kemana gadis itu ya, kenapa tidak kelihatan. Apa dia tidak masuk? atau sedang sakitkah?"
Tak lama kemudian, sampailah ia diruangannya sendiri.
Ahmed duduk, masih melamunkan gadis semalam yang telah sudi, membalas inboxnya.
Ahmed mulai membuka laptop. Baru mulai sibuk dengan pekerjaannya, tiba tiba dikagetkan oleh suara pintu yang digedor
Tok tok tok!!!
"Masuk"
Pintu terbuka dari luar "Permisi tuan" Elizabeth sang kepala HRD pun membuka pintu dan masuk.
"Tuan.. Ini data calon karyawan, yang masuk melamar, pada lowongan yang kami buka kemarin" Elizabeth menunjukkan flasdish
"Tapi, ada beberapa calon karyawan, yang masuk seleksi kriteria yang tuan inginkan" Sambungnya, lalu menunjukkan beberapa data, yang telah ia print
"Sisa berapa?" Tanya Ahmed
"Kemarin kami seleksi, hanya sisa 10 tuan. Setelah kami panggil barusan, 5 diantaranya ada yang gugur, karena berbagai pertimbangan. Dan sekarang, hanya tinggal 5.
"Oh, tadi barusan selesai?"
"Iya tuan, mereka sudah melakukan tes. Dan semuanya memiliki keunggulan berbeda beda.. Tinggal tuan yang menyeleksi siapa yang cocok untuk tuan diajak bekerjasama" Jelasnya
"Baiklah, kemarikan datanya"
"Silahkan tuan" Elizabeth menyerahkan 5 data calon asisten yang dipilih oleh Ahmed sang CEO
Ahmed menerima data tersebut. Ia mulai melihat nilai IPK, kelulusan, pengalaman kerja.
Ahmed langsung menarik satu data calon asisten, yang menarik perhatiannya "Eliz, sepertinya saya akan memilih calon asistenku yang bernama ini" Ahmed menunjukkan data, yang ditarik keatas
Elizabeth menerima data tersebut dan membacanya
"Anandhan Nicolas, bergender pria, Usia 26 tahun, lulusan london, menempuh pendidikan magister managemen, tinggi badan 180 cm, pengalaman kerja diperusahaan asing dinegara inggris selama 2 tahun, nilai IPK 3,0 dan mendapatkan predikat cumlaude. Jadi, tuan yakin, akan memilih tuan Anandhan Nicolas sebagai partner anda tuan?" Tanyanya meyakinkan
"Dari 5 orang yang kau pilih, hanya ini yang paling komplit. Berpengalaman, nilainya terbaik, lulusannya juga terbaik. Panggil dia kemari" Ucap Ahmed tegas
"Siap tuan, akan saya laksanakan" Ucap Elizabeth, tak kalah tegas
Ahmed mengangguk mempersilahkan
-
Kembali, Ahmed sibuk dan berkutat dibalik laptopnya dengan cermat. Banyak berkas berkas yang menumpuk. Ia mulai mempelajari satu persatu pekerjaannya, hingga menguras otak dan tenaganya.
Tiba tiba
Tok Tok Tok!!!
Suara pintu digedor kembali dari luar
"Masuk" Saut Ahmed, tapi tetap tidak menghiraukan siapa yang datang.
"Ehhem... Permisi tuan" Ucap Elizabeth membuka kata
"Iya Liz" Jawabnya, masih tidak menghiraukan tamu yang ada didepannya
"Maaf tuan, apa tuan masih sibuk?" Elizabeth sengaja tidak langsung memberi tau, bahwa karyawan baru yang Ahmed minta, sudah didepan mata
"Hmm" Ahmed masih tetap sibuk dengan dunianya
"Maaf tuan, apa anda tidak ingin berkenalan dengan partner anda tuan?"
Ahmed belum menjawab, membuat Elizabeth dan Anand saling tatap dan sedikit tersenyum. Bosnya ternyata belum sadar dari tadi
"Kamu ya Liz, ajak kemari dong" Ucapnya masih tidak melihat sekitar
"Dari tadi tuan Anandhan sudah berada didepan anda tuan"
Ahmed mendongak "Ya Tuhan, kenapa kamu tidak ngomong dari tadi" Ahmed sedikit malu, tapi langsung membuangnya rasa itu
Ahmed berdiri, lalu menyambutnya dan berjabat tangan dengan Anand
"Maaf, kita duduk disana" Tunjuk Ahmed pada kursi sofa "Oiya, siap bergabung mulai hari ini" Tanya Ahmed tegas.
"Siap tuan" Anandhan.
Mereka mulai berbincang bincang, merencanakan misi perusahaan, agar berkembang dan maju pesat.
Dari cara Anand menjelaskan, Ahmed sudah merasa, bahwa calon asisten yang ia pilih, benar benar orang yang jenius.
Tak lama kemudian, jam istirahat pun tiba.
Mereka berdua makan siang bersama, dikantin yang ada digedung ini
Tiba tiba Ahmed teringat dengan seseorang, yaitu Gaby.
Ahmed mulai kirim pesan lewat WA, yang sudah ia minta dari Elizabeth
Kembali, Ahmed melancarkan misinya "Sudah makan belum?" Tanyanya lewat pesan tadi
"Belum tuan, pekerjaanku belum selesai" jawabnya
"Baiklah, tunggu aku disitu"
"Emm, maksudnya apa"
-
Akhirnya Ahmed memesan makanan, khusus untuk Gaby.
"Anand, apa kau sudah selesai?" Tanya Ahmed
"Sudah tuan"
Setelah makan siang usai, Ahmed dan Anand keluar, dan masuk lagi keruangannya. Tapi sebelum sampai, Ahmed menghentikan langkahnya
"Anand, saya mau kesini dulu" Tunjuk Ahmed pada ruangan kaca, yang tertuliskan devisi pemasaran
"Baiklah tuan, jika tuan membutuhkan saya, silahkan panggil saya. Saya pasti akan datang menemui tuan"
"Iya"
-
Ahmed sudah melihat Gaby, yang masih sibuk dimejanya
Ahmed tidak mengetuk pintu tersebut. Ia sengaja masuk, tanpa izin dulu
"Masih sibuk? " Tanyanya, membuat Gaby terjingkat
Gaby berdiri "Tuan, kenapa tuan masuk kemari"
"Memangnya kenapa? Ini kantorku juga"
"Bukan begitu. Saya tidak mau ada gosip"
"Ya biarin aja, gosip ini"
Gaby menatap Ahmed sedikit kurang suka
"Aku kesini, membawa makanan untukmu"
"Siapa yang suruh"
"Nggak ada yang suruh. Cuma inisiatif aja" Ahmed masih mengulurkan tangannya, yang masih ada box nasi ditangannya "Ayo terima"
Dengan terpaksa, Gaby menerima nasi pemberian dari bosnya "Terimakasih"
"Sama-sama"
Gaby berjalan menuju pantry. Ternyata, dibelakangnya ada Ahmed yang mengikutinya dari belakang
"Loh tuan, kenapa ikut kemari"
"Kenapa? Nggak boleh"
"Tuan kan bos. Ngapain tuan ngikutin saya sampai kedapur"
"Ya nggak pa-pa. Emang kenapa sih, salah?"
Kalau diteruskan, bisa-bisa tidak kelar
"Baiklah tuan, saya akan memakan nasi, pemberian dari tuan. Oiya, apakah tuan sudah makan siang?"
"Sudah"
"Minum?" Lanjut Gaby.
"Boleh deh, kopi hitam ya"
"Baiklah, tunggu sebentar, akan saya buatkan"
Ahmed mendekati Gaby yang masih meracik kopi
"Semalem kenapa pesanku tidak kau balas"
"Yang mana tuan?"
"Yang semalam aku tanya"
"Oh itu, maaf tuan, aku sudah tertidur"
BERSAMBUNG.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!