Alam semesta
Mendengarkan kata ini yang terlintas dalam benak kalian semua pasti tentunya akan berbeda setiap orangnya, Bintang, Planet-planet, Lubang Cacing, atau bahkan mungkin saja Lubang hitam, semua hal yang berkaitan dengan alam semesta ini memang sangat menarik untuk ku ceritakan tapi kurasa aku takkan sanggup untuk menceritakannya dengan begitu luasnya semesta yang ada.
Mengapa tidak kita fokuskan saja kepada satu bentuk yang lebih kecil, seperti... Tata Surya!
Tapi Tata Surya juga terlalu besar untuk menggambarkan cerita yang akan kita saksikan saat ini, kita perkecil lagi fokus kita menuju sebuah planet yang paling dekat dengan matahari dulu.
Tidak... bukan Merkurius tempat itu terlalu panas.
Bukan juga Venus, panas dari planet itu bahkan melebihi panas dari planet terdekat dari matahari.
Benar!
Bumi!
Sumber dari segala kehidupan yang ada di tata surya Matahari, bahkan mungkin di seluruh Alam Semesta!
Tapi menggambarkan semua makhluk yang hidup di planet itu juga terlalu menyusahkan bagiku, lagipula saat ini planet itu sedang berada dalam ambang kehancuran, takkan terlalu menarik untuk ku ceritakan.
...Nit! Nit! Nit! Nit!...
Ah!
Suara alarm dari pesawat ruang angkasa yang sedang bermanuver itu dinaiki oleh seseorang.
Sepertinya dia sedang dalam masalah besar, kurasa kita akan melihatnya ke sana.
Kita lihat...
Seorang pemuda sedang mencoba untuk terus bertahan hidup disana, kurasa menceritakan kisah hidupnya akan menarik.
...Nit! Nit! Nit! Nit!...
Suara Alarm peringatan itu terus terdengar menggema di semua bagian pesawat, pemuda itu terus memegang stir yang ada dihadapannya dengan erat.
...Nit! Nit! Nit!...
Raut wajah pemuda itu sangat tegang bahkan akan terasa jika ada seseorang yang berdiri di sebelahnya meskipun dia memakai helm khusus astronot itu.
"Sial! Kenapa ini semua bisa terjadi." Pemuda itu mengeluhkan nasibnya.
...Nit! Nit! Nit! Nit!...
Suara dari alarm yang menandakan peringatan itu terus menerus berbunyi tanpa henti seperti seseorang yang berambisi dan tak mengenal lelah.
Dak! dak! dak!
Pemuda memukul stir yang ia kemudikan dengan keras.
"Sial!!!"
Dengan terus menerus mengeluhkan situasi yang sedang dihadapinya.
Dia samar-samar melihat sebuah kilas balik.
Kilas balik dari semua yang telah dilalui semasa hidupnya.
"Bisa-bisanya aku mengingat hal-hal yang sudah takkan kudapatkan lagi itu." Pemuda itu menertawakan dirinya sendiri.
..."..."...
Pemuda itu kehilangan kesadarannya.
...!!!...
Melayang...
Pemuda itu melayang dalam sebuah ruang yang gelap tanpa adanya satupun tanah yang bisa dia pijak.
Merasakan hal yang tak nyaman, pemuda itu membuka matanya dengan perlahan.
"Apa yang..."
"Kenapa aku bisa berada di sini?!"
Pemuda itu keheranan dengan apa yang sedang terjadi padanya saat ini.
Mencoba berjalan menuju ke arah depan tapi tak ada satupun yang dia dapatkan, yang dia lihat hanyalah kegelapan yang tak terhingga.
...
"Ah..." ucap pemuda itu dengan cukup kecewa.
"benar..."
"kurasa..."
"Aku sudah berusaha sebaik mungkin."
Menyadari hal yang menimpanya pemuda itu hanya mencoba untuk berpikir dengan positif saat ini.
"..."
"apakah ini kematian?"
Tik! tik! tik!
Suara hujan turun terdengar di sekitar pemuda itu, tapi tak ada satupun bentuk visual bagaimana hujan itu terjadi, pemuda itu merasakan basah di tubuhnya namun dia tak dapat melihat air yang mengalir padanya.
"Sangat gelap disini, tak ada satupun yang bisa kulihat."
Hujan yang tak terlihat terus berlanjut.
"..."
Terus berdiri dan mencoba duduk sesekali pemuda itu terus berpikir bagaimana tentang nasibnya yang akan datang, banyak pertanyaan yang hadir dalam benaknya.
"Tidak..." Penolakan mulai terlintas dalam kepalanya
"Apakah benar semuanya akan menjadi seperti ini setelah kematian?"
"Apa semua orang juga mengalami hal yang sama? Tapi bagaimana dengan Surga atau Neraka?"
"jika hal ini terus berlanjut."
"Aku..."
"aku.."
"Kesepian."
Menutup diri, dia mulai berjongkok seperti seorang anak kecil yang sedang merengek.
"Aku telah mencoba sejauh ini, tapi jika ini adalah akhirnya"
..."..."...
..."Aku ketakutan."...
.......
.......
.......
.......
.......
.......
...!...
...Nit! Nit! Nit! Nit!...
Suara alarm itu membangunkan pemuda yang kehilangan kesadarannya itu dan dia dengan segera menarik stir yang dipegangnya agar dapat selamat dari tarikan gravitasi bumi.
Pesawat ruang angkasa itu akhirnya bisa keluar dari tarikan gravitasi bumi dan sekarang di sinilah dia.
Dia sudah tak tertarik oleh kuatnya gravitasi bumi karena Eksofer yakni lapisan atmosfer bumi paling luar telah dia lewati dengan susah payah.
"ha... hah... hahh... hhaahh.." Pemuda itu terus mencoba mengendalikan nafasnya setelah semua hal yang telah dilaluinya barusan.
"aku..." pemuda itu mencoba untuk mengucapkan sesuatu.
"ber..." kalimatnya itu tak diucapkannya dengan jelas karena nafasnya yang terengah-engah.
"aku..." dia mencoba mengucapkannya lagi.
"berh..." namun gagal lagi karena nafas dan juga jantungnya yang berpacu dalam kecepatan tinggi belum bisa dia kendalikan saat ini.
"aku..." mencobanya lagi.
"berhasil..." sekarang dia bisa menyelesaikan kata-katanya karena nafasnya sudah bisa dia kendalikan.
"aku... berhasil.."
Ya.. dia berhasil.
"aku.. berhasil."
Tak cukup mengucapkannya sekali.
"aku. berhasil!"
Dia meneriakkan keberhasilannya.
"yah!"
"aku berhasil!"
"aku berhasil!"
"aku berhasil pergi dari planet menyedihkan itu!"
"aku berhasil!"
"berhasil bertahan hidup!"
"YAAAAHHHH!!!"
"rasakan itu para pecundang!"
"saat ini hanya aku manusia yang tersisa."
"hanya aku"
"hanya.. aku.."
"..."
Terdiam
Saat ini dia menyadari bahwa hari esok akan menjadi lebih berat dibandingkan dengan hari ini, fakta bahwa dia hanya sendirian di luar angkasa membuat semuanya menjadi...
Kesengsaraan tak berujung.
"ekhmm.. maafkan aku, semuanya... aku terlalu bersemangat.." dia meminta maaf dan membungkukkan badannya ke arah bumi karena telah menghina orang-orang di dalamnya dengan berlebihan.
"baiklah, jadi sekarang apa?"
Hening.
Tak ada seorangpun yang menjawab apa yang ditanyakan oleh pemuda itu.
"yah... tentu saja sudah jelas."
Pemuda itu pergi menuju ke arah pintu dan hendak meninggalkan ruang kendali.
Memutar kenop pintu dan menuju ke ruang tengah kapal, di sinilah dia akan tinggal dan bertahan selama sisa hidupnya berlanjut.
Sendirian.
"yah, disini takkan senyaman di rumah tapi setidaknya aku masih hidup.."
"hidup..."
Sebuah kilas balik dari ingatannya terlihat jelas setelah dia mengucapkan kata itu.
"Hiduplah.." ucapan itu dilontarkan oleh seorang wanita dengan raut wajah penuh harap.
Dak!
Dia memukul dinding besi yang ada di belakangnya dan mencoba untuk melupakan momen itu.
Tapi melupakannya bukanlah suatu hal yang mudah.
Tangisan menyedihkan keluar dari mata pemuda itu... meratapi semua yang telah terjadi.
"aku hanyalah seorang pecundang."
...
...
zztt!
Sebuah kamera menyala dan menampilkan wajah dari pemuda yang masih hidup di ambang kehancuran planet Bumi.
"baiklah... kamera sudah menyala."
"ya.. akan ku mulai laporanku... hari ini sudah genap satu bulan aku melayang-layang di angkasa tanpa arah, kurasa saat ini pesawat yang ku naiki telah mulai keluar dari orbit bumi dan semakin dekat dengan bulan."
"ini akan menjadi perjalanan tanpa ujung hahaha"
"dan, belum ada satupun petunjuk... apa yang harus kulakukan."
"aku hanya menjalankan aktivitasku seperti hari-hari sebelumnya, aku masih belum terbiasa dengan semua ini, setiap aku terbangun aku tak mengenal langit-langit yang kulihat, meskipun itu bukanlah langit karena aku tak benar-benar tidur menghadap ke atas."
"suasananya seperti biasa, hening dan sunyi."
"lalu suhu disini masih sangat dingin hahaha."
Pemuda itu menggerakkan badannya dengan maksud menunjukkan seberapa dinginnya suhu yang dia rasakan.
"yah... aku mulai kehilangan harapan untuk hidup disini, sudah selama ini dan tak ada satupun petunjuk apa yang harus ku lakukan berikutnya."
"aku sudah tak berharap lagi ada bantuan dari bumi, biar kutunjukkan." Pemuda itu membawa kameranya dan mengarahkan kamera itu ke jendela yang memperlihatkan Bumi yang sudah mulai hancur besar.
"yah, cukup menyedihkan... ini semacam pembasmian massal tapi kurasa... cukup wajar jika Tuhan murka terhadap manusia dan mulai kehilangan kesabarannya, aku juga akan murka jika mereka terus melakukan kesalahan sama yang berulang."
"hahaha, kurasa cukup sekian laporan ke 30, dan untuk yang terakhir..."
"aku berharap Tuhan menolongku dan memberikanku petunjuk menuju tahap berikutnya, aku tahu selama ini aku bukanlah hamba yang taat... Tapi aku sudah tak tahu lagi harus memohon kepada siapa jika tidak kepada Nya."
"yah, baiklah... sudah cukup."
Zzt!
Kamera berhenti merekam.
Pemuda itu meletakkan kembali kamera ke tempatnya dan pergi menuju ruang persediaan.
"makanan ini hanya cukup untuk 3 tahun, dan takkan ada lagi... ya, takkan ada lagi untuk ke depannya."
Pemuda itu menempelkan kepalanya ke dinding yang ada di depannya.
"sial, benar-benar tak ada harapan lagi."
"listrik yang entah akan bertahan sampai kapan dan juga oksigen yang makin menipis, semuanya sudah berakhir..."
"sudah berakhir... kenapa... kau menyuruhku agar terus hidup." Pemuda itu berbicara sembari mengingat kata-kata seseorang yang menyuruhnya untuk bertahan.
"kau berbicara seakan ada harapan disini."
Pemuda itu menggigit bagian bawah bibir nya dan mulai meneteskan air mata sedikit.
"tapi yang ada disini hanyalah kesengsaraan tiada akhir."
Dia mengusap air matanya.
Mencoba untuk tegar.
Situasi hatinya sangat bercampur aduk saat ini, terkadang dia tenang dan mencoba menghibur diri untuk tetap berpikir positif tapi stress lebih banyak muncul dibandingkan itu.
...
Zzt!
Kamera menyala dan merekam lagi sebuah adegan yang menampilkan seorang pemuda yang sama di tempat yang sama tapi dengan situasi yang berbeda.
"baiklah... hari ini adalah genap satu tahun aku berada di sini."
Mata pemuda itu terlihat lingkaran hitam yang menjadi bukti bahwa stress yang dialaminya terus berlanjut sepanjang hari.
"ya, seperti biasanya, persediaan makanan menipis, tapi sejak 6 bulan terakhir aku hanya makan sebanyak 3 kali dalam 1 minggu dan itu membuat semuanya jadi lebih awet..."
"kurasa..."
"listrik masih berjalan dengan cukup baik, dan persediaan oksigen juga cukup banyak."
"aku masih tidak memiliki petunjuk apa yang harus kulakukan selanjutnya."
Pemuda itu mengubah angle kamera dan memperlihatkan dirinya bersama bumi di belakangnya dari balik jendela.
"bumi... sudah hampir hancur sepenuhnya.. ya, ini cepat... tapi siapa yang bisa mencegah hal itu."
"oh..."
"suara-suara aneh terdengar olehku tapi aku menghiraukannya..."
"aku terus mencoba berpikir logis, tapi suara memanggil itu setiap harinya makin jelas terdengar."
"aku menjadi kekurangan tidur dan..." Pemuda itu menghentikan ucapannya.
"hei!" Dia menoleh dan berteriak pada sesuatu.
"..."
"ah tak ada, aku hanya merasa.... sudahlah kurasa ku akhiri laporan ke 365 ku ini, aku berharap Tuhan memberikanku jalan dan kesempatan untuk keluar dari penjara tak berujung ini."
"Amin"
Zzt!
Kamera berhenti merekam.
Pemuda itu menghampiri ke tempat yang ditoleh olehnya dan seperti sebelum-sebelumnya dia berharap bahwa itu adalah sebuah petunjuk baginya.
Tapi sayang seribu sayang itu bukanlah apa-apa, tak ada apapun di tempat yang mengganggunya itu.
Dia memutuskan untuk pergi tidur karena ia sudah terbangun lebih dari 2 hari.
"ku harap aku mati." Dia menutup matanya dan pulas dengan cepat.
.
..
...
"hei"
Sebuah suara memanggilnya.
!
Dia membuka mata dan seperti saat pingsan saat bermanuver keluar dari tarikan atmosfer, dia berada di suatu tempat yang gelap gulita.
"hei"
Suara itu memanggilnya lagi.
Pemuda itu terus membalikkan badan dan mencari sumber suara yang memanggilnya itu.
"siapa kau!?"
"..." tak ada jawaban.
Dia mencoba berjalan meski tak tahu apa yang ada di depannya.
"hei"
Kali ini suara itu benar-benar dekat, arahnya dari sebelah kanannya.
Pemuda itu mengulurkan tangannya dan sebuah siluet putih transparan berwujud anak kecil terlihat pergi lari ke depan menghindari uluran tangan yang akan mengenai tubuhnya.
"ayo! kejar aku!" ucap siluet itu sembari membalikkan badannya.
Pemuda itu mengejar siluet itu tanpa berpikir panjang.
"ahahaha kau tak bisa menangkapku!" siluet itu tertawa seperti sedang melakukan permainan dengan pemuda itu.
"ayo terus kejar aku!"
Pemuda itu terus mengejar dan mengejar siluet yang terus menghindarinya.
"kau bisa melakukan ini lebih baik benar bukan!"
"teruslah kejar aku!"
Menghindar menghindar dan menghindar dia terus menghindari uluran tangan dari si pemuda itu dan Hap!
"ahh kau menangkapku! hihihi." suara tawa itu adalah suara seorang anak perempuan.
"aku tahu kau bisa melakukannya."
"benar bukan.."
"Lynn!"
!
Sebuah nama diucapkan oleh siluet itu dan dengan cepat kegelapan yang ada di sekitarnya berubah menjadi sebuah tempat di tebing dekat pantai dan hanya ada dua orang di sana.
Seorang anak perempuan dan juga...
Lynn seorang pemuda yang berhasil selamat dari kehancuran dunia.
...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...
"ha.."
Semuanya terjadi begitu cepat.
"ada apa Lynn?" anak perempuan itu melihat Lynn dengan cemas.
Ragu.
Lynn ragu dengan kenyataan ini.
Dia menjatuhkan dirinya ke belakang.
Buk!
"Lynn? ada apa denganmu? apa kau sakit?" Anak itu khawatir terhadapnya
Otaknya tak mampu memproses apa yang terjadi.
Wush!
Hembusan angin laut melewati kulit Lynn dan membuatnya merasakan goosebumbs ini semua terasa sangat nyata.
Bahkan...
Terlalu nyata.
Suara gesekan rumput yang beradu satu sama lain.
Suara ombak.
Suara kicauan burung.
Semua ini terlalu nyata.
Plak!
"ehh!? Lynn! apa yang kau lakukan!?" Anak itu panik dengan tingkah laku Lynn.
"sakit..."
"tentu saja itu sakit, kau menampar dirimu sendiri."
"duh! apa yang salah denganmu!" Anak itu benar-benar memarahi Lynn atas apa yang baru saja dilakukannya.
Dan hal itu juga terasa sangat nyata.
"apa... apa yang terjadi?"
"justru aku harusnya bertanya padamu, apa yang terjadi?"
"kenapa kau menjadi berubah seperti ini setelah bermain kejar-kejaran denganku, tak biasanya kau bertingkah seperti ini."
"si... siapa kau."
"benarkah? kau ini kenapa? kau bertingkah sangat aneh Lynn, beneran deh apa yang terjadi padamu." Anak perempuan itu terdengar sangat akrab dengan Lynn, seperti dia sudah sangat lama bersamanya tapi, Lynn tak mengenalnya sedikitpun.
"..." Lynn terdiam.
"Seriusan? kau tak mengenalku?"
"aku tahu kita baru bertemu beberapa hari lalu dan aku tak terlalu... ah sudahlah intinya aku heran kenapa kau bisa melupakanku!"
"..."
Buk!
Dia memukul Lynn dengan cukup keras karena kesal.
"Alena! namaku Alena!" dia berteriak sambil mengembungkan pipinya.
Benar-benar perlakuan seorang anak kecil tapi cara bicaranya sama seperti seseorang yang sudah mengerti sedikit mengenai bagaimana cara dunia ini bekerja.
"hmmph!" Dia marah.
Lynn menghiraukannya.
Alih-alih mencoba membujuknya agar Alena membaik, Lynn malah menutup matanya dan mencoba merasakan semua perasaan yang telah lama dia rindukan ini.
Dia merasakan semuanya dengan sangat dalam hingga dia terlelap, bahkan meski ada resiko kalau dia akan terbangun di pesawat tapi dia terus merilekskan badannya hingga terlelap dan membiarkan Alena terdiam dalam kemarahannya.
Terlelap lagi dalam tidurnya.
Lynn tertidur dengan rasa nyaman yang ada di hatinya.
.........
!
Lynn terbangun dari tidurnya.
"ahh, sudah kuduga..."
"hal itu terlalu bagus untuk menjadi sebuah kenyataan."
Dia terbangun kembali di pesawat luar angkasa.
Lynn menggosok matanya.
Tapi tangannya malah bergerak menembus kepalanya.
"eh?"
Dia kebingungan.
Tapi dia mencoba berpikir positif, mungkin saja dia meleset karena masih merasakan kantuk yang dalam.
Dia mencobanya lagi.
Menggerakkan tangannya untuk mengusap mata, dia menggerakkan tangannya sembari memfokuskannya bergerak menuju mata kanannya.
Dan...
Itu menembus kepalanya lagi.
"apakah aku memang se ngantuk itu?"
"ahh sudahlah, kurasa aku akan pergi membasuh muka ku saja."
Dia pergi menuju tempat daur ulang air.
"menyedihkan memang harus meminum ulang urine yang sudah ku keluarkan jauh-jauh hari untuk melepaskan dehidrasi yang mengikatku saat ini, tapi mau bagaimana lagi tak ada sumber air yang tersisa."
Lynn menggerakkan tangan kanannya menuju sebuah keran yang akan mengeluarkan sumber air di pesawat.
!
Tangannya melewati keran itu.
"ha?"
Dia mencobanya lagi dan lagi.
"sial, apa yang terjadi."
Lynn melihat menuju tangannya.
Dia melihat dengan jelas tanpa ada satupun kejanggalan.
Menggerakkan tangannya menuju benda lain namun sama saja, dia menembusnya.
Dia hanya bisa menyentuh bagian tubuhnya.
Lynn tak mengerti apa yang terjadi.
Semua kejadian ini terjadi begitu cepat sehingga dia tak mampu memproses semuanya.
Sebuah tempat yang gelap, pantai dan perasaan yang nyata, lalu tubuhnya yang saat ini menembus segalanya.
"aku mungkin hanya kecapekan..."
Lynn tetap mencoba untuk tetap tenang dan berpikir positif.
Dia kembali mencoba membuka keran yang ada di depannya tapi itu percobaan yang sia-sia.
"siaaaaaal!" Lynn mengeluh.
Dirinya berada dalam sebuah bentuk yang bukan manusia saat ini, tubuhnya melayang tapi itu tak terlalu aneh baginya karena selama setahun ini dia bertahan di sebuah pesawat luar angkasa.
Lynn mencoba menghirup nafas panjang.
"baiklah, kuterima faktanya... tapi apa inti dari hal ini? apakah ini sebuah petunjuk?"
"..." tak ada apapun, tak ada yang menjawab.
"yahh, baiklah... aku akan mencari tahu sendiri."
Lynn pergi dari tempat sumber air.
Dia menuju ke tempat dimana dia terbangun hari ini.
Melewati pintu yang memang sebelum dia tidur sudah terbuka.
Lynn melihat...
Dirinya.
"..." dia tak bisa berucap.
Tubuhnya langsung bereaksi panik dan meninggalkan ruangan itu.
Dia menembus dinding saking paniknya.
Pergi tak mengetahui arah dan sampai di ruang kendali.
gulp
Dia menelan ludahnya.
Mencoba untuk terus berpikir tenang tapi itu gagal, semua yang terjadi tak dapat dilalui dengan ketenangan.
"apa... apa yang sebenarnya terjadi?"
Lynn melihat ke arah kaca yang ada di depannya.
Sekilas terlihat pantulan dari keseluruhan ruangan kendali.
Keseluruhan kecuali Lynn.
Dia dapat melihat tangan, kaki, tubuh dan bagian lainnya yang dapat dilihat oleh mata akan tetapi pantulan samar di kaca itu tak menampilkan sedikitpun tubuh Lynn.
Dia menyadari ada kejanggalan disini dan pergi menuju sebuah cermin yang ada di pesawat untuk mendapatkan jawaban yang lebih jelas.
Lynn pergi.
Dia mencari-cari letak cermin yang ada di dalam pesawat, mengingat dia tak pernah melihat wajahnya sendiri secara langsung selama satu tahun ini, dia lupa dimana cermin itu diletakkan.
"dimana, sialan! aku selalu melihatnya tapi ketika aku membutuhkannya itu tak ada."
"kemana melayangnya cermin itu!?"
Memang ada beberapa kemungkinan cermin itu rusak atau apa karena melayang-layang tapi Lynn tak menghiraukan itu dan terus mencarinya.
Ruangan demi ruangan ditelusuri olehnya, mencari sebuah cermin yang cukup besar untuk menampakkan wajah orang dewasa.
Cermin gagang yang diberikan oleh seseorang padanya.
"itu dia!"
Setelah pencarian yang cukup lama dan menyusahkan karena Lynn tak bisa menyentuh apapun saat ini.
Akhirnya dia menemukannya.
Lynn melihat ke arah cermin dan benar saja apa yang dilihatnya dari pantulan samar kaca ruang kendali, cermin pun memperlihatkan dinding di belakang Lynn dan menembus tubuh Lynn yang sedang melihatnya secara langsung.
"sial, jadi dugaanku yang terburuk menjadi benar, aku tak lagi dalam tubuh manusia saat ini.. tapi apa ini?"
Lynn diam berpikir di depan cermin yang tak menampakkan wajahnya.
!
Ketika sedang diam dan memikirkan apa yang terjadi, Lynn merasakan sebuah tarikan yang sangat kuat menuju ke dalam cermin yang ada di hadapannya.
Lynn mencoba melawan tarikan itu dengan menggenggam sesuatu, tapi usahanya itu sia-sia karena ketidakmampuan nya untuk memegang sesuatu saat ini.
Seperti seorang anak kecil yang akan tenggelam karena tak mengetahui bahwa kolam yang ada di hadapannya akan menjadi lebih dalam.
Lynn panik.
Tak ada pegangan, tak ada tarikan, dia menggerakkan badannya dengan sangat panik karena tubuhnya akan ditarik menuju sesuatu yang tak dia ketahui sama sekali.
"tolong!"
Meminta tolong pun percuma karena takkan ada satupun yang menolong.
Dengan mengetahui fakta bahwa tak ada lagi yang bisa dilakukannya, sekarang dia hanya bisa menutup mata dan berpasrah diri.
Tubuh Lynn sudah hampir semuanya memasuki cermin.
Hanya kaki kiri di bagian mata kaki ke bawah yang belum masuk ke dalam cermin.
!
Lynn membuka matanya, dia merasakan sesuatu menarik kaki kirinya yang ada di luar.
Dengan cepat tubuh Lynn tertarik kembali menuju pesawat.
Dia melihat seorang wanita yang seharusnya tak ada dalam pesawat itu, bahkan dia tak pernah mengenal wanita itu dalam hidupnya.
Wanita itu adalah seseorang yang menarik tubuh Lynn dari dalam cermin.
Plak!
Wanita itu langsung menampar wajah Lynn dan membuatnya kebingungan.
"sakit.." Lynn dapat merasakan tamparan yang dilayangkan oleh Wanita itu.
Dia menjadi lebih bingung, semua hal-hal yang begitu cepat terjadi ini menjadikan tubuhnya lemas dan kehilangan kesadarannya.
"ahh aku sepertinya menamparnya terlalu keras." ucapan dari Wanita itu terdengar oleh Lynn tepat sebelum dia kehilangan kesadarannya secara total.
...****************...
Lynn membuka matanya.
"ah! kau sudah bangun" Wanita yang menampar Lynn adalah orang yang pertama kali dilihatnya.
"a.. apa semua ini nyata?"
"ya, cepatlah bangun, akan kujelaskan dengan cepat karena waktu kita hanya sedikit saat ini."
"apa maksudmu waktu kita hanya sedikit?"
Wanita itu mencoba untuk tenang dan tidak terburu-buru.
"kau telah menggunakan wujud jiwa itu cukup lama bukan?"
"ya" jawab Lynn sambil menganggukkan kepalanya.
"nah itulah sebabnya." Wanita itu menjelaskannya dengan singkat.
"kau sungguh payah menjelaskan sesuatu." gerutu Lynn.
"sudahlah jangan memujiku seperti itu." Wanita itu malah menjadi senang.
"jadi, apa yang akan terjadi selanjutnya?"
"kau menginginkan kesempatan kedua bukan?"
"ya.."
"maka dari itu!" Wanita itu dengan semangatnya mengacungkan tangannya dan menganggap kalau Lynn akan mengerti apa yang diucapkannya.
"ha?" Lynn malah kebingungan sendiri
"kau benar-benar tak bisa menjelaskan sesuatu yah? apa maksudmu?"
"maKsssudkuuuu, kau mendapatkan kesempatan kedua mu jika kau mengikutiku saat ini, kau mengerti?"
"apa yang kau maksud mengikutimu?"
Sigh!
"kita kehabisan waktu, sebelum kau terlempar lebih jauh, aku akan mengarahkan kau sekarang, tak ada waktu lagi."
"apa maksudmu." Lynn masih tak mengerti apa yang dikatakan oleh wanita itu.
"kau terlalu banyak bertanya." Wanita itu menghiraukannya dan meletakkan tangannya pada dada Lynn.
Entah apa yang akan dilakukan olehnya tapi terasa dia akan mendorong Lynn.
"Tunggu dulu! setidaknya berikan aku namamu."
"..." Wanita itu berhenti sekejap.
Dia mulai mendorong tubuh Lynn ke belakang.
"Namaku Te-" Dia menyebutkan Namanya, tapi Lynn tak mendengar kata-katanya itu dengan jelas.
"woah!" Lynn terjatuh dengan kecepatan tinggi, tapi tubuhnya tak merasakan dampak dari kecepatan itu.
Lynn menutup matanya dengan erat.
Dia terus terjatuh hingga akhirnya....
Duk!
Dia mencapai tanah dan jatuhnya dia memberikan rasa sakit yang cukup besar.
"hei Tuan! apa kau tidak apa-apa?" Sebuah suara dari anak kecil menggapai telinganya.
Lynn membuka matanya.
Dia tak bisa melihat dengan jelas saat ini, yang dilihatnya saat ini seperti layaknya melihat sebuah cahaya dari dalam sumur.
"ahhh! dia terbangun!" ucap salah seorang yang mengerumuninya itu.
Lynn menggosok matanya, dan sekarang dapat melihat dengan jelas bahwa dia dikerumuni oleh orang-orang yang tak dikenal olehnya.
Diantara kerumunan itu ada satu orang yang terlihat familiar.
"ahh, bukankah kau anak kecil itu." Lynn menunjuk ke arah seorang anak perempuan yang ada di salah satu kerumunan itu.
Kerumunan itu langsung melihat ke anak yang ditunjuk oleh Lynn.
"a-aku?" Anak itu kebingungan.
"ya, kau.." Lynn menggerakkan tubuhnya dan mengubah posisinya menjadi duduk.
"Tuan, kurasa kau salah orang... anak itu adalah anak yang baik kok, dia tak pernah melakukan kesalahan" Salah seorang dari kerumunan itu membela anak itu, bahkan sebelum Lynn menyelesaikan perkataannya.
"tidak! bukan itu! aku mengenalnya!"
"?" seluruh kerumunan itu kebingungan.
"tunggu dulu Tuan, biar ku tanyakan pada anak itu sebentar, aku cukup mengenalnya." Ucap orang yang membela anak itu dan memisahkan Lynn dengannya.
".... Alena?" Percakapan yang dilakukan oleh orang itu tak terdengar jelas oleh Lynn, tapi saat dia memanggil nama dari anak itu, Lynn bereaksi.
"Alena!" Lynn menghampiri anak itu.
"eh, siapa kau... aku tak.." Alena segan dan malah menjadi ketakutan.
Lynn heran, kenapa anak yang seharusnya mengenalnya malah menjadi asing kepadanya.
"Alena, ini aku... Lynn." ucap Lynn untuk memperjelas situasi.
"Tuan, sepertinya anda salah orang atau apa... anak ini bilang dia tak mengenalmu." ucap orang yang membawa Alena.
"Ada apa ini?"
Seorang pria menggunakan baju zirah menghampiri kerumunan yang terjadi dan seketika kerumunan itu menghilang dan menyisakan 4 orang.
Lynn, Alena, Pria berzirah, dan juga wanita tua yang mengenal Alena.
"apa yang terjadi Laurissa?" Pria berzirah itu menanyakan apa yang terjadi.
"ahh, bukan masalah besar hanya saja..." Laurissa mencoba untuk menjelaskan situasinya tapi dia agak kesulitan untuk mengatakannya.
"ehm? oh, aku tak pernah melihatmu sebelumnya." Pria berzirah itu mengalihkan pandangannya pada Lynn.
"Perkenalkan, namaku Rigel aku penjaga di desa ini, bisakah kau menjelaskan yang terjadi?"
"pak penjaga." Alena memanggil Rigel dan dia membungkukkan badannya.
Alena membisikkan sesuatu pada Rigel yang menyamakan tinggi kepalanya dengan tinggi badan Alena.
"ah, jadi sepertinya ada semacam kesalahpahaman disini..."
Entah apa yang dijelaskan oleh Alena, tapi dia sepertinya mencoba untuk tak merugikan semua orang.
"bisakah kalian tenang dan ikuti aku ke pos penjaga?"
Laurissa bereaksi ketika mendengar kata pos penjaga.
"apa kita akan ditahan Rigel?"
"hahaha tentu saja tidak! hanya saja lebih enak kalau mencari tempat yang nyaman untuk berbincang benar bukan?"
"yahh, kau benar."
"kau... Tuan.." Rigel mencoba menyapa Lynn.
"Lynn, namaku Lynn"
"baiklah Tuan Lynn, bisakah kau mengikutiku menuju pos penjaga dan menjelaskan semuanya?"
"tentu saja."
"baiklah, kalau begitu..." Rigel menundukkan badannya lagi untuk berbicara pada Alena.
"Alena, bisakah kau menuntun Laurissa?"
Alena mengangguk.
Dan mereka berempat kemudian berjalan menuju sebuah pos penjaga yang jaraknya tak terlalu jauh.
"jadi... bagaimana kau bisa mengenal Alena, Tuan Lynn?" Tanpa basa-basi Rigel langsung menanyakan inti dari percakapannya.
"ah, entahlah... aku tak terlalu ingat." Lynn tak bisa mengatakan begitu saja kalau dia tak berasal dari tempat ini.
"?"
"apa maksudmu kau tak terlalu ingat?" Rigel menaruh curiga terhadap Lynn.
"aku hanya... merasa... tak mengingat masa laluku." Kebohongan yang disampaikan Lynn cukup membuat seseorang dapat percaya dengan mudah.
"hmm? memangnya apa yang terjadi?" Rigel kurang percaya dengan apa yang dikatakannya.
"dia terjatuh." Laurissa berbicara dan hal itu membuat Rigel merasa kalau apa yang diucapkan Lynn tak sepenuhnya berbohong.
"ahh, kapan tepatnya dia jatuh Laurissa?" Rigel berpaling dari Lynn.
"sebelum ini, dia terjatuh dari bangunan yang cukup tinggi dan kebetulan dia terjatuh di dekat Alena." Jelas Laurissa.
"baiklah... apakah itu benar Alena?" Rigel menanyakan kebenarannya.
"ya.. itu benar... dia terjatuh tepat di depanku lalu orang-orang mengerumuninya." Alena menjelaskan apa yang terjadi.
"ya... sekarang sudah cukup jelas..." Rigel akhirnya percaya dengan kebohongan yang dikatakan oleh Lynn.
"apakah kau mengingat hal lain selain namamu Tuan Lynn?"
Rigel mencoba mencari tahu lagi apakah dia berbohong.
"aku... sedang mencari seseorang."
"siapa, tepatnya orang itu?"
"entahlah, aku hanya mengingat perawakannya dan namanya juga samar-samar di kepalaku."
Tapi Lynn lihai bermain kata dan sekarang Rigel sepenuhnya percaya dengan apa yang dia katakan, 'Orang ini mengalami hilang ingatan akibat benturan,' itulah yang diyakini oleh Rigel saat ini, lagipula yang dijelaskan olehnya tak sepenuhnya bohong.
"apa kau mengingat mengenai rumahmu? keluargamu?" Rigel terus menanyakan pertanyaan.
"tidak..."
"..."
"sejak kapan kau melupakan semuanya?"
"entahlah."
"..."
"..."
"baiklah... kurasa tak ada masalah, dan Tuan Lynn, apakah kau mempunyai tempat tinggal? mengingat kau adalah seorang pendatang dan kehilangan ingatanmu, kurasa akan menjadi masalah jika membiarkanmu berkeliaran."
"ah.. tidak, aku tak.."
"biar dia tinggal bersamaku." Laurissa mengajukan solusi.
Rigel melirik ke arah Laurissa.
"apakah kau yakin? bukankah kau ragu padanya sebelum ini?"
"tak apa, aku sudah mengerti situasinya, lagipula biarkan dia menemaniku dan membantuku mengerjakan pekerjaan rumah... wanita tua sepertiku kesulitan untuk melakukan semua itu sendirian."
"yah, itu cukup masuk akal, mengingat Alena juga tinggal di rumahmu benar bukan?"
"ya, aku tak keberatan membiarkan seorang pemuda atau siapapun yang tak memiliki rumah di desa ini untuk tinggal di rumahku, aku tak bisa sendirian mengingat anakku dibawa ke kota setelah menikah dengan suaminya, aku tak keberatan jika seseorang tinggal bersamaku."
Rigel melihat ke arah Lynn.
"apa kau tak keberatan tuan Lynn?"
"tentu... aku tak memiliki apapun saat ini."
"yahh, kurasa... masalahnya sudah selesai, jika kau memiliki masalah kau dapat menyusuri kota dan mencariku." Rigel mengulurkan tangannya kepada Lynn.
"yah, aku akan melakukan itu jika terjadi masalah." Lynn menjabat tangan Rigel.
Masalah pertama yang dialami oleh Lynn selesai, dia bahkan belum bisa memikirkan bagaimana cara dia bisa kesini, dan apa tujuannya.
Tapi ketika menghadapi masalah dia lihai dalam menyelesaikannya.
Lynn, Alena dan juga Laurissa pamit kepada Rigel dan pergi meninggalkan pos penjaga.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!