Ada sebuah kisah cinta beda dunia yang telah mengubah sejarah kehidupan para vampir di dunia ini. Kisah cinta yang melahirkan sebuah kerajaan Vampir di padang pasir.
Kerajaan unik ini dipimpin oleh Seorang Raja Vampir dan Ratu Dewi Matahari. Raja dan Ratu telah dikarunia dua putra kembar bernama Haru dan Naru. Haru memiliki gold sun eye dari keturunan Ratu, sedangkan Naru memiliki ruby moon eye dari keturunan Raja.
Dan sekarang, Raja dan putra kembarnya tengah bersedih menemani Ibunda Ratu yang sakit dan sedang berada diambang kematian.
"Maafkan aku Rajaku, waktuku telah usai disini. Aku harus kembali ke tempatku berada"
"Kami sangat membutuhkanmu"
"Jangan khawatir, aku telah menemukan seorang anak manusia yang dapat menggantikan posisiku suatu saat nanti. Bersabarlah. Karna akan ada kisah cinta yang lebih indah selain kita berdua. Lewatilah ujian dan bencana ini dengan baik. Karena, suatu saat akhir yang bahagia akan menghampirimu. Selamat tinggal Rajaku"
"Ra-Ratukuuu!!!"
...****************...
Di kehidupan manusia, tampak sebuah rumah mungil minimalis yang dihuni oleh seorang arkeolog dan putri cantiknya.
Tanaka Sanja, adalah seorang pria paruh baya bergaya formal tanpa tuxedo sedang duduk di sebuah sofa lebar sambil menyilangkan kakinya. Dia memegang sebuah buku di tangan kiri dan sebuah remot di tangan kanannya. Sayup-sayup terdengar suara televisi dan cahaya terbatas dari televisi menerangi isi ruangan.
Setelah mengetahui kabar gerhana matahari di televisi, dia berjalan menghampiri di mana putrinya berada. Dia adalah seorang ayah berusia 40 tahun tapi masih memancarkan ketampanan karena semangat mudanya yang luar biasa.
“Noah, Ayah hanya mau mengingatkan, hari ini gerhana matahari bisa kamu lihat di jam 12.15", jelasnya sambil berkacak pinggang mendatangi putrinya.
“Iya”, jawab putrinya singkat.
“Ha aah, sampai kapan kamu harus selalu memperhatikan semut-semut itu putriku?"
Ayah pasrah melihat putri semata wayangnya suka memperhatikan semut di dinding rumahnya, "Tapi ingat, jangan melihatnya langsung karna itu bisa merusak matamu. Lihatlah di lantai atas menggunakan teleskop jangan lupa pasang filternya”, lanjutnya.
“Iya iya", Noah semakin tegas menjawab.
Noah. Dialah Tanaka Noah. Gadis kesayangan, putri dari seorang Profesor Arkeolog, Profesor Tanaka. Noah adalah gadis remaja menginjak dewasa berusia 19 tahun. Seorang mahasiswa jurusan arkeolog yang mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang arkeolog.
Sejak kecil, dia selalu mengikuti ayahnya kemanapun beliau pergi bertugas. Sehingga, kesehariannya selalu dihadapkan dengan penelitian-penelitian purba kala dan penemuan benda-benda kuno bersejarah.
Gadis yang tubuhnya dihiasi oleh dress baju tidur lengan panjang warna salem dan rambut yang selalu ia kuncir tepat di atas kepalanya dengan ikat rambut scrunchie tidak mempedulikan ucapan ayahnya karena masih fokus melihat aktifitas semut yang selalu membuatnya penasaran dan tidak pernah bosan.
Tanaka pun meninggalkan Noah dengan kebiasaan anehnya tersebut. Kembali duduk dan membaca buku di dekat jendela rumah sambil memastikan keadaan langit di luar sana.
Noah hanya memiliki seorang ayah tanpa seorang ibu. Dia tumbuh menjadi gadis manja karena ayahnya tidak memperkenankannya mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, membersihkan rumah dan berbelanja.
Ayahnya memang sangat memanjakannya hingga dia tidak merasa menyesal sedikitpun demi membesarkan putrinya. Sehingga, Noah tumbuh bak putri raja dan manja.
Meskipun Tanaka terlalu memanjakan kehidupan Noah, Noah sendiri tumbuh menjadi gadis yang mandiri, cerdas dan menghormati ayahnya. Itu adalah sebuah anugrah terindah yang Tanaka dapatkan.
Suara televisi pun menjadi instrumen pembawa suara kehidupan di dalam rumah. Tanaka yang berkepribadian tenang dan serius tidak bisa menghadirkan suasana rumah yang ceria dan penuh canda untuk Noah.
Setelah lama memperhatikan kebiasaan para semut itu, Noah mulai beranjak dan pergi ke dapur. Dia mengambil cangkir dan membuat secangkir coklat untuk ayah tercinta.
“Ayah, nih coklat buat ayah”, ucap Noah.
“Eh?”, jawab ayah sedikit kaget.
“Ayah, kau selalu terlihat serius dengan buku-buku dan penelitian. Dan disaat waktu senggang pun kau juga tidak bisa bercanda sedikit pun denganku. Aku jadi sedikit tertekan tauk”, ketus Noah.
“Iya ayah tau"
“Selalu saja begitu. Tapi, ayah adalah ayah yang paling baik dan sangat ramah. Tidak pernah marah dan meninggikan suara membuatku masih bisa bertahan”, ucap Noah melipat tangannya dan merajuk memalingkan badannya.
“Bertahan?”, tanya ayah heran.
“Iya, bertahan untuk hidup bersama ayah. Hemph!”
“Noah, kamu pasti bercanda sama ayah kan?”
“Memangnya ayah tau apa itu bercanda?”
“Tau lah”, jawab ayah mulai menutup bukunya.
“Apa?”
“Sesuatu lelucon, sesuatu yang bisa membuat tertawa”, lanjut ayah.
“Trus, kenapa ayah gak ketawa?”, tanya Noah masih ketus.
“Ahahaha..”, akhirnya ayah pun tertawa.
Noah pun menjadi terpesona melihat ayahnya tertawa. Mulai sedikit terharu karena masih bisa melihat ayahnya bahagia. Noah bersyukur, meskipun dia memiliki ayah yang sibuk dan serius tapi ayah selalu ada buat Noah. Ayah masih bisa tertawa dan berbagi kebahagiaan bersama Noah.
“Ayah, jam berapa nanti gerhana matahari berlangsung?”, tanya Noah memastikan lagi.
“Jam 12.15”
“Okai, aku akan melihatnya langsung dengan mata ini!”
Pungkas Noah sambil menjulurkan lidah memberikan ejekan untuk ayahnya dan pergi berlari ke lantai atas. Ayah hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah kekanak-kanakan putrinya tersebut.
“Putriku itu, suka sekali melihat fenomena alam. Sebenarnya dia tertarik dengan arkeologi atau astronomi?”, gumam ayah tidak habis pikir.
Noah mengambil teleskop dan membawanya ke dalam kamarnya. Membenahkan dan mensettingnya sendiri. Dia mulai meneliti keadaan langit dengan mata kanannya yang sudah menempel di lubang teleskop.
“Coba aku lihat, sudah sampai mana pergerakannya?”, gumam Noah.
“Ohh.. luar biasa”, lanjutnya.
Mata kanan Noah semakin terbuka lebar dan bulat sempurna menantang cerahnya matahari. Bersabar mengikuti waktu yang terus berjalan. Tiba-tiba terlihat fenomena aneh terlihat di langit tersebut. Seperti ada kilatan cahaya lembut melewatinya. Noah terbuai. Matanya mulai sayu sejenak terhipnotis.
“Cantik sekali”, gumamnya.
“Jika aku bisa meraihnya dengan kedua tanganku ini”
“Apakah akan ada malaikat turun ke bumi?”
“Ack!”, Noah langsung beranjak dan mengganti penampilannya. Memakai rok tutu di bawah lutut berwarna biru muda dengan atasan kemeja putih dan jaket semi parka warna coklat muda. Namun, dia lupa rambutnya belum dia rapikan, sehingga ikat rambut scrunchie masih menjadi mahkota di kepalanya.
Noah mulai bergegas menuruni tangga, memakai sepatu bootnya dan menuju pintu keluar rumah. Tanaka yang tanggap langsung menghentikan langkah Noah dari tempat duduknya.
“Noah, mau kemana?”
“Menjemput malaikat!”, jawab Noah singkat dan tetap berlari keluar rumah.
“Malaikat?”, gumam ayah.
Noah terus berlari memandang langit, dia berlari mencari tempat yang lebih leluasa untuk memandang langit dengan kedua matanya. Pergerakan langit pun menjadi terlihat semakin cepat. Gerhana matahari akan datang lebih awal.
“Ah! bodohnya aku. Tanpa kacamata matahari bagaimana aku bisa melihat gerhana matahari?!”, ucap Noah kesal berhenti dan mulai mengarahkan pandangannya ke langit.
Noah mencoba menutup mata kirinya dengan telapak tangan kirinya, membuka lebar mata kanannya untuk memfokuskan pandangannya.
“Bodoh amat. Aku tetap ingin melihat. Aku ingin, jika itu adalah malaikat. Dia adalah malaikat yang bisa menjelma menjadi seorang ibu”, harapan Noah.
"Ingat, jangan melihat gerhana matahari secara langsung. Sebab, itu akan merusak matamu, Noah"
Noah mengingat kembali pesan penting dari ayahnya. Ia mengerti tentang pengetahuan tersebut dan tidak bermaksud membangkang. Namun, keinginan kuatnya akan keyakinan bertemu dengan malaikat, Noah memaksakan diri dan berani menantangnya.
"Aku, ingin sekali bertemu dengan malaikat", keluhnya.
Tiba-tiba, semburat cahaya segaris perlahan namun pasti muncul dari arah gerhana matahari itu berada mengarah kepada mata kanan Noah. Noah mematung menerima pancaran sinar tersebut.
Tembakan sinar matahari tersebut merubah mata kanan Noah berubah menjadi kuning emas menyala. Noah sedikit mengeluh kesakitan. Dia pun menghentikan tatapannya dan segera menutup matanya dengan telapak tangannya. Merunduk jongkok menyembunyikan mukanya di kedua lututnya.
"Au, sakit"
Cahaya dari sinar gerhana matahari memiliki intensitas yang sangat tinggi sehingga bisa merusak retina di belakang bola mata. Noah benar-benar khawatir mata kanannya akan mengalami kebutaan.
"Mataku akan segera buta", Keluh Noah.
“Noah, terimalah kekuatan dari diriku. Kekuatan ini sangat penting bagi dirinya”, ucap suara yang menggema di langit.
"Siapa itu?"
"Jangan khawatir, Noah. Matamu tidak akan buta. Aku adalah seorang Dewi Matahari. Aku akan memberikan sebagian kekuatanku kepadamu"
"Dewi Matahari?, Kekuatan?, untuk apa?, untuk siapa?"
"Kamu akan mengerti sendiri nanti"
"Mengerti? Mengerti apa? Aku hanya ingin bertemu dengan malaikat. Aku rela jika memang aku akan buta setidaknya aku bisa bertemu malaikat", lirihnya.
Disaat yang bersamaan, setitik yang mulai membesar muncul dari arah gerhana matahari. Semakin besar dan semakin terlihat jelas seperti sebuah komet. Ternyata, seorang pria terbakar jatuh dari langit menuju tempat Noah berada.
"Whuussh!!"
"Bug! Kedebug gedebuz!! Glundung glundung glundung"
Pria tersebut jatuh terlentang dalam keadaan pingsan dan terbakar. Noah mulai melirik. Melihat api tepat dihadapannya, Noah terperanjat kaget dan jatuh ke belakang. Ayah pun datang menghampiri Noah.
"Noah! Kamu gakpapa?", tanya ayah khawatir.
"Ayah?"
"Noah, apa itu? Apa yang sedang terjadi"
"Ayah, aku gak tau. Itu.. Ada sesuatu yang terbakar"
Ayah mulai mendekat. Beliau pun terperanjat kaget mendapati ternyata seorang pria sedang terbakar. Ayah langsung melepas rompi tuxedonya untuk memadamkan api yang membakar pria tersebut.
Noah pun ikut melepas jaket parkanya dan membantu ayah memadamkan api yang membakar pria tersebut. Api pun padam, namun keadaan pria tersebut sangat mengenaskan dan gosong.
"Ayah! Tolong dia", pinta Noah.
"Iya"
Ayah langsung memapah pria tersebut dan membawanya pulang ke rumah. Noah berlari kecil mengikutinya dari belakang.
Sampai di rumah, Noah membuka pintu dan ayah membawa pria malang itu masuk ke kamar tidur tamu. Membaringkannya dan merapikan dirinya.
"Kasihan sekali dia, ayah"
"Jangan khawatir. Dia masih hidup. Jika perlu, ayah akan memanggilkan dokter untuknya. Tolong kamu jaga dia sebentar, ayah akan telepon dokter"
Noah memandang iba keadaan pria malang tersebut. Banyak kulit yang merah terbakar dan gosong. Asap pun masih menyelimutinya.
"Seperti inikah yang dinamakan manusia terbakar? Rasanya pasti sangat sakit. Jariku melepuh karena terkena minyak panas saja sakit, apalagi sebanyak ini"
Mata kanan Noah mulai bereaksi, tiba-tiba bola matanya yang hitam perlahan berubah warna menjadi kuning emas menyala. Namun, Noah tidak menyadarinya. Mata kanan Noah bereaksi terhadap pria tersebut.
"cring cring cring cring"
Sinar lembut seperti sinar matahari pagi keluar dari mata kanan Noah dan menyinari seluruh tubuh pria tersebut.
Perlahan namun pasti. Asap sedikit demi sedikit mulai hilang. Bahkan, beberapa luka mulai pulih kembali. Kulit pria tersebut perlahan pulih dan kembali sehat. Hanya tinggal sisa-sisa pakaian yang rusak terbakar.
Noah terperanga dengan keajaiban yang muncul nyata di depan matanya. Pria yang terlihat gosong dan mengenaskan, berubah menjadi pria tampan dengan warna kulit putih pucat nan halus.
Noah menundukkan kepalanya dan sedikit terisak, menangis.
"Apakah dia benar-benar malaikat? Hiks hiks.. Akhirnya, aku bisa bertemu dengan malaikat. Ibu..", lirihnya.
Pria tersebut mulai bisa menggerakkan jari jemari telapak tangannya. Namun, matanya masih belum bisa terbuka.
"Tolong aku..", ucap lirih pria tersebut.
"Tolong.. Aku.."
"Eh?", Noah langsung menghentikan tangisannya dan menatap serius tepat di hadapan muka pria tersebut.
"Dia bicara. Tapi, matanya belum mau terbuka"
"Ayah!", Noah hendak segera menghampiri ayahnya namun pria tersebut langsung meraih tangan Noah. Menggenggam erat telapak tangan Noah dengan sedikit gemeteran.
"Ada apa? Jangan takut. Aku dan ayah akan menolongmu", ucap Noah dengan polosnya.
Pria yang Noah anggap malaikat pun akhirnya tertidur dan melepas genggamannya.
"Gimana keadaan pria itu Noah?", tanya Ayah yang sudah datang kembali.
"Ayah! Ini ajaib. Lihatlah!", ucap Noah.
"A-apa? Bagaimana bisa dia pulih secepat itu Noah?", tanya Ayah kaget terheran-heran.
"Mungkin dia seorang malaikat, ayah. Jadi dia bisa pulih secepat itu", jawab Noah yakin.
"Noah..", lirih ayah sedikit kesal.
"Kalo begitu, ayah kembali ke ruang kerja ayah dulu ya putri cantik. Kamu bisa menjaganya sendiri kan?", ucap ayah datar.
"Ayah?", Noah sedikit bingung.
Ayah keluar kamar dan meninggalkan Noah sendiri bersama pria malang yang terbaring nyenyak tertidur.
Tanaka merenung sambil memandangi foto istrinya. Istrinya adalah seorang model yang sangat cantik nan anggun. Namun, usia istrinya sangat pendek. Ia meninggal dunia saat melahirkan Noah. Kebahagiaan yang dibersamai dengan kesedihan bahkan kepedihan. Kepedihan tiada akhir.
Saat kesedihannya mulai mereda dan Tanaka sudah sedikit demi sedikit mengikhlaskan kematian istrinya, Tanaka mulai berlapang dada untuk merawat sendiri putri kecilnya tersebut.
Seiring berjalannya waktu, Noah tumbuh menjadi gadis manis nan lucu. Kehidupannya hanya dimanjakan oleh ayahnya di rumah. Ayah sering membelikan buku-buku cerita dan boneka-boneka untuk menjadi teman hidup Noah di rumah.
Hingga Noah tumbuh remaja, Noah melampiaskan cerita halusinasinya kepada semut-semut yang selalu ada di rumahnya. Setiap kali dia melihat semut, Noah langsung membuat cerita bersama mereka.
Itulah yang menyebabkan Noah jadi sering bicara sendiri dan berhalusinasi untuk membuat cerita hidup khayalan. Saat dia mendapati buku cerita tentang keindahan malaikat, Noah selalu mengharapkan malaikat bisa hadir di kehidupannya. Harapan yang selalu dia minta jika bertemu dengan malaikat adalah dia ingin malaikat bisa berubah wujud menjadi seorang ibu.
Keadaan Noah tersebut sedikit membuat Tanaka sedih dan frustasi. Ia menyalahkan dirinya sendiri karena merasa gagal telah merawat Noah.
"Aku harus gimana?", ucap Noah kebingungan menjaga pria tersebut sendirian.
"Aku ganti baju dulu deh. Dan mageran aja di kamar", pungkas Noah.
Noah meninggalkan malaikatnya tertidur pulas sendiri di kamar ruang tamu.
Noah tidak mengetahui, bahwa pria yang dia anggap malaikat ternyata bukanlah malaikat.
Hari menjelang pagi. Noah terbangun dari tidurnya bak seorang putri raja. Baju tidur dress lengan panjang penuh renda berwarna putih menghiasi tubuhnya yang mungil. Kuncir rambut scrunchie selalu menjadi mahkota rambut di atas kepalanya.
"Ayah, selamat pagi", sapa Noah sambil mengucek mata menghampiri ayahnya yang sedang menyiapkan makanan di dapur.
"Selamat pagi putri ayah", balas ayah.
"Hari ini kuliah ya ayah?, Eemm.."
"Kenapa? Kok gak semangat gitu?"
"Soalnya, aku masih penasaran dengan pria itu ayah"
"Noah, kita kan belum tahu pasti tentang identitas pria itu. Jadi, Kamu jangan terlalu mengharapkan lebih, okei?", nasehat ayah.
"Hemph!!", Noah pun acuh.
Noah tidak mempedulikan nasehat dari ayahnya. Ayahnya pun hanya menghela nafas dan membiarkan Noah meninggalkannya untuk menghampiri kembali pria itu lagi.
"Pria paruh baya itu memang tidak pandai menghibur hati putrinya! Kalo aku punya suami nanti, aku gak mau punya suami kayak ayah! Terlalu lurus dan serius!", gerutu Noah.
"Ceklek, ngeekk"
Noah perlahan membuka pintu kamar tidur tamu. Dia mendapati pria tersebut masih tertidur pulas.
"Aku sangat berharap dia benar-benar malaikat. Wajahnya begitu tampan dan kulitnya putih mulus bersinar. Jika dia seorang manusia, tidak ada manusia yang sesempurna dirinya"
"Ibunda.. Ibunda.. Ibunda.."
"Eh?, dia mengigau", gumam Noah.
"Apa dia.. Sedang bermimpi?", Noah semakin bertanya-tanya.
Pria itu sedang bermimpi, ia memimpikan kembali negeri dan keluarganya yang sangat dia rindukan.
Negeri padang pasir, yang berdiri kerajaan vampir yang megah nan subur. Kerajaan vampir yang aman dan sejahtera karena dipimpin oleh seorang Raja Vampir dan Ratu dari Dewi Matahari yang sangat bijaksana dan menyayangi para rakyatnya.
Pria pemimpi itu ternyata adalah seorang vampir bernama Na Ruby Moon. Dia melihat kehidupan dan kebahagiaan dirinya bersama Raja, Ratu dan Saudara kembarnya yang bernama Ha Ruby Moon.
Meskipun Ratu adalah Sang Dewi, takdir yang telah tertuliskan tidak akan bisa ada yang mengelaknya. Sang Dewi jatuh sakit dan meninggal dunia. Kehidupan yang semula aman dan tenteram, kini menjadi suram dan runtuh bersama tiadanya Sang Ibunda Ratu, Dewi Matahari. Mimpi yang meninggalkan kesedihan.
"Ibunda.. Ibunda.."
Vampir itu masih terus mengigau memanggil-manggil Ibundanya.
Ayah datang membawakan semangkuk bubur dan air putih, "Noah, ayah sudah siapkan sarapan di meja makan"
"Iya, nanti", jawab Noah datar
"Jangan khawatir. Dia akan segera bangun dari tidurnya", ucap ayah menenangkan.
Sedikit senyuman pun terlukis di bibir Noah. Tanaka pun menghela nafas lega.
"Kring kring kring"
"Kring kring kring", Suara telepon memanggil.
"Noah, ayah angkat telfon dulu ya", ucap Tanaka.
"Iya"
Noah masih setia menjaga di samping pria itu. Semakin antusias menunggu pria tersebut bangun dari tidurnya. Harapan bahwa pria tersebut adalah malaikat semakin membuat Noah yakin.
"Deg!"
Perlahan dia membuka matanya namun langsung terperanjat bangun, "Ibunda!"
"Hah?!, Aku dimana?"
"Deg!"
"Syukurlah dia sudah bangun", ucap Noah lega.
"Siapa?!", respon si vampir langsung menoleh menampakkan mata tajamnya. Kelopak matanya runcing dan bola matanya berwarna merah menyala.
Warna merah menyala dimatanya tanda dia keturunan asli dari sang ayah, Raja Vampir bermata merah, the ruby moon eye. Mata merah dengan kekuatan bulan merah. Sedangkan, darah sang Ratu tidak mengalir di dirinya.
"Ke-kenapa dia terlihat menakutkan", batin Noah menurunkan penglihatannya.
"Dia.. Apa dia seorang manusia?", gumam Naru.
"Aah.. Kekuatanku masih belum stabil. Aku benar-benar sangat kelelahan dan kehilangan tenaga", keluh Naru sambil memegangi kepalanya.
"Apa.. Tubuhmu masih terasa sakit?", tanya Noah tidak berani menatap. Namun dia mencoba untuk tetap tenang.
"Kamu kah yang menolongku?"
"U- umm.."
"Jangan takut, aku bukan vampir yang jahat", ucap Naru sambil menyentuh lembut dagu Noah. Menatapnya serius dengan mata merahnya yang menyala.
"Va-Vampir..?"
Ternyata, pria yang Noah ketahui bahwa dia seorang malaikat adalah seorang vampir. Sangat bertolak belakang dari apa yang Noah harapkan. Noah mulai sedikit ketakutan.
"Kamu gadis yang sangat manis. Tapi, aku sedang kehilangan banyak kekuatan sekarang. Bisakah aku meminta darahmu?"
"Eh?"
Naru adalah seorang vampir yang mengembara. Dia telah mengembara ke berbagai negara untuk mencari keberadaan saudara kembarnya yang terpisah dan mencari pengganti sang Dewi Matahari.
Namun sayang, tiadanya perlindungan sang Ratu membuatnya menjadi lemah terhadap matahari. Dia hanya bisa beraktifitas di malam hari dan menyembunyikan diri dari panasnya matahari. Naluri vampir yang sesungguhnya mulai mengendalikan dirinya.
Hanya satu nasehat dari ibunda Ratu yang membuatnya masih teguh dengan pendiriannya,
..."Naru, jangan sekali-kali kamu menghisap darah manusia. Manusia memiliki hak untuk hidup bebas dimana pun mereka berada. Tapi, sekali kamu menghisap darah manusia, itu berarti kamu telah mengambil hak hidup dari manusia tersebut. Dan kamu akan menjadi vampir pembunuh yang sangat keji"...
Sebenarnya, Naru sudah berada diambang kematiannya. Dia sudah mulai kelelahan melakukan pengembaraannya, merasa sangat kesepian dan sendirian.
Kesedihan karena telah ditinggal ibunda ratu, kepedihan karena terpisah dengan saudara kembarnya ditambah lagi tanggung jawab yang besar dari Sang Raja untuknya melakukan pengembaraan ke berbagai negara membuat Naru telah banyak kehilangan tenaga dan kekuatan.
"Maafkan aku Ibunda Ratu", lirih Naru.
Mencium aroma tubuh Noah. Membuatnya semakin terbuai. Ini pertama kali Naru begitu dekat dengan seorang manusia. Dia harus segera memulihkan tenaga demi melanjutkan misi pengembaraannya.
Naluri vampirnya semakin kuat ditambah seorang gadis manusia telah berada di hadapannya.
"Aaahh.."
"Ka-kamu mau apa?", tanya Noah gemeteran.
"Aku hanya, ingin.. Mengucapkan.. Terima kasih", ucap Naru sambil masih mencium lembut aroma wajah, dagu dan leher Noah.
Mata Naru semakir bergetar dan menyala. Gigi taringnya perlahan memanjang dan meruncing.
"Tolong.. Sopanlah sedikit", lirih Noah.
"Maafkan aku ibunda ratu.. Maafkan aku.. Aku sudah tidak tahan lagi dengan kondisi tubuhku ini", keluh Naru.
Noah semakin gemetaran, bahkan menelan ludahnya sendiri pun kesulitan.
"A.. Ayaah..", batinnya ketakutan.
"Ini.. Tidak akan sakit Nona. Tahanlah sedikit karena rasanya hanya seperti digigit semut"
"Semut?", Noah jadi sedikit melirik.
"Menggemaskan sekali. Aku akan menjadi vampir jahat karena telah berani membunuhnya", gumam Naru.
"Tuan..?", lirih Noah.
"Aahh.. Dia memanggilku Tuan, seperti budak saja. Tapi, dia tidak pantas menjadi budakku. Gadis ini terlalu manis untuk dijadikan seorang budak"
"Noah, kita harus segera berangkat ke kampus. Ayah ada panggilan mendadak dari sana. Jadi, segeralah berkemas", ucap ayah yang telah selesai menerima telepon dan menghampiri Noah.
Mendengar ada suara orang lain tersebut, Naru langsung menggunakan kekuatannya untuk menghentikan pergerakan ayah Noah.
"Terima kasih Nona manis", ucap Naru lembut seraya menyilakan rambut yang menutupi leher kanannya. Dan seketika,
"Slep!", Naru langsung menancapkan ke dua gigi taringnya di leher Noah. Sangat lembut namun menyakitkan. Dia Menggigitnya semakin dalam untuk segera bisa meminum darah di leher Noah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!