Wina adalah dokter spesialis bedah termuda di rumah sakit H. Tak hanya cantik dan memiliki body goal idaman semua wanita, dia juga pandai. Karena kepandaiannya, dia sering diajak oleh dokter2 senior ketika melakukan operasi tak jarang pula ia menggantikan jadwal operasi dokter yang tiba2 berhalangan.
Wina memiliki seorang kekasih tampan, tinggi, dan cerdas yang menjabat sebagai CEO Perusahaan S. Hubungan mereka sudah berlangsung sekitar 1 tahun, tapi entah mengapa belum ada pembicaraan serius dari mereka berdua mengenai hubungan mereka. Dion yang selalu ingin menghabiskan waktu bersama kekasihnya harus sabar menunggu jadwal praktek Wina selesai, terkadang tak jarang kencan mereka batal karena Wina ada operasi dadakan pasien kecelakaan.
"Bos, ini ada undangan reuni kemping ke bogor, ikut gak" tanya Soni asistenku yang kebetulan temen seangkatan di kampus.
"Pengen sih ikut, tapi Wina mau gak ya, kan loe tau sendiri dia sibuknya kayak apa" jawabku.
"Ya kalo Wina gak bisa ikut, kan bisa sama gua bos, gitu aja kok repot" kata Soni.
"Ya nanti kutanya Wina dulu, bisa apa gak" balasku.
Akupun melihat jam dinding, jadwal praktek berakhir sebentar lagi langsung saja kuambil gawaiku kupencet gambar aplikasi hijau. Beberapa kali dering barulah tersambung.
"Sayang, weekend ini anak2 ngadain reuni ke Bogor, kamu mau ya ikut " ajak Dion.
"Maaf kak, hari sabtu aku ada praktek pagi, gimana kalo minggunya aja, hari minggu aku free" balas Wina.
"Gimana kalo kita berangkat sabtu siang aja setelah kamu praktek jadi kita masih bisa ikut acara meski kita gak berangkat bareng rombongan anak2" usul Dion.
"Boleh kak, kalo gitu selepas aku praktek kita langsung berangkat aja biar sampe sana gak kemalaman" jawabnya.
"Oke kalo gitu kamu sebelum berangkat praktek siap2 bawa baju ganti, besok sabtu siang aku jemput kamu terus langsung berangkat ke Bogor" ucapku penuh semangat.
"Siap kak" balasnya.
"Ahh, akhirnya aku bisa liburan ama Wina, susah sekali ngatur jadwal dengannya melebihi ngatur jadwal ama CEO aja" keluhku setelah panggilan kami terputus.
Hari ini aku sengaja lembur supaya besok sabtu dan minggu tidak ada lagi yang mengganggu acara reuni sekaligus kencanku sama Wina. Aku sengaja mengajak Wina ikut reuni karena aku tau Wina paling suka berkemah, apalagi acaranya di bukit Alesano karena disana kita bisa menyaksikan gemerlap kota Bogor di malam hari dan paginya kita bisa melihat pemandangan matahari terbit yang sangat cantik.
Dan keesokannya aku sudah menyiapkan tenda untuk kemping dan peralatan lainnya lalu kumasukkan semua ke dalam mobil. Aku memakai celana pendek selutut dengan kaos berkerah yang warnanya senada dengan hoodie milik Wina tak lupa sepatu kets dan kacamata hitam melengkapi outfitku hari ini. Akupun berangkat menuju rumah sakit untuk menjemput Wina setelah makan siang.
"Sayang, aku udah didepan rumah sakit, kamu selesai praktek jam berapa?" tanyaku.
"Bentar lagi kak, ini udah beres2 mau keluar" jawabnya.
"Oke kalo gitu aku tunggu di mobil" ucapku singkat.
" Baik, 5 menit lagi aku keluar " kata Wina sebelum menutup telpon.
Setelah 5 menit, kulihat Wina keluar sudah membawa ransel dan tas. Penampilannya sangat cantik dengan celana jeans dan sweater hoodie dan rambut yang diikat keatas menampilkan leher jenjangnya membuatnya terlihat semakin seksi. Akupun turun melambaikan tanganku dan diapun menghampiriku.
"Maaf kak, kalo agak lama" sesalnya.
"Untuk bidadariku yang cantik ini, seribu tahun pun aku rela menunggu" rayuku.
"Ishh gombal banget, ayo kita berangkat, semoga gak kena macet" ajaknya.
Kamipun berangkat, perjalanan dari sini ke Bogor sekitar 1 jam 40 menit dan untungnya tidak ada kemacetan meski weekend sehingga kami sampai disana masih sore.
Setelah memarkirkan mobil kami berjalan menuju ke arah perkemahan, kulihat sudah banyak tenda2 berdiri milik anak2, akupun mulai memasang tenda untuk kami. 20 menit kemudian tenda sudah berdiri. Aku mengajak Wina memasukkan barang barang kami ke dalam tenda. Setelah itu aku keluar mencari Soni dan teman2 lainnya guna menanyakan rincian acaranya.
"Son, mana ketua rombongannya, terus habis gini acaranya apa?" tanyaku pada Soni yang sudah sampai lebih dulu.
"Itu si Pablo ketuanya, katanya sih acara dimulai habis makan malam, ada games lalu lanjut dengan api unggun baru besoknya kita sama ke air terjun setelah liat sunrise" jawabnya.
"Oh gitu, oke dah nanti kalo sudah mulai acara aku keluar, aku mau ngasih tau Wina dulu" kataku
"Ngasih tau apa pacaran bos?" goda Soni.
"Ah rese loe Son, kayak gak pernah pacaran aja" balasku sambil berlalu meninggalkannya.
Di dalam tenda kulihat Wina sudah menata barang2 bawaan kami. Dia juga sudah menyiapkan alas untuk tempat tidur kami.
"Sayang, kamu istirahat aja, acara baru dimulai selepas makan malam" ucapku.
"Iya kak, aku mau berbaring sebentar, rasanya pinggangku sedikit lelah" keluhnya.
"Mau aku pijitin" tanyaku dengan menaik turunkan alisnya.
"Dasar kamu, jangan mesum ya, ini ditenda" ucapnya sewot.
"Mesum darimana, aku kan cuma menawarkan pijat gratis, kamu aja yang piktor, hayoo ngaku" godaku.
"Auk ahh" ucapnya sambil tidur membelakangiku.
Setelah makan malam, dilanjut dengan acara games dan api unggun, games kali ini adalah sambung nyanyi bagi yang salah atau lupa liriknya kena hukuman. Tibalah giliran Wina dan aku dan ternyata Wina hapal lagunya, lalu giliranku aku bingung, lagunya aja aku gak tau dan akhirnya kena hukumlah aku. Hukumannya hanya menari memakai daster tapi bagiku itu cukup memalukan masa seorang CEO disuruh nari pake daster. Mau tak mau akupun mengikuti alurnya. Hingga tak terasa hari udah malam, Wina mulai menguap, tanda ia mulai mengantuk, melihatnya akupun tak tega.
"Sayang kalo kamu ngantuk, kamu tidur dulu aja di tenda, nanti aku nyusul kalo acara sudah selesai" ucapku.
"Apa tidak apa jika aku tidur duluan kak" tanyanya.
"Gak apa mereka ngerti kok" jawabku.
Akhirnya Wina masuk duluan ke dalam tenda. Dan aku disini hingga acara api unggun selesai. Begitu selesai akupun menyusul Wina ke tenda. Akupun merebahkan tubuhku disampingnya dan tidur sambil memeluk tubuhnya.
Keesokan paginya aku terbangun karena suara telpon berdering.
"Sayang telponmu bunyi, angkat gih" ucapku serak.
"Halo, ya dok" jawabnya.
"Dokter Wina tolong kami, disini ada pasien kecelakaan beruntun, kami kekurangan tenaga untuk operasi" kata dokter disana.
"Tapi dok, saya lagi di Bogor, perjalanan ke rumah sakit butuh waktu hampir 2 jam" kata Wina.
"Gak apa dok, dokter langsung kesini aja disini juga kami masih harus siapin ruang OK nya sama nunggu hasil tes lab pasien juga" ucap dokter tadi.
"Kak maaf, aku harus ke rumah sakit, ada pasien kecelakaan beruntun dan disana kekurangan dokter bedah, kalo kakak gak bisa nganter aku balik sendiri aja, tapi mobil kakak kupinjam ya, nanti kakak nebeng sama Soni" ucap Wina setengah memohon.
"Tapi sayang, apa gak ada dokter lain gitu, kenapa harus kamu, ini di Bogor loh sayang" protesku.
"Iya tapi kak, ini kan sudah jadi tugas aku sebagai dokter yang harus selalu siaga, maaf ya kak, kumohon kakak bisa ngerti" sesalnya.
"Yaudah, kuantar kamu kembali ke Jakarta" ucapku malas.
Setelah berpamitan dengan teman2 semua kamipun pergi pagi2 buta kembali ke Jakarta. Bayangan indahnya menikmati sunrise di bukit Alesano lenyap sudah, meski dengan hati yang dongkol terpaksa aku mengantar Wina kembali karena tidak mungkin aku membiarkannya menyetir sendirian Jakarta-Bogor. Sesampainya di rumah sakit Wina langsung masuk ke dalam tanpa berpamitan. Aku pun hanya bisa geleng2 kepala dengan kelakuannya.
"Rencana kencan gagal sudah" keluhku.
Akupun melajukan mobilku untuk kembali kerumah karena gak mungkin aku nungguin Wina yang belum tau kapan selesainya.
Di rumah karena gabut, iseng2 kubuka medsosku, kulihat Nia sahabat lamaku telah kembali ke Indo, Nia melanjutkan S2 di negeri paman Sam dan kini ia telah kembali. Langsung saja kuhubungi dia kuajak ketemuan karena aku begitu merindukannya.
"Nia, loe balik Indo kenapa gak bilang2" protesku begitu telepon terjawab.
"Hehehe maaf Di, aku kelupaan karena begitu sampai aku langsung dihadapkan dengan masalah perusahaan bokap jadi lupa" ucapnya sambil nyengir.
"Ya udah gue ke rumah loe sekarang" ucapku tanpa mendengar bantahan disana.
Begitu sampai dirumahnya, aku langsung masuk karena satpam sama pembantu sudah mengenalku. Kucari dia dikamarnya.
"Nia, gue kangen banget ama loe" ucapku sambil memeluknya erat.
"Gue juga kangen ama loe Di" ucapnya.
"Kapan loe balik?" tanyaku.
"Minggu lalu" jawabnya.
"Jahat banget sih, pulang gak kasih kabar, kalo gue gak liat update status loe di medsos, gak bakalan gue tahu kalo loe udah pulang" keluhku.
"Hehehe maaf ya Di, gue gak sempet, but you're the best friend for me, gimana kamu udah married belum?" tanyanya.
"Kalo gue married, gua pasti ngundang elu dodol" sewotku.
"Ya kali aja kamu married diem2 karena MBA" ucapnya.
"Sialan loe, emang gue cowok apaan, gue aja nih selama pacaran paling cuma ciuman pelukan doang gak lebih dari itu" ucapku.
"Masa sih?" katanya tak percaya.
"Eh beneran, gini2 gua cowok baik2" balasku.
"Mau gak gua ajarin jadi cowok yang sedikit NA-KAL" ucapnya dengan nada sensual.
"Ogah, gua masih pengen jadi cowok baik2" ujarku.
Lalu mengalirlah cerita tentang hubunganku dan Wina, tentang kesibukan Wina, kesepianku saat tiba2 ditinggal Wina saat kencan, hingga terakhir gagal kemping tadi. Dan akhirnya Nia mengusulkan kalo kita FWB aja. Jadi saat Wina gak ada, gua bisa jalan ama Nia dan gua gak bakalan kesepian, begitu katanya.
"Gimana menurut loe rencana gue?" tanya Nia.
"Entahlah kupikir2 dulu" jawabku.
"Kamu tau gak, dari sejak SMA gue itu udah suka sama loe, tapi gue takut kalo gue jujur sama loe, loe bakal menjauh dari gue, dan gak mau itu terjadi, tenang aja gue gak akan nuntut loe buat nerima cinta gue pas kita jalanin FWB, loe kabari aja kalo loe udah ada jawabannya" ucapnya.
Aku hanya diam saja, karena bingung harus menjawab apa. Setelah sesi curhat dan temu kangen bareng Nia aku langsung pulang kerumah. Sesampainya dirumah aku langsung merebahkan badanku ke kasur karena pikiranku melayang memikirkan ucapan Nia tadi, lalu kuambil hp. Tidak ada satu pesanpun dari Wina.
"Apakah cuma gue ya yang sayang ama dia, kok dia gak ada perhatiannya sama sekali ke gue" pikirku melayang.
Karena kelamaan melamun, akupun tertidur. Aku terbangun saat hari telah gelap. Kulihat kembali gawaiku, masih belum ada chat dari Wina. Sesibuk apa dia sampai lupa mengabariku.
Hari Senin telah tiba, waktunya kembali ke kantor. Pagi ini aku disibukkan dengan rapat komisaris hingga menjelang siang, niat hati ingin makan siang bareng Wina apa daya berkas masih menumpuk di meja. Dengan semangat 45 aku segera menyelesaikan semua berkas2 tadi supaya nanti malam aku bisa dinner bareng Wina. Aku sudah sangat merindukannya.
Akhirnya semua berkas telah selesai. Kuambil gawaiku lalu kupencet nomor Wina
"Halo sayang, aku mau ngajak kamu dinner, kamu udah selesai praktek?" tanyaku.
" Udah kak, kebetulan ini mau pulang, maaf kak kemaren gak sempet kasih kabar karena habis operasi aku langsung tertidur" ucapnya penuh sesal.
"Oke, sekarang kujemput ya" balasku.
Begitu sampai di rumah sakit, aku langsung menghubungi Wina.
"Sayang aku udah sampai" ucapku semangat.
"Maaf kak, pasien ugd membludak dan kami kekurangan dokter, mau tak mau aku harus bantuin, maaf ya kak, dinner kita harus batal" sesalnya.
Aku begitu emosi mendengar ucapan Wina sehingga tanpa menjawab perkataaannya langsung saja kututup telponnya. Kucari kontak Nia segera aja kuhubungi dia.
"Nia, oke gue terima saran loe, gue tunggu loe di cafe tempat kita nongkrong biasanya" ucapku.
Mendengar itu Nia pun tersenyum. Dia pun menjawab, "Gue otewe."
Sudah hampir satu bulan ini Dion jalan dengan Nia, setiap kencannya batal dengan Wina maka Nialah yang menggantikannya. Selama ini hubungan mereka aman2 saja, karena Wina sibuk dengan praktek dan jadwal operasinya.
Senin ini kebetulan adalah jadwal Wina libur, dia sengaja datang ke kantor kekasihnya untuk menebus waktu kencan yang selalu gagal. Dia ingin memberi kejutan dengan membawakan makan siang yang dia masak sendiri. Dia memasak cumi goreng tepung, tumis kangkung, oseng tempe juga sambel. Ini adalah menu favorit Dion.
Setelah sampai di gedung kantor Dion, Wina langsung naik ke lantai 30, dia sudah hafal karena beberapa kali sering kesini. Sampai di lantai 30, dilihat meja sekretaris yang kosong, akhirnya dia memutuskan untuk langsung masuk ke ruang CEO, dan ternyata disana juga kosong.
Wina lalu keluar dan masuk ke ruangan Soni yang tempatnya berhadapan dengan ruang CEO,
"Soni, kemana kak Dion?" tanya Wina.
"Eh, dia tidak ada diruangannya kah?" Soni malah bertanya kembali.
"Kamu gimana sih, kok malah balik nanya, harusnya kan kamu tau kak Dion dimana, sekretarisnya juga gak ada, terus aku nanya siapa dong" ucap Wina sewot.
"Hehehe, maaf aku tidak tahu dimana keberadaan pak bos, harusnya sih ada, mungkin lagi makan siang keluar, kalo sekretaris memang hari ini dia tidak masuk" ucap Soni sambil garuk2 belakang kepala.
"Yah, telat dong padahal aku udah bawain dia makan siang" keluh Wina.
" Udah makanannya kamu taruh aja disini, nanti kalo si bos datang biar kuberikan padanya, atau kamu mau nungguin pak bos, mungkin bentar lagi balik soalnya nanti jam 2 ada meeting" kata Soni.
"Baiklah, kutunggu saja di ruangannya, aku juga udah kangen ama kak Dion" ucap Wina setelah menimbang sejenak.
Setelah Wina keluar dari ruangannya Soni berhembus lega, "Untung gak ketauan, si bos mah pake acara makan siang segala ama Nia, biar aja gak bakal gua kasih tau kalo ada Wina disini, biar nyahok kalo balik ke kantor ama Nia" pikir Soni.
Hampir satu jam menunggu, pintu ruangan terbuka. Wina langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Dion datang bersama Nia sambil bercanda.
"Kak Dion" panggil Wina.
Dion langsung berdiri mematung mendengar suara itu, dia langsung melotot begitu melihat Wina ada di ruangannya. Untungnya dia tadi tidak bergandengan tangan dengan Nia.
"Hai sayang, kok kamu kesini gak bilang bilang?" tanya Dion kikuk.
"Kan pengen bikin surprise kak, kalo bilang, gak jadi surprise dong, eh malah orangnya gak ada" balasnya sambil cemberut.
Aku segera mendekatinya lalu kudekap tubuh mungilnya lalu kucium keningnya sekilas,
"Jangan ngambek dong sayang, kalo kamu bilang kan aku gak bakal pergi makan siang ama Nia, oh iya kalian kan belum kenalan, sayang ini Nia sahabatku sejak SMA dulu, dia baru pulang dari Amrik" ucapku kikuk.
"Wina, kekasih kak Dion" ucap Wina dengan sorot mata tajam.
"Nia, sahabat Dion" balas Nia tak mau kalah.
Mereka seolah menegaskan bahwa keduanya memiliki peran penting di kehidupan Dion. Dion sampai harus garuk2 kepala dengan tingkah keduanya. Sebenarnya tujuan Dion dan Nia buru buru kembali ke kantor selepas makan siang adalah bisa bermesraan sejenak di kantor sebelum meeting. Namun karena kedatangan Wina gagal deh rencana mereka. Karena sakit hati tidak bisa bermesraan dengan Dion, Nia pun pamit pulang.
"Di, gue balik dulu ya, nanti kalo ada apa apa, loe telpon gue aja" kata Nia.
"Oke, hati hati ya" ucap Dion.
Dalam hati Nia mengumpat, "Semoga aja Dion dan Wina segera putus, supaya gue bisa jadi satu satunya kekasih Dion, awas aja kalo mereka gak putus putus, gue bakal temuin Wina buat bongkar perselingkuhan kita."
Sementara Wina sudah menatap Dion dengan sorot mata yang tajam, seolah sedang mengintimidasi musuh. Melihat itu Dion hanya bisa menelan ludah kasar. Baru kali ini dia melihat tatapan seperti itu, "Ada yang tidak kuketahui kak?" tanyanya.
"Hehehe, kan tadi udah dijelasin sayang kalo Nia itu cuma sahabat aku" kilahnya.
"Kok aku merasa kalian lebih dari sahabat" protesnya.
"Sayang, kamu gak usah cemburu ama Nia, aku tuh cuma sayang dan cinta ama kamu, percaya deh, oh iya tadi kamu bawa apa?" tanyaku sengaja perhatiannya.
"Oh iya sampe lupa, aku bawa cumi goreng tepung, tumis kangkung dan oseng tempe kesukaanmu kak" jawabnya.
"Wah, enak tuh, mana sayang, aku mau makan, sekalian sambalnya" ucapku semangat meski aku sudah kenyang, tapi demi mengambil hatinya aku makan kembali dan supaya Wina lupa dengan marahnya.
"Bukannya kamu udah makan sama Nia kak?" tanyanya.
"Aku tadi cuma makan dikit, makanan disana tidak seenak masakanmu sayang" rayuku.
"Ish, gombal ya sudah cepetan dimakan, habis gitu kamu meeting kan, aku tungguin sampe kamu selesai makan, habis gitu aku pulang" ucapnya.
"Oke sayang" balasku.
Setelah kami makan siang berdua, Wina langsung pulang, sepertinya aku harus memberi hukuman sama Soni, bisa bisanya dia gak ngasih tau aku kalo Wina ada disini, tau gitu kan aku gak ngajak Nia ke kantor.
Pukul 2 tepat meeting dengan direksi dimulai dan setelah berdebatan yang alot, akhirnya meeting selesai satu jam kemudian. Semua direksi sudah meninggalkan ruang meeting, hanya tinggal Dion dan Soni saja disana.
"Hey Son, sialan loe, kenapa gak bilang gue kalo Wina datang ke kantor, besok besok kalo Wina ke kantor pas gue pergi sama Nia, loe bilang, awas kalo gak" ancam Dion.
"Hehehe, sorry bos ane lupa, besok kedepannya gak bakal gitu lagi deh, janji" balasnya sambil mengangkat 2 jarinya.
"Oh iya bos, minggu depan kan ultah perusahaan kita, terus yang dampingin bos siape? Nia ape Wina?" tanya Soni.
"Yang dampingin gue tentu Wina, tapi hehehe kalo Wina gak bisa ya Nia lah" jawabku.
"Enak benar jadi bos ya, hai senangnya dalam hati, kalo berpacar 2" ucap Soni menirukan sebuah lagu.
"Ngaco loe" balas Dion sambil melempar pulpennya.
Acara ulang tahun perusahaan diadakan di hotel M, Dion juga mengundang artis ibukota guna meramaikan acara. Dion juga sengaja meminta Wina mengajukan cuti agar bisa menemaninya.
Dan tentunya sebagai sahabat Nia juga diundang oleh Dion.
Dion sengaja memesan baju di butik langganannya agar bisa senada dengan Wina. Dan baju untuk Wina sudah dibawa kurir tadi pagi, tak lupa juga Dion mengirimkan baju untuk Nia meski warnanya tidak senada tapi beberapa aksen di bajunya senada dengan baju Dion.
Wina menggunakan gaun sleeveless pada inner yang dikombinasikan dengan outer organza navy berbentuk wrap dengan aksen pita di pinggangnya, sungguh terlihat indah sekali.
Sedangkan Nia diberikan Dion gaun sleeveless warna krem tanpa lengan dengan belahan kaki diatas lutut dan di bagian dada hingga pinggang penuh dengan payet navy senada dengan warna jas Dion.
Malamnya Wina dan Nia pun bersiap, mereka memakai baju yang sudah disiapkan oleh Dion. Mereka datang ke hotel dijemput oleh supir perusahaan karena Dion dan Soni sedang menyiapkan doorprize untuk dibagikan kepada seluruh karyawan.
Mereka sampai di hotel bersamaan. Dion dan Soni sudah di depan untuk menyambut para tamu yang datang. Setelah melirik Wina dengan tatapan sinis,Nia yakin kalo dirinyalah yang akan disambut dahulu oleh Dion. Begitu sampai di depan Dion, Nia bingung kenapa Dion tidak menyambutnya, barulah setelah Wina mendekat, barulah Dion mengeluarkan suara
"Sayang, kamu cantik banget malam ini, ayo aku anter ke dalam dulu, nanti aku tinggal sebentar ya untuk menyambut tamu yang datang" ucap Dion sambil menggandeng Wina ke dalam.
Sementara Nia sudah emosi tingkat dewa, karena selain Dion yang tidak menyapanya tapi juga meninggalkannya. Malang sekali nasibmu Nia...
"Awas aja kamu Wina, nanti akan kubuat kamu menangis darah saat Dion mau kuajak tidur denganku" omel Nia sembari berjalan ke dalam.
Pasalnya selama mereka menjalani FWB, nyatanya Dion susah sekali diajak untuk tidur bersama, padahal berbagai rayuan telah dilakukan bahkan Nia sampai memperlihatkan anggota tubuhnya untuk menggodanya, tapi Dion seperti tak tergoda dengan penampilannya yang seksi. Sepertinya dia harus mencari cara supaya Dion mau tidur dengannya.
Acara pun dimulai, pertama di isi dengan sambutan CEO, kemudian penghargaan karyawan berprestasi, pembagian doorprize, ramah tamah dan ditutup dengan doa bersama.
Setelah menyampaikan beberapa kata sambutan, Dion pun kembali ke tempat duduk semula, di sebelahnya ada Wina dan Soni, sementara Nia duduk di belakangnya.
Saat pembagian doorprize tiba tiba hp Wina berbunyi, setelah mengangkatnya Wina pun berkata pada Dion kalo dia harus ke rumah sakit karena ada pasien baru masuk IGD yang harus segera dioperasi.
"Maaf kak, Wina gak bisa nemenin kakak sampe acara selesai, barusan ada telpon dari rumah sakit, ada pasien yang harus segera dioperasi, sekali lagi maaf kak" sesalnya.
Dion sudah hapal dengan kejadian seperti ini, meski kecewa tapi dia tidak bisa marah karena ini sudah menjadi tugas Wina sebagai seorang dokter.
Sambil mengusap kepala kekasihnya dia berkata, "Iya gak apa kamu pergi aja, tapi maaf aku gak bisa nganterin kamu ke rumah sakit, kamu perginya diantar supir ya?."
"Makasih kak sudah diantar, sekali lagi maaf kak" ucap Wina sendu.
"Ya sudah, aku antar kamu ke depan" sahutku.
Melihat kepergian Wina, Nia tersenyum licik, sepertinya dia bisa melancarkan rencananya untuk menjerat Dion malam ini.
Ketika Dion dan Wina pergi keluar, Nia memulai rencananya, dia membisikkan sesuatu pada seorang pelayan. Melihat Dion sudah kembali duduk di tempatnya, Nia mendekatinya, dia sengaja duduk di tempat Wina tadi.
"Habis gini acaranya apa sayang?" tanya Nia.
"Gak ada cuma games sama ramah tamah saja" jawabku.
"Gimana kalo kita adakan pesta dansa" usul Nia.
"Boleh juga tuh bos, biar agak rame" sahut Soni.
"Oke nanti kamu bilang MC nya sebelum ramah tamah akan ada pesta dansa" perintahku pada Soni.
"Siap bos" jawabnya.
Setelah Soni membisikkan rencana dadakan pada MC, tak lama dia pun mengumumkan acara selanjutnya adalah pesta dansa dan aturannya ketika music berhenti kita harus bertukar pasangan.
Mendengar itu Nia tersenyum, dia sudah punya rencana tentang pesta dansa ini. Music pun diputar, Nia langsung menarik Dion untuk dansa bersamanya, sementara di pojok ruangan fotografer bayaran sudah siap mengambil gambar ketika mendapatkan angel yang sesuai.
"Di, aku seneng banget bisa dansa sama kamu" ucap Nia sambil mengalungkan tangannya di leherku.
"Aku juga seneng, kamu bisa nemenin aku sampai acara selesai" ucapku dengan tangan memegang erat pinggangnya.
"Bisa gak kamu cukup denganku saja?" tanyanya kemudian dia menempelkan kepalanya di dadaku.
"Untuk soal itu, aku belum bisa, aku memang sayang banget sama kamu, tapi aku juga belum bisa meninggalkannya untuk saat ini, kamu sabar ya" ucapku sambil membelai pipinya.
Music pun berhenti saatnya untuk rolling, dan akhirnya Nia berpasangan dengan Soni, sementara Dion berpasangan dengan wanita yang sudah berumur, mungkin salah satu pegawainya.
Setelah acara dansa selesai tibalah ramah tamah. Khusus untuk CEO dan para petinggi perusahaan tempat makannya dibedakan, jadi untuk karyawan ada di meja prasmanan, sedangkan untuk CEO hidangan disajikan di meja tempat mereka duduk. Nia sudah memberi kode pada pelayan untuk menghidangkan makanan. Ada beragam menu tersaji di meja, mulai dari ayam bakar, sup asparagus,capcay, dan bistik daging sapi. Ada juga menu western seperti rosemary chicken, macaroni schotel, french toast, dan terakhir salad buah.
"Sayang, mau kuambilkan lauk apa?" tanya Nia.
"Aku mau rosemary chicken sama bistik daging sapi" jawabku.
Nia langsung mengambilkan menu yang kuinginkan tak lupa jus jambu kesukaanku. Akupun mengucapkan terima kasih padanya sebelum mulai makan.
Setelah meja dibersihkan aku pamit ke toilet untuk membasuh muka. Setelah kubasuh mukaku tiba tiba aku merasa dunia berputar, kupegang wastafel kamar mandi untuk menjaga keseimbangan. Setelah agak membaik akupun keluar dan memutuskan untuk pulang. Aku menghubungi Soni untuk meneruskan acara.
Sampai di lobi aku menelpon sopir untuk mengantarku pulang, karena tidak mungkin menyetir sendiri dengan kondisiku saat ini. Nia pun menghampiriku.
"Kamu kenapa?" tanyanya.
"Entahlah, rasanya kepalaku terasa berat, dan dunia rasanya berputar putar, mungkin vertigo ku kambuh" ucapku.
"Biar kuantar pulang" ucapnya.
Nia pun memapahku berjalan ke mobil. Sampai di mobil akupun terjatuh tak sadarkan diri. Pak Joni, sopirku yang membantu membawaku masuk ke dalam mobil. Ketika Nia hendak ikut masuk mobil, Soni memanggilnya,
"Nia, itu pak bos kenapa?" tanya Soni.
"Tak tahu tiba tiba aja bilang pusing terus pingsan deh, ini mau kubawa pulang" ucap Nia ketus.
"Udah kamu pulang ama supir aja, si Bos biar aku yang bawa" kata Soni.
"Loh, bukannya kamu disuruh nemenin tamu yang belum pulang" protesnya.
"Udah kuwakilkan" jawab Soni lantang.
"Sial, gara gara Soni, rencana gua jadi gagal padahal sudah tinggal selangkah lagi, ini juga si Edo yang diminta obat perangsang, kenapa malah jadi obat tidur" Nia masuk ke dalam mobil sambil menggerutu.
Keesokannya aku bangun dengan kepala yang berat, padahal seingatku tadi malam tidak minum alkohol di pesta, tapi kenapa tiba tiba merasa pusing. Aku pun menelepon dokter langgananku untuk datang memeriksa. Dan hasilnya aku sehat sehat saja. Tak ambil pusing dengan kondisi tubuhnya, Dion langsung mandi dan pergi ke kantor.
Sesampainya di kantor seperti biasa, satpam dan karyawan lainnya menyapa, aku hanya tersenyum saja. Begitu sampai di dalam ruangan kurebahkan tubuhku ke kursi, kulihat gawai sebentar, dan ternyata ada beberapa pesan dari beberapa kolega mengucapkan selamat, paling banyak dari Nia menanyakan kondisiku dan terakhir hanya satu pesan dari Wina. Aku hanya membaca pesan Wina
"Pagi kak, gimana acaranya semalam? Sukses pastinya. Maaf kak, Wina gak bisa menemani kakak hingga akhir acara, nanti siang aku free, kita bisa makan siang bareng sebagai penebus waktu kemaren. Kalo iya nanti kakak gak usah kesini biar aku yang jemput kakak di kantor, gimana?" tanyanya.
"Oke sayang, kutunggu kamu" jawabku sambil tersenyum.
Akupun melanjutkan pekerjaanku dengan hati yang gembira karena ternyata Wina masih perhatian padaku, kupikir dia tidak menyayangiku sebesar aku menyayanginya. Ah tak sabar menunggu siang.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang, Wina bersiap siap datang ke kantor Dion dengan membawa makanan kesukaan Dion. Berikut hadiah yang disiapkannya untuk Dion. Harusnya kado itu diberikan tadi malam, tapi berhubung dia ada operasi dadakan jadi lupa ngasih.
Setelah sampai didepan ruangan Dion, Wina mengetuk pintu, setelah terdengar kata masuk, barulah dia membuka pintu. Begitu pintu dibuka Dion pun mendongak, "Hai sayang, cepet banget sampainya, padahal belum jam makan siang" ucapku sambil berdiri dan merentangkan tangan.
"Iya kak, sengaja diawali, takut seperti kemaren" ucapnya sambil menghamburkan tubuhnya.
"Gak mungkin lah sayang, masa udah janjian ditinggal" balasku.
Wina hanya mengedikkan bahunya, lalu mulai menata makanan yang di bawa ke meja. Wina menyuruhku untuk duduk di sampingnya. Kemudian mengambil makanan agak banyak lalu menyuapiku, "Aaaakkk" ucapnya.
"Sayang, aku bisa makan sendiri" protesku.
"Sudah kakak jangan protes, diem dan nurut aja" ocehnya.
Kami pun makan sepiring berdua. Sesungguhnya aku malah senang diperlakukan seperti ini. Inginku kalo bisa tiap hari begini. Karena jarang jarang Wina ada waktu untukku dan momen seperti ini bagiku sangat langka. Aku makan dengan semangat 45. Hingga dalam sekejap sepiring nasi telah habis.
"Mau tambah kak?" tawarnya.
"Enggak sayang, aku sudah kenyang" ucapku.
Setelah mencuci tangan dan merapikan meja. Wina mengambil paper bag dan kotak berwarna biru kemudian diberikannya padaku.
"Apa ini sayang" tanyaku.
"Ini hadiah untuk CEO yang smart, tampan, dan bertanggung jawab" katanya.
Kubuka paper bag dan didalamnya ada 2 kotak kecil. Kotak pertama berisi dasi warna grey dengan garis garis ungu. Dan kotak kedua berisi smart mug yang bisa membuat teh atau kopi awet panasnya. Dan terakhir kotak paling besar ternyata berisi flower box dengan harum aromaterapi.
"Sayang, hadiahnya banyak banget, aku suka sekali, makasih ya" ucapku sambil memeluk dan mencium keningnya.
"Sama sama kak, oh iya ini bunganya kutaruh di meja ya biar wanginya sampe ke tempat kakak duduk" katanya.
"Kamu atur aja lah sayang" ucapku.
Belum puas bermesraan sama Wina, Soni nyelonong masuk mengatakan jika sebentar lagi aku ada janji ketemu klien di restoran X. Ah dasar si Soni sukanya mengganggu kesenangan orang saja. Aku yang emosi hampir saja akan mengumpat tapi ditahan oleh Wina, "Sudah tidak apa, jangan marah gitu dong, kasihan Soni udah banyak kerjaan, masih juga dimarahi. Ya sudah kalo gitu aku pulang dulu ya kak" ucapnya menenangkanku.
"Hhmm" jawabku malas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!