NovelToon NovelToon

Dokter Mafia Kejam!

Bab 1 - Menemukan Batu Zamrud

Chicago, 23 November 2022...

...✫✫✫...

"Hey bodoh! Cepat ambilkan minuman lagi untukku!" perintah Drac. Dia melotot kepada lelaki yang sudah lama dijadikannya budak.

"Tapi kau bisa menjangkaunya sendiri ke meja," jawab Bill. Dia yang sejak tadi terduduk di lantai, sedang sibuk membersihkan botol-botol alkohol yang berhamburan.

Bill Asgard, itulah nama lelaki yang tengah duduk di lantai. Kaki kirinya nampak buntung. Saat berusia 15 tahun, Drac dan anggota The Joker memotong kaki Bill dengan gergaji. Hal itu dilakukan mereka karena Bill berusaha melarikan diri.

Ketika Bill berusia 20 tahun, The Joker mengambil salah satu ginjalnya. Itu mereka lakukan, lagi-lagi karena usaha Bill yang ingin lepas dari jerat The Joker.

The Joker sendiri bukanlah organisasi mafia. Namun mereka termasuk kumpulan penjahat kelas kakap yang menguasai wilayah kota Chicago. Terutama jalanan kecil bernama Aiden Street. Mereka tidak hanya menjual narkoba, tetapi juga melakukan penjualan organ tubuh manusia, bahkan manusia hidup. Terutama wanita. The Joker sendiri seperti kaki tangan para organisasi mafia.

"Tidak usah banyak alasan! Cepat ambilkan minumannya untukku! Kau mau aku mengambil jantungmu itu untuk dijual, hah?!" tukas Drac. Dia sebenarnya sudah menghabiskan dua botol bir. Tetapi itu masih belum cukup baginya.

Bill perlahan beringsut ke meja. Dia mengambilkan minuman yang di inginkan Drac.

"Sekarang, tuangkan ke mulutku!" Drac enggan meminum dengan tangannya sendiri. Dia segera mengangakan mulut.

Bill lantas menuangkan minuman ke mulut Drac. Saat itulah atensinya teralih ke arah jendela. Dia menyaksikan ada sebuah mobil mewah yang berhenti.

"Hei!" Drac tiba-tiba mendorong Bill dengan kasar. Bill sontak terjatuh tersungkur ke lantai. Botol berisi alkohol terhempas dan pecah berkeping-keping.

"Kau mau membuatku tidak bisa bernafas karena alkohol, hah?!" Bukannya membantu, Drac justru memarahi Bill. Hal itu karena minuman yang dituangkan Bill melimpah di mulutnya. Membuat wajah dan baju Drac basah.

"Dasar keparat! Baji-ngan! Tidak berguna!" Drac menendangi tubuh Bill. Lelaki lemah yang berusia 30 tahun itu hanya bisa merintih kesakitan. Memang sejak berusia 13 tahun, Bill sudah terjebak di kehidupan gelap The Joker.

Sungguh, Bill sudah melakukan segalanya untuk kabur. Tetapi tidak bisa. Bukan saja karena keadaan dirinya yang lemah, tetapi pengetahuan yang minim. Bill memang hanya sempat menempuh pendidikan sampai sekolah dasar.

Sebenarnya saat berusia 13 tahun, Bill pernah mendapatkan tawaran bantuan dari seorang bos mafia bernama Ron. Sayangnya Bill menolak karena merasa takut. Bill yang masih polos, ingin hidup normal seperti orang pada umumnya. Namun nasib berkata lain, Bill justru terjebak di dalam kelompok jalanan yang lebih mengerikan.

Kini Bill hanya bisa menyesali keputusannya. Andai dia menerima tawaran Ron dulu, mungkin sekarang dirinya bisa menjadi lelaki yang tangguh dan hebat. Sebab Ron kala itu memang mencari anak-anak untuk dilatih dan dijadikan bak prajurit.

"Drac! Nico sudah datang! Dia ingin mengambil stok," seru Roger yang baru membuka pintu. Dia salah satu anggota lain The Joker. Perhatiannya segera tertuju ke arah Bill.

"Si bodoh ini melakukan apa lagi, Drac?" tanya Roger.

"Tidak ada. Aku hanya kesal," jawab Drac terkekeh. Lalu meludahi Bill.

"Bwahaha! Bill memang menjadi tempat pelampiasan terbaik," komentar Roger. Tegelak bersama Drac. Keduanya segera pergi meninggalkan Bill.

Sekujur tubuh Bill dipenuhi lebam dan luka. Tubuhnya juga sangat kurus. Dia juga merasakan sakit tak terkira di bagian duburnya. Karena sesekali, ada saja anggota The Joker mencabulinya tanpa alasan. Ya, begitulah kejahatan dalam dunia gelap yang tak banyak orang ketahui.

Bill mengambil tongkatnya. Lalu berjalan ke depan jendela. Dia memperhatikan keluar. Jujur saja, setiap hari Bill selalu berharap Ron bisa datang. Tetapi pertemuan dua puluh tahun lalu sepertinya adalah yang pertama dan terakhir.

"Bill! Ayo kita berangkat!" seorang lelaki bernama Dylan datang. Dia juga tak kalah jahat dari Drac dan Roger. Dylan biasanya mengajak Bill untuk meminta-minta uang di jalanan. Keadaan kaki Bill yang buntung, dimanfaatkannya untuk mendapat uang.

Dengan terpaksa, Bill ikut saja. Dia berjalan pelan menggunakan tongkatnya.

"Bisakah kau lebih cepat?!" desak Dylan sembari mendorong punggung Bill. Lelaki itu otomatis terjatuh karena kehilangan keseimbangan.

"Aah!" Dylan mengaduh kesakitan. Dia merasakan pantatnya semakin sakit.

"Astaga... Kau sangat merepotkan. Cepat berdiri!" geram Dylan.

Perlahan Bill menoleh. "Bisakah kau bunuh saja aku? Kenapa kau dan yang lain tidak pernah melakukannya, hah?!" tukasnya. Sebenarnya ini bukan kali pertama Bill meminta ingin dibunuh saja. Bill juga beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri. Akan tetapi selalu ketahuan oleh para anggota The Joker. Makanya Bill selalu berada dalam pengawasan mereka.

Dylan malah tertawa geli. Dia berucap, "Lalu kami akan kehilangan budak kesayangan kami ini? Tentu saja tidak. Aku dan anggota The Joker lainnya sangat menyayangimu, Bill..." Dylan menepuk pipi Bill dua kali.

Ponsel Dylan mendadak berbunyi. Dia lantas mengangkat panggilan dari seseorang. Dylan menyandar ke dinding. Ia menyuruh Bill menunggu.

Bill mendengus kasar. Dia perlahan berdiri. Tanpa diduga dia melihat sebuah batu hijau yang sering disebut batu zamrud. Ternyata batu zamrud itu tidak sengaja terduduki olehnya. Pantas saja pantatnya terasa sakit saat jatuh tadi.

Tanpa pikir panjang, Bill mengambil batu tersebut dan memasukkannya ke dalam saku celana. Dia tentu tidak ingin batu yang sepertinya berharga itu dirampas oleh Dylan.

Bill menghabiskan waktu seharian untuk mendapat uang di jalanan. Dengan pengawasan Dylan tentu saja. Biasanya mereka mendapatkan uang sampai ratusan dollar.

Saat malam tiba, Bill biasanya dikurung di kamar bawah tanah. Dia tidak sendiri di sana. Ada banyak tawanan The Joker yang mengisi kamar-kamar lainnya.

Setahu Bill, para tawanan akan berakhir meninggal karena di ambil organ tubuhnya secara perlahan. Mereka diberi makanan secara teratur dan enak. Berguna untuk membuat organ-organ tubuh jadi bagus dan sehat.

Setibanya di kamar, Roger merantai salah satu tangan Bill. Dengan tujuan agar lelaki itu tidak melakukan hal di luar dugaan. Terutama bunuh diri.

Sampai sekarang Bill tidak tahu kenapa hanya dirinya yang disiksa. Ketika bertanya kepada para anggota The Joker, dia justru dipukuli tanpa alasan.

Karena lelah, Bill telentang ke kasur. Kebetulan di sana hanya ada meja, kasur, dan ember untuk keperluan buang air kecil dan besarnya. Serta kamera CCTV yang selalu mengintai dari sudut bagian atas.

Bill memejamkan mata. Dia baru teringat kalau tadi dirinya sempat menemukan batu zamrud. Tangannya perlahan masuk ke dalam saku. Bill menyentuh batu zamrud di dalam sana.

'Aku harap batu ini membawa keberuntungan. Jika benar, aku harap kehidupanku akan berubah secepatnya,' harap Bill dalam hati. Dia yang lelah, akhirnya tertidur.

...***...

...🎶...

...I tried so hard and got so far...

...But in the end it doesn't even matter...

...I had to fall to lose it all...

...But in the end it doesn't even matter...

Cahaya menghantam mata Bill. Suara musik familiar perlahan terdengar. Lama-kelamaan lagu Linkin Park yang berjudul In The End itu semakin nyaring. Bill perlahan membuka mata. Keningnya langsung mengernyit tatkala menemukan dirinya di sebuah kamar tidak asing.

Mata Bill terbelalak tak percaya. Dia berada di kamar miliknya dua puluh tahun yang lalu. Hal yang paling membuat Bill terkejut, kedua kakinya tampak utuh!

"What the fu**k?..." Bill mengumpat saat berdiri ke depan cermin. Dia kembali ke tubuhnya saat berusia 13 tahun. Tahun di kalender tertulis angka 2002!

Bab 2 - Hinaan Keluarga Owens

Michigan, 29 Maret 2002...

...✫✫✫...

Bill merasa tidak percaya dengan apa yang diterimanya. Dia memukuli pipinya berulang kali.

"Apa ini mimpi?" gumam Bill. Dia menoleh ke arah pintu. Lalu mencoba keluar dari kamar.

Benar saja, apa yang dialami Bill sekarang bukanlah mimpi. Dia sangat ingat kalau dirinya pernah menjadi bagian keluarga Owens. Keluarga konglomerat terkaya yang ada di USA.

"Thomas! Cepat! Kita harus bersiap untuk hari kelulusan--" Matilda muncul dalam balutan pakaian formal. Dia menjeda perkataannya ketika menyaksikan Bill berdiri di depan kamar. Suara musik yang terdengar dari kamar Thomas seketika terhenti.

Matilda adalah istri dari Joseph Owens. Dia merupakan ibu sambung Bill. Matilda tidak pernah menerima kehadiran Bill dalam keluarganya. Karena Bill adalah anak selingkuhan suaminya. Selain itu, ibunya Bill juga merupakan seorang pela-cur.

'Hari kelulusan? Bukankah ini hari saat aku ditelantarkan oleh keluargaku sendiri?' batin Bill. Ia sangat ingat kalau Matilda dan kedua anaknya selalu menghina dan membulinya. Bill seringkali diperlakukan seperti pembantu. Mereka berbuat begitu agar Bill tidak betah tinggal di rumah.

Matilda berjalan mendekat dan berhenti di hadapan Bill. Dia melipat tangan di dada. Memasang raut wajah garangnya.

"Cepat setrika baju Thomas! Sekalian juga cuci pakaian yang ada di baskom besar!" titah Matilda sembari mengarahkan telunjuk ke arah dapur.

"Tapi--"

"Kau tidak usah membantah! Cepat setrika baju Thomas! Nanti dia terlambat!" Matilda memotong ucapan Bill.

Bill sangat ingat bagaimana dirinya sering dihina dan disuruh-suruh. Hidupnya saat tinggal bersama keluarga Owens sama saja seperti ketika dirinya berada di tempat The Joker.

Kedua tangan Bill mengepal erat. Dia sebenarnya ingin melawan. Namun Bill merasa sekarang bukanlah waktu yang tepat.

Bill segera melakukan tugas yang diberikan Matilda. Dia mengambil baju Thomas. Lalu menempelkan setrika di sana sampai hangus.

"Persetan dengan pakaian ini," gumam Bill sembari berseringai. Selanjutnya, dia mengurus pakaian yang ada di baskom. Sengaja mencampur pakaian itu dengan sebotol pemutih.

Bill sangat sadar betapa bodohnya dia dulu. Selalu pasrah menerima hinaan dan memilih tetap bertahan menjadi bagian keluarga Owens. Namun sekarang, itu tidak akan terulang lagi.

Bill mengambil sebuah buku belajar dari kamar. Lalu membacanya sambil menunggu mesin cuci menggiling pakaian. Saat itulah Thomas datang. Dia anak pertama dari Joseph dan Matilda. Usianya sepantaran dengan Bill.

"Wah, apakah si bodoh ini bisa membaca," tegur Thomas dari ambang pintu.

Bukan tanpa alasan Thomas menyebut Bill bodoh. Bill memang dikenal tidak pandai di sekolah. Dia selalu mendapatkan nilai rendah hampir di semua pelajaran.

Salah satu penyesalan Bill saat dewasa adalah ketiktertarikannya terhadap belajar. Kini dia mempunyai kesempatan kembali ke masa lalu. Maka salah satu yang ingin Bill rubah adalah kebodohannya.

Bill menoleh dengan ekspresi cemberut. Tanpa diduga, Thomas merampas buku dari tangannya.

"Hei!" protes Bill sembari berusaha mengambil kembali bukunya.

"Tidak usah berlagak pintar. Orang yang berotak dangkal, tidak akan pernah bisa jadi pintar," tukas Thomas. Dia merobek lembaran kertas buku Bill. Tersenyum tanpa rasa bersalah. Parahnya, setelah merobek buku Bill, Thomas memasukkan buku tersebut ke dalam mesin cuci.

Bill diam saja. Dia hanya sibuk mempelototi Thomas.

"Ops." Thomas memasukkan buku ke dalam mesin cuci. Dia berlagak terkejut sambil memegangi mulut dengan satu tangan.

Gigi Bill menggertak kesal. Ingatan tentang banyaknya hinaan dari keluarga Owens terlintas dalam kepala. Dari mulai dikurung di gudang, tidak dibolehkan sekolah, bahkan terkadang dipukuli. Kemarahan Bill otomatis membara.

Hal yang paling membuat Bill marah adalah bagaimana ketidakpedulian Joseph terhadapnya. Walau lelaki itu adalah ayah kandungnya, tetapi Joseph selalu mengutamakan Matilda dan kedua anaknya yang lain. Meski salah, Joseph tetap membela mereka dibanding melindungi Bill.

'Keparat ini harus dihukum secepatnya,' ucap Bill dalam hati.

"Bacalah bukumu itu, bodoh." Thomas beranjak.

Bill yang kesal, mendaratkan tendangan ke punggung Thomas. Serangannya membuat lelaki berambut pirang itu terjerembab ke lantai. Bibirnya pecah dan mengeluarkan darah. Thomas langsung menangis.

Semua orang berdatangan untuk memeriksa keadaan Thomas. Matilda segera memeluk Thomas dengan perasaan cemas. Dia mendelik ke arah Bill yang berdiri tegak dengan raut wajah datar.

"Dasar anak pela-cur! Sejak awal kau memang anak yang bermasalah! Kau tidak pantas menjadi bagian keluarga kami! Pergilah ke neraka!" timpal Matilda.

"Ya, aku memang akan pergi." Bill menjawab dengan ekspresi menantang. Dia berjalan lebih dekat ke hadapan Matilda dan Thomas. "Tapi suatu hari, akulah yang akan membawa neraka untuk kalian," ujarnya.

Matilda terperangah. Sedangkan Thomas semakin menangis histeris.

"Apa-apaan, Bill?" Joseph datang. Dia langsung menyuruh pelayannya untuk membawa Matilda dan Thomas ke kamar. Sementara dirinya yang akan mengurus Bill.

"Sayang, ingat hal yang kita bicarakan tadi malam," ucap Matilda. Sebelum pergi menyusul Thomas ke kamar.

Joseph mengangguk. Dia menatap Bill dengan penuh amarah. "Beraninya kau bicara begitu kepada ibumu?" katanya.

"Dia bukan ibuku," balas Bill tak acuh.

"Kau sudah keterlaluan, Bill! Oleh sebab itu, aku ingin kau pergi--"

"Kau tidak perlu mengusirku, Ayah. Karena aku akan angkat kaki dari sini dengan senang hati." Bill berbalik badan. Sengaja memotong ucapan Joseph. Ia berjalan menuju pintu keluar. Tanpa menoleh sekali pun ke belakang.

"Kau akan pergi begitu saja? Kau pikir anak berusia 13 tahun sepertimu bisa bertahan tanpa uang sepeser pun di luar sana?" cetus Joseph tak percaya. Sebenarnya ada sepercik kepedulian yang dirasakannya terhadap Bill. Mengingat lelaki itu juga anak kandungnya.

Joseph sebenarnya berniat mengirimkan Bill ke sekolah asrama yang ada di London. Akan tetapi Bill pergi begitu saja.

"Bill!" panggil Joseph. Dia mencoba mengejar Bill. Namun Matilda mencegat.

"Biarkan saja dia. Itu pilihannya," ucap Matilda.

"Tapi dia juga anakku," sahut Joseph.

"Kau tetap menganggap Bill anak meski dia sudah tega berbuat begitu kepada Thomas?" perkataan Matilda seketika membuat Joseph ragu.

"Aku tidak akan membiarkannya pergi tanpa tujuan!" Joseph melepaskan tangan Matilda. Dia segera menyuruh bawahannya untuk membawa Bill ke bandara.

Bill dipaksa untuk masuk ke mobil. Dia lantas menurut saja. Bill sebenarnya tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia ingat dahulu dirinya memang disuruh pergi ke sekolah asrama. Namun saat dalam perjalanan, Bill di bawa ke luar kota. Dia ditinggal sendirian oleh sopir dan asisten ayahnya yang mengantar. Jelas semua itu terjadi karena campur tangan Matilda.

Selain selalu mengharapkan bertemu Ron, Bill juga berharap Joseph mencarinya. Akan tetapi itu tidak pernah terjadi. Sehingga sekarang dirinya benar-benar membenci Joseph. Itulah alasan Bill mengganti nama belakangnya dengan Asgard. Dia mengambil nama itu dari buku komik yang dibacanya.

"Berhenti! Aku akan turun di sini." Merasa sudah sampai di kota Chicago, Bill menyuruh sopir untuk berhenti. Sopir dan asisten Joseph sontak heran. Keduanya saling bertukar pandang.

"Aku tahu kalian akan mentelantarkanku di sini," ucap Bill sambil tersenyum. Bicara bak orang yang sudah dewasa. Dia pergi dengan santainya menelusuri jalanan trotoar.

"Apa itu? Bagaimana dia bisa tahu?" ungkap asisten Joseph seraya menggaruk tengkuk.

"Entahlah. Aku tak peduli. Setidaknya pekerjaan kita selesai. Ayo kita pulang." Sopir itu segera menjalankan mobil dan pergi.

Kini yang dilakukan Bill hanya perlu menunggu Ron datang. Dia sengaja mendatangi tempat yang akan menjadi pertemuan dirinya dan Ron.

Bab 3 - Bertemu Lexy

Chicago, 29 Maret 2002...

...✫✫✫...

Bill duduk di pinggir jalan. Dia mengamati wajah-wajah orang yang berlalu di depannya. Ada banyak tunawisma di sekitaran Bill. Mungkin dia adalah satu-satunya anak berusia 13 tahun yang terlantar di sana. Tidak heran banyak orang yang mengincar. Termasuk orang besar seperti bos mafia.

Beberapa jam berlalu. Hari sudah semakin sore. Bill mulai bosan. Dia diserang rasa kantuk. Perlahan kepalanya tertunduk.

Bersamaan dengan itu, sepasang sepatu pantofel muncul di hadapan. Mata Bill sontak terbuka lebar. Dia langsung menengadah. Menyaksikan siapa sosok lelaki di hadapannya sekarang.

"Hei, kid!" sosok yang datang tidak lain adalah Ron Lauder. Bos mafia Tiger Danger. Orang yang sudah dinanti Bill sejak lama.

Bill bergegas berdiri. Dalam keadaan mata yang membulat. Dia berusaha memperhatikan wajah yang tersembunyi dibalik topi fedora itu.

"Apa yang kau lakukan sendirian di sini?" tanya Ron seraya membungkuk untuk mensejajarkan tingginya dengan tubuh Bill.

'Sial! Aku lupa menangis. Saat itu aku menangis karena tidak bisa kembali pulang,' batin Bill. Dia segera merengekkan wajahnya. Berpura-pura sedih.

"Aku tidak bisa pulang. Sepertinya keluargaku membenciku... Hiks..." Bill mengucapkan kalimat yang sama seperti dulu.

"Oh... Kasihan... Kenalkan aku Ron. Dan kau?" tanggap Ron. Ia kini berjongkok di hadapan Bill.

"Bill..." jawab Bill lirih.

"Bill, apa kau tahu dengan yang namanya mafia?" tanya Ron.

Bill mengangguk. Dia menutup wajahnya dengan dua tangan.

"Aku salah satu bos mafia yang ada di negeri ini, Bill. Aku kebetulan mencari anak-anak yang terbuang sepertimu. Karena aku tahu anak sepertimu pasti mendapat hinaan yang mungkin tidak bisa kubayangkan. Jika kau ikut denganku, aku akan pastikan kau bisa membalas dendam kepada orang-orang yang telah menyakitimu," tutur Ron lembut. Dia sepertinya sudah terbiasa berbicara begitu dengan anak-anak.

Bill yang masih menutupi wajahnya tersenyum. Itulah kalimat yang dia tunggu. Bill bingung kenapa dahulu dia menolak tawaran emas itu.

'Dahulu aku terlalu naif. Aku mengira kebaikan dapat membuat kehidupanku menjadi lebih baik pula. Tapi pada kenyataannya tidak. Aku justru semakin menderita,' ucap Bill dalam hati. Mengingat bagaimana dirinya di masa lalu.

Bill berhenti menutupi wajahnya. Dia menatap Ron dan berucap, "Baiklah. Aku ikut denganmu."

Ron tersenyum lebar. Dia menyuruh Bill masuk ke dalam mobil. Mereka akan pergi ke markas utama Tiger Danger yang bertempat di kota Brooklyn.

Sesampainya di markas, Bill diseret oleh dua lelaki berbadan kekar. Dia sangat kaget tiba-tiba diperlakukan begitu.

"Tuan Ron! Aku mau dibawa kemana?!" Bill membulatkan mata.

"Gabungkan dia bersama anak-anak lain!" titah Ron tak peduli. Sikapnya berubah drastis.

Karena merasa ditipu, Bill menggigit dua bawahan Ron secara bergantian. Lalu menghampiri Ron.

"Tuan Ron! Kau bilang akan melatihku menjadi lelaki yang tangguh!" Bill menuntut jawaban.

Ron menatap dengan senyuman menghina. "Kau pikir aku bersungguh-sungguh? Aku hanya perlu anak kecil untuk melengkapi jumlah yang di inginkan klienku. Mengerti?" ungkapnya.

"Jadi kau membohongiku?!" Bill mengepalkan tinju di kedua tangan.

"Dengar, Bill. Aku ini seorang bos mafia. Kau pikir aku memiliki hati seperti kupu-kupu? Aku tidak akan merasa kasihan melihat tangisanmu itu?!" Ron menendang Bill hingga terjatuh.

"Aaaarghh!!!" Bill merintih kesakitan. Dia sangat kesal. Alhasil Bill berdiri dan melayangkan bogem tepat ke alat vital Ron.

"Bos!!" seluruh bawahan Ron berteriak bersamaan. Sebagian dari mereka ada yang cemas. Serta sebagian lagi ada yang berusaha menahan tawa.

Ron reflek memegangi organ intimnya dengan dua tangan. Dia merasakan sakit tak terkira. Beberapa anak buahnya segera membantu. Namun Ron menepis. Ia mendelik ke arah Bill. Kemudian mengarahkan jari telunjuknya pada anak tersebut.

"Bawa anak ini pergi! Cepat! Aku sudah tidak sabar ingin menjualnya!" geram Ron.

Bill lantas dibawa paksa. Dia digabungkan bersama anak lain di sebuah ruangan.

Bruk!

Bill didorong dengan kasar. Dia terjatuh dalam keadaan tengkurap. Pintu segera ditutup oleh bawahan Ron.

"Sial!" umpat Bill.

"Ya, semua orang yang ada di ruangan ini bernasib sial." Suara anak perempuan menyahut.

Bill perlahan berdiri. Dia menyaksikan seorang anak perempuan yang duduk di hadapannya. Anak itu tidak sendiri, ada anak-anak lain yang sepertinya memiliki rentang usia berbeda-beda. Mereka tampak ketakutan. Kecuali anak perempuan yang tadi menanggapi umpatan Bill.

"Kau satu-satunya anak yang datang tanpa menangis." Anak perempuan yang duduk di hadapan Bill kembali bicara. Dia berkulit putih. Rambut cokelatnya tergerai panjang. Dia terlihat kotor dan acak-acakan seperti anak-anak lainnya.

"Itu karena aku sudah muak dengan penderitaan," jawab Bill. Dia duduk ke sebelah anak perempuan itu.

"Aku Lexy," ujar anak perempuan tersebut.

"Bill." Bill menjawab sambil mengedarkan pandangan ke sekitar. Berharap bisa menemukan jalan untuk melarikan diri.

"Tidak ada celah di ruangan ini. Hanya ventilasi kecil yang hanya bisa dilalui seekor semut." Lexy yang mengerti Bill sedang mencari apa, segera angkat suara.

Bill berdecak kesal. Dia mengacak-acak rambut dengan frustasi. Andai tahu semua akan begini, dirinya tentu memilih jalan kehidupan lain.

Sampai akhirnya Bill baru teringat dengan batu zamrud yang ditemukannya. Ia langsung merogoh saku celana. Akan tetapi dia tidak menemukan batu itu.

Bill berdiri. Mencoba mencari batu zamrud dengan hati-hati.

"Kau kenapa? Mau buang air kecil?" tanya Lexy. Tetapi Bill tidak menjawab.

"Itu ada ember yang berguna untuk--"

"Aku tidak mau buang air kecil!" tegas Bill dengan nada penuh penekanan. Dia kembali duduk. Bill benar-benar heran. Kemana perginya batu zamrud tersebut?

'Mungkinkah batu zamrud itu yang membawaku kembali ke masa lalu? Tapi kenapa tiba-tiba menghilang? Apa itu artinya aku tidak bisa kembali lagi?' benak Bill bertanya-tanya. 'Ah! Lagi pula aku sama sekali tidak ingin kembali,' lanjutnya sambil menggeleng.

Bill terdiam dan menyandar ke dinding. Dia melirik Lexy yang tampak sibuk bermain dengan kuku-kuku kotornya.

"Apa kau dan yang lain sudah lama di sini?" tanya Bill.

"Aku sudah dua minggu di sini. Sedangkan mereka, ada yang sudah tiga minggu, satu bulan lalu, bahkan dua bulan. Jay yang paling lama di sini," jawab Lexy seraya menunjuk anak-anak yang dimaksud.

"Dan kalian sama sekali tidak mencoba melarikan diri?"

"Sudah. Tapi tidak ada yang berhasil. Orang-orang mafia itu sangat banyak. Mereka juga kuat." Lexy menjelaskan.

"Kita harus keluar dari sini!" Bill bertekad.

"Bagaimana? Karena aku tidak mau dihukum lagi karena melakukan itu. Lihat badanku." Lexy memperlihatkan lebam dan luka yang ada di beberapa titik tubuhnya.

Bill berpikir. Sampai dia terpikirkan sesuatu. "Apa mereka akan memberi kita makanan?" tanyanya.

"Ya, mungkin sebentar lagi."

"Bagus. Kita harus gunakan kesempatan itu untuk melarikan diri!" Bill berdiri. Dia bicara kepada semua anak yang ada di ruangan. "Kita ada banyak. Aku yakin kita bisa!" serunya sambil membuat bogem di salah satu tangan.

Anak lainnya terlihat tak peduli. Mereka mengabaikan Bill yang terkesan seperti bicara omong kosong.

"Ayolah! Apa kalian tidak mau keluar dari sini?!" Bill mencoba lagi. Namun masih tidak mendapatkan reaksi.

"Mereka sudah lelah, Bill. Kami beberapa kali mencoba melarikan diri. Tapi malah berakhir tragis. Beberapa dari kami bahkan ada yang diperkosa," ucap Lexy.

Bill terdiam. Mendengar ucapan Lexy, dia jadi teringat dengan nasibnya dulu. Namun apakah Bill harus tetap diam? Tentu tidak! Dia tetap bertekad akan melakukan perlawanan. Dia tidak mau menjadi orang bodoh seperti dulu.

Pintu mendadak terbuka. Tiga orang bawahan Ron datang membawakan makanan. Mereka melemparkan nampan berisi roti ke lantai. Saat itulah Bill kembali melakukan serangan seperti apa yang dilakukannya terhadap Ron. Bill menyerang dengan gerakan cepat. Hingga para bawahan Ron tak bisa menduga.

"Aaargh!"

"Aaargh!

"Aaargh!"

Tiga bawahan Ron merasakan sakit di organ alat vital mereka masing-masing.

"Ayo!" seru Bill kepada anak-anak lain. Tetapi mereka lebih memilih berebut mengambil roti. Hanya Lexy yang berlari mengikuti Bill. Lexy bahkan melakukan serangan yang sama kepada tiga bawahan Ron. Double kill dari Bill dan Lexy bak siksaan bagi para bawahan Ron.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!