NovelToon NovelToon

My Husband'S Secret

1. Bawang Merah

☘️☘️☘️

"Arghh..." teriak seorang gadis remaja yang menggenakan seragam putih-biru.

Brakkk!

Pria yang baru saja menabrak gadis remaja tersebut dengan cepat keluar dari mobilnya. Dia melihat gadis itu sudah tergeletak dengan seragam yang berlumuran darah.

Mulut pria itu bungkam dan tak bisa berkata apa-apa. Dia sudah keringat dingin melihat bahwa dia telah menabrak seseorang. Pria itu melirik ke semua arah melihat situasi, setelah dia tak melihat siapapun di sana. Dia pun membopong tubuh mungil gadis tersebut masuk ke dalam mobil dan melarikannya ke rumah sakit setempat.

Sesampai di sana gadis itu langsung ditangani oleh para suster dan dokter, lalu dimasukan ke ruang operasi. Pria itu bingung menghubungi keluarga anak itu, dia tak mengenal keluarga anak itu, dia pun orang pendatang di tempat itu jadi dia tak tau harus berbuat apa. Dan dia juga takut jika pihak keluarga korban akan menuntutnya atas perbuatannya ini.

***

Terlihat perempuan dengan paras cantik memotong bawang merah dengan air mata yang sudah jatuh di pipi mulusnya itu. Di dapur yang terbilang cukup minimalis dan sederhana ia menikmati kegiatannya di pagi yang cerah ini, hingga ia dibuyarkan oleh seseorang pria yang memeluk pinggangnya dari arah belakang.

"Sedang apa Dek?" tanya pria yang sudah tiga bulan ini menjadi suaminya.

"Mau buat nasi goreng."

"Lalu kenapa air mata istri Mas ini jatuh ke wajah cantiknya ini?"

Ezra suaminya menghapus air mata istirnya yang sempat terjatuh itu.

"Bawangnya jahat banget, dia buat aku nangis kayak gini," adu Yumna dengan manja sambil memanyunkan bibirnya.

"Berani-beraninya kamu membuat istri cantik ku ini menangis? Aku saja tak pernah membuat istri ku ini menangis, dan kamu berani-beraninya membuat wanita yang kucintai ini menangis!"

Ezra terlihat seperti orang bodoh memarahi bawang yang membuat istrinya mengeluarkan air mata. Sontak membuat Yumna tertawa terpingkal-pingkal melihat kelakuan konyol suaminya ini.

"Sekarang Adek jangan nangis lagi ya? Mas sudah memarahi bawangnya yang buat kamu menangis."

"Terserah Mas saja, lebih baik Mas mandi, lalu kita sama-sama sarapan di meja makan."

Ezra pun pergi ke kamar mandi dengan menenteng handuk di pundaknya. Selang beberapa lama Ezra keluar dari kamar mandi dengan handuk diikat di pinggang. Tubuh bagian atasnya polos tanpa menggunakan baju sehingga tubuh sixpack nya terlihat dengan jelas.

"Hmmm... nasi gorengnya buat cacing di perut ku meronta untuk diisi," Ezra duduk di meja makan ingin melahap nasi goreng yang dibuat istrinya itu.

Belum saja satu suapan nasi goreng itu masuk ke dalam mulutnya, Yumna langsung mengambil nasi goreng itu dari hadapan Ezra.

"Mas pakai baju dulu, baru sarapan. Nanti Mas masuk angin lho!"

"Mas sudah lapar banget Dek! Mas sarapan dulu ya baru memakai baju?" wajah Ezra memelas agar istrinya memberi ia sarapan terlebih dahulu.

"Pakai baju dulu baru sarapan!"

Dengan wajah lesu Ezra menyeret tubuhnya ke kamarnya untuk memasang baju kerjanya lalu kembali lagi ke meja makan untuk kembali menyantap sarapannya yang tak jadi tadi.

"Nah kan ini baru ganteng, sekarang Mas bisa sarapan," ucap Yumna dengan senyum manisnya.

"Dari dulu Mas memang ganteng, Adek aja yang baru sadar dengan ketampanan suaminya ini."

"Iya iya aku mengakui bahwa suami ku ini ganteng banget."

Selesai dengan sarapan mereka, Yumna mengantarkan suaminya ke depan untuk pergi kerja. Tak lupa setiap harinya Yumna selalu menyiapkan bekal untuk suaminya agar lebih irit.

Suaminya bekerja sebagai karyawan di salah satu cabang perusahaan Rahardian Grup di kota mereka, kota Surabaya. Gaji suaminya lumayan untuk membayar kontrakan serta biaya hidup mereka.

Sedangkan Yumna mempunyai gelar S.pd dan mengajar di salah satu sekolah menengah pertama di desanya, walaupun gaji tak sebanding dengan gaji suaminya tapi setidaknya dia bisa membantu pengeluaran rumah tangga mereka. Taukan bagaimana gaji guru honorer, pekerjaan mulia tapi gaji main-main.

Tapi Yumna dengan ikhlas menjadi seseorang guru bisa membantu anak-anak untuk menjadi generasi lebih maju, karena itulah cita-citanya selama ini.

"Mas pulang seperti biasa kan?" suaminya itu biasa pulang bekerja jam lima sore tapi terkadang dia sering lebur untuk mendapat bonus tambahan.

"Sepertinya Mas akan lembur hari ini, jadi Adek nggak usah tungguin aku."

"Memangnya Mas pulang jam berapa?"

"Sepertinya sekitar sebelas malam."

"Apa nggak bisa lebih cepat pulangnya?"

"Mas juga maunya seperti itu, tapi sayang jika tak mengambil lembur, lumayan uangnya untuk ditabung."

"Kalau kayak gitu, aku izin nanti ke rumah Bapak. Kalau di sini aku merasa kesepian, apalagi Mas pulang larut malam."

"Memangnya hari ini nggak ngajar?"

"Ngajar sih, tapi setelah pulang ngajar mau langsung ke rumah Bapak."

"Terserah kamu saja Dek, kalau gitu aku berangkat kerja dulu, as'salamualaikum..."

"Wa'alaikumussalam..."

Sebelum pergi Yumna selalu mencium tangan suaminya sebagai bentuk hormatnya pada suami. Kemudian Ezra menjalankan motor matic nya menyusuri perjalanan menuju ke tempat kerjanya.

Yumna menghela nafas lalu hendak masuk ke dalam, tapi langkahnya terhenti oleh para tetangga yang sering kepo dengan kehidupan rumah tangganya.

"Pak Ezra pergi kerja ya?" tanya tetangga di samping kontrakannya itu.

"Iya Buk!" jawabnya dengan senyuman manis.

"Beruntung kali buk Yumna dapat suami ganteng kayak Pak Ezra. Udah ganteng, pekerjaan kantor lagi tapi sayang rumah masih ngontrak," celetuk tetangganya itu.

"Alhamdulillah Buk! Kami juga sedang menabung uang untuk membeli rumah, doakan saja uangnya bisa terkumpul agar tak mengontrak lagi dan tak bertetangga dengan Ibu."

Setelah mengatakan itu Yumna masuk ke dalam lalu menutup pintu kontrakannya. Memang warga di sana sering kepo dan selalu mengurus kehidupan orang lain. Apalagi mereka sering membicarakan tentang dirinya dan suami.

Memang para tetangga di sana tak ada kerjaan hingga sering mengurusi hidup orang lain, maklum di desanya jarang ada orang yang berpendidikan bahkan di desanya masih banyak yang berpikir bahwa perempuan tak pantas untuk berpendidikan terlalu tinggi agar suaminya tak minder jika bersanding dengannya.

Tapi tidak berlaku di keluarganya. Walaupun bapaknya seorang buruh tani tapi tekat dirinya dan dukungan dari kedua orang tuanya membuat dirinya bisa sampai sarjana seperti ini, walaupun banyak orang yang menggunjing dirinya yang tak berterima kasih pada kedua orang tuanya, sebab selesai wisuda Yumna langsung menikah di usia 22 tahun dengan suaminya yang berumur 29 tahun.

Tapi mereka tak mau tau kebenarannya seperti apa sehingga sering menyalahkan Yumna yang tak mau berbalas budi pada kedua orang tuannya setelah membiayai dirinya kuliah.

Selesai membereskan rumah Yumna pun pergi mengajar ke sekolah, dia hanya berjalan kaki pergi ke tempat mengajar karena tak begitu jauh dari kontrakannya dan bisa juga untuk menghemat uang.

Karena hari ini hari Jum'at seperti biasa sekolah akan pulang pagi.

"Lagi apa Na?" tanya Haikal salah satu guru di sana sekaligus teman SMA nya dulu.

"Ini lagi nunggu angkot."

"Lho! Bukannya kamu sering jalan kaki kalau pulang?"

"Aku mau ke rumah Bapak hari ini, nggak mungkin kan jalan kaki ke rumah beliau, ya walaupun rumahnya cuma beda satu desa."

"Kalau gitu aku antar aja."

"Eh nggak usah repot-repot!" tolak Yumna dengan halus.

"Lagian tujuan kita satu arah, jadi nggak buat aku merasa direpotkan."

"Bukan seperti itu, tapi kamu tau kan aku sudah bersuami. Nggak enak jika orang melihat kita berboncengan seperti ini, aku juga harus menjaga perasaan suami ku."

"Aku mengerti kok, kalau gitu aku pamit dulu as'salamualaikum..." Haikal berlalu pergi dengan mengendarai motornya.

See you again ^_^

Jangan lupa like, komen dan vote ya!

2. Melamar

☘️☘️☘️

Plak!!

"Maafkan saya Pak! Saya tak bermaksud untuk mencelakai anak Bapak, saya tak sengaja," lirih pria itu sambil berlutut memohon pada ayah korban.

"Maaf kau bilang? Apa kau tidak lihat anak ku terbaring lemas di tempat tidur, dan itu semua gara-gara kamu, dan kamu dengan gampangnya meminta maaf, hah!!" ucap ayah korban dengan nada sedikit membentak.

"Saya bersumpah Pak! Saya benar-benar tak sengaja menabrak anak Bapak, tapi saya akan bertanggung jawab atas semua kesalahan yang saya perbuat, asalkan Bapak tidak melaporkan saya ke polisi."

"Tidak bisa! Kamu harus dapat hukuman, saya akan melaporkan kamu ke polisi."

"Siapa yang berani ingin melaporkan anak saya ke polisi?" tiba-tiba seseorang pria terlihat gagah dengan style-an jas serba abu tersebut. Dia menghampiri mereka berdua yang sedang berbicara serius.

"Tuan/Papa!!" mereka berdua menoleh ke arah sumber suara dan begitu kagetnya mereka mendengar satu sama lain mengenal pria yang baru saja datang tersebut, terutama ayah si korban.

"Kau akan memenjarakan anak ku? Sebelum kau mempenjara kan anak ku, aku yang terlebih dulu mempenjara kan dirimu."

Mendengar itu, pria yang memanggil orang yang baru datang dengan sebutan "papa" itu menjadi kaget. Dia tak tau apa maksud papanya mengancam ayah si korban.

Ayah si korban menjadi bungkam. Dia ingin sekali mempenjara kan orang yang menabrak anaknya, tapi dia juga tak mau jika dirinya juga dipenjara.

"Sesuai perjanjian kau harus lunaskan hutang mu yang banyak itu kepada ku hari ini, jika tidak kau akan ku masukkan ke penjara," ancam pria yang disebut 'tuan' tersebut.

"Saya mohon Tuan, beri saya kesempatan untuk melunasi hutang-hutang saya," ayah korban tersebut bertekuk lutut dihadapan kedua pria tersebut dengan wajah begitu memelas.

"Kamu tenang saja, aku tak akan mempenjara kan dirimu dan akan menganggap semua hutang-hutang mu lunas, asalkan putraku tidak kau laporkan ke polisi."

Awalnya ayah korban diam, tapi dia juga tak mau dipenjara akhirnya dia menyetujui persyaratan yang diajukan oleh pria itu.

"Baik s-saya setuju!" ucap ayah korban dengan berat hati.

***

(Sebelum pernikahan)

"Yumna..." panggil pak Bayu dari arah ruang tamu.

"Iya Pak!" Yumna tergopoh-gopoh menuju ke ruang tamu dengan panggilan bapaknya yang memanggil namanya.

"Buatkan minuman, ada tamu datang!" titah pak Bayu.

"Iya Pak!"

Yumna pergi membuatkan tamu bapaknya itu minuman, sebelum pergi dia melihat sosok pria muda yang bertamu ke rumahnya.

Bukan pertama kali ini dia datang bertamu ke rumah, sudah beberapa kali dia datang dan Yumna tak tau apa tujuannya untuk datang ke rumah.

Tak lama kemudian Yumna kembali ke ruang tamu untuk membawakan tamu bapaknya minuman serta cemilan, sebelum sampai ke ruang itu Yumna mendengar samar-samar tentang pernikahan, tapi dia masa bodoh dengan itu.

"Ini minumnya!" Yumna menaruhkan minumannya di atas meja serta cemilan yang ia bawa.

Tak sengaja Yumna melirik pria yang sering bertamu ke rumahnya belakangan ini. Hingga di mana mereka saling tatap-tatapan beberapa detik.

Di sana jantung Yumna berdetak cepat ketika melihat ketampanan pria yang sedang ia tatap itu.

"MasyaAllah sungguh indah ciptaan Tuhan yang satu ini," batin Yumna yang terpana dengan ketampanan pria itu.

Hingga akhirnya Yumna tersadar dari lamunannya lalu pergi secepat mungkin dari sana. Dia memegang dadanya yang terasa sesak.

"Astagfirullah'halazim!" Yumna mengelus-elus dadanya yang masih terasa berdebar cepat.

"Lagi apa Nak?" tiba-tiba buk Ayu memegang pundak anaknya sontak membuat Yumna kaget.

"Astaghfirullah'halazim Ibu! Yumna kira siapa tadi," gerutu Yumna kembali memegang dadanya.

"Memangnya kamu pikir siapa?"

"Nggak ada sih, Yumna hanya kaget saja."

"Tamunya masih ada?" tanya buk Ayu.

"Masih, tadi Yumna baru selesai memberikannya minuman padanya. Memangnya siapa itu Buk? Sepertinya Yumna sering melihat dia mengunjungi rumah."

"Kamu duduk dulu, Ibu mau menanyakan sesuatu padamu."

Terlihat raut wajah buk Ayu terlihat serius, Yumna pun duduk di kursi ruang makan. Sekarang ibu dan anak itu berhadapan satu sama lain dengan wajah serius.

"Ibu mau tanya, apa kamu punya pacar atau orang yang kamu suka?"

"Kenapa Ibu bertanya tiba-tiba seperti itu?"

"Ibu hanya ingin memastikan saja."

"Kalau pacar nggak ada Buk, tapi kalau orang yang Yumna suka sepertinya juga belum ada."

"Lalu dengan Haikal bagaimana?"

"Haikal?" Yumna bingung kenapa ibunya bertanya tentang Haikal temannya.

"Bukannya kamu dekat dengannya? Dan terlihat dia juga suka sama kamu."

"Yumna hanya menganggapnya sebagai teman saja, nggak lebih. Memangnya kenapa Ibu bertanya seperti ini?"

"Tidak ada, Ibu hanya ingin tau saja."

"Bagaimana pendapat mu dengan pria yang bertamu itu?" tiba-tiba saja buk Ayu menanyakan hal aneh seperti itu pada anaknya.

"Yumna tak mengenal pria itu, jadi Yumna tak bisa berpendapat tentang dirinya."

"Kalau garis besarnya? Maksud Ibu bagaimana menurut mu tentang dirinya yang kamu lihat saat ini?"

"Hem!" Yumna sedikit berpikir.

"Dia tampan dan terlihat sopan," jawab Yumna dengan seadanya.

"Sebenarnya pria itu ke sini ingin melamar mu sebagai istrinya."

Deg!

"Apa?" Yumna begitu kaget dengan pernyataan ibunya yang secara tiba-tiba.

"Dia sudah dari beberapa bulan lalu meminta izin pada Bapak mu untuk melamar mu sebagai istrinya, tapi Bapak mu selalu menolaknya. Tapi entah sekarang apa Bapak mu kembali menolaknya atau tidak, dia tidak pernah pantang menyerah untuk mendapatkan restu Bapak mu."

"Bagaimana bisa dia ingat melamar Yumna? Sedangkan kita tak pernah saling bertemu dan berkenalan, bagaimana bisa dia mau menjadikan Yumna sebagai istrinya," Yumna tak habis pikir dengan pria yang ingin menjadikannya istri itu.

"Katanya dia sering memperhatikan mu pergi dan pulang mengajar dari sekolah. Cara mu menyapa, senyuman ramah mu dan sopan santun membuatnya tertarik dan ingin melamar mu."

"Bagaimana bisa dia memerhatikan kan Yumna?" Yumna tambah bingung.

"Dia tinggal di desa sebelah, desa tempat kamu mengajar."

Tapi Yumna berpikir keras kenapa dia tak pernah menemukan orang itu di desa sebelah. Padahal dia juga akrab di desa sana tapi wajahnya begitu asing dan tak pernah melihatnya berkeliaran di desa sana.

***

Malam pun tiba, Keluarga kecil pak Bayu berkumpul untuk makan malam bersama-sama seperti biasa.

"Yumna..." panggil pak Bayu setelah makan malam mereka selesai.

"Iya Pak!"

"Apa Ibu mu sudah memberitahu mu tentang lamaran itu?"

"Sudah Pak."

"Bagaimana tanggapan mu tentang itu?"

"Tanggapan yang bagaimana Pak? Yumna tak mengerti," Yumna sedikit kalu menghadapi bapaknya tentang masalah itu.

"Tadi dia kembali memohon untuk melamar mu kembali, Bapak belum memberikan keputusan karena keputusan hanya ada di tangan kamu saat ini."

"Yumna belum mengenal pria itu, bagaimana aku bisa menerimanya jika belum tau tentang dirinya."

"Namanya Ezra, dia sudah menceritakan tentang dirinya, dia anak yatim-piatu. Dia tinggal di desa sebelah dan bekerja di salah satu cabang perusahaan Rahardian Grup di kota kita."

"Jadi orang tuanya sudah tidak ada? sebab itu dia melamar kan dirinya sendiri untuk melamar Yumna?" gumam Yumna dalam hati. Dia salut dengan keberanian pria itu untuk melamarnya.

"Katanya dia kagum dengan mu, dia begitu yakin kamu perempuan yang tepat untuk dijadikan pendamping hidupnya. Ya walaupun dia masih mengontrak rumah tapi setidaknya dia mempunyai pekerjaan tetap."

"Apa Bapak setuju dengan pria itu?" Yumna balik bertanya pada bapaknya.

"Lho! kok balik nanya sama Bapak? Seharusnya Bapak yang nanya seperti itu, kalau Bapak sih setuju-setuju saja karena terlihat anaknya baik dan bertanggung jawab."

"Yumna pikir-pikir dulu, ini masalah besar jadi Yumna tak mau gegabah dalam mengambil keputusan."

Keputusan Yumna saat ini diterima oleh kedua orang tuanya, mereka juga tak mau memaksakan anaknya untuk menikah secepatnya. Terserah pada Yumna saja.

***

Ketika pulang mengajar, Yumna melangkahkan kakinya menuju ke rumah, dengan trik matahari yang begitu memuncak pada siang hari ini membuat Yumna mereka begitu lelah. Angkot maupun ojek sama sekali tak ada melintas di sepanjang jalan membuat Yumna terpaksa pulang dengan berjalan kaki.

Tit... tit... tit...

Suara klakson motor menghentikan langkah kaki Yumna untuk melangkah. Dia melirik ke sampingnya, terlihat motor berhenti di sampingnya dengan pengendara yang sudah tak asing bagi Yumna.

"Mau aku antar?" tanya pemilik motor yang berhenti di samping Yumna.

"Tidak usah Mas, saya jalan saja," tolak Yumna.

"Nggak usah nolak, saya ngerti kok kamu nggak enak karena lamaran saya. Lamaran itu jangan kamu pikirkan, lebih baik saya antarkan kamu ke rumah."

"Saya bisa jalan kaki, lagian rumah saya nggak jauh dari sini."

"Jangan nolak seperti itu, saya ikhlas bantu kamu. Dan juga cuaca hari ini sangat panas."

Dengan terpaksa Yumna mau diantar oleh Ezra pria yang sudah beberapa kali ingin melamarnya sebagai istrinya itu. Di sepanjang perjalanan mereka hanya diam saja tanpa ada pembicaraan di atas motor hingga sampai di depan rumah Yumna.

See you again ^_^

Jangan lupa like, komen dan vote ya!

3. Sah!

☘️☘️☘️

"Saya menyukai gadis itu!" bola mata pria itu terlihat berbunga-bunga ketika mengatakan itu, saat ini dia sedang membayangkan gadis yang membuat dirinya merasakan jatuh cinta sedalam ini.

"Gadis yang mana?" tanya sahabat pria tersebut.

"Jangan bilang gadis remaja itu?" tanya sahabatnya menebak, dan pria itu mengangguk membenarkan tebakan sahabat nya tersebut.

"Wah-wah apa kau sedang sakit?" sahabatnya memegang kening pria itu untuk memastikan apakah sahabatnya itu sedang sakit karena telah mengatakan hal yang begitu bodoh.

"Aku tidak sedang sakit, aku sedang jatuh cinta dengan gadis remaja itu, senyumnya, matanya, dan semua yang ada di dalam dirinya aku suka. Aku ingin menikahinya."

"Apa kau sudah tidak waras? Bagaimana mungkin kau jatuh cinta dengan gadis yang masih menggenakan seragam putih-biru."

"Memang aku sudah tidak waras karena telah mencintai anak kecil, tapi bagaimana pun caranya aku harus mendapatkan dirinya."

"Mana mungkin keluarga mu akan merestui hubungan kalian, apalagi gadis tersebut lumpuh dan dari kalangan keluarga tidak mampu," ucap sahabatnya itu membuat pria itu kembali terdiam. Dan benar ini membuat masalah baru untuk mendapatkan gadis pujaan hatinya, yaitu keluarganya sendiri.

***

Hati Yumna begitu bergemuruh, entah apa yang ia rasakan saat dibonceng oleh pria ini. Ada rasa deg-degan bercampur keringat dingin.

"Mas tidak mampir dulu?" ajak Yumna berbasa-basi.

"Kapan-kapan, saya ada urusan saat ini."

"Sekali lagi terima kasih atas tumpangannya."

"Sama-sama, kalau gitu saya permisi dulu as'salamualaikum..."

"Wa'alaikumussalam...."

Ezra pun pergi menancapkan gas motornya pergi dari rumah Yumna.

Dari kejadian itu Yumna terus memikirkan Ezra pria yang selalu ingin melamarnya. Setelah kejadian itu juga Ezra tambah sering bertamu ke rumah nya untuk sekedar mengobrol dengan pak Bayu, sesekali dia juga mengobrol dengan Yumna.

Tak jarang juga dia sering membantu pak Bayu berkebun serta sering mengantar Yumna pergi mengajar.

"Apa kamu masih ingin menjadikan anak saya sebagai Istri mu, Nak?" tanya pak Bayu dengan serius terhadap Ezra.

"Masih Pak, sampai Yumna mendapatkan pria pilihan nya sendiri baru saya berhenti untuk mengejarnya."

"Nanti Bapak akan tanyakan lagi pada Yumna tentang masalah ini."

"Kalau gitu saya permisi dulu Pak."

Ezra berpamitan pulang pada pak Bayu, tak lupa dia mencium tangan pak Bayu bentuk hormat kepada yang lebih tua.

Sedangkan Yumna hanya senyum-senyum mendengar jawaban Ezra untuk mendapatkan dirinya. Dia mendengar percakapan antara bapaknya dan Ezra, di dalam yang juga ada sahabatnya yang bernama Yasmin mendengar itu semua.

"Kamu terima aja Na! Nanti nyesel lho kalau tolak berlian seperti dia. Udah ganteng, berpendidikan, punya pekerjaan tetap, sopan santun lagi. Kalau kamu nggak mau biar kasih aku aja ya Na!" celoteh Yasmin yang lebih girang dibandingkan Yumna yang akan dilamar.

"Jadi apa aku harus terima saja lamaran dari Mas Ezra?" Yumna meminta pendapat pada sahabatnya itu.

"Udah aku bilang kan tadi, terima aja! Kamu berpendidikan jadi cocok dengan cowok kayak Mas Ezra yang juga berpendidikan. Kalau aku mah apa, hanya lulusan SMA aja, nggak kayak kamu," lirih Yasmin yang mempunyai nasib tak sebagus sahabatnya.

"Hus! Nggak boleh bilang gitu, berpendidikan apa nggak nya seseorang tak mempengaruhi jodoh jadi kamu nggak usah berkecil hati seperti itu."

Yumna dan Yasmin sudah berteman dari kecil, dari SD sampai SMA mereka satu sekolah bareng bersamaan dengan Haikal, tapi dengan kondisi ekonomi keluarga Yasmin yang tak bagus membuat Yasmin menguburkan mimpinya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

Sebenarnya kondisi ekonomi orang tua Yumna dan Yasmin sama saja, sama-sama dari orang yang pas-pasan tapi prinsip orang tua mereka berbeda. Orang tua Yumna berprinsip bahwa pendidikan itu penting tapi orang tua Yasmin mengaggap perempuan tak boleh berpendidikan terlalu tinggi.

Setelah beberapa hari memikirkan lamaran dari Ezra, akhirnya Yumna memutuskan untuk menerima lamarannya. Orang tua Yumna juga terlihat senang ketika Yumna mau menerima lamarannya, karena mereka berpikir bahwa Ezra akan menjadi suami yang bertanggung jawab untuk anaknya kelak.

Tinggal menunggu hari mereka akan melakukan akad nikah. Dan hari ini Yumna akan izin tak mengajar, di desanya masih kental kepercayaan bahwa pengantin wanita tidak boleh keluar rumah beberapa hari sebelum pernikahannya agar semuanya berjalan dengan lancar.

"Yumna..." panggil seseorang yang tak asing terdengar di telinga Yumna.

Yumna pun menoleh dan melihat seseorang yang begitu sangat ia kenal selama ini. Haikal, ya Haikal teman SMA nya sekaligus guru di tempat nya mengajar.

"Ya?"

"Benar kalau kamu akan menikah?" lirih Haikal dengan matanya yang berkaca-kaca.

"I-iya," jawabnya singkat karena tak tau harus menjawab apa.

"Aku ternyata terlambat," Haikal menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Terlambat?" Yumna tak mengerti maksud Haikal tadi.

"Mungkin ucapan ku saat ini tak akan mengubah apapun, tapi aku harus mengatakan ini sebelum aku menyesal seumur hidup. Aku mencintaimu Na! Tapi pernyataan tadi tak akan mengubah apapun," terlihat sesal diraut wajah Haikal saat ini.

"Maaf!" Yumna tertunduk merasa bersalah karena tak tau perasaan Haikal padanya.

"Kamu jangan meminta maaf, ini semua bukan salahmu. Sebenarnya aku ingin melamar mu setelah tabungan ku cukup agar bisa melamar mu tapi ternyata aku didahului oleh orang lain."

"Mungkin kita tak berjodoh, mungkin saja kamu akan mendapatkan jodoh yang lebih baik dari ku," Yumna tersenyum menatap Haikal sambil menampilkan wajah cantiknya itu, senyuman itu membuat Haikal berulang kali jatuh cinta pada gadis yang ada dihadapannya ini.

Haikal tak tau apakah bisa berhenti mencintai gadis ini setelah menikah atau tidak, tapi dia akan berusaha untuk melupakan Yumna karena tak mau mencintai istri orang nantinya.

***

Hari ini di mana hari yang akan ditunggu-tunggu oleh kedua pasangan yang sebentar lagi akan mengganti statusnya sebagai pasangan suami-istri.

Terlihat pelaminan yang cukup sederhana menghiasi masjid terdekat. Di sana sudah ada para tamu undangan yang akan menyaksikan akad nikah yang akan segera di mulai. Tapi tak terlihat satupun keluarga Ezra yang datang di hari bahagianya.

Bukan tanpa sebab keluarganya tidak hadir, tapi Ezra memang sudah tak mempunyai keluarga sama sekali, terlihat hanya beberapa teman kantornya yang datang menyaksikan pernikahannya.

Di sana Ezra sudah duduk tegak di hadapan penghulu dan wali nikah Yumna alias pak Bayu bapak kandung Yumna.

Tak lama kemudian datanglah mempelai wanita dengan digandeng oleh sahabatnya Yasmin serta buk Ayu selaku ibu kandungnya dengan menggenakan kebaya putih.

Terlihat Ezra tak berkedip melihat kecantikan calon istirnya itu, dengan polesan make up sederhana dan hijab yang menutupi rambutnya membuat Yumna tambah terlihat cantik pada hari ini.

"Apa semuanya sudah siap? Mempelai pria dan wanita apakah kalian sudah siap?" tanya pak penghulu.

"InsyaAllah saya siap," ucap mereka berdua dengan serempak.

Sebelum memulai akad nikah, mereka terlihat dulu diberikan ceramah bagaimana cara untuk menghadapi rumah tangga kedepannya. Setelah selesai ceramah yang diberikan, mereka pun memulai akan nikah.

Ezra menjabat tangan pak Bayu untuk melangsungkan akan nikahnya. Tangan Ezra sedikit dingin ketika menjabat tangan calon mertuanya itu.

"Saya nikahkan engka Ezra dengan anakku Yumna Najwa Faradiba dengan maskawin lima gram mas dan perlengkapan alat sholat dibayar tunai."

Selesai mengucapkan itu, Ezra langsung menyambungnya setelah pak Bayu selesai berbicara.

"Saya terima nikahnya Yumna Najwa Faradiba dengan maskawin tersebut dibayar tunai."

Dengan lantang dan tanpa ragu-ragu Ezra mengucapkannya.

"Bagaimana para saksi, sah?" tanya pak penghulu kepada para saksi yang hadir.

Sah!

Sah!

Sah!

Setelah itu Ezra memasangkan cincin kepada jari manis Yumna yang sudah resmi menjadi istirnya, begitu pun Yumna memasangkan cincin pada jari manis suaminya itu. Lalu Yumna mencium tangan suaminya dan spontan Ezra mencium kening istrinya itu.

Di sekian banyak yang hadir dan berbahagia di sana. Ada satu orang yang tersenyum kecut menyaksikan pernikahan itu, Haikal dengan berlapang dada menerima semua itu. Dia berusaha tegar agar tak berlarut-larut dalam kesedihan.

See you again ^_^

Jangan lupa like, komen dan vote ya!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!