NovelToon NovelToon

KEKASIH

Prolog

Yumna Khairunnisa Ahmad 20 Tahun, yang terlahir dari keluarga yang cukup sederhana la tinggal dan di besarkan di indonesia bagian timur tepatnya di Sulawesi barat, di sebuah Perkampungan yang bernama Kampung muhajirin.

Yumna, nama panggilan sehari-harinya tumbuh sebagai gadis yang sangat cantik, dan sopan santun yang luar biasa, walau ia hanya bersekolah hanya sekolah dasar namun didikan Agamanya sangatlah kuat bukan karena la mondok di pesantren, namun karena lingkungan, di mana ia kini tinggal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai ke agamaan, hingga semua itu berpengaruh besar dengan kehidupan sehari-harinya.

la tumbuh menjadi wanita muslimah yang taat beragama, bahkan ia juga aktif menjadi ketua remaja mesjid di kampungnya itu.

Dalam setiap acara ke agamaan maka ia akan ikut sibuk mengatasi segala permasalahan yang ada, baik dari segi moril ataupun materilnya.

Emmeril Elvano Brata jaya 27 Tahun Putra seorang pengusaha kaya yang berasal dari kota besar,

El atau Vano nama panggilan sehari-harinya ia di kenal dengan segala ke angkuhan dan kesewenang-wenangannya bahkan sang Papi dan Maminya akan kewalahan menghadapi nya, anak yang tidak mau di atur bahkan bertindak sesuka hati, membuat kedua orang tuanya mengelus dada, apa lagi sejak menjalin hubungan dengan seorang model ternama bernama Clarissa.

Namun hal terbaik yang di miliki El, adalah la selalu bertanggung jawab atas semua pekerjaan nya, bahkan ia di kenal sebagai saingan bisnis yang paling menakutkan karena ia tidak segan-segan menghancurkan lawannya tanpa ampun jika ia merasa di curangi.

El, mempunyai tubuh yang tinggi tegap dengan pesona ketampanannya membuat para kaum hawa berpaling dari kekasihnya, namun cinta mati El, adalah Clarissa bahkan bisa di bilang El, bukanlah tipe lelaki yang Play Boy, yang suka gonta ganti pasangan, la adalah tipe lelaki yang setia pada satu cinta.

Abizar, 25 Tahun adalah lelaki yang diam-diam mengagumi Yumna, begitu pun dengan Yumna, diam-diam menaruh hati padanya, Abizar tergolong dari keluarga yang kaya raya juga, namun tak sekaya Elvano, Tapi sayang ia mempunyai sifat pemalu, karena sifat pemalunya inilah, yang membuatnya tidak kunjung mengatakan Cintanya pada Yumna, hingga ia harus menerima pil pahit saat mengetahui kalau Yumna akan menikah di saat ia ingin meng Khitbah Yumna, dia pun berusaha mengutarakan semua perasaannya kepada Yumna.

Clarissa, 25 Tahun seorang model cantik dan terkenal namun tak pernah mempublikasikan siapa kekasihnya di depan awak media, tentu karena permintaan dari kekasihnya itu dengan alasan keamanan Clarissa sendiri, bagaimana kalau semua media tahu, pasti hidupnya tidak bakalan tenang, karena di kejar-kejar media.

Alyssa, 20 gadis cantik yang selalu ceria walau hatinya sedang terluka dia adalah adik dari El, yang tinggal di luar negri untuk menyelesaikan tugas pendidikannya.

Kayla sepupu Yumna, 20 Tahun sekaligus sahabat terdekat Yumna, dan akan banyak pemeran pendukung di dalamnya ya geys.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Lantunan merdu bacaan Ayat suci Alquran kini terdengar dimana-mana, yang di perdengarkan lewat Toa Masjid-masjid, dan tak ingin ketinggalan musholla-musholla kecil lainnya, turut meramaikan, menandakan waktu Azan subuh akan segera di kumandangkan, dan para jamaah yang masih berada dirumah mempersiapkan diri untuk bersiap-siap shalat berjamaah ke Masjid.

Yumna sendiri sejak pukul 03:00 Sudah terbangun untuk sholat malamnya, yah semua itu rutin ia lakukan semenjak kecil membuatnya terbiasa untuk melakukan nya.

Yumna memilih Shalat di rumah karena itu jauh lebih afdol jika sebagai wanita.

Setelah selesai shalat ia akan menyibukkan diri di dapur.

"Yumna kamu dimana nak,?" teriak sang lbu yang bernama Rani.

"Ya,, Bu... Yumna lagi siap-siap," Sahutnya menimpali sang lbu.

"Baiklah,, cepat sedikit nanti kita telat!" ujar sang Ibu lagi.

"Iya Bu,, ini Yumna udah siap kok, ayo, Bu,,!"

Yumna segera mengeluarkan motor metic nya dan la pun segera membonceng sang Ibu di belakang, itulah pekerjaan Yumna sehari-sehari la akan di sibukkan mengantar jemput sang lbu untuk berjualan di pasar.

Setelah pulang dari mengantarkan Ibu nya, Dia pun singgah di sebuah toko klontong untuk membeli beberapa bahan untuk kue, setelah merasa sudah lengkap la pun bergegas menyimpan barang-barang belanjaannya di atas motor.

"Assalamualaikum,, Yumna, selamat pagi!" sapa seorang lelaki yang paling tampan dan kaya di kampungnya itu.

"Waalaikum salam warah matullahi wabarakatuh,, Kak, Abi?" balas uluk salam dari Yumna, dengan ekspresi terkejut saat mengetahui siapa yang menyapanya saat ini, ia pun langsung tersipu, dan menunduk, saat lelaki yang kini berada di depannya itu menatapnya dengan begitu lekat, lelaki yang selalu bisa membuat hatinya berdebar, namun Yumna harus sadar diri kalau Dia itu siapa, Abizar adalah anak yang Sholeh dan berpendidikan tinggi, orang tuanya adalah orang paling terkaya di kampungnya itu, namun itu semua tidak lantas membuat Abizar menjadi sombong, la adalah tipe laki-laki idaman kaum hawa, udah ganteng kaya baik Sholeh, berpendidikan tinggi pula.

"Apa...? Maaf..." Ucap nya secara bersamaan membuat Yumna makin memerah dan itu sangat di sukai Abizar.

"Kamu yang ngomong duluan," ujar Abizar memper silakan.

"Tidak! Kak Abi saja," tolaknya balik menyuruh Abizar.

"Baiklah, aku cuma ingin bertanya, apa kau sendiri datang kemari,? dan bagaimana keadaanmu sekarang,? aku dengar sebulan yang lalu kau tertimpa musibah, maaf aku baru mengetahuinya hari ini, karena aku baru tiba semalam," Terang Abizar, berbicara panjang kali lebar.

"Aku kemari sendiri, habis mengantar Ibu kepasar kak, Dan Alhamdulillah waktu itu Aku tidak apa-apa, lagi pula Aku cuma pingsan saja, itu kata Ibu sama Bapak, karena kepalaku sedikit kepentok saja," Ujarnya lalu tersenyum, Namun dalam hati ia berfikir darimana Abizar tau kalau Dia itu terkena musibah.

"Sedikit kamu bilang? Yum__"

"Maaf Kak, gak enak dilihat orang, lebih baik aku permisi dulu, takut telat nantinya." Jeda Yumna saat merasa dirinya sudah terlalu lama berdiri dan menjadi pusat perhatian, pejalan kaki, dan juga orang-orang yang sedang berbelanja di toko tersebut, membuat Abizar menjeda kalimat nya.

"Baiklah,, tapi ada hal penting yang ingin Kakak, katakan padamu, nanti Kakak akan datang kerumahmu bagaimana?" tanyanya penuh harap

"Itu terserah Kakak saja, Yumna permisi ya Kak...!" pamitnya, lalu menuju motor matic butut miliknya itu.

"Tunggu,, Yum...! tadi sebenarnya kau ingin bilang apa,?" cicit Abizar mengejar langkah Yumna yang kini berdiri tepat di sisi motornya.

"Yang mana Kak,?" tanya nya sambil mengerutkan alis.

"Itu yang awal tadi, bukankah kau mengucapkan Maaf,?" lngatkannya pada Yumna.

"Ohw...ya! yang itu? tadi Aku cuma ingin bilang Ma'af Kak, Aku buru-buru,, baiklah Kak, Aku duluan ya! Assalamualaikum," ucap uluk salamnya, lalu segera naik di atas motor.

"Waalaikumsalam," balas Abizar, lalu Yumna pun pergi meninggalkan Abizar yang masih berdiri menatapnya dengan tatapan penuh kekaguman, Yumna adalah wanita impian nya, walau ia gadis sederhana namun ia juga adalah wanita yang Sholeha, bahkan Yumna terkenal ke seluruh kampung-kampung tetangga banyak lelaki ingin memper istri Yumna namun gadis itu belum ingin menikah, dengan alasan jika ia menikah siapa yang akan membantu pengobatan, dan menjaga Bapak nya, yang sudah sakit-sakitan itu.

Dan Abizar salah satu lelaki yang menginginkan nya namun karena masih malu dan merasa belum pantas untuk menjadi imam untuk Yumna membuatnya harus mengurungkan niatnya itu, dan sekarang saatnya ia ingin mengatakan semuanya bahwa ia ingin mempersunting Yumna, apa lagi ia sudah mendapat lampu hijau dari kedua orang tuanya.

"Yumna, Khairunnisa, tunggu aku nanti malam, aku akan meng Khitbah mu" gumamnya sambil tersenyum saat menatap Yumna yang sudah menghilang di tikungan jalan.

"Ya Allah kenapa di Rumah banyak sekali orang? apa Bapak?"

Perjodohan

Melihat begitu banyak orang yang berbaju hitam, dan mobil yang terparkir di depan rumahnya, membuat Yumna buru-buru turun dari motor, ia pun segera berlari tanpa mempedulikan barang belanjaannya.

"Assalamualakum, Bi, Bapak kenapa,?" Tanyanya pada saudara kandung Ibunya yang bernama Bi, Nurul.

"Waalaikumsalam,, Yumna,? kau kenapa?" Ucap sang bibi balik bertanya tanpa menjawab pertanyaannya, saat melihat Yumna seperti orang yang di kejar hantu, karena terlihat dari nafasnya yang ngos-engosan tidak beraturan itu.

"Bi, Bapak, Bi, Bapak kenapa,?" tanyanya lagi tanpa mempedulikan pertanyaan sang Bibi.

"Masuklah, nanti kau akan tau sendiri," suruh sang Bibi, dan benar saja Yumna langsung menghambur masuk untuk melihat ke adaan sang bapak dengan perasaan yang tak menentu.

"Bapak...!" Cicit Yumna, membuat semua orang yang berada di dalam rumah sederhana itu menoleh ke arahnya.

"Assalamualaikum Una," Ucap uluk salam Pak Ahmad memanggil sang Putri dengan panggilan kesayangan nya yaitu Una, begitu melihat sang Putri, masuk dan lupa memberi salam.

"Waalaikum salam Bapak, maafkan Yumna, tadi__ Yumna hanya terkejut saja, karena di depan banyak orang," Ujar Yumna, merasa lega sekaligus malu, Pak Ahmad pun hanya tersenyum lembut dengan sikap sang putri.

"Apa Bapak ba__"

"Nah, ini dia Putri saya sudah datang, Kemarilah nak, ayo masuk beri salam kepada kedua calon mertuamu dan juga calon suamimu ini," Sela Pak Ahmad, menggantung kalimat Yumna yang ingin bertanya apakah sang bapak baik-baik saja.

Sesaat Yumna pun tertegun melihat orang-orang yang ada di dalam rumahnya itu, dan ia baru tersadar bahwa di dalam ternyata ada tamu yang tak dikenalnya, dan saat mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh sang bapak dan itu membuatnya sangat lebih terkejut lagi.

"Yumna,! apa kau tak mendengar apa yang Bapak katakan padamu barusan,?" tegur sang Bapak membuat Yumna tersadar dari lamunanannya.

"As-Assalamualaikum," Ucap Yumna menyapa dengan uluk salam yang terdengar gugup, kepada tamu yang baru saja di lihatnya itu, sambil menundukkan pandangan, dan juga sambil memikirkan, apa yang dikatakan oleh sang Bapak barusan.

"Calon mertua, dan calon suami?" kejutnya lagi, Nampak Yumna langsung tersadar, menatap satu persatu orang yang dantang, dan nampak ia memang tidak pernah mengenal orang tersebut, namun ia tidak boleh menampak kan ke terkejutan nya itu, apa lagi saat mata seorang lelaki yang menatapnya dengan tatapan membunuh, membuatnya semakin menunduk, entah apa yang ada di fikiran lelaki tersebut, kenapa begitu nampak kebencian yang begitu jelas di matanya itu padahal kenal saja tidak.

"Kemarilah...! duduk di sini di samping Bapak...!" panggil, sang bapak padanya, membuat Yumna tersadar, la pun segera melangkah masuk mendekati sang bapak karena sejak tadi ia masih berdiri di dekat pintu.

"Ternyata kau cantik sekali ya Nak,?" tegur seorang wanita yang hampir seumuran dengan ibunya itu."

"Terima kasih Tante," sahut Yumna menimpali dengan sopan, ibu yang di katakan akan menjadi ibu mertuanya itu.

"Tidak usah panggil Tante sayang, panggil saja Mama, sebentar lagi kan kau akan menjadi menantu kami, benarkan itu Pa...?" lirik ibu yang bernama ibu Hesti wulandari, itu kepada suaminya.

"Ya, benar sekali Nak, kami datang kesini untuk melamarmu dan akan menikah, dan menjadi pendamping Putra kami Emmeril Elvano," Timpal Adiaksa Brata wijaya.

Deg.

Apa yang di Katakan Pak Adiaksa membuat Yumna membulatkan matanya dengan sempurna.

"M-melamar? m-menikah,? Tap-Tapi Yumna belum mengenal ses-siapa, El, nono itu," Gugup Yumna pada akhirnya.

"Elvano Nak, bukan nono, tapi kau boleh memanggilnya El, atau Vano, atau bisa dengan Emmeril." Ujar sang calon ibu mertua tersenyum karena tingkah sang calon menantu yang begitu polos.

"M-maafkan saya tante," ucapnya menunduk, menahan malu saat di ingatkan sang calon ibu mertua karena salah mengucapkan nama calon suaminya itu.

"Tidak apa-apa sayang, kau nanti pasti akan terbiasa dan jangan panggil tante, mulai sekarang panggil Mama saja, biar kamu terbiasa," pinta calon ibu mertuanya.

"Iya! tan-m-eh-ma-Mama..." ucapnya kaku karena masih merasa malu.

"Bagaimana kalau Mama ingin berbicara empat mata padamu boleh,?" pinta bu Hesti.

"Tentu saja Boleh tan- eh, Mama..."

"Baiklah... ayo kita keluar, Mama ingin berbicara padamu." Ajak nya pada Yumna, Yumna pun mengikuti langkah Bu, Hesti dan mengajaknya ke sebuah ruangan yaitu di kamarnya, sendiri.

"Yumna, ibu tau kau pasti sangat terkejut dengan perjodohan ini, apa lagi perjodohan ini sangat mendadak, perjodohan ini harus terlaksana karena ini wasiat Almarhum mertua Mama, Almarhum mertua Mama dengan Almarhum kakekmu ternyata bersahabat dan mereka teman seperjuangan, kakekmu memilih tinggal di pedesaan sedangkan Mertua Mama memilih tinggal di kota untuk membangun bisnisnya, apa kau melihat laki-laki yang duduk di kursi roda tadi? dia adalah Vano, yang akan menjadi suamimu, Mama mohon sama kamu Nak, untuk tidak menolak perjodohan ini, setidaknya sampai Vano sembuh, Mama janji akan membayar semua hutang pengobatan bapakmu dan Mama akan membantu membiayai hingga bapakmu itu sembuh, untuk itu terimalah Vano karena sudah banyak wanita yang menolak menikah dengan nya karena dia cacat, padahal kami akan membayar nya berapapun, hingga pengacara Almarhum Kakek Vano datang memberikan surat wasiat yang kami sendiri tak tahu menahu tentang surat itu, bagaimana apa kau setuju?" ya! bu Hesti menjelaskan dengan panjang lebar tujuannya untuk menjodohkan putra nya dengan gadis itu.

"Apa Kak El, juga setuju dengan perjodohan ini?" Bukannya menjawab pertanyaan Bu Hesti, namun Yumna balik bertanya, karena ia masih mengingat bagaimana tatapan tidak suka lelaki tersebut kepadanya.

"Kamu jangan Khawatirkan itu sayang, kalau Dia tidak setuju untuk apa Dia ikut dan ingin bertemu langsung denganmu," ucap Bu Hesti meyakinkan Yumna.

"Apa kau merasa terganggu dengan tatapannya?" selidik bu Hesti. "Dia memang seperti itu orang nya, jangan khawatir ada mama bersama mu, jadi bagaimana apa kau menerimanya,?" lanjutnya lagi.

"Tapi Ma, aku ingin berbicara dulu dengan Kak El, apa boleh,?" pintanya penuh harap sambil menyentuh tangan wanita baya itu.

"Ya,, sudah kalau begitu, ayo sekalian kamu dan Vano berkenalan," ajak Sang Mama, mereka pun keluar saling beriringan, sesampainya di ruang tamu Bu, Hesti pun memberikan kode pada suaminya agar meninggalkan mereka ber dua saja.

"Aku ingin ada Kayla di sini menemani, agar tak jadi fitnah antara kami," pintanya begitu melihat sepupu nya itu tiba-tiba masuk.

"Baiklah,, Kayla temani Kakak sepupumu disini tapi usahakan kau jangan mengganggu pembicaraan mereka,!" seru pak Ahmad kepada Kayla yang terkenal suka kepo itu.

"Baiklah,, Pamanku yang tersayang aku akan menemani Kakak ku yang cantik dan baik hati ini hingga Dunia dalam Berita," ucap nya bercanda dan mendapat mendapat tatapan tajam dari paman nya itu.

"Bab__baiklah aku akan menemani Onni tersayang agar tak ada lambe turah menyimak gosip dan di jadikan berita, karena dunia permediaan pasti penasaran kenapa Onni tiba-tiba menikah, dan lambe turah pasti akan mencari berita yang falit lalu menjadikannya duit, hehe benarkan paman,?"

"Berhenti dengan dunia halumu itu! pamanmu sedang serius," ujar, Bi Nurul yang muncul lalu menjewer telinga sang Anak.

"Aduh...Mama sakit, iya-iya Kayla hanya bercanda biar mereka berdua tidak tegang," Terangnya sambil menggosok telinganya yang masih terasa sakit dan panas.

Menolak perjodohan.

Dan disinilah mereka berdua saling berhadapan namun dari tadi tidak ada yang ingin lebih dahulu mengeluarkan kata-katanya, membuat jiwa kepo kayla ingin memberontak, ia penasaran kenapa kedua orang di depannya itu berdiam diri tanpa ada yang ingin berbicara.

"Maaf seperti nya aku bukanlah sebuah Obat nyamuk, atau sebuah pajangan disini, aku masih hidup, sebaiknya aku pergi," ujar Kayla pada akhirnya karena malas menunggu orang yang katanya mau membicarakan hal penting tapi berubah menjadi Gagu.

"Jangan...! pergi saja...!" Ucap Yumna dan El, bersamaan membuat Kayla menatap binggung keduanya secara bergiliran, ia pun bingung antara pergi atau tinggal di antara mereka.

"Apa maksudmu melarangnya pergi,? aku hanya ingin berbicara empat mata denganmu, aku tak ingin orang lain mendengarnya," Ucap El, pada akhirnya membuat ketegangan di antara mereka semakin terasa apa lagi saat El, berucap dengan nada dingin dan Datarnya.

Membuat Kayla ciut ia tiba-tiba saja merasa mules dan ingin segera ke toilet.

"Yum, aku pergi dulu ya!" ucapnya beranjak dari tempat tersebut.

"Hei... tunggu! kau tidak boleh pergi sebelum aku selesai bicara!" tunjuknya, berusaha mencegah sepupunya itu namun yang di cegah tak ingin berhenti malah memilih untuk berlalu.

"Jangan takut, aku hanya ke toilet saja, jika terjadi sesuatu yang tak di inginkan segera hubungi paman ya! by..." ucap Kayla terus berlalu sambil melambaikan tangannya tanpa ingin berbalik lagi.

"Kau kenapa? heh... apa kau takut padaku? jika kau takut padaku, maka sebaiknya kau membatalkan perjodohan ini, karena jika kau memilih menerima perjodohan ini bukan sepupumu itu saja yang akan pergi tapi kau pun akan pergi selamanya," ucapnya penuh ejekan dan penuh penekanan.

"Maaf apa maksud Anda? apa Anda baru saja mengancam saya, dan Asal Anda tau Anda tidak akan bisa membuat orang pergi selamanya jika Allah tidak menghendaki?" balas Yumna dengan penuh percaya diri padahal ia begitu tegang.

"Aku tidak sedang mengancam, tapi hanya memberimu jalan keluar yang terbaik sebelum kau menyesalinya," lanjut Vano tak ingin kalah.

"Kenapa bukan Anda sendiri yang menolak nya kalau begitu,?" serang Yumna kembali.

"Kalau aku bisa aku akan melakukannya, tapi kedua orang tuaku itu tidak akan pernah ingin mendengar ku," jelas Vano, ia berharap jika gadis kampung di depan nya itu mendengar keinginannya.

"Baiklah, aku akan menolaknya jika memang Anda tak menginginkan perjodohan ini, karena saya juga tak menginginkannya, bukan berarti saya takut dengan apa yang Anda katakan, karena saya hanya takut pada Tuhan yang yang dimana jiwaku berada dalam genggamannya, Asalamualaikum." Ucap Yumna lalu berdiri meninggalkan Emmeril Elvano yang menatap kepergian nya dengan tatapan yang tak terbaca.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Ibu... Ibu kok pulang? tidak menelpon Yumna, terus ibu pulang pake apa,?" tanya Yumna begitu melihat ibunya yang berada di samping rumah karena baru saja tiba.

"Yumna, tadi Ibu pulang naik ojek, karena telponmu tak bisa di hubungi, ibu akhirnya menelpon Bibimu, dan sesampainya di sini ibu baru tahu semuanya setelah diberi tahu oleh Bibimu tadi," tutur sang ibu, sambil melangkah masuk lalu menyimpan barang bawaan nya.

"Ibu tidak akan memaksamu nak untuk menerima perjodohan ini, karena bagi ibu kebahagianmu itu yang penting," Ucap Rani to the poin, yang melihat raut wajah sang Putri nampak murung.

"Bu... maafkan Yumna ya Bu... Yumna baru ingat telpon Yumna mati, dan barang belanjaan Yumna saja Yumna lupa di motor padahal Yumna ingin membuat sesuatu untuk di bawa ke masjid untuk para jamaah yang sedang membetulkan masjid" terang Yumna, merasa bersalah, berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Kau tak perlu khawatir Yumna Bibi sudah bikin makanannya, dan tadi calon ibu mertuamu itu ikut membantu, bahkan Dia juga memberikan sumbangan yang banyak untuk masjid dan memberikan hadiah pada bapak-bapak yang bekerja di sana," sela bi Nurul yang baru saja muncul menjeda perbincangan ibu dan anak itu.

"Benarkah Bi? syukurlah kalau begitu, tapi Bapak kemana Bi,?" tanya Yumna bingung karena sejak tadi tak melihat sang bapak.

"Bukankah tadi bapakmu pamit ke kamar hendak sholat, apa Dia belum keluar,?" ujar sang Bibi, lalu kembali bertanya, membuat Yumna dan Rani sang ibu saling menatap, lalu sesaat kemudian mereka bertiga segera berlari menuju kamar pak Ahmad.

"Pak.., Bapak.., Bapak...! bangun pak...!" teriak Yumna dan Rani saat mendapati Pak Ahmad yang tergeletak di atas sajadah nya.

"Bapak... Bapak... ini Yumna pak, Bapak bangun...!" pekiknya dan sang ibu, kini isakan tangis Yumna mulai terdengar membuat, bu Hesti dan Pak Adiaksa terkejut ketika mereka masuk langsung mendengar suara tangis seseorang, lalu mereka pun buru-buru mendekati, dan betapa terkejut nya mereka melihat calon besannya itu terkapar.

"Ya Allah, Ahmad apa yang Terjadi padanya ayo kita bawa kerumah sakit cepat!" seru Pak Adiaksa, la pun harus membopong tubuh Pak Ahmad dan di bantu oleh beberapa pengawal pribadi nya, lalu mereka pun membawa Pak Ahmad ke rumah sakit terdekat di kampung itu.

"Bagaimana dengan suami saya Dokter,?" tanya ibu Rani pada dokter yang baru saja keluar memeriksa suaminya di UGD.

"Bu, sebaiknya suami Ibu segera di bawa kerumah sakit besar, dan saya sarankan apa yang menjadi ke inginan nya sebaiknya kalian penuhi saja, karena dengan kalian mengikuti keinginannya maka pasien akan merasa bahagia, itu akan membantunya untuk pulih juga, buat pasien selalu bahagia dan berikan semangat padanya, Jangan membuatnya merasa tertekan."

Mendengar semua penjelasan yang di sampaikan oleh Dokter Kamarudin membuat hati Yumna, dan Rani sang ibu merasa sangat sedih, karena jika untuk membahagiakan sang suami mungkin ia masih bisa, tapi untuk membawa sang suami kerumah sakit besar pasti mereka akan sangat butuh biaya yang tak sedikit, mereka akan butuh biaya yang pastinya cukup besar juga,

Lalu darimana itu semua akan la dapatkan, sedang untuk makan sehari-hari saja sangat pas-pasan, bahkan selama Pak Ahmad sakit Yumna dan ibunya lah yang harus banting tulang untuk biaya berobat Pak Ahmad, bahkan la sudah menggadai tanah peninggalan orang tuanya hanya untuk membiayai suaminya itu, la juga kini mempunyai tunggakan di bank, hanya untuk membiayai suaminya itu, dan sudah beberapa bulan ini ia belum bisa melunasi bahkan menyicil nya.

Bu, Hesti yang melihat kegelisahan calon menantu dan besannya itu kini mendekat.

"Duduklah dulu,! kalian pasti lapar, aku sudah pesan makanan di depan ayo makanlah kalian juga harus bertenaga, karena untuk menjaga orang yang sedang sakit kalian juga akan membutuhkan tenaga, kalian jangan memikirkan berapapun biayanya karena semuanya sudah lunas,"

"Apa lunas,?" kejut Rani dan Yumna seakan tak percaya dengan apa yang di katakan sang calon besannya itu.

"Iya sudah, ayo sebaiknya kita makan dulu nanti saja kita bahas itu, aku tidak mau melihat mentuku ini nanti juga ikut sakit," ajak Bu Hesti, dan mau tidak mau Rani dan putrinya itu menurut saja.

Setelah selesai makan semuanya kini berada di ruangan dimana Pak Ahmad dirawat, karena tadi seorang perawat mengabarkan kalau pak Ahmad sudah sadar.

"Bapak... bagaimana keadaan Bapak?" Cicit Yumna dan sang ibu, begitu masuk, ia pun segera menghampiri Bangkar di mana Pak Ahmad sedang berbaring dengan jarum infus yang berada di tangan dan sebuah selang oksigen yang menempel pada hidungnya.

"Yumna Kemarilah, ada hal penting yang ingin bapak sampaikan padamu Nak!" seru Pak Ahmad kepada Putri nya itu dengan nafas yang berat.

"lya pak... apa yang ingin Bapak sampaikan pada Yumna,?" tanya Yumna begitu mendekat.

"Menikah lah...!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Yuk jangan lupa untuk kepoin juga karya Author di bawah ini...dan jangan lupa Budayakan like komen vote dan hadiahnya agar para Author bisa terus tetap berkarya. selamat membaca semoga terhibur.

NOmor 34

Cyra menikah dengan Ryan, seorang pemuda yang menderita sakit leukimia sejak kecil, karena keluarga Ryan sangat kaya membuatnya bisa bertahan sampai usianya mencapai dua puluh delapan tahun, namun naas sebelum Ryan berulang tahun ke dua puluh sembilan tahun, ia harus menghembuskan nafas terakhirnya dan membuat Cyra menyandang status janda.

Cyra memohon kepada kedua mertuanya untuk membiarkannya hidup seorang diri,

dan pergi meninggalkan rumah mertuanya, namun sayang permintaan itu ditolak mentah-mentah karena sebuah tradisi keluarga.

tradisi apa yang mengikat Cyra sampai ia harus tetap tinggal dan menjadi menantu dikeluarga itu?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!