Adiba Afsheen Myesha. Gadis cantik berhijab yang merupakan blasteran Indonesia turki, yang memiliki hidung mancung, alis tebal dan bulu mata yang lentik. Adiba adalah siswi pindahan yang sekarang melanjutkan studinya di universitas yang ada di indonesia. Kepulangannya ke Indonesia karena permintaan dari sang kakek yang begitu sangat merindukan dirinya. Hingga Adiba pun memilih untuk tetap stay di Indonesia bersama sang kakek.
Benedict Leonardus. Pria yang berbeda keyakinan dengan Adiba, dia juga satu universitas dengan adiba. Perawakannya yang tinggi, kulit eksotis, hidung yang mancung dan memiliki mata yang tajam. Terlihat begitu tegas dan berwibawa, namun dia adalah pria yang sangat baik, supel juga multitalent. Dia juga cowok terpopuler di kampusnya, banyak siswi-siswi yang menyukainya. Namun Leo hanya menganggap mereka semua sebagai sebatas teman tidak lebih.
* * *
Matahari yang begitu terik, memanasi seluruh ibu kota jakarta. Siang itu di bandara soekarno-hatta terlihat seorang gadis cantik dengan balutan hijab dan pakaian Muslimah nya yang sangat fashionable. Sedang menarik kopernya berjalan ke arah parkiran, dia begitu kebingungan mencari seseorang yang di utus kakeknya untuk menjemput dia di bandara.
Namanya Adiba Afsheen Myesha. Gadis cantik balasteran turki Indonesia, dia baru pertama kali menginjakkan kakinya di Indonesia. Karena selama ini dia beserta keluarga menetap di Turki, walaupun dia tidak pernah ke Indonesia. Namun dia sangat lancar berbahasa Indonesia, karena ayahnya asli dari Indonesia. Dan ibunya lah yang berasal dari turki, kini dia memilih untuk menetap di Indonesia. Karena ingin menemani kakeknya yang sekarang tinggal seorang diri di mansion mewahnya.
"Ternyata Indonesia sangat panas, huhhf aku sampai keringetan". Keluh adiba karena merasa sangat kepanasan.
" Mana lagi sopirnya kakek". Adiba celingukan mencari sopir yang dimaksud oleh kakeknya.
Karna tidak sabaran, dia pun menelpon kembali kakeknya. Setelah selesai menelpon, sopir yang menjemput dia akhirnya baru datang dengan sedikit tergesa-gesa.
"Apa neng yang bernama adiba". Tanya sangat sopir yang lagi mencocokkan wajah adiba dengan foto yang ada di ponselnya.
" Iya Pak, bapak sopirnya kakek kan. Ayok pak disini panas". Jawab adiba dengan lembut, dan segera mengajak sopirnya untuk pergi.
"Siap neng, panggil bapak dengan sebutan mang diman aja ya". ucap mang diman sopirnya kakek adiba.
" Iya mang". Jawab adiba menggangguk kan kepalanya. Dan mereka segera menuju ke mansion milik kakek.
* * *
"Assalamu'alaikum". Teriak adiba dengan senyum merekah.
Kakek yang sedang membaca koran pun menoleh ke arah suara yang begitu sangat dia rindukan.
"Wa'alaikumussalam. Cucuku akhirnya pula hiks kakek rindu kamu nak". Jawab kakek dan segera memeluk adiba dengan penuh rasa sayang.
" Hiks diba juga kek, kakek apa kabarnya ". Tanya adiba sambil menangis haru, karena begitu merindukan sang kakek.
" Kakek baik nak sangat baik. Ayo duduk dulu". Kakek mengajak adiba untuk duduk di sofa, sambil menanyakan tentang perjalanan adiba dan segala sesuatunya.
Adiba pun begitu antusias menceritakan semuanya kepada sang kakek. Keduanya saling berpelukan karena merasa haru setelah sekian lama tidak berjumpa. Bukan karena tidak mampu, namun keadaan fisik kakek yang kurang sehat. Sedangkan adiba tidak bisa meninggalkan aktifitasnya di kampus, apalagi di tambah dengan kursus desainnya. Aktifitasnya begitu padat karena adiba adalah gadis yang sangat aktif dan juga cekatan.
Kini adiba memilih istirahat di kamarnya. Perjalanan yang jauh membuatnya sangat kelelahan, di tambah besok dia harus datang ke kampus yang akan menjadi tempatnya untuk melanjutkan pendidikan kembali. Hatinya sangat tenang setelah melihat keadaan kakeknya yang baik baik saja. Namun setelah ini dia akan terus bersama kakeknya, adiba akan mengabari kakaknya besok setelah urusan kampus selesai.
***
Begitu menjelang subuh, tepat pukul 05 adiba bangun dari tidurnya dan mulai mengerjakan shalat lima waktu. Hari ini adalah hari pertamanya menginjakkan kakinya di kampus ternama yang berada di indonesia. Adiba sangat senang karena sedari dulu dia sangat ingin menetap di Indonesia, namun kedua orang tuanya yang selalu melarang. Bukan tanpa alasan, mereka hanya takut bila anak perempuan semata wayang mereka akan salah pergaulan.
Adiba telah bersiap untuk berangkat ke kampus, walaupun berhijab akan tetapi adiba tetap sangat menjaga fashionnya biar enggak ketinggalan trend. Apalagi dia begitu menyukai dunia fashion, bahkan saat di Turki dulu. Dia sudah mendapatkan banyak reward dari berbagai agensi, karena bakatnya di bidang fashion sangatlah mumpuni.
"Perfect, bismillah hari pertama harus oke". Adiba bergumam sendiri sambil melihat penampilannya di cermin.
Kini dia semakin percaya diri untuk menuju kampus, namun sebelum berangkat dia lebih dulu menemui sangat kakek di kamarnya.
Tok tok tok
" Assalamu'alaikum kek".
"Masuk sayang". Jawab kakek dari dalam.
" Kek. Aku berangkat ngampus ya". Ucap adiba sambil menyalim kakeknya.
"Hati hati di jalan ya sayang". Balas sang kakek dengan mengelus lembut kepalanya adiba.
* * *
Adiba telah sampai di ruangannya rektor kampus. Dirinya sedang berbincang-bincang ringan dengan rektor di kampus tersebut.
Adiba sangat pandai dalam menarik perhatian seseorang, apalagi dalam setiap pembicaraan dia selalu bisa membuat lawannya bicaranya merasa betah dan nyaman.
" Oke adiba, semoga kamu betah ya belajar di kampus kami. " Ucap rektor yang nama dermawan.
"Baik Pak. Terima kasih atas bimbingan bapak." Ucap adiba lembut.
Sekarang adiba mulai mengikuti kelas pertamanya. Dia masuk bersama dosen yang akan memulai kelas di ke juruannya.
"Selamat pagi semua. "
"Pagi bukk. " Jawab mereka serempak.
"Anak anak hari ini ada teman baru yang akan mengisi kelas kita. " Ucap dosen cantik yang bernama andin.
"Siapa buk. "
"Cantik enggak. "
"Boleh dong di kenalin ke kita ahahaha. "
Goda para siswa yang berada satu kelas yang akan di masukin adiba.
"Huuuwuuu dasar. Giliran cewek aja pada sibuk lu semua. " Teriakan para siswi cewek yang mendemo.
"Sirik aja lo pada. "
Adiba mulai memasuki kelas dengan menebar senyuman manisnya kepada seluruh maha siswi dan siswa yang ada di dalam ruangan tersebut.
Terdengar sangat riuh dengan candaan dan sapaan dari para siswa yang suka menggoda lawan jenisnya. Adiba hanya menanggapi mereka semua dengan tersenyum, dia berdiri di samping dosen dan mulai memperkenalkan diri.
Kini dosen menyuruhnya untuk duduk di samping seorang siswi yang bernama rina.
"Hai aku rina". Sapa siswi yang bernama rina.
" Adiba." Jawab adiba singkat dan terlihat sangat manis ketika tersenyum.
Rina menatap adiba yang begitu fashionable dengan balutan hijabnya yang begitu modern.
Kelas di mulai dan mereka mulai menyimak apa yang dosen mereka sampaikan.
Begitu kelas pertama selesai, semua para siswa mulai mengerumuni adiba. Mereka sangat penasaran dengan adiba yang terlihat begitu sangat cantik dengan hidung mancungnya dan juga bibir yang sangat seksi ketika tersenyum.
"Hai kenalin aku dimas. "
"Aku deni dan ini dina saudara kembarku. "
Ujar mereka mulai memperkenalkan diri mereka satu persatu. Adiba sampai pusing sendiri melihatnya, namun dia hanya merespon sekedarnya saja.
"Hai semua. Aku adiba Afsheen Myesha, udah pada tau kan, yuk ke kantin kebetulan aku juga belum makan. " Mereka semua pada kikuk mendengar jawaban singkat dari adiba.
Terlihat sangat kolot dan tak seperti yang dia pikir sebelumnya. Ternyata mereka semua begitu supel dan welcome.
Mungkin adiba akan merasa betah disini, dan hari pertamanya disini juga sangat mengesankan.
**Dukung author ya 🤗🤗🤗
Support kalian adalah semangat terbesarku dalam menulis 🥰🥰**
Di kantin....
Adiba berjalan dengan begitu elegan melewati beberapa siswi yang menatapnya secara tidak suka.
"Wah Elsa. Lo bakal punya saingan baru ni." Ucap seorang temannya.
"Halah cewek bungkusan plastik begitu, mana bisa nyayingin gue." Ucapnya sombong.
"Serah lo deh. Yok kantin jugak. " Ajak temannya.
Kini mereka juga memilih untuk ke kantin. Adiba terlihat begitu tenang memakan menu miliknya. Banyak para siswa yang begitu penasaran dengan hadirnya adiba di kampus mereka. Hanya teman teman yang satu fakultas sama adiba saja yang tau jika adiba adalah maha siswi baru.
"Hai diba. Boleh gabung. " Sapa seorang maha siswi yang juga satu ruangan dengan adiba.
"Hm tentu, kenapa enggak. " Jawabnya sambil tersenyum.
"Masih ingat namaku kan. " Tanya rina.
"Rina kan. " Jawab adiba memastikan.
"Yap betul. Btw kamu bicaranya kok singkat amat sih. " Celoteh rina.
"Hanya orang bodoh yang banyak bicara." Jawab adiba yang membuat rina merasa kikuk.
"Hehe. Jangan gitu dong diba, aku jadi ngerasa canggung tau kalau bicara sama kamu." Jawab rina jujur.
"Hehe becanda rina. Jangan masukin hati ya, oiya cara bicara kamu beda ya sama yang lain. " Tanya adiba penasaran.
"Ya begitulah diba. Aku lebih suka yang sopan aja hehe. " Jawabnya cengengesan.
"Memang sih. Gak semua perkembangan zaman harus kita ikuti." Jawab adiba singkat namun memiliki makna.
"Boleh tukeran whatsapp. Buat pendekatan apalagi kamu anak baru mungkin nantik butuh sesuatu. " Ucap rina meyakini.
"Santai aja. Ini ponsel aku catat aja. " Jawannya lembut.
Terlihat elsa dan beberapa temannya menatap ke arah adiba yang sedang tersenyum dan berbicara dengan anak fakultas fashion design. Elsa hanya bisa menebak nebak apakah adiba anak fashion design atau tidak.
Dan kembali terdengar bisik bisik suara para siswi disaat melihat kedatangan seorang siswa populer di kampusnya mereka.
Leo memasuki kantin dengan beberapa maha siswa yang juga termasuk dalam deretan maha siswa terpopuler di sana. Mereka memilih duduk di tempat biasa yang kebetulan juga berdekatan dengan mejanya adiba dan rina.
Adiba merasa bodoh dengan keadaan, bahkan di saat leo dan teman temannya memasuki kantin. Dia tidak melihat ke arah mereka padahal jelas jelas dia mendengar bisik beberapa maha siswi yang mengatakan bahwa king kampus mereka lagi ke kantin.
Adiba juga bukan orang yang suka mencampuri urusan orang lain. Walupun mempunyai karakter yang lemah lembut, tapi dia juga terkesan sedikit cuek.
Pandangan leo tak sengaja melihat ke arah adiba yang sedang menikmati menunya dengan tenang dan santai. Bahkan dari caranya memakan terlihat sangat elegan dan begitu sopan.
Leo sampai terpesona dan sedikit menyunggingkan senyumnya.
"Woyy liatin apa sih. " Tanya seorang temannya yang terkenal rusuh.
"Hem. Enggak ada apa apa." Jawabnya santai.
Reno yang penasaran mengikuti arah pandangnya leo. Dan dia mulai paham ternyata ada seorang maha siswi yang cantik di sebelah mereka.
"Wah maha siswi baru kayaknya. Samperin ah." Reno bangun dari duduknya dan menghampiri adiba dan juga rina.
Adiba masih fokus dengan makannya.
"Wih ada yang baru ternyata. Namanya siapa sih neng." Goda Reno dengan senyum jenakanya.
Adiba hanya menanggapi dengan tersenyum. Dan kembali meminum jusnya.
Reno merasa kesal karena kehadirannya sama sekali tidak di respon oleh adiba.
"Ck. Sombong amat sih, anak baru ya. " Tanya Reno mulai kesal.
"Iya. Kebetulan baru selesai makan dan minum." Jawab adiba yang membuat Reno pusing dan mengeryit heran.
"Ngomong apa sih gak jelas lo." Cibir reno.
"Bukan apa apa kok." Jawab adiba dengan tersenyum.
Rina yang duduk di sebelah adiba merasa gak enak hati dengan jawaban yang di berikan adiba. Pasalnya dia tau jika reno adalah biang rusuh di kampusnya, walaupun ganteng namun yang namanya biang masalah, tetap membuat siapa saja takut bila berhadapan dengan mereka.
"Diba. Jangan di ladenin mereka tukang rusuh." Bisik rina pelan.
"Jangan sok kalem. Palingan luarnya aja yang terbungkus, ck." Ucap Reno meledek tanpa memikirkan perasaan adiba.
"Tidak semua bungkusan jelek akan terlihat buruk di dalamnya." Balas adiba tanpa rasa gentar.
Reno sedikit tertarik meladeni keberanian adiba. Walaupun anak baru dan cantik, ternyata dia perempuan yang berani jugak.
"Wih berani juga lo ternyata, menarik."
"Maaf kami sudah selesai. Boleh kami pergi." Ucap adiba sopan.
Namun langsung di cegah oleh Reno.
"Eits tidak semudah itu cantik." Jawab Reno dengan mencegal lengannya adiba.
"Jangan sentuh saya. " Tekan adiba dengan nada santai namun terkesan mengancam.
Reno masih dengan pendiriannya. Anak baru satu ini benar-benar membuatnya penasaran, apalagi bawaannya yang santai namun terlihat tegas.
"Oke sorry. Gue penasaran sama nama lo kali, jawab aja lah nama doang jugak."
"Namanya adiba. Puas lo. " Rina menjawab dengan cepat, dan segera menarik adiba agar menjauh dari mereka.
"Woyy gue enggak nanyak sama lo njir ck." Reno mencebikkan bibirnya.
Baru kali ini ada maha siswi baru yang berani menjawab perkataan nya. Reno pun kembali bergabung dengan teman temennya.
"Ahahaha di kacangin. Kasian gue. "
"Ck. Lo pada ngeliat enggak sih, maha siswi barusan cantiknya parah woy." Ucap Reno.
"Yah liat fisik ternyata. Iya cantik cuma cara lo kepoin nama dia salah ren." Ujar andre.
Reno hanya menaikkan bahunya saja. Dia memang sangat suka merusuh di kampus, ada aja kelakuannya yang membuat orang-orang kesal terhadapnya.
Leo hanya mendengarkan setiap obrolan dari temannya.
"Le. lo kalem amat hari ini." Ledek andre.
"Ck. Sariawan gue." Jawab leo ngasal.
"Noh. Doi lagi ngeliatin lo. " Tunjuk andre ke arah Elsa dan kawannya.
"Paan sih. Bukan doi gue ck males gue. " Leo merasa risih setiap kali Elsa melihat ke arahnya.
"Lo kenapa sih enggak pernah bales perasaan dia. Kasian tau. " Reno menimpali.
"Kalau kasian. Lo aja sono yang macarin. "
"Dia sukanya elu peak. " Jawab Reno kesal.
"Diba. Kamu kenal enggak siapa mereka. " Tanya rina.
"Mereka mana. " Tanya adiba heran.
"Yang tadi di kantin diba sayang." Ujar rina.
"Oh ya enggak tau. Kan baru tadi liatnya."
"Pokoknya kamu jangan dekat dekat deh sama mereka."
"Loh. Emang kenapa. " Tanya adiba merasa heran.
"Si Reno itu tukang rusuh di kampus. Kalok leo mah oke, cuma orangnya dingin. "
"Emang kulkas dingin. " Jawab adiba asal sambil tertawa pelan.
"Iya. Lebih dari pada kulkas, padahal banyak loh yang naksir dia. Cuma enggak pernah di respon sama dia hehe. " Jelas rina sambil cekikikan.
"Emm kasian berarti yang sampek naksir sama dia. " jawab adiba.
"Udah ah jangan obrolin mereka terus enggak penting. "
Adiba dan rina memilih untuk duduk di bawah pohon yang ada di taman kampus. Keduanya terlihat akrab dan mulai saling menukar cerita. Rina baru merasakan ternyata adiba adalah teman yang asik saat di ajak ngobrol, enggak seperti saat mereka bertemu. Adiba terlihat irit bicara di pertemuan awal mereka, tapi sekarang rina bisa melihat sisi lain dari adiba.
"Ternyata kamu anaknya asik ya diba." Ucap rina.
"Biasa aja kok hehe. Oiya bentar ada kelas enggak. " Tanya adiba.
"Kosong kayaknya. Kita ke perpustakaan aja yuk. " Ajak rina yang juga mendapatkan persetujuan dari adiba.
Salam sayang🥰🥰🥰
Di perpustakaan. . .
Adiba dan rina mengisi kekosongan mata kuliah mereka dengan memilih untuk membaca di perpus. Adiba memilih membaca tentang sejarah islam yang ada di indonesia. Karena dia sedari kecil sudah berada di Istanbul, rasa ingin taunya juga sangat berat tentang sejarah Indonesia.
Karena dia adalah anak yang sangat banyak ingin taunya. Sewaktu di kampusnya dulu, dia adalah murid yang sangat aktif dan juga cerdas.
Saat memilih buku, tak sengaja tangannya meraba tangan seseorang yang berada di sebelah rak buku tersebut. Adiba reflek menarik tangannya kembali karena terkejut, karena penasaran dia pun dia mengambil buku tersebut dan mengintip ke sebelahnya.
"Eh. Ada orang kah. " Tanya adiba dengan wajah cengonya.
Maha siswa tersebut hanya menanggapi dengan tersenyum. Lalu mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan adiba.
"Maaf kalau bikin kaget. Aku leo." Ucap maha siswa tersebut.
Adiba pun membalas uluran tangan leo dengan tersenyum manis.
"Aku adiba." Balasnya singkat.
Karena tidak ingin berlama-lama dalam situasi ini. Adiba memilih untuk kembali duduk bersama rina, karena dia merasa sedikit risih dengan pandangan mata leo yang terus menatapnya dengan tersenyum manis.
Adiba sampai terpesona dengan wajah tampannya leo. Namun dia juga sadar dan tau situasi, makanya adiba segera memutuskan kontak matanya ketika bertatapan dengan mata leo.
'Aku kenapa panas dingin begini ya.' Adiba membatin.
Setelah bertemu dengan leo, dia merasakan hal yang aneh. Jantungnya terus saja berdetak dan badannya terasa panas dingin.
Begitu juga sebaliknya hal yang sama juga di rasakan oleh leo.
Dia begitu terpesona dengan menatap wajahnya adiba. Terasa tenang, damai juga menentramkan. Leo bahkan sampai senyum senyum sendiri saat membayangkan betapa cantiknya adiba.
"Woy lo kesambet apa gimana. Senyum terus dari tadi." Tegur reno.
"Paan sih ren. Ganggu tau enggak sono carik bukunya." Leo sangat kesal karena reno menganggu yang sedang menghalu tentang adiba.
Leo dan reno di tugaskan oleh dosen untuk mencarikan buku untuk di sumbangkan ke rumah belajar kurang mampu. Dan tak sengaja dia malah bertemu dengan adiba yang kebetulan juga sedang ada di dalam perpustakaan.
"Rin. Makanan khas Indonesia yang paling enak apa sih." Tanya adiba penasaran.
"Emm banyak sih diba. Karena Indonesia punya beragam suku dan budaya jadi pasti punya makanan khas masing-masing." Jelas rina.
"Kalau jakarta apa biasanya."
"Kalau jakarta ada lontong sayur, kerak telor, roti buaya, seblak, mendoan, bubur, banyak deh pokoknya." Rina menyebutkan satu persatu.
"Itu makanan khas jakarta apa makanan kesukaan kamu, banyak amat. " Adiba menggoda rina.
"Hehehe dua duanya sih. " Jawab rina cengengesan.
Di saat sedang asik mengobrol tiba-tiba Elsa dan gengnya menghampiri mereka.
"Maha siswa baru ya." Tanyanya dengan sombong.
"Iya." Jawab diba tak kalah cuek.
"Gue ingetin ya, jangan sok kecakepan di depan leo. Atau lo akan tau akibatnya." Ancam Elsa.
Elsa tak sengaja melihat adiba dan leo saling berjabat tangan saat memilih buku tadi. Makanya dengan geram dia segera menghampiri adiba dan rina.
Adiba tidak suka cara Elsa memperingati ya, walupun terlihat calm. Nyatanya adiba adalah tipikal perempuan yang tak suka di pandang rendah oleh orang lain. Karena dia tidak pernah mempunyai urusan sama siapapun, jadi dia pribadi juga tidak ingin di ganggu oleh siapapun jugak.
"Masalahnya ada dimana ya." Adiba bangun dan menyilangkan kedua tangannya di dada.
Elsa tersenyum remeh melihat keberanian adiba yang tak gentar menjawabnya.
"Heuh. Nanyak lagi, lo sengaja kan sok bersikap manis di depan leo biar dia suka sama lo." Tuduh Elsa.
"Hei nona. Apa anda tidak bisa membaca situasi dan kondisi, walaupun di nobatkan sebagai queen di kampus ini bukan berarti segala sesuatu harus menjadi milik anda." Jawab adiba dengan berani.
"Jaga ya ucapan lo, sok pinter lo ternyata. Lo bukan levelnya leo jadi jangan ngarep." Jawab Elsa sewot.
"Idih yang ngarep siapa yang nuduh siapa. Kurang kerjaan apa gimana." Tanya adiba mencemooh.
"Awas ya lo. Sekali lagi gue liat lo dekatin leo abis lo sama gue." Setelah mengucapkan kalimat sakralnya, Elsa dan gengnya pergi dari sana.
Rina mengacungkan kedua jempolnya untuk adiba.
"Keren ahahahaha mati kutu si Elsa." Ujar rina cekikan.
Adiba hanya menggeleng kepala, ternyata maha siswi di sini sangat agresif tentang menyukai lawan jenis.
"Segitunya si Elsa menyukai si king kampus. " Tanya diba heran.
"Tau tuh, padahal leo enggak pernah sekalipun loh nanggepin perasaan dia. Kasian kan ahaha." Rina ngakak menertawakan Elsa yang sok berkuasa tentang leo.
"Dasar ya kamu. Hobinya ngetawain orang terus." Adiba ikut terhibur dengan adanya rina.
"Balik yuk, lagian engga ada kelas kan." Rina mengajak adiba untuk pulang karena kelas lagi kosong dengan mata kuliah.
"Yuk lah aku juga mau ke masjid dulu."
Mereka pun memilih me mesjid terlebih dulu karena sudah masuk waktu ashar.
*
*
*
"Assalamu'alaikum kek. " Ucap adiba saat memasuki kamar kakek.
"Waalaikumsalam sayangnya kakek. " Jawab kakek dengan menampilkan senyum terbaiknya.
"Kakek udah makan hm. " Tanya adiba.
"Udah nak. Gimana hari pertama di kampus. " Tanya kakek sambil membelai pipi cucunya.
"Alhamdulillah aman kok kek, yaudah kakek istirahat ya. Diba mau balik ke kamar." Pamit adiba.
Sebelum keluar dia terlebih dulu menyelimuti sang kakek, dan mematikan lampu kamarnya.
Adiba menyapa para pelayan dengan sopan, dia sangat senang dengan pelayanan para pelayan yang ada di mansion kakeknya. Mereka baik dan enak di ajak ngobrol, adiba di saat jenuh sering kali mengajak mereka untuk mengobrol bersama.
Malahan ada di antara mereka yang seusia dengannya.
"Rere engga tidur. " Sapa adiba pada seorang pelayan yang seusia dengannya.
"Bentar lagi non, saya lagi buat seblak pedas mau non." Tawar Rere si pelayan.
"Seblak, apa enak re." Tanya diba merasa asing dengan nama makanannya.
"Hehe saya pribadi enak non, karena suka hehe." Rere cengengesan.
"Saya mau dong re, pengen nyobain." Adiba sangat penasaran dengan rasanya.
Mereka pun menikmati seblak buatannya Rere, ternyata rasanya benar-benar enak dan bikin ketagihan. Apalagi tengah musim hujan, sangat cocok buat di jadikan cemilan untuk mengganjal perut.
"Hemm enak banget re, ternyata benar ya bikin nagih." Adiba sangat suka sama rasanya.
"Hehe iya non, ini favorit saya. " Ujar Rere.
"Hehe re, kalok mau buat lagi kasih tau saya ya."
"Siap non. " Mereka pun tertawa bersama, Rere begitu kagum dengan kepribadian adiba yang suka berbaur dengan kalangan rendah seperti mereka.
Sangat jarang anak orang kalangan atas seperti mereka yang mau berbaur dengan para pelayan yang ada di rumahnya.
Sudah cantik, baik, sopan, pokonya adiba paket komplit menurut Rere.
**Hai guys🤗🤗 ada yang suka sama ceritanya enggak?
Jangan pernah bosan sama ceritaku ya🥰🥰
IG sabriahulfa**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!