NovelToon NovelToon

Psychopath 2

Bab 1 Tatapan yang menakutkan

"Katherine wajah mu kenapa ? " tanya temanku saat aku baru saja sampai dikelas.

"Emm aku baik baik saja, aku tidak apa apa " aku mencoba berbohong pada teman ku ini, karena aku juga tidak mau dia terus menghawatirkan ku.

"Mana mungkin kau baik baik saja. Tapi wajahmu banyak lebam lalu ini jidatmu ada goresan, apa yang dilakukan ibu tirimu itu ? ayo bicara padaku " kembali dia bertanya dengan wajah yang sangat begitu khawatir

"Hanya karena aku tak patuh saja "

"Selalu saja jawaban mu itu, kenapa sih ayahmu tak pernah bertindak apa dia tidak menyayangimu ? sampai sampai kau diperlakukan tidak baik seperti ini dia diam, sudah kau dirumah ku saja ya, aku khawatir dengan keadaan mu Katherine"

Aku mengusap tangan temanku itu, memang dia begitu baik dan perhatian pada diriku ini, aku sangat bahagia memiliki teman sepetinya.

"Bukannya ayahku tak membelaku, tapi situasinya begitu rumit, ayahku jarang ada dirumah dia selalu dinas keluar kota apalagi mengurus kakakku Chelsea yang sekolah di Amerika "

"Seharusnya kau memberitahu pada ayahmu kalau ibu tirimu jahat " ucap temanku dengan wajah yang kesal dan tangan yang mengepal .

"Aku tak ingin mereka bertengkar sudah ayo duduk, sebentar lagi guru akan datang kan "

"Hemm kau hebat sekali kalau mengalihkan pembicaraan. Padahal aku sedang menanyakan keadaan mu, kau malah berbicara seperti itu " temanku langsung cemberut dan duduk dengan kesal disampingku.

Bukannya aku tak mau menceritakan semua apa yang dilakukan oleh ibu tiriku, tapi aku tak mau dia khawatir saja, dia yang selalu khawatir padaku, dia selalu perhatian padaku.

Bahkan adik tiriku saja Dimas sangat membenciku kami seumuran dan kami juga satu sekolah. Aku yang sedang melamun dikagetkan dengan suara guru yang datang, tapi dia tak datang sendirian, dia datang berdua dengan seorang laki laki tinggi dengan wajah dingin, matanya menatap seluruh murid tapi saat mata itu menyisir kearah jajaran bangku ku, langsung berhenti pandanganya.

Dia menatapku dengan aneh. Ada apa dengan dia, kenapa dia menatapku apa aku mengenalnya ? Tentu saja tidak. Aku sama sekali tak mengenalnya lalu kenapa dia menatapku seperti itu.

"Kat sepertinya dia suka padamu, lihatlah tatapannya padamu seperti itu " aku melihat kearah Dian lalu berbisik padanya.

"Mana mungkin dia suka padaku, aku saja tak cantik dan tak menarik lalu dengan dasar apa dia suka padaku, lihat dia tampan dan sangat tinggi mana mungkin aku seleranya " bantahku, karena memang siapa juga yang suka padaku, perempuan kurus dan pucat.

"Kau jangan merendah kau itu cantik Kat, coba kau mengaca kau itu cantik " bisik temanku sambil menepuk bahuku. Aku tak menjawab temanku Dian, tatapanku fokus kedepan melihat orang itu dan juga guruku.

"Perkenalkan anak anak ini Guru baru sejarah kita, dia bernama Pak Lucas Alexander dan mulai hari ini di akan mengajar dikelas kalian mengantikan Bu Tina yang baru saja pensiun "

Teman-temanku langsung berbisik-bisik membicarakan guru ini, bahkan Dian juga malah ikutin bergosip sedangkan aku hanya diam saja, aku menundukan kepala karena Pak Lucas itu terus saja menatap ku dengan tatapannya yang menakutkan menurutku itu pun.

"Baiklah Bapak tinggal kalian silahkan belajar dengan Pak Lucas "

"Baik Pak " ucap teman temanku serentak mereka begitu bersemangat kecuali yang laki-laki mereka menjawab seadanya saja.

"Baiklah kalian sudah mengenal namaku, aku mau dikelas ku tak ada yang mengobrol, tak ad ayang mengantuk,melamun atau pun tak fokus. Aku ingin mata kalian fokus pada pelajaran dan saat aku bertanya kalian harus bisa menjawab. Kalau kalian tak bisa menjawab berarti kalian tidak memperhatikan ku, apakah kalian mengerti "

"Mengerti Pak "

Pelajaran pun dimulai dengan begitu tegang, aku juga ikut tegang karena dari tadi dia terus saja bertanya padaku, tapi syukurlah aku bisa menjawabnya dengan benar dan aku mendapatkan sebuah bintang darinya.

Katanya kalau bisa menjawab akan mendapatkan bintang dan itu akan membantu nilai di rapot katanya itu pun. Bell berdering dengan nyaring semua murid segera keluar tapi guru itu masih saja diam, diamnya itu cukup aneh, karena matanya itu tak pernah lepas memandangku, lebih baik aku keluar saja aku takut.

"Kat mau kemana ?"

Aku tak menjawab teriakan dari Dian, sekarang yang aku mau hanya pergi ke perpustakaan dan menghindar dari tatapan guru itu.

"Katherine " aku melihat Dimas yang memanggilku, dengan langkah yang lemas aku mendekatinya

"Ada apa Dimas ? "

"Mana uang lo, pasti ayah kasih lebih kan " aku menggelengkan kepala bekal kami semua sama, tapi Dimas selalu saja meminta bekalku, padahal kadang-kadang bekalku suka dikurangi oleh Ibu tiriku entah apa alasannya.

"Bekal kita sama tak ada bedanya "

"Bohong sini " Dimas mencari uang jajanku bahkan dengan tidak sopan dia mengeledah saku saku rok ku dan juga seragamku, dia mengambil uangku yang tinggal sedikit lagi.

"Kemari kan Dimas aku tak punya lagi "

"Ahh tinggal minta lagi sama ayah, lo kan anak kesayangan minta aja lagi "

"Jangan gitu dong, aku tak mungkin minta lagi disaat belum waktunya dikasih "aku mencoba menggapai uang itu yang diangkat keatas oleh Dimas, lalu dengan kasar Dimas mendorong bahuku sampai sampai aku mundur kebelakang.

Ku kira aku akan jatuh, tapi ada yang menahan badanku. Aku langsung berdiri dengan tegak lagi dan menatap orang itu, ternyata guru baru itu. Dia mengambil uang yang diangkat tinggi oleh Dimas dan memberikannya padaku.

"Aku tidak suka ada pembullyan disekolah, kau ikut ke ruangan ku " Pak Lucas menunjuk Dimas dengan tatapannya yang tajam.

"Kau ini siapa ? memangnya salah aku meminta uang pada kakakku sendiri ? kami ini bersaudara, jadi tidak masalah kalau berbagi uang jajan sudah sering aku melakukan ini pada Katherine tapi dia baik-baik saja ini bukan pembullyan ya "

"Mau kalian saudara atau bukan tindakanmu itu tidak mencerminkan seorang pelajar, masuk ke ruanganku sekarang dan panggil orang tuamu aku ingin bicara dengan orang tuamu sekarang juga" Aku melihat wajah Dimas yang kaget tapi tetep saja wajah songgongnya itu tak hilang, memang ya Dimas ini.

"Kau tak berhak menyuruhku seperti itu"

"Aku berhak karena aku gurumu panggil orang tuamu dan pergi ke ruanganku. Aku tunggu sampai jam 01.00 siang, jika tidak ada kau akan aku DO, kelakuanmu itu sungguh membuat teman-temanmu akan melakukan hal itu aku tidak pernah suka ada murid yang mengambil uang temannya dengan paksa tanpa dia memberikannya, jika dia bilang tidak ada kau tidak berhak untuk mencari uang itu di saku anak itu, itu sangat tidak sopan. Memangnya guru di sini mengajarkan hal itu tidak kan maka aku ingin tahu orang tua macam apa yang telah mendidik mu itu"

Aku melongo mendengar Pak Lucas berkata seperti itu, lalu matanya menatapku, aku yang takut menundukkan kepalaku lagi "dan kau Kat namamu hampir seperti kucing, jangan pernah memberikan uang pada siapapun meskipun itu saudaramu kalau dia memaksa, pergilah makan atau bergabung dengan temanmu. Jangan sendiri seperti ini"

Dia langsung melangkah pergi meninggalkan aku dan Dimas, dia mengatakan namaku seperti kucing, kurang ajar padahal ini pemberian mamahku tersayang tapi tak apa kucing kan lucu"Awas kau Kat, kau akan habis dirumah oleh Ibu lihat saja " Dimas mengancamku bahkan dia mendorong bahuku lagi dengan kencang dan pergi begitu saja.

Entahlah hukuman apalagi yang akan aku terima nanti di rumah. Rasanya aku sudah lelah selalu saja diperlakukan tidak baik oleh ibu tiriku ingin berbicara pada ayah tapi aku tidak bisa.

Pernah suatu hari aku berbicara pada ayah dan mengadukan semua apa yang telah ibu tiriku lakukan, tapi apa nyatanya aku malah disiksa habis-habisan setelah itu oleh ibu tiriku dan mengancam akan membunuhku jika sekali lagi aku memberitahu ayahku kalau dia sudah menyiksaku dan kasar padaku.

Memang aku ini serba salah kalau saja mamaku masih ada mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi. Mama ku meninggal karena kecelakaan dan aku mau tidak mau harus ikut dengan ayahku yang memang baru pertama kali aku lihat.

Aku dulu sekolah dengan temanku dan hak asuhku diperebutkan oleh sahabat mamaku tapi dia tidak dapat, hak asuhku tetap jatuh pada ayahku untuk kakek dan nenekku mereka juga meninggal dalam kecelakaan itu.

Aku juga tidak tahu kenapa aku harus ditinggalkan oleh orang-orang tersayang ku dengan cepat, bahkan saat aku ingin bertemu dengan sahabat mamaku yaitu mamih Zeline ayahku tidak pernah membolehkan aku bertemu.

Bahkan kami sekeluarga sampai pindah kota untuk menghindari kejaran mamih Zeline yang terus menemuiku. Memang aku memanggilnya mami karena pertemuan pertama kali kita juga dia berkata kalau aku boleh memanggilnya mami.

Dia baik dan suaminya juga baik aku masih ingat dengan Daisy anak bungsunya serta kakaknya yang sudah aku lupakan namanya, dia perhatian padaku tapi setelah perihal penculikan itu kakak Daisy dikirim ke luar negeri dan tidak pulang entah apa yang terjadi.

Aku segera berjalan ke arah kantin benar kata Pak Lucas lebih baik aku makan saja. Sudahlah aku tak usah memikirkan nasibku akan seperti apa nanti yang terpenting sekarang adalah perutku dulu terisi oleh makanan.

Untuk masalah ibu kita hadapi nanti saja, mungkin luka di wajahku juga belum sembuh lebam-lebam akibat pukulan dari ibuku belum sembuh tapi aku harus menerima lagi setelah Dimas dipanggil oleh Pak Lucas.

Dia akan berbicara ngawur kemana-mana dan mengatakan kalau aku yang salah sampai-sampai Ibu harus dipanggil ke sekolah.

Hallo semuanya aku kembali lagi buat terusin novel psikopat Tampan dosenku, ini yang keduanya cerita tentang anak anaknya mereka, semoga kalian semua suka.

Bab 2 dihadiahi gelas

"Kau kemana sih, aku mengejarmu ke sini. Tapi, kau tak ada aku sudah memesankan makanan untukmu ayo cepat Kat, kau harus makan kau terlihat sangat kurus sekarang kapan ayah mu pulang "

Aku duduk berhadapan dengan Dian, sudah ada semangkok bakso di hadapanku dan juga jus strawberry kesukaanku, tahu saja temanku ini apa yang sedang aku mau.

"Aku tadi bertemu dengan Dimas. Mungkin ayahku akan pulang 1 bulanan lagi karena pekerjaannya sedang ada masalah"

"Apa, kau bertemu dengan Dimas pasti minta uang. Apakah dia memaksa lagi Kat "tanya Dian dengan wajah yang begitu khawatir padaku.

"Untuk kali ini tidak pak Lukas membantuku dia membela aku, tapi, itu membuat aku ada dalam masalah besar. Pak Lucas memanggil ibu untuk kemari kalau tidak Dimas akan di DO. Entah apa yang akan terjadi"aku menghela nafasku dengan kasar, memang tindakan pak Lukas itu sangat bagus, aku sangat berterima kasih dengan bantuannya tapi itu akan membuatku dimaki-maki di rumah dan disalahkan tentang apa yang terjadi pada Dimas.

"Ya sudah kau jangan dulu pulang ya, kau pulang ke rumahku saja" Aku menggelengkan kepalaku tidak mungkin aku pulang ke rumah Dian, aku malu dengan orang tuanya setiap ada masalah aku selalu saja ke rumah Dian, itu sangat memalukan.

"Tidak apa Dian,baku akan melawan semampunya"

"Ya sudah aku saja yang menginap di rumahmu ya, aku tidak mau terjadi apa-apa padamu"

"Aku tidak akan apa-apa Dian, selama ini aku masih hidup kan kau bisa tenang"

"Iya, kau masih hidup tapi kau babak belur selalu saja kau datang ke sekolah dengan memar yang begitu banyak di wajahmu, di tanganmu atau di kakimu. Sebenarnya apa yang ibu tirimu itu lakukan apa kesalahan yang telah kau lakukan kenapa dia begitu tega melakukan itu padamu"

Dian sangat marah dengan kelakuan ibuku, tapi mau bagaimana lagi aku tidak bisa pergi kemana-mana, sedangkan yang aku miliki hanya mereka aku sudah mencari alamat mami Zeline kemana-mana tapi aku sama sekali tidak menemukannya.

Sepertinya ayahku sudah menyembunyikan semuanya, agar aku tidak pernah bisa menemukan di mana rumah mamih Zeline, karena aku pun sudah lupa di mana itu letaknya. Aku pernah menulis di sebuah buku tapi buku itu hilang.

Kalau saja aku bisa menemukan alamatnya aku akan pergi ke sana dia adalah satu-satunya sahabat mamaku. Dia pasti akan menerimaku, dia pasti akan menyayangiku seperti mamah menyayangiku juga.

"Ya sudah sekarang kau makan, ayo cepat makan kau harus banyak makan kau harus gemuk, lihat badanmu makin kurus kau itu cantik tapi nasibmu saja yang tidak"

"Iya aku makan sekarang, aku suka dengan badanku yang kurus ini"

"Sudahlah, kau ini selalu saja seperti itu, aku tidak suka dengan badan kurus mu. Harus sedikit berisi pokoknya setelah lulus dari sekolah kau harus cari pekerjaan dan jangan tinggal bersama ibumu itu ataupun nanti ayahmu menyuruhmu kuliah kau jangan tinggal bersama mereka lagi, aku khawatir dengan keadaanmu aku takut-takut jika kau nanti dibunuh oleh ibu tirimu itu. Sebenarnya kau bisa saja melaporkannya ke kantor polisi, dia bisa dipenjara"

"Iya, kita kan sebentar lagi lulus aku pasti akan keluar dari rumah itu, aku akan mencari pekerjaan dan hidup mandiri untuk sekarang mungkin aku harus bergantung dulu pada Ayah"

"Ya aku mengerti, tapi menurutku sekali-kali kau berbicara lagi lah pada ayahmu ya, jangan terus memendamnya sendiri"

"Akan aku coba nanti "

Aku segera membumbui bakso ku itu menambahkannya cuka, lada dan juga saos, rasanya hari ini aku ingin makan yang pedas-pedas. Kepalaku sedang pusing dan pikiranku sedang banyak aku memikirkan hukuman apa yang akan diberikan oleh ibu padaku nanti di rumah.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Baru saja aku membuka pintu rumah, kepalaku terkena lemparan gelas yang melayang dan mengenai dahi. Dahiku berdarah aku hanya bisa diam dan merasakan sakit dan juga darah yang menetes. Pulang sekolah langsung dihadiahi oleh gelas yang melayang.

"Apa yang kamu lakukan sampai-sampai adikmu ini dipanggil oleh guru dan aku harus pergi ke sekolah, kau ya bisanya membuat onar saja. Bisa tidak kau tidak membuat masalah. Kau itu hanya anak pembawa sial. Seharusnya aku melarang suamiku untuk mengambil mu, seharusnya kau tak ada disini, kau itu tak berhak ada disini "

"Aku tidak melakukan apa apa Bu, Pak Lucas hanya membantuku. Dimas mengambil uang jajanku makanya pak Lucas memanggil Dimas, apa lagi dia juga tak sopan pada pak Lucas "

"Memangnya kau tidak bisa membela adikmu, seharusnya kau bela dia kalau tidak beri saja uangnya itu pada Dimas, apa susahnya memberikan uang jajanmu itu kau juga tidak memerlukan uang jajan itu, kan ? Kau itu seharusnya tak usah dikasih uang jajan masih disekolahkan saja sudah Alhamdulillah "

Selalu saja seperti ini permasalahan uang jajan. Padahal aku dan juga Dimas diberi uang jajan yang sama, tapi, Dimas selalu saja kurang dan ibu selalu saja memberikan lebih pada Dimas.

Sedangkan aku, sama sekali tidak. Tapi Dimas selalu mengambil uangku. Apakah hidupku akan selalu seperti ini apakah begini rasanya hidup bersama ibu tiri ? Kukira Ibu tiri jahat itu hanya di dongeng-dongeng saja, tapi nyatanya dalam dunia nyata pun ada dan inilah kenyataannya.

"Maafkan aku, lain kali aku akan memberikan uangnya pada Dimas, aku tidak tahu kalau masalahnya akan sebesar ini, aku sungguh minta maaf "

"Bereskan gudang aku beri waktu 1 jam jika kau tidak mampu membereskan gudang itu dalam waktu 1 jam, aku tidak akan memberimu makan selama satu minggu "

Aku mengusap darahku yang mengucur ke arah mataku, pasti luka ini parah sekali, apalagi kepalaku sekarang pusing. Aku segera menganggukan kepala dan berjalan ke arah kamar ku dulu untuk ganti pakaian. Kamarku dekat dengan kamar Kak Chelsea kakak tertuaku yang sekarang sedang kuliah di Amerika.

Dia sama saja seperti ibu dan juga adiknya tidak menyukaiku dari awal, memangnya aku di sini salah ya. Memangnya aku ini penghalang untuk mereka padahal aku tak pernah tuh hasut ayah untuk jahat pada mereka.

"Non sini bibi obatin ya"

Aku tersenyum ke arah bi Ina yang selalu ada untukku, dia sudah aku anggap seperti ibuku sendiri, dia yang selalu merawat ku saat ibu memperlakukan aku dengan tidak baik.

Di saat aku sakit hanya bi Ina yang selalu merawat ku. Dia yang membantu setiap pekerjaan yang Ibu berikan dengan diam-diam.

Bi Ina membantuku duduk dan mengambil kotak P3K, dia langsung mengobati jidatku yang lumayan parah. Aku melihat luka itu dari pantulan kaya, menyedihkan sekali ya jadi aku.

"Kita ke rumah sakit saja ya non ini parah banget, bibi takut non nanti kenapa-napa "

"Nggak usah bi diobatin biasa saja, aku juga harus beresin dulu gudang Ibu kasih aku waktu 1 jam aku nggak mungkin nggak lakuin itu, kalau nggak aku nggak akan dikasih makan salama satu minggu, kalau gitu aku bisa mati dong bi. Apalagi bekal dari ayah juga hampir habis, kalau Ayah nggak pulang aku juga nggak akan punya bekal, karena ibu yang akan bagiin bekal itu dan yang pasti aku ga akan dikasih bi "

Bi Inah mengusap rambutku dengan sayang, lalu dengan cepat-cepat dia mengobati dahiku itu. Setelah selesai aku mengganti pakaianku dan bergegas pergi ke lantai bawah di mana gudang itu terletak.

Saat pintu dibuka ya ampun debunya sangat banyak dan barang-barangnya juga begitu banyak. Apakah ini tidak salah dalam waktu 1 jam aku harus bisa membereskan rumah ini maksudku gudang ini.

Gudang ini begitu luas dan barang-barangnya juga begitu banyak menumpuk, aku yang sudah pasrah masuk saja dan segera meneliti barang mana dulu yang harus aku bereskan, pandanganku tertuju pada sebuah rak buku.

Aku membereskan itu terlebih dahulu, membereskannya satu persatu dan menyusunya dengan rapi. lalu membersihkannya dari debu-debu yang menempel di sana.

Beralih pada barang-barang berat, aku juga membersihkan itu menyapu lantai, mengepel lantai, sesekali aku melihat jam, takut-takut aku melebihi waktu yang sudah Ibu tentukan tapi untungnya dalam waktu 1 jam kurang aku sudah menyelesaikan semuanya.

Dengan senang aku duduk senderan ke tembok dan menatap hasil kerjaku, aku tidak mau meninggalkan gudang ini sebelum Ibu mengeceknya. Karena aku trauma dengan apa yang pernah dilakukan oleh kakakku dan juga adiknya.

Saat ibu memberikan hukuman karena aku tidak sengaja menumpahkan makanan Dimas, dia menyuruhku untuk membereskan halaman depan. Aku berlari ke arah ibu dengan gembira karena aku sudah berhasil membersihkannya, tapi, saat kami berdua kembali kalian tahu halaman itu berantakan kembali daun-daun berserakan, sampah di mana-mana padahal sebelumnya tidak ada sampah sedikit pun.

Alhasil aku tidak dikasih makan satu hari oleh Ibu, perutku sangat perih dan melilit aku hanya bisa menangis menunggu ayah pulang, tapi ayah tak kunjung pulang juga. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

Sampai tak terasa mataku mengantuk dan dengan perlahan juga aku menutup kedua bola mataku.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bab 3 dihukum

Aku terbangun dengan kaget, sudah gelap aku mencoba membuka pintu gudang namun dikunci. Siapa yang telah melakukan ini aku mencari saklar lampu dan menyalakannya.

"Tolong siapa saja di luar tolong aku, aku terkunci di sini bi Ina, bibi, Ibu, Dimas tolong "

Tapi tidak ada satu orang pun yang mendengar teriakanku, siapa yang telah tega mengunci aku di ruangan ini ? Bodohnya aku kenapa sampai ketiduran begini, perutku juga sakit aku belum makan baru masuk bakso saja dan juga jus strawberry tadi.

Aku yang sudah lelah menggedor-gedor pintu itu duduk kembali, kenapa nasibku begitu jelek ya ampun mana tugas sekolahku banyak sekali, Pak Lucas juga tadi memberikan aku tugas yang begitu banyak bagaimana ini.

Tapi, tidak aku saja sih sebenarnya semua orang juga sama mendapatkan tugas dari Pak Lucas, aku harus cepat-cepat dan mengerjakannya, sedangkan di sini sudah jam 10.00 malam aku belum mengerjakan tugas itu bahkan satu pun.

Aku kembali bangkit dan mencoba untuk mengerak- gerakan gagang pintu , tapi tetep saja hasilnya tak ada, kenapa mereka begitu jahat padaku memangnya mamahku pernah melakukan kesalahan pada mereka ?

"Mamah kenapa mamah tinggalin aku, kenapa aku waktu itu ga ikut mamah saja, mungkin kalau aku ikut mamah aku ga akan seperti ini, aku ga akan disiksa kayak gini, mamah aku kangen sama mamah, aku pengen ketemu mamah "

Ku usap air mata yang tiba tiba saja mengalir, aku begitu merindukan mamahku, dan bila waktu bisa diulang aku ingin ikut dengannya, aku lebih baik bersamanya.

"Mah, aku ga bisa bilang sama ayah tentang kelakuan ibu Lisa, aku ga bisa bilang, aku harus gimana mah, aku binggung disini, aku takut disini mah "

Aku memeluk lututku dan menyembunyikan kepalaku, disini dingin sekali dan tak ada selimut, aku kedinginan sekali.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Non bangunan udah pagi, non ga akan sekolah emang "

Aku langsung bangun dan menatap di Ina yang ada di hadapanku, dia menatapku dengan begitu khawatir.

"Udah pagi kok nggak ada yang bukain pintu sih bi, kenapa dikunci siapa yang udah kunci aku, aku dari semalam sudah gedor-gedor pintu Bi, aku kedinginan Bi disini "

"Bibi juga nggak tahu kalau non di kunci di sini, tadi bibi mau bangunin nggak ada non di kamar makannya bibi cek ke sini ternyata masih dikunci. Tadi juga bibi cari kunci dulu non. Maaf ya bibi nggak tahu. Ayo non bangun segera sarapan lalu pergi ke sekolah"

Aku dengan panik segera berlari ke arah kamarku, aku tidak menghiraukan perutku yang sakit, aku segera mandi lalu membereskan buku. Bahkan aku tidak sempat untuk mengerjakan PR bagaimana ini apakah aku akan dihukum di sekolah ?

Aku bergegas pergi tanpa sarapan terlebih dahulu, karena percuma aku sarapan pun akan dihina oleh ibu dan juga Dimas dan itu membuat aku tidak selera untuk makan.

Aku yang baru saja sampai di sekolah langsung membuka buku sejarah ku dan mengerjakan satu persatu soal yang diberikan oleh Pak Lucas. Cukup banyak tugas ini, tapi aku dengan sekuat tenaga mengerjakannya. Semoga saja keburu.

"Kat kamu belum kerjain tugas, ga biasanya deh "

Aku sekilas melihat ke arah Dian dan menggelengkan kepalaku, lalu aku kembali fokus untuk mengerjakan tugasku ini.

"Ini kamu salin aja tugas aku, biar cepet Kat sebentar lagi kan Pak Lucas akan datang kesini, ayo cepetan Kat biar cepat beres "

"Nggak aku nggak mau, nggak papa aku kerjain aja sendiri, kamu tenang aja aku pasti bisa" Aku mencoba untuk menyakinkan temanku itu, aku tak mungkin kan menyalin hasil jerih payah orang lain, aku tidak mau.

"Apa lagi sih yang dilakuin sama ibu kamu, lihat jidat kamu sekarang udah diperban pasti gara-gara masalah kemarin kan, ayo jujur sama aku "

Aku kembali melihat Dian, dia duduk dengan lesu dan menatapku dengan wajah yang khawatir seperti biasa. Dia selalu menatapku seperti itu, aku yang sadar harus mengerjakan tugas ini, segera fokus mengerjakan soal lagi satu persatu.

Aku tak menjawab Dian, aku harus fokus dulu pada tugasku ini, masih ada beberapa lagi yang harus aku kerjakan sebelum Pak Lucas datang ke kelas, kenapa tak pelajaran terakhir saja kan Pak Lucas, ini malah yang paling pertama.

Tapi tiba-tiba saja bel berdering tugasku tinggal 5 lagi dan aka beres, tapi sepertinya tidak akan keburu aku pasrah karena Pak Lucas sudah di depan pintu. Sepertinya dia orang yang sangat disiplin.

"Kumpulkan PR kalian semua di mejaku, jangan ribut dan kumpulkan dengan tertib, cepat "

Aku diam karena memang tugasku belum selesai mana mungkin dia akan menerima tugasku dengan tidak lengkap. Dian juga masih diam dia menatapku.

"Dian, kenapa kamu nggak ke depan cepet kasih buku kamu sebelum kamu nggak punya nilai" titah ku pada temanku itu.

"Aku mau temenin kamu saja, aku tahu pasti Pak Lucas akan hukum kamu, aku lebih baik dihukum sama kamu saja"

"Jangan, udah aku baik-baik saja, kamu kumpulin dulu ya aku baik-baik saja cepat aku nggak mau nilai kamu jelek cuman gara-gara aku, udah jangan ikutin aku "

"Aku nggak mau Katherine "

Aku segera mengambil buku Dian dan berlari ke arah depan dan menyimpan buku itu, lalu Pak Lucas menghitung buku itu satu persatu "Apakah ada yang tidak mengerjakan pr-nya ?"

Aku mengacungkan tanganku "tugasku belum selesai Pak, tinggal 5 lagi Pak apa bisa di kumpulkan "

"Keluar dari kelasku dan berdiri di lapangan, lalu hormat pada bendera sampai pelajaran ku beres "

Aku menelan ludahku sebelum menjawab, tatapan Pak Lucas itu loh, tajamnya seperti silet mungkin kalau matanya itu punya laser aku sudah mati ditangannya.

"Baik, Pak"

Aku dengan pasrah segera melakukan apa yang Pak Lucas minta, ini sudah sepatutnya aku dihukum seperti ini. Dian dia sudah memegang tanganku dengan erat. Tapi, aku melepaskannya dengan perlahan aku tidak mungkin membuat temanku ini untuk berjemur di pagi hari seperti ini dan akan menjelang siang juga pasti akan sangat panas sekali.

Aku mengangkat tanganku dan hormat ke arah bendera ini untuk pertama kalinya aku dihukum, mungkin jika nanti aku disuruh oleh ibu untuk beres-beres lagi aku harus membawa buku PR ku, agar tidak kejadian seperti ini.

Tiba-tiba saja pandanganku tidak fokus, aku melihat sekitar melihat kiri, kanan tapi pandanganku makin tidak fokus seperti ada sesuatu di depanku dan pandanganku langsung hitam dan aku tidak tahu apa yang terjadi padaku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!