NovelToon NovelToon

IBU PENGGANTI UNTUK SI KEMBAR

1. Wanita Hamil

Ayesha yang baru pulang dari KKN mendapati seorang wanita muda yang sedang hamil tua, menjerit kesakitan duduk di depan pagar rumah kontrakannya.

"Mbak! Ada apa?"

Tanya Ayesha ikut mengerutkan wajahnya melihat gadis itu sedang memegang perutnya.

"Tolong aku! Aku ingin melahirkan." Ucap gadis itu kesakitan.

"Baiklah. Aku akan mengantarmu ke bidan dekat rumahku." Ucap Ayesha dengan perasaan panik.

Ayesha memapah tubuh gadis muda itu dan membawanya ke bidan yang ada di dalam komplek perumahannya dengan sepeda motornya.

Beruntunglah bidan itu belum tidur walaupun sudah pukul dua belas malam. Ayesha di sambut baik oleh bidan yang sudah mengenalnya itu dan bertanya tentang gadis itu padanya.

"Ini siapa Eca?" Tanya bidan Nilam.

"Tolonglah dia dulu Bu bidan!"

Pinta Ayesha yang melihat gadis itu sudah kepayahan.

Di atas brangkar khusus untuk melahirkan. Gadis itu sudah siap untuk melakukan persalinan secara normal dengan mengumpulkan tenaganya agar bisa mengejan.

Dengan sekuat tenaga ia mendorong bayi pertamanya dan akhirnya bisa selamat. Tidak lama berselang, Ia harus mengejan lagi untuk melahirkan bayi keduanya.

"Alhamdulillah! Mereka sepasang mbak." Ucap Ayesha haru."

Gadis muda itu sedikitpun tidak mau melihat bayi kembarnya.

Ia malah memejamkan matanya saat Ayesha memperlihatkan bayinya pada gadis itu.

Setelah urusan persalinan selesai dua bayi itu di letakkan di boks bayi. Gadis itu terlihat sangat lemah pasca melahirkan.

Bidan Nilam meminta Ayesha untuk membeli gadis ini makanan. Ayesha kemudian menaiki motornya untuk mencari warung makanan yang masih buka pukul satu pagi.

Ayesha hanya mendapatkan bubur kacang ijo dan susu jahe hangat untuk ibu si kembar. Ia buru-buru pulang dan mengantar makanan itu ke dalam kamar bersalin dan melihat ibu si kembar sudah tidak ada.

"Bu bidan! Di mana ibu si kembar?"

Tanya Ayesha sambil menenteng plastik bubur kacang ijo.

"Oh iya! Saya sudah pindahkan dia di kamar pasien."

Ibu bidan mengantarkan Ayesha di kamar yang di maksud dan ternyata ibu si kembar itu sudah tidak ada dan hanya bayi kembarnya yang sedang tertidur pulas di dalam boks mereka.

Di tempat tidur itu hanya ditinggalkan amplop coklat tebal dengan jumlahnya yang sangat banyak serta secarik kertas.

"Tolong rawat bayiku dengan uang ini. Aku tidak bisa merawat mereka." Tulis gadis itu.

Ayesha langsung jatuh lemas saat mengetahui gadis itu telah memanfaatkan dirinya dengan meninggalkan beban yang cukup berat untuknya dengan merawat si kembar.

"Ada apa Eca?" Tanya bidan Nilam penasaran.

Ayesha memberikan kertas itu pada bidang Nilam dengan tatapan kosong.

"Astaga! Kenapa gadis itu tega banget mengkhianati kamu Eca?" Ucap bidan Nilam geram.

Gadis cantik berkulit putih mulus ini hanya bisa menatap si kembar yang sedang tertidur pulas. Ia mengambil salah satunya dan membawa dalam dekapannya.

"Ya Allah. Jika kedua malaikat kecil ini, Engkau kirimkan untuk diriku, maka mudahkan rejekiku agar aku bisa mengurus keduanya hingga tumbuh dewasa."

Batin Ayesha sambil menangis pilu.

"Apakah kamu ingin merawat si kembar ini Eca? Tapi kalau kamu tidak mampu, serahkan mereka ke panti asuhan."

Ucap bidan Nilam.

"Tidak! Ibunya menitipkan mereka kepadaku dan aku harus amanah. Aku tidak boleh egois. Ini tantangan untukku. Aku harus merawat mereka."

"Apakah kamu tidak ingin lapor polisi Eca?"

"Hanya membuang-buang waktu dan mereka tidak akan membantu apapun kecuali mengirim si kembar ke panti asuhan."

Tolak Eca.

"Baiklah. Kalau niatmu untuk merawat mereka, aku akan menulis akte kelahiran bayi ini atas namamu." Ujar bidan Nilam.

"Terimakasih Bu bidan atas pengertiannya."

Ayesha duduk menemani bayi kembar itu di klinik kecil milik bidan Nilam hingga menuggu fajar tiba.

Selepas sholat subuh, Ayesha pamit pada dokter Nilam untuk meninggalkan kampung itu, di mana saat ini ia sedang melakukan KKN.

Demi melindungi dirinya dan juga bayi kembar yang sudah dalam penangguhannya dari warga desa.

...----------------...

Ayesha harus menguburkan mimpinya untuk menjadi seorang dokter karena harus mengurus anak angkatnya. Ia harus meninggalkan desa itu sebelum mengetahui identitas anak kembar yang ia rawat saat ini.

Tujuannya saat ini adalah kota Jakarta. Di dalam kereta ekspres menuju Jakarta, ia harus membeli dua bangku sekaligus untuk meletakkan boks yang berisi bayinya.

Air matanya tidak bisa ia bendung mengingat wanita yang tega meninggalkan anaknya entah demi apa.

"Ibu kalian tidak lebih dari seorang monster yang tidak punya hati. Ia bahkan tidak ingin melihat wajah kalian sedikitpun. Apakah kalian ini anak dari hasil dosanya atau apa? Tapi aku tidak peduli kalian hadir di bumi ini karena apa. Yang jelas aku akan merawat kalian dengan segenap hatiku."

Gumam Ayesha lirih..

Dengan uang sisa tabungan yang ia punya, ia berhasil mengontrak sebuah rumah kecil sederhana hanya untuk mereka bertiga. Ia tidak berani pulang ke rumahnya karena akan menjadi pertanyaan tetangga nantinya.

Ayesha adalah gadis yatim piatu yang memiliki seorang saudara laki-laki. Ia harus tinggal terpisah dengan saudara laki-lakinya saat saudaranya itu sudah berkeluarga dan pindah keluar kota mengikuti istrinya.

Beruntunglah ia mendapat bea siswa untuk menempuh pendidikan kedokteran yang menjadi cita-citanya sejak kecil.

Bahkan ia harus menutupi hatinya pada setiap laki-laki yang ingin mendekati dirinya dan nekat menyatakan cinta padanya.

Saat ini ia sudah mencapai tahap KKN dan dia akan menjadi mahasiswa magang di salah satu rumah sakit.

Mimpinya itu harus ia kubur entah sampai kapan, yang jelas ia hanya ingin memenuhi kewajibannya sebagai manusia untuk merawat dua bayi yang sedang dalam pemeliharaannya.

"Aku tidak tahu apa yang bakal terjadi dengan nasibku, yang jelas aku ingin kalian tidak kekurangan apapun asalkan kalian tumbuh sehat."

Eca memberikan susu formula masing-masing pada si kembar usai di mandikan pagi itu.

"Bunda harap kalian tidak menyusahkan bunda karena tidak ada yang membantu bunda untuk merawat kalian." Ucap Eca.

Hari-hari yang dijalani oleh Eca dengan si kembar hingga bayi ini puput pusarnya. Eca sangat senang karena ia bisa melalui tugas pertamanya menjadi ibu pengganti untuk si kembar.

Seperti biasa agar si kembar tidak bosan berada di dalam rumah terus-menerus, Eca mengajak bayi kembarnya belanja di supermarket terdekat dengan rumahnya.

Dengan mendorong Stroller bayi, Eca mulai memilih bahan belanjaan yang ia butuhkan saat ini.

Kebanyakan yang ia ambil susu formula dan popok bayi dan selebihnya kebutuhan rumah tangga sesuai kebutuhannya.

Ia harus bijak menggunakan uang untuk belanja mengingat saat ini ia belum bekerja sama sekali.

Sebenarnya banyak sekali yang ia ingin beli, tapi ia tidak mau mengikuti hawa na*sunya.

Kini ia dalam kesulitan untuk mendorong troli belanjaan dan juga stroller baby kembarnya.

Beruntunglah ada seorang pria tampan yang baik hati yang mau membantunya mendorong troli belanjaannya.

"Terimakasih Tuan atas bantuannya."

Ucap Eca saat sudah berada di depan kasir untuk mengantri.

2. Tetangga Yang Baik!

Roda kehidupan terus berjalan menapaki waktu setiap harinya. Sehingga tidak terasa pertumbuhan bayi kembar milik Eca makin bertambah menggemaskan.

Usia bayinya yang kini sudah menginjak usia tiga bulan itu memaksa Eca harus mencari nafkah yang lebih untuk memenuhi kebutuhan si kecil.

Eca yang tinggal di rumah sederhana dikelilingi rumah mewah di komplek perumahan elit itu menjadikan dirinya, sorotan dari salah satu rumah yang berhadapan langsung dengannya.

Seorang pria tampan dengan ekspresi wajah datar, rupanya selalu memperhatikan Eca dan baby kembarnya melalui teropong yang ada di dalam kamarnya.

Teropong itu bisa menembus ke tempatnya Eca setiap kali gadis ini sedang memomong bayinya.

Secara tidak langsung ia ikut mengamati perkembangan baby kembar yang saat ini diberi nama Ciky dan Chiko.

Nama kecil yang di sematkan oleh Eca untuk memudahkan ia memanggil babynya walaupun di akte kelahiran mereka tidak terdapat nama itu di dalamnya.

Setiap kali Eca membawa babynya jalan-jalan dengan stroller nya, selalu bertemu dengan seorang pria tampan yang menjadi tetangga di depan rumahnya.

Hanya saja tampang cuek yang diperlihatkan pria itu membuat Eca tidak pedulikan pria itu yang selalu memperhatikan mereka jalan-jalan pagi.

Kadang Eca harus bertemu dengan pria itu sedang lari pagi setiap kali ia sedang mengajak si kembar jalan-jalan. Seakan pria tampan itu sedang mengawasi mereka dari berangkat hingga mereka pulang dan itu sepertinya bukan sebuah kebetulan namun pria tampan itu sedang mempersiapkan dirinya agar bisa menemani Eca jalan-jalan dengan bayi kembarnya.

Pagi itu Cyra yang ingin ke pasar menggendong dua bayinya dengan kain gendong yang khusus untuk baby kembar.

Gadis ini nekat naik motor membawa bayinya menuju ke pasar tradisional. Delvin yang baru keluar dari gerbang utama mansion dengan mobilnya itu, terpaksa meminta sopirnya untuk menghentikan mobilnya.

Ia melihat Eca yang saat itu baru selesai menutup pagar rumahnya. Delvin buru-buru turun dari mobilnya.

"Permisi nona!"

Eca membalikkan tubuhnya dan melihat wajah tampan yang sedang berdiri menatapnya dengan sedikit kesal.

"Iya tuan, apakah ada yang bisa saya bantu?"

"Apakah anda akan pergi dengan membawa bayi kembar menaiki motor itu?"

"Iya tuan! Kami mau ke pasar. Emang ada apa ya?"

"Ke pasar? dengan motor itu sambil membawa bayi?"

"Hmm!"

Ucap Eca langsung nangkring di atas motornya sementara dua bocah ini terlihat senang karena ibu mereka membawa mereka jalan-jalan.

"Apakah kamu sudah gila bawa bayi kembar ini ke pasar?"

"Aku tidak bisa belanja pada abang-abang sayur yang menawarkan bahan makanannya yang lumayan mahal jika dibandingkan dengan harga di pasar. Lagi pula apa masalah anda?"

"Masalahku adalah aku tidak tega melihat bayi kembar ini harus panas-panasan bersamamu ke pasar. Jika kamu ingin ke pasar, biarkan mereka di titipkan bersamaku saja dan kamu boleh ke pasar."

Ucap Delfin membuat Eca tersentak.

"Anda ini siapa? Kenapa tiba-tiba mengatur kehidupan saya?"

Tanya Eca dingin walaupun ia tahu Delvin adalah tetangganya sendiri..

"Aku tetanggamu di depan rumah ini. Kamu saja yang terlalu cuek dan tidak mempedulikan tetanggamu sendiri." Omel Delvin.

Sopir pribadinya Delvin tercengang melihat kepedulian sang tuan yang selama ini selalu cuek dengan orang lain nampak terkesima.

"Sorry bung! Kasta kita berbeda dan aku paling alergi bergaul dengan orang kaya. Permisi!"

Ucap Eca hendak menyalakan stater motornya namun kuncinya langsung dicabut oleh Delvin.

"Kenapa kamu sangat keras kepala, hah? Bagaimana kalau bayi ini sampai jatuh dan terluka saat kamu teledor? Apakah kamu tidak takut jika terjadi sesuatu kepada bayimu? Kalau kamu ingin belanja, ayo aku antar pakai mobil supaya lebih nyaman."

Ucap Delvin membuat Eca menjadi melebarkan matanya.

"Apaaa...? mimpi apa aku semalam bisa bicara dengan pria dingin ini." Batin Eca bingung.

Delvin memanggil satpam rumahnya untuk memasukkan motor milik Eca ke dalam teras rumah Eca dan iapun membuka pintu mobil untuk gadis itu bersama bayi kembarnya.

"Sejak kapan lelaki ini sangat baik padaku, walaupun aku tahu kau tetanggaku tapi tampang mu sangat membuatku muak."

Batin Eca yang sudah duduk di jok tengah bersama bayinya.

Eca masih menggendong si kembar dengan perasaan bingung melihat kebaikan pria tampan ini.

"Jalan pak! Titah Delvin pada sopir pribadinya.

"Kita ke mana Tuan!"

"Ke pasar modern langganan bibi Ela."

"Baik Tuan!"

Mobil mulai bergerak menuju pasar, sementara itu Delvin meminta salah satu bayinya Eca untuk ia gendong. Ia memangku bayi perempuan yang selama ini membuatnya sangat gemas.

Setelah sekian lama hanya bisa memperhatikan bayi kembar ini bersama ibunya dari kejauhan, Kini Delfin baru merasakan bisa menggendong bayi ini secara langsung.

Entah mengapa bayi ini nampak sangat senang berada dalam pangkuan Delvin.

Eca yang melihat putrinya untuk pertama kalinya di gendong oleh orang lain merasa sangat senang.

"Aku tidak tahu seperti apa rupa ayah kalian. Apakah dia tahu kalau kalian sudah hadir di dunia ini? Andaikan dia tahu pasti dia sangat bahagia memiliki kalian.

Tapi, bagaimana sebaliknya kalau dia menolak kehadiran kalian hingga ibu kalian juga enggan untuk merawat kalian?"

Batin Eca terlihat sangat sesak memikirkan lagi wanita itu.

Wanita muda yang sangat cantik terlihat frustrasi pasca melahirkan bayi kembarnya.

Sepanjang jalan keduanya tampak tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Delvin mulai membuka suara untuk memecahkan suasana agar tidak terlihat kaku diantara mereka.

"Maaf nona? kita belum berkenalan. Siapa nama anda dan baby kembar ini?"

"Aku..?"

"Iya kamu."

"Namaku Eca dan baby kembar ku bernama Ciky dan Chiko." Sahut Eca gugup.

"Namaku Delvin. Terimakasih Eca. Senang berkenalan dengan kalian."

"E..iya."

"Ke mana ayah si kembar? selama ini aku perhatikan kalian hanya tinggal bertiga, apakah kamu hanya seorang singel mom?"

Degggg...

"Astaga! Bagaimana ini? Aku harus jawab apa? Aku tidak mungkin mengatakan kalau bayi kembar ini bukan anakku. Tapi kalau dijawab mereka ini anakku, aku saja masih gadis."

"Eca ...! Apa kamu mendengar pertanyaan ku..?"

"A.. iya. Itu.. Suamiku sudah meninggal." Ucap Eca gugup.

"Berapa usia bayimu?"

"Tiga bulan."

Delvin memperhatikan fisik Eca yang tidak terlihat sama sekali kalau gadis ini baru habis melahirkan. Seperti ciri-ciri wanita pasca melahirkan. Tubuhnya tidak bengkak apa lagi pa**daranya.

"Mana mungkin seorang ibu pasca melahirkan tubuhnya masih sebagus ini?"

Batin Delvin yang agak sangsi dengan pengakuan Eca.

Tapi, ia juga tidak menepikan perasaannya jika Eca begitu menyayangi baby kembarnya.

"Mungkin saja pengakuannya ini memang benar adanya kalau dia adalah seorang janda."

Batin Delvin yang mengagumi kecantikan ibu dari bayinya si kembar.

"Tapi, aku melihat kamu sepertinya masih pantas di sebut gadis dari pada seorang singel parents dari baby kembar."

Ucap Delvin kemudian.

Degggg....

3. Mulai Bekerja

Keuangan Eca makin hari makin menipis. Rasanya tabungannya sudah tidak cukup lagi untuk membuatnya sanggup bertahan sampai tiga bulan berikutnya. Ia mulai mengirim CV lamaran ke beberapa hotel di Jakarta sebagai cleaning servis.

Mungkin dilihat dari tampilan Eca saat ini, ia mungkin tidak pantas bekerja sebagai cleaning servis. Tapi ia hanya mampu mendapatkan peluang pekerjaan itu karena ia belum mendapatkan gelar dokter.

Karena kebaikan Delvin yang membolehkan dirinya menitipkan bayi kembarnya pada pelayan di rumahnya membuat ia sangat lega memanfaatkan kebaikan pria tampan itu. Hanya saja, Delvin tidak mengetahui pekerjaan apa yang akan digeluti oleh Eca saat ini.

Usia bayinya yang saat ini sudah menginjak enam bulan. Itu berarti ia sudah bisa meninggalkan bayi itu untuk bekerja.

Bibi Inem adalah mantan baby sitter nya Delvin. Bibi Inem ditugaskan oleh tuan Delvin untuk menjaga si kembar bila Eca sedang bekerja.

Usai melakukan interview dengan HRD hotel itu, Eca diterima di hotel itu sebagai cleaning servis dan ia akan memulai pekerjaannya besok pagi.

"Apakah kamu yakin bisa bekerja sebagai cleaning servis? Apakah ijasahmu hanya sampai SMA saja?"

Tanya Tuan Gunawan yang melihat tampilan Eca seperti gadis yang sangat cerdas dan memiliki intelektual tinggi saat melakukan wawancara dengannya.

"Saya tidak punya skill yang lainnya tuan selain tenaga saya." Ucap Eca tegas.

"Ok, mulai besok anda sudah boleh bekerja di hotel ini."

"Alhamdulillah, terimakasih Tuan!"

Wajah Eca berbinar penuh syukur lalu menyalami tuan Gunawan sebelum meninggalkan ruang kerja itu.

"Sepertinya gadis itu penuh dengan misteri. Kita lihat saja Ayesha. Aku yakin kamu punya kemampuan lain yang kamu sembunyikan."

Ucap tuan Gunawan penuh curiga.

Eca pulang dengan membawa perasaan gembira karena ia akhirnya mendapatkan pekerjaan.

Ia memencet bel rumah milik tuan Delvin untuk menjemput bayi kembarnya.

"Silahkan masuk nona!" Ucap satpam ramah.

"Saya tunggu di sini saja bang!"

"Baiklah."

Satpam menghubungi bibi Inem untuk mengantar baby kembarnya Eca.

"Ya ampun, apakah mereka menyusahkan bibi?"

"Tidak non. Mereka bayi yang sangat manis dan bibi terhibur dengan kehadiran mereka. Banyak pelayan sangat suka dengan si kembar."

Ucap bibi Inem seraya menyerahkan tas bayinya pada Eca.

Eca membawa pulang bayinya ke rumahnya. Ia mengajak keduanya bermain dan terlihat sangat seru.

"Ciky, Chiko! Bunda sudah mendapatkan pekerjaan. Bunda harap kalian tidak rewel saat bunda tinggal kerja. Kalian harus patuh pada bibi Inem, kalian mengerti?"

"Ya..ya . .ya!" Ucap keduanya sok tahu.

"Kalian mengerti?" Tanya Eca sekali lagi saat keduanya mengangguk secara bersamaan.

"Astaga! Muuachh.. Kalian adalah anak bunda yang sangat hebat. Doain bunda ya sayang agar bunda sehat terus untuk mencari uang untuk menghidupi kalian."

Eca mengajak keduanya tidur siang sambil memberikan botol susu formula kepada keduanya masing-masing.

Mereka sudah bisa memegang botol susunya sendiri sambil tiduran di antara dua lengan ibunya.

"Chiko, Ciky! Tidak apa bunda menjadi perawan tua asalkan kalian tetap bersama bunda sampai kalian suatu saat nanti menikah.

Jadilah anak-anak yang Sholih agar tidak terjerumus di lembah dosa seperti yang dilakukan oleh kedua orangtua kalian."

Ucap Eca sambil berkaca-kaca.

Gadis ini ikut tertidur saat rasa ngantuk ikut menghampirinya.

...----------------...

Keesokan harinya, Eca sudah berada di hotel itu, mulai dengan pekerjaannya sebagai cleaning servis. Ia mulai bekerja dari pukul sepuluh pagi hingga sembilan malam.

Di hari pertamanya bekerja, ia sudah mendapatkan tip dari penghuni hotel. Eca sangat senang dengan rejeki yang tak terduga itu. Setiap kamar yang ia bersihkan, ada saja tamu hotel itu memberikannya tip.

Eca melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin dan itu bosnya yang bagian cleaning servis sangat senang melihat hasil kerja eca.

Dari waktu ke waktu, Eca tidak pernah mengeluhkan pekerjaannya. Hanya saja baby kembarnya jadi selalu menginap di mansionnya tuan Delvin dan tidur bersama dengan pria tampan itu.

Saat ia sudah berada di depan pagar rumahnya Delvin, satpam memintanya untuk pulang karena sudah terlalu malam.

"Pak Andi! Saya mau mengambil si kembar." Pinta Eca.

"Tapi si kembar sudah tidur non."

"Emangnya nggak boleh dibawa keluar si kembarnya?"

"Masalahnya si kembar selalu bermain dengan tuan hingga mereka tidur di kamarnya tuan Delvin."

Deggggg....

"Astaga!"

Sentak Eca terlihat syok.

"Sebaiknya nona pulang saja. Biasanya kalau baby kembar tidak tidur, pasti bibi Inem akan mengantarkan mereka ke nona, tapi si kembar sudah tidur sama tuan, kami tidak berani membangunkan tuan, nona." Ucap Pak Andi.

"Apakah tidak masalah pak, jika bayiku akan mengganggu tuan Delvin? Ini sudah berkali-kali lho pak, si kembar menginap di sini."

Ucap Eca sedikit kesal.

"Justru tuan jadi semangat untuk cepat pulang ke rumah semenjak nona bekerja dan si kembar dititipkan pada bibi Inem." Ucap Pak Andi.

"Iya juga sih pak. Lagian ini sudah jam sebelas malam pasti tuan Delvin akan marah kalau tidurnya terganggu. Tapi bagaimana kalau kembarnya yang mengganggu tidur tuan Delvin?"

"Nanti kalau si kembarnya rewel, pasti dia akan menghubungi nona Eca."

Ucap pak Andi penuh kesabaran hadapin Eca.

"Baiklah. Kalau begitu saya pulang dulu pak Andi. Tapi kalau ada apa-apa tolong bangunkan saya.Pintu pagarnya tidak akan saya kunci." Ucap Eca.

"Baik nona Eca."

"Ini sudah sekian kalinya, aku harus tidur sendirian tanpa si kembar."

Ucap Eca kelihatan sedih.

Sebenarnya di dalam kamar tuan Delvin, pria tampan itu belum tidur sama sekali. Ia hanya tidak ingin bayi itu selalu di bawa pulang saat menjelang larut malam oleh Eca walaupun rumah mereka berdekatan.

Entah mengapa rasa chemistry yang kuat antara ia dan bayi kembar itu yang membuatnya menjadi punya peran baru menjadi ayah dari si kembar.

Keesokan paginya, Eca sudah berada di depan pagar rumah tuan Delvin. Ia ingin menjemput si kembar karena sangat merindukan si kembar.

Rupanya bayi kembar itu sudah di mandikan oleh tuan Delvin sendiri dan mengenakan baju baru yang belum pernah di belikan oleh Eca.

Sekarang Tuan Delvin sendiri yang mengantar bayi kembar itu pada Eca membuat gadis itu salah tingkah.

"Apakah kamu akan pulang malam lagi, hmm?" Tanya Tuan Delvin.

"Hari ini saya lagi off Tuan." Ujar Eca.

"Berarti baby kembarnya tidak dititipkan hari ini pada bibi Inem?"

"Iya Tuan. Hari ini saya ingin menghabiskan waktu untuk bermain dengan si kembar."

Ucap Eca sambil menggendong Chiko.

Sementara Ciky masih bergelantungan di lehernya tuan Delvin.

"Sekarang ayah mau kerja, kalian sama bunda dulu ya!"

Ucap tuan Delvin dengan entengnya.

Delvin menyerahkan Ciky kepada Eca. Ia pun masuk ke mobilnya dan melambaikan tangannya ke arah baby kembar. Sementara Eca masih dengan raut wajah bingungnya mendengar ocehan tuan Delvin.

"Da..Ayah!" Ucap Ciky membuat jantung Tuan Delvin seakan terhenti..

"Berhenti!"

Pinta tuan Delvin pada sopirnya.

Mobil itu seketika berhenti dan tuan Delvin keluar menemui Ciky yang masih setia dengan senyumnya.

"Ciky panggil apa sayang? Coba katakan lagi a..yah..a yah!" Pinta tuan Delvin.

"Ayah..ayah..ayah!"

Ujar keduanya serentak membuat Delvin mengajak si kembar dan Eca ikut masuk ke mobilnya.

"Kita mau ke mana tuan?"

"Keliling komplek sebentar. Aku sedang senang hari ini karena mereka berhasil memanggil aku ayah."

Ucap tuan Delvin sambil mengecup si kembar yang sedang berada dalam gendongannya Eca.

"Tuan Delvin!"

"Hmm!"

"Saya harap jangan pernah memperkenalkan anda sebagai ayah mereka. Karena kamu bukan ayah mereka." Pinta Eca serius.

Tuan Delvin menarik nafasnya dalam lalu membahas perkataan Eca tidak kalah sengitnya.

"Mereka akan menjadi anak-anakku, jika kamu mau menikah denganku."

Glekkkk....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!