NovelToon NovelToon

Kukira Pertama Ternyata Ketiga

Bab 1. Pernikahan mencurigakan

"Kamu mau kan menikah dengan saya?" ucapan itu dilontarkan Bara Adicipta pada sang kekasih, Melinda Azalia di hadapan para pengunjung cafe.

Sontak Melinda begitu syok dan tidak menyangka jika ia akan dilamar di tempat seperti itu.

Tiga tahun sudah hubungan mereka berjalan, sejak saat Melinda tidak sengaja bertemu dengan Bara di salah satu apotik dan obat mereka tertukar sehingga mereka akhirnya menjalin hubungan.

Kini setelah menunggu lama, Melinda akhirnya bisa merasakan yang selama ini ia tunggu-tunggu. Ya menikah dengan Bara Adicipta.

"Ya, aku mau." jawaban itu diucapkan Melinda dengan penuh yakin disertai anggukan dan senyuman manisnya, membuat seisi cafe bersorak gembira.

Bara pun ikut senang mendengarnya, ia langsung memasukkan cincin yang sudah ia siapkan ke dalam jari manis gadis itu.

Cup

Satu kecupan di punggung tangan Melinda, lagi-lagi berhasil membuat heboh satu cafe.

"Aku sayang kamu, aku senang karena kamu mau menjadi bagian dari hidup aku! Aku janji gak akan pernah nyakitin kamu sayangku!" ucap Bara yang terdengar begitu romantis di telinga Melinda.

"Aku juga sayang sama kamu, mas Bara. Terimakasih kamu sudah mau menjadikan aku wanita pendamping di hidup kamu!" ucap Melinda.

Bara bangkit dari posisinya, kemudian menarik tangan Melinda agar ikut berdiri. Sebelumnya posisi Melinda terduduk di kursi, sedangkan Bara berlutut di hadapannya.

"Ka-kamu mau apa mas?" tanya Melinda cemas.

"Tenang baby! Aku cuma mau ajak kamu dansa, kamu bersedia kan?" jawab Bara.

"Di hadapan mereka?"

"Yes, why not?"

Melinda hanya tersenyum mendengar jawaban Bara, pria itu memang tidak memiliki rasa malu meskipun ditonton cukup banyak pasang mata.

Akhirnya mereka berdansa dengan diiringi musik yang indah, keduanya larut dalam keintiman yang memabukkan dan membuat tubuh masing-masing memanas.

"I love you, Melinda Azalia Mentari..." ucapan sensual Bara di telinganya membuat Melinda mengerang pelan.

"Kita menikah Minggu depan, my dear. Aku gak sabar buat bersanding sama kamu di pelaminan," sambungnya.

"Aku juga," balas Melinda singkat.

Setelahnya, mereka pun mulai menautkan bibir masing-masing. Orang-orang yang sebelumnya menonton langsung buyar saat menyaksikan momen itu.

"Apa? Kamu bilang kamu mau nikah sama si laki-laki tua brewokan itu??" sentak mommy Nayla, ibu kandung dari Melinda begitu mendengar pengakuan putrinya yang ingin menikah dengan Bara Adicipta.

"Iya mom, tadi aku dilamar sama mas Bara di cafe. Lihat deh mom cincinnya, bagus kan?!" ucap Melinda memamerkan cincinnya pada sang ibu.

"Kamu udah gak waras apa gimana sih Melinda? Mommy sudah berkali-kali bilang ke kamu, Bara bukan laki-laki yang baik! Kenapa kamu gak mau dengerin mommy sih?" ujar Nayla.

"Ah mommy terlalu lebay! Cuma gara-gara mas Bara pernah rusakin bunga kesayangan mommy, terus mommy nilai mas Bara bukan laki-laki baik gitu?" ucap Melinda.

"Haish, bukan itu Melinda. Mommy yakin banget dia emang bukan jodoh kamu!" ucap Nayla.

"Terserah mommy deh, aku males debat! Intinya aku bakal tetap nikah sama mas Bara Minggu depan," tegas Melinda.

"Hah? Minggu depan??" hal itu kembali membuat Nayla kaget bukan main.

"Iya mom, kenapa? Mommy gak setuju?" tanya Melinda.

"Kenapa secepat ini? Memangnya kalian sudah siapin semuanya?" ujar Nayla.

"Mommy gausah khawatir, semuanya udah diurus kok sama mas Bara. Aku cuma tinggal datang aja ke acara pernikahan kami," ucap Melinda.

Nayla lalu menghampiri putrinya dan memegang bahu sang putri sambil menatapnya intens.

"Mommy gak bisa halangi keinginan kamu buat menikah dengan Bara, tapi pesan mommy cuma satu kamu jangan menyesal kalau nantinya Bara menyakiti kamu!" ucap Nayla.

"Apa sih mom? Kok mommy ngomongnya begitu? Emang mommy pengen ya mas Bara nyakitin aku? Tega banget sih mommy!" kesal Melinda.

"Bukan begitu sayang, maksud mommy—"

"Ah udah lah aku bete!" sela Melinda.

Melinda yang kesal memutuskan pergi begitu saja meninggalkan ibunya, ia berjalan menaiki tangga dan masuk ke kamarnya mengurung diri.

"Sayang, Melinda tunggu sayang!!" teriak Nayla berusaha menghentikan putrinya, tetapi gagal.

"Aku emang gak punya bukti kalau Bara itu bukan laki-laki yang baik, tapi entah kenapa aku merasa begitu setiap kali melihat dia," batin Nayla.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, Melinda tampak sangat anggun dan cantik berbalut gaun pengantin yang indah berwarna cerah itu.

Kedua orangtuanya, Nayla dan Rustam terpaksa menerima pernikahan itu. Mereka tidak mau jika Melinda marah lalu membenci mereka.

Pengucapan janji telah dilaksanakan sepasang pengantin itu, Bara mengecup kening Melinda dan bersanding di pelaminan dengan senyum mengembang.

Cup!

"Terimakasih ya kamu sudah memilih aku!" lirih Bara seraya mengecup punggung tangan istrinya.

"Aku yang harusnya makasih mas, karena kamu laki-laki yang paling aku cintai!" balas Melinda.

"Hahaha.." Bara tertawa kecil.

Jika Melinda didampingi oleh kedua orangtuanya dan beberapa saudara, berbeda dengan Bara karena lelaki itu tidak ditemani siapapun di pernikahannya kali ini.

"Mas, orang tua kamu sebenarnya kemana? Masa di hari bahagia anaknya, mereka tetap tak bisa datang temani kamu?" tanya Melinda curiga.

"Sayang, tolong kamu jangan bahas itu ya! Aku gak suka kamu sebut-sebut orang tua aku, karena aku udah gak punya orang tua lagi," jawab Bara.

"Maksud kamu?" tanya Melinda lagi.

"Ya kamu ngerti lah, mereka gak pernah perduli sama aku. Buktinya sekarang aja mereka gak datang, ya kan?" jawab Bara berbohong.

"Mungkin mereka emang lagi sibuk, kamu udah coba hubungi mereka?" tanya Melinda.

"Enggak, aku malas berhubungan sama mereka lagi. Sekarang aku cuma mau fokus bangun rumah tangga kita berdua dan bikin kamu bahagia," jawab Bara sembari mencubit pipi sang istri.

"Itu emang kewajiban kamu ke aku, tapi gimanapun juga orang tua kamu tetap harus dikasih tahu tentang pernikahan ini," ucap Melinda.

"Ayolah Melinda, udah cukup ya jangan bahas mereka lagi! Aku muak dengarnya!" pinta Bara.

"Iya iya.." Melinda menurut dan pasrah.

"Eh tapi, teman-teman kamu mana? Gak ada yang kamu undang sama sekali?" tanya Melinda.

"Udah aku undang kok, cuma kayaknya mereka pada sibuk atau mungkin gak perduli sama aku. Biarin ajalah, kedatangan mereka juga gak terlalu penting disini. Yang penting kita berdua udah sah sekarang," jawab Bara.

"Iya sih mas, aku sayang kamu!" ucap Melinda seraya menggenggam lengan suaminya.

"Aku juga baby," balas Bara.

Sementara dari samping, kedua orang tua Melinda tampak masih curiga dengan pernikahan ini. Mereka khawatir ada yang Bara sembunyikan dari Melinda dan mereka sendiri.

"Mas, kamu ngerasa ada yang aneh gak sih sama pernikahan ini?" bisik Nayla.

"Iya aku tahu, gak ada sama sekali keluarga atau saudara Bara yang hadir. Daritadi aku juga mikirin itu sayang," ucap Rustam.

"Tuh kan, ini pasti ada yang ditutupin sama Bara dari kita. Aku khawatir mas putri kita bakal tersakiti!" ucap Nayla.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Bab 2. Malam pertama

Bara membawa Melinda ke mansion miliknya, ia membantu istrinya turun dari mobil dengan menggenggam kedua tangannya.

Melinda tersenyum merasakan hangatnya sentuhan tangan sang suami, belum pernah ia merasa sebahagia ini.

Mereka pun berjalan berdampingan dengan dua tangan saling bertaut, perlahan-lahan hingga sampai di teras depan rumah besar itu.

"Selamat datang di rumah baru kamu, Melinda!" ucap Bara sambil tersenyum.

"Wah rumah kamu besar banget sayang! Selama ini kamu tinggal disini?" tanya Melinda.

"Ya, aku tinggal di rumah ini sendirian. Paling cuma ada beberapa maid yang aku tugasin buat beres-beres disini, gak mungkin kan aku beresin sendiri?" jawab Bara.

"Iya sih, tapi kasihan juga kamu tinggal sendiri di rumah sebesar ini! Pasti kamu kesepian ya gak ada yang nemenin?" ucap Melinda.

"Gak perlu kasihan lagi, sekarang kan udah ada kamu yang jadi pendamping aku. Mulai malam ini, aku gak akan merasa kesepian lagi. Tidur ada yang nemenin, makan juga ada yang nemenin. Pokoknya apa-apa yang aku lakuin nanti selalu ada kamu di samping aku," ucap Bara.

"Kamu benar mas! Aku siap kok buat selalu temenin kamu kapanpun dan di manapun," ucap Melinda.

"Good girl! Aku emang gak salah pilih kamu buat jadi istri aku, udah yuk kita langsung masuk aja! Kita istirahat karena pasti kamu capek abis nikahan tadi," ucap Bara.

"Iya mas," singkat Melinda.

Saat mereka hendak membuka pintu, tiba-tiba pintu tersebut sudah terbuka lebih dulu dan mengagetkan keduanya.

Ceklek

"Selamat kembali ke rumah, tuan Bara!" ucap para maid itu serentak.

"Ahaha, kalian apa-apaan? Bikin kaget saya aja deh, untung saya sama istri saya gak jantungan!" ucap Bara mengelus dada.

"Maaf tuan Bara! Kita cuma senang tuan Bara akhirnya kembali ke rumah ini, apalagi sama istrinya. Selamat ya tuan Bara atas pernikahannya! Istri tuan Bara cantik banget, kita sampe takjub lihatnya!" ucap maid bernama Maya.

"Makasih! Istri saya memang cantik, itu sebabnya saya pilih dia buat jadi pendamping. Mulai sekarang, kalian semua juga harus hormat sama dia dan melayani dia!" ucap Bara.

"Siap tuan Bara! Eh tapi, nama istri tuan ini siapa?" tanya Maya.

Bara menatap Melinda memberi kode agar sang istri memperkenalkan diri kepada para maid yang ada di depannya.

"Aku Melinda, salam kenal ya semua!" jawab Melinda sambil tersenyum.

"Wah namanya cantik, secantik orangnya!" celetuk maid bernama Laras.

Ya memang jumlah pekerja wanita di rumah besar itu ada empat orang, dua perempuan dewasa berusia di atas 40 tahun dan dua lagi masih terbilang muda karena usianya baru menyentuh 27 sampai 30 tahun.

"Bisa aja kamu, tapi aku boleh gak tau nama kalian semua siapa? Biar aku gak bingung panggil kalian kayak gimana," ucap Melinda.

"Ohh, boleh dong nyonya. Panggil aja saya Maya! Saya emang paling tua diantara mereka, tapi tenaga saya gak kalah kok dari mereka bertiga ini," ucap Maya.

Melinda tersenyum manis mendengarnya.

"Nah kalau saya Laras, nyonya. Saya paling muda dan cantik diantara mereka-mereka ini," ucap Laras dengan pedenya.

"Yeh dasar kepedean kamu!" cibir Maya.

"Hahaha.." mereka kompak tertawa.

Setelah sesi perkenalan usai, Bara langsung menggendong sang istri ke dalam kamar yang sudah dihias sebelumnya untuk malam pertama mereka.

Sepasang suami-istri itu baru selesai mandi, Bara bahkan masih mengenakan handuk sepinggang dan berjalan menghampiri istrinya di meja rias.

Tampak Melinda sudah berganti pakaian mengenakan baju tidur berwarna merah muda sembari menyisir rambutnya.

"Sayang.." Bara mendekat dan memeluk tubuh Melinda dari samping sembari menempelkan dagunya di pundak sang istri.

Melinda sontak tersenyum dibuatnya.

"Apa mas Bara sayang? Kamu udah selesai mandinya?" tanya Melinda dengan lembut.

"Udah dong, aku juga gak tahan nih pengen langsung gempur kamu di ranjang," ucap Bara sensual.

Tiupan Bara di telinganya membuat Melinda merinding, merasakan sensasi aneh di tubuhnya.

"Jangan dong sayang! Kalau aku digempur sama kamu, yang ada aku bisa sakit. Kamu mah ada-ada aja sayang," sarkas Melinda.

"Hahaha, gak mungkin kamu gak ngerti maksud aku sayang. Kita kan sekarang sudah sah jadi suami-istri, kamu paham lah apa yang suami-istri lakuin di malam pertama?" goda Bara.

"Ya aku paham, tapi emang kamu gak capek mas? Tadi kan kita baru selesai resepsi, apa gak mau istirahat dulu?" tanya Melinda.

"Justru aku bisa gila kalau malam ini gak dapat jatah dari kamu sayang, udah lama loh aku nantikan momen ini. Masa giliran kita udah sah, kamu malah gak mau sih?" ucap Bara.

"Iya iya mas, aku pasti mau kok. Kan dosa kalau nolak keinginan suami," ucap Melinda.

"Nah, itu kamu tau. Kalo gitu sekarang kita mulai aja ritualnya sayang!" ucap Bara tak sabaran.

Belum sempat Melinda menjawab, Bara sudah langsung menciumi ceruk lehernya yang putih mulus itu.

Melinda mengerang pelan dibuatnya, sensasi aneh muncul di sekitar tubuhnya saat pria itu bergerak mendekati cuping telinganya.

"Ahh.."

Bara menyeringai di sela-sela gigitannya pada kulit leher Melinda, suara indah Melinda benar-benar membuatnya makin membara.

"Kita lanjut di ranjang yuk!" ajak Bara.

"Nanti mas, rambut aku belum kering. Kata mama kalau rambut masih basah terus langsung tiduran, nanti aku jadi pusing. Sabar ya mas!" ucap Melinda sambil tersenyum manis.

"Yah, okelah gapapa aku tungguin sampai rambut kamu kering. Kita main disini aja dulu, mau kan?" ucap Bara.

"Terserah kamu aja mas," ucap Melinda singkat.

Bara tersenyum dan mengecup pipi Melinda sekilas, lalu meminta Melinda bangkit agar ia bisa duduk di kursi itu.

"Kamu duduk di pangkuan aku, biar lebih enak," pinta Bara.

Melinda mengangguk saja menuruti kemauan suaminya, ia bangkit dan duduk kembali di pangkuan sang suami.

Saat itu juga Bara melenguh, kedua tangannya mulai menggerayangi tubuh indah Melinda membuat sang istri memejamkan mata.

"Uhh tubuh kamu semuanya bagus sayang, saya suka!" puji Bara.

"Mmhhh kamu bisa aja mas bikin aku baper," ucap Melinda dengan mata terpejam.

"Aku buka ya sayang?" ucap Bara meminta izin.

"Sure." mendapat izin dari sang istri, Bara langsung melancarkan aksinya dan mulai membuka satu persatu kancing baju tidur Melinda.

Dapat dirasakan olehnya bahwa Melinda tak mengenakan apa-apa lagi disana, ia pun tersenyum senang karena kini tangannya bisa langsung menangkup benda kenyal milik istrinya.

"Akh mas!" Melinda memekik kaget saat Bara mere-mas bola kembarnya.

"Kamu suka sayang?" tanya Bara sensual.

"Banget, kamu pintar banget sih mas!" jawab Melinda sambil mengigit bibir bawahnya.

"Tentu," ucap Bara penuh bangga.

Ciumannya turun ke bahu dan memberikan beberapa tanda disana, Melinda sudah semakin larut dalam kenikmatan ia tak mampu berbuat apapun selain hanya mengerang dan mere-mas pegangan kursi.

"Akan kubuat kamu merasakan surga dunia malam ini, sayang!" bisik Bara.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Bab 3. Poligami

Pagi hari telah tiba, cahaya matahari menyeruak masuk begitu Melinda membuka gorden kamar mereka.

Melinda tersenyum menatap sang suami yang masih tertidur pulas dengan dua tangan merentang lebar di atas ranjang.

Perlahan ia mendekati suaminya, duduk di samping tubuh Bara dan menggerakkan tangannya mengusap kening pria itu.

"Mas, bangun yuk mas!" ucap Melinda.

Namun, tak ada respon dari Bara. Pria itu rupanya masih terlelap dalam mimpinya dan tidak mendengar panggilan Melinda.

"Huh susah amat sih bangunin kamu mas! Ayo dong mas bangun, udah pagi loh ini!" ujar Melinda.

"Eenngghh.." Bara hanya mengerang pelan sembari membalikkan tubuhnya menghadap ke samping.

"Ih mas, ayo bangun mas! Emang kamu gak kerja pagi ini?" ucap Melinda mendorong-dorong tubuh Bara dengan kasar.

"Eenngghh apa sih sayang?? Kamu tuh gangguin aku aja deh!" ujar Bara.

"Bangun mas udah pagi! Hari ini kamu gak masuk kerja?" ucap Melinda.

"Enggak sayang, lagian aku yang punya kantor itu, gak bakal ada yang marahin aku juga kalau aku gak datang," ucap Bara masih dengan mata tertutup.

"Iya deh iya yang jadi bos," cibir Melinda.

Bara tersenyum lebar, kemudian menarik tangan Melinda dan menggenggamnya. Ia tempelkan telapak tangan wanita itu di atas pipinya sambil ia gerak-gerakan perlahan.

"Tangan kamu halus banget sayang, aku suka diusap begini sama kamu," ucap Bara.

"Iya iya, yaudah sekarang bangun yuk! Kita mandi abis itu sarapan bareng!" ajak Melinda.

"Mandi bareng ya?" ucap Bara.

"Hah? Enggak ah, kamu aja mandi dulu sana! Nanti baru aku nyusul abis kamu," ucap Melinda.

"Maunya mandi bareng," ucap Bara manja.

"Manja banget sih kamu! Yaudah deh aku nurut aja, aku gak bisa juga nolak kamu," ucap Melinda.

"Bagus!" puji Bara sambil tersenyum.

Bara langsung membuka matanya dan bangkit mendekati istrinya, seketika ia langsung terlihat segar bugar.

Tanpa menunggu lama, Bara pun menggendong tubuh istrinya ala koala membawanya ke dalam kamar mandi dengan sangat bersemangat.

Melinda pasrah saja diperlakukan seperti itu, sesekali ia tertawa sembari memukul-mukul punggung suaminya.

Setelah aktivitas mandi mereka usai, kini sepasang pengantin baru itu keluar dari kamar dengan wajah sumringah dan wangi.

Mereka berjalan menuju lift untuk turun ke lantai dasar dan menikmati sarapan, ya di rumah itu memang terdapat lift agar memudahkan mereka turun ke lantai di bawahnya.

Bara terus mendekap tubuh Melinda seolah tak ingin melepasnya, menciumi leher serta wajah wanita itu berkali-kali dan meninggalkan jejak disana.

"Mas, jangan tinggalin jejak banyak-banyak! Aku malu tau kalau sampai dilihat pelayan disini, mereka pasti bakal godain aku!" protes Melinda.

"Sshh diam baby! Mereka gak mungkin berani begitu, percaya sama aku!" ucap Bara.

"Lagian kamu gak puas-puas apa? Dari semalam sampai tadi pas mandi kamu kan udah ciumin aku terus," ucap Melinda.

"Gak akan ada puasnya sayang, tubuh kamu itu candu buatku!" ucap Bara.

"Ah bisa aja kamu! Awas loh jangan macam-macam nanti di bawah! Aku gak mau ada yang mergokin kita!" ucap Melinda.

"Gapapa, ini rumah aku dan aku berhak melakukan apapun yang aku mau disini," ucap Bara.

"Iya iya sayang, aku emang gak bisa deh halangi kemauan kamu. Terserah kamu aja mau apain kamu, asal jangan yang aneh-aneh!" ucap Melinda.

Bara tersenyum miring, kemudian meraup bibir ranum wanita itu sambil menahan tengkuknya.

Ting

Lift terbuka, namun Bara tak kunjung melepas tautan bibirnya hingga membuat Melinda kagok.

Wanita itu menepuk-nepuk bahu Bara seolah meminta berhenti, tapi tak digubris olehnya.

Justru Bara mengangkat dua kaki Melinda, menaruhnya ke pinggang dan membawa keluar wanita itu dari dalam lift tanpa melepas tautan bibir mereka.

Tampak maid Maya melihat kejadian tak senonoh itu, ia yang sedang bersih-bersih di sekitar sana pun sontak menggeleng sambil senyum-senyum.

Bara menekan tubuh Maya di dinding, memperdalam ciuman mereka sembari menelusupkan lidahnya ke dalam menyusuri rongga mulut sang istri.

Suara cecapan bibir mereka terdengar jelas, menambah suasana panas di sekitar sana.

"Huh sentuhan mas Bara selalu bikin tubuh aku panas, aku semakin gak kuat buat tahan diri aku kalo begini terus!" batin Melinda.

Setelah beberapa menit, Bara melepas bibirnya membiarkan Melinda mengambil nafas.

"Haaahhh legaaa..."

Bara tersenyum smirk, mengecup pipi Melinda yang memerah dan mengusap puncak kepalanya.

"So tasty."

Bisikan indah itu membuat tubuh Melinda menegang, sulit menahan sesuatu yang mencuat di dalamnya.

"If you don't stop now, we'll be late for breakfast!" ucap Melinda pada sang suami.

"I will have breakfast eating you," balas Bara disertai seringaian tipisnya.

Melinda senyum-senyum saja dan kembali menikmati sentuhan Bara pada lehernya, ya pria itu memang sangat tercandu dengan setiap inci tubuh wanita itu.

Di lain tempat, dua orang wanita yang agak dewasa tengah kebingungan mencari-cari suami mereka.

Keduanya sibuk menghubungi nomor si pria berulang kali, tapi tak kunjung ada jawaban.

Sebut saja mereka Desi dan juga Sari. Desi adalah wanita berusia 27 tahun, sedangkan Sari baru menginjak 24 tahun. Ya mereka berselisih 3 tahun.

"Mbak, bagaimana? Apa mas Bara merespon panggilan mbak?" tanya Sari pada Desi.

"Gak Des, kamu sendiri gimana? Berhasil gak telpon mas Bara?" jawab Desi.

"Enggak juga mbak, aku bingung kenapa mas Bara gak mau angkat telpon kita. Dia itu sebenarnya kemana sih? Sudah hampir seminggu dia pergi tanpa mengabari kita," ucap Sari tampak panik.

"Aku gak tahu, waktu itu dia pamit cuma mau urus pekerjaannya yang di luar kota. Dia gak bilang pergi berapa lama, mungkin aja dia masih di luar kota dan gak sempat hubungi kita karena sibuk," ucap Desi coba berpikir positif.

"Tapi mbak, bagaimana kalau ternyata mas Bara memiliki wanita lain di luar sana? Dan kerjaan hanya alasan dia aja," tebak Sari.

"Kenapa kamu bisa punya pikiran seperti itu?" tanya Desi.

"Karena kan mbak tau sendiri sikap mas Bara kayak apa, buktinya dia masih mau nikahin aku walau udah punya mbak. Ya kan?" jawab Sari.

Desi terdiam, pikirannya seketika kacau setelah mendengar ucapan Sari.

"Kamu benar Sari! Padahal dulunya aku kira mas Bara orang yang baik, tapi ternyata dia suka mainin perasaan perempuan. Dia tega menduakan aku, setelah aku melakukan apapun yang dia mau," ucap Desi sambil terisak.

"Sabar mbak! Mbak jangan nangis, aku jadi merasa bersalah kalo gini! Harusnya waktu itu aku gak termakan omongan manis mas Bara, pasti ini semua gak akan terjadi!" ucap Sari menenangkan.

"Sudahlah, kamu gak perlu menyalahkan diri kamu sendiri kayak gitu! Ini murni kesalahan mas Bara, aku juga udah ikhlas kok. Yang terpenting dia bisa adil sama kita berdua," ucap Desi.

"Iya mbak, terus sekarang kita harus gimana? Apa kita diam aja?" tanya Sari.

"Coba kita hubungi mamanya mas Bara, siapa tau aja mas Bara sempat telpon kesana dan kasih tahu dia lagi dimana," jawab Desi.

"Oke mbak! Biar aku aja yang telpon ya?" ucap Sari.

Desi mengangguk mengizinkan, lalu Sari pun mulai menghubungi nomor mama mertuanya yang memang telah mengetahui bahwa putranya melakukan poligami.

Awalnya semua kaget dan sempat terjadi perselisihan besar-besaran, bahkan mereka juga hampir berpisah dengan Bara.

Namun akhirnya, Bara berhasil meredakan semua itu hingga mereka menerima perlakuan Bara dengan terpaksa.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!