NovelToon NovelToon

ARDIAN

ARIGEL

Mobil yang di kendarai supir mulai berjalan lambat, saat lampu lalu lintas berubah berwarna merah. Jalan di kota Jakarta begitu macet, karna pagi ini banyak orang-orang beraktivitas.

Jumlah kendaraan yang tak bisa terhitung memenuhi jalan.

''Kenapa berhenti, pak?'' tanya gadis berambut kecoklatan di belakang yang menggunakan seragam SMA.

''Lampu merah, non,'' jawab supir membuat gadis itu mendongakkan kepalanya.

Huft

Hembusan nafas berat dia keluarkan, dia yakin pagi ini dia lambat ke sekolah padahal ini hari pertama dia ke sekolah barunya.

Lampu lalu lintas berwarna merah kini sudah berubah menjadi berwarna hijau. Tapi tetap saja mobil yang akan mengantarkannya ke sekolah berjalan sangat lambat karna jalan begitu padat.

Bahkan, jika dia berlari, larinya lebih cepat dari pada mobil yang saat ini dia tumpangi.

Macet!

Kota Jakarta sudah terkenal dengan kata macet, apa lagi jika di pagi hari seperti ini.

''Nanda bakalan lambat dong!'' gumamnya seraya membuka kaca mobilnya.

Berharap jika salah satu pengendara yang berseragam SMA sama denganya ada yang menggunakan motor ke sekolah sehingga dia bisa nebeng.

Brum…

Brum...

Brum...

Motor sport singgah tepat di samping mobil gadis itu, dia melihat tiga cowok menggunakan motor sport hitam yang sama serta jaket mereka yang sama juga.

Lalu dia melirik kearah kanan, pengendara motor sport yang sama saat dia melihat ke arah kiri serta jaket mereka sama pula.

Di sisi kirinya ada tiga, dan di sisi kananya ada tiga. Jadi mereka berenam menggunakan motor sport hitam yang sama serta jaket yang sama.

Seperti geng motor saja!

Nanda Raisa Arabella, gadis berambut kecoklatan itu kembali melirik kearah kiri. Dia mengambil gula-gula karet di saku bajunya lalu mengunyahnya.

Atensinya sibuk memperhatikan tiga cowok yang menatap lurus kedepan, karna lampu lalu lintas kembali berwarna merah.

Nanda mengunyah permen karetnya dengan santai, lalu salah satu diantara mereka yang motornya dekat dengan mobilnya melirik Nanda, karna merasa sedikit di perhatikan oleh seseorang.

Mata cowok di balik helm full fec itu menatap Nanda dengan tajam lalu kembali menatap lurus kedepan.

Nanda sempat terpesona dengan mata indah cowok itu yang tajam. Namun dia tetap santai seraya mengunyah permen karetnya.

“Mereka masih SMA?”

Nanda membatin melihat celana mereka kenakan celana SMA, hanya saja bajunya di tutup oleh jaket hitamnya.

''Kota Jakarta macet!''

Nanda langsung melirik ke samping kanan, salah satu dari mereka mengeluh dengan kemacetan ini.

''Suara lo ngundang banyak mata!'' balas salah satu temanya.

Salah satu dari mereka motornya sedikit maju kedepan, karna ada kesempatan.

''Arigel,'' gumam Nanda saat membaca belakang punggung jaket salah satu dari mereka.

Nanda kembali melirik kearah kiri, memperhatikan cowok yang menatapnya tajam tadi di balik helm full fec yang ia kenakan.

Cowok itu kembali menatap tajam Nanda dibalik helm yang ia kenakan, karna merasa risih di tatap seperti itu oleh gadis di dalam mobil tersebut.

“Gue bisa nebeng nggak yah sama mereka?”

Rasanya tidak enak saja, jika hari pertamanya pindah memberi kesan buruk karna dia terlambat ke sekolah.

''Kalian sekolah di mana?'' Akhirnya Nanda berani bertanya dengan suara ketus, itulah khas suaranya berbicara ketus sehingga banyak yang mengatakan dia cewek angkuh.

Ketiga cowok cowok itu melirik kearah Nanda, yang dengan santainya mengunyah permen karet.

Mereka bertiga tidak menjawab, melainkan langsung menatap kearah depan.

''Dih! Di tanya baik-baik malah diam membisu!'' gumam Nanda yang di dengarkan oleh ketiganya.

Ketiga cowok itu sangat menarik di balik helm full fec yang dia kenakan. Bahkan hanya matanya yang indah terlihat di balik helm full fec.

Nanda melirik kearah kanan, sehingga cowok yang dekat dengan mobilnya memperhatikan gadis itu.

''Gue boleh nebeng nggak!?'' Kompak kedua cowok itu melirik Nanda.

Karna salah satu dari mereka sudah maju satu langkah. ''Gue takut lambat ke sekolah, ini hari pertama gue sekolah di sini!''

Cowok itu menatap satu sama lain.

''Lo aja yang bonceng!'' ucap Izam, menyenggol lengan Ethan.

Cowok itu menggeleng. ''Lo aja, gue nggak mau cewek gue lihat gue bonceng cewek! Dan ujung-ujungnya gue berantem sama dia! Lo tau sendirikan gimana sikapnya, Vani?'' tolaknya kepada Izam.

''Lebih-lebih gue, taik! Gue nggak mau kalau calon pdkt gue lihat gue boncengan sama cewek lain!'' balas Izam Setiawan

''Bonceng aja, Zam. Lo nggak kasihan lihat dia?'' Ethan Bagaskara kembali menyuruh Izam.

Izam melirik Nanda, yang masih menunggu jawaban darinya.

''Nggak mungkin lo nawarin ke mereka! Dia nggak bakalan mau!'' lanjut Ethan menunjuk sahabtnya dengan dagunya di sebelah mereka yang terhalang oleh mobil milik Nanda.

Izam nampak ragu, lalu kemudian dia menyuruh Nanda untuk segara naik ke motornya karna jalan sudah sedikit terbuka.

''Pak! Nanda duluan yah, sama mereka!'' Nanda langsung menutup pintu mobil membuat sang supir gelagapan.

''Non Nanda! Mereka siapa!?'' tanya supir saat melihat anak majikannya itu sudah naik di motor sport hitam.

''Non Nanda jangan naik sama sembarang orang, nanti mamahnya Non marah!'' teriak supir itu.

''Nanti lambat pak!''

Izam menggelengkan kepalanya mendengar suara Nanda begitu keras. ''Pegang jaket gue! Motor gue udah mau jalan!'' perintah Izam lalu dibalas anggukan kepala oleh Nanda.

''Non Nanda! Permen karetnya ketinggalan!'' teriak pak Budi, yang merupakan supir yang selalu mengantar Nanda kemana-mana.

''Eh, tunggu!'' Pak Budi menghentikan ketiga cowok yang menggunakan jaket yang sama.

Dengan buru-buru dia langsung menghampiri cowok itu.

''Yang bonceng anak majikan saya teman kalian, kan?'' tanya pak Budi kepada cowok yang berada di tengah mereka.

''Ya!'' jawabnya malas. Rafael Cakrawala

''Kasi permen karet ini sama non Nanda, dia tidak bisa konsentrasi kalau nggak ada ini!'' ucap pak Budi lalu memasukkan permen karet sebanyak lima gula-gula di kantong jaket cowok itu.

Pak Budi langsung masuk kedalam mobilnya.

''Non Nanda nggak tuh!'' tawa cowok sebelah kiri. Leo Agraham

Leo menggelengkan kepalanya, bisa-bisanya bapak itu menyuruh mereka memberikan permen karet kepada Nanda.

''Cabut!''

Mereka langsung menjalankan motornya sesuai intruksi cowok tersebut.

Izam sedari tadi merapalkan berbagai macam doa, agar cewek yang sedang pdkt dengan dirinya tidak berada di parkiran sekolah.

''Lo kenapa!?'' tanya Nanda membuat Izam melirik Nanda ke belakang.

''Gue takut bonceng cewek!'' teriak Izam.

Plak...

Nanda langsung menggeplak helm Izam dengan gemas. ''Cemen banget sih lo!''

Izam melototkan matanya di balik helm full fecnya, tidak ada yang berani selama ini menggeplak kepalanya kecuali kelima temanya.

''Gue turunin lo, ya!'' ancam Izam membuat Nanda langsung mengelus helm Izam.

''Sorry!''

Tidak butuh waktu lama, motor sport Izam sudah sampai di depan gerbang.

''Lo turun di sini!'' ucap Izam memberhentikan motornya di depan gerbang sekolah. ''Gue nggak ma—''

''Cerewet banget sih, lo!'' kesal Nanda seraya turun dari motor Izam.

''Buat lo!'' Nanda memasukkan sesuatu di kantong jaket Izam lalu melenggang pergi.

Izam dan Greta

Dengan wajah di tekuk Izam menghampiri ke-lima temanya yang duduk di kursi panjang samping kelas yang di sediakan.

''Muka lo kenapa, Zam! Tambah jelek aja tuh muka di tekuk kayak gitu!'' cibir Ethan kepada Izam yang datang bergabung dengan mereka.

''Diam lo, Sethan!'' dengus Izam kepada Ethan membuat cowok manis itu memutar bola matanya malas.

''Nama gue Ethan, bukan sethan!'' ketus Ethan.

Izam selalu saja menambah huruf S depan namanya.

''Kenapa lo protes sama gue! Protes sama emak lo sana!'' Izam berkacak pinggang membuat Ethan mendengus kesal kearah Izam.

''Cewek permen karet yang lo boncengin mana?'' tanya Leo yang sedari tadi memainkan game di ponselnya.

Izam mendumel, dia masih ingat bagaimana cewek itu menggeplak helm yang dia kenakan.

''Kalau gue perhatiin dia cantik juga,'' puji Leo enteng. ''Gaya dia di mobil tadi angkuh banget!'' lanjutnya seraya menyimpan ponselnya.

''Satu lagi, dia kayak songong gitu!'' timpal Ethan.

''Dia juga berani sama gue!'' kesal Izam seraya menendang botol minuman dibawa lantai dengan keras.

Pakkkk

Mereka berlima langsung melihat kearah botol yang di tendang Izam mengenai seseorang.

''Mampus!'' ringis Ethan.

''Kena pdkt lo tuh, Zam!'' timpal Leo

Botol yang di tendang Izam mengenai sosok gadis berambut panjang yang dia biarkan tergerai indah.

Izam langsung meneguk salivanya susah payah, melihat mata cewek yang dia incar menatapnya dengan tatapan nyalang.

Gadis itu mengambil botol yang di tendang oleh Izam tadi, lalu dia meremas botol itu hingga tidak berbentuk.

''Greta...''

''Elleh, kalau sama cewek nyali lo kayak putri malu!'' celetuk Ethan membuat Izam langsung menatapnya tajam.

''Belum juga jadian, udah buat masalah,'' timpal Leo lalu kembali memainkan ponselnya.

''Gue duluan,'' pamitnya dengan dingin kepada kelima temanya. Gerald Argantara

''Lo mau kemana?'' tanyanya seraya menaikkan alisnya sebelah. Ardian William Adhiyatma. Cowok yang mempunyai tatapan tajam, alis yang tebal, hidung mancung serta tingginya seperti atletis.

Ardian yang paling mencolok diantara teman-temanya yang lain. Bagaiamana tidak, dia menggunakan tindik, rambutnya sedikit panjang, jauh dari kata rapih.

Wajahnya yang menyeramkan dan tampan dalam waktu bersamaan membuat siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta.

''Ruang OSIS,'' jawabnya lalu melenggang pergi.

Gerald Argantara. Merupakan cowok dingin, yang menjabat sebagai ketua OSIS.

Dia selalu menaati aturan di sekolah, tapi tidak jika dia sudah berada di luar sekolah.

''IZAM!!!'' teriakan itu dari Greta, cewek yang mengenai tendangan Izam tadi, sekaligus cewek pdkt cowok itu.

''Makkkkkk jrengggggg!'' Ethan tertawa membuat Leo geleng-geleng kepala.

Ethan bersiul. ''Perang emak lampir sama putri malu bakalan mulai!'' Ethan berbicara seraya meninggalkan tempat duduknya.

Dia tidak mau jika suara Greta akan memekikkan telinganya, maka dia memilih untuk pergi.

''Gue duluan!'' pamit Ethan melihat Greta semakin dekat. ''Gue mau ngapelin Vani di kelasnya!'' Cowok itu langsung dengan tawanya, dia berjalan kearah kelas Vani, gebetanya.

''Gue juga pamit, Zam! Gue mau mabar sama Pute!'' pamit Leo dengan cepat.

''Urus tuh pdkt lo, kalau milih cewek yang berkualitas dikit!'' cibir Rafael dengan mulut pedasnya membuat Izam semakin kesal.

Izam melirik Ardian yang masih menyandarkan punggungnya di kursi. Merasa di tatap oleh sahabatnya Ardian tersenyum kearah Izam.

''Ar, lo nggak bakalan lari, kan?'' tanya Izam melihat sahabatnya sudah pergi. Hanya dia dan Ardian di sini.

''Gue nggak bakalan ninggalin teman gue sendiri.'' Ardian berdiri dari kursi yang dia duduki.

Ardian menepuk pundak Izam. ''Tapi gue bakalan jalan ninggalin lo,'' lanjutnya dengan senyuman jenaka lalu berjalan meninggalkan Izam.

Cowok itu melototkan matanya melihat Ardian berjalan santai meninggalkan dirinya. Dan atensinya kembali menatap Greta yang semakin mendekat dengan botol yang sudah tidak berbentuk di tanganya.

''ARDIAN KMFRET!!!''

Teriak Izam membuat Ardian terkekeh dengan sahabatnya itu.

''Maksud lo apa Hah! Nendang botol ini ke muka gue!'' geram Greta dengan wajah galaknya membuat jiwa cowok Izam menciut.

''Gre—''

''Apa! Lo dendam sama gue karna gue nggak nerima lo jadi cowok gue! Lo ngaca dulu sebelum nembak cewek secantik gue!'' bentak Greta tidak membiarkan Izam berbicara.

''Gue ngaca kok, Ta. Buktinya aja gue ngejar lo setiap saat, karna gue sadar gue nggak jelek-jelek amat jadi cowok lo, Ta.''

Greta membuang botol yang sudah tidak berbentuk itu dibawa lantai. ''Modal tampang segitu lo belagu!''

''Ta—''

''Secantik apa sih lo! Sampai-sampai hina sahabat gue!'' geram Rafael yang entah sejak kapan datang.

Rafael Cakrawala sosok cowok yang mempunyai mulut pedas ketiak berbicara. Mulut pedasnya tidak memilih gender. Baik itu cewek maupun cowok mulut pedasnya tetap berlaku. Apa yang ingin dia katakan langsung dia keluarkan begitu saja.

Dia menatap remeh Greta. ''Cewek malam kayak lo! Nggak pantas buat sahabat gue yang alim, kaya dan tampan ini!'' Rafael merangkul pundak Izam.

Greta menatap tidak suka Rafael.''Apa lo lihat-lihat, gue! Tatapan lo najis tau nggak!'' desis Rafael.

''Lo tuh cuman cewek nyampah di sini!''

''Gue minta maaf soal botol yang kena ke lo, Ta,'' sesal Izam.

''Lo juga, Zam. Kenapa lo tiba-tiba jadi agar-agar kalau sama cewek!'' desis Rafael tidak suka kepada Izam yang lembek seperti ini.

''Cewek cuman buat lo lemah, Zam!'' cibir Rafael membuat Izam menghentakkan kakinya.

Rafael, dan Ardian mempunyai kesamaan. Tidak suka berhubungan dengan cewek manapun yang akan membuat mereka lemah dan bodoh.

Maka dari itu, Ardian dan Rafael anti dengan cewek.

Berbeda dengan Izam, Leo dan Ethan. Mereka tidak lepas dengan makhluk bernama perempuan.

Ethan Bagaskara cowok yang sangat bucin kepada Vani. Dia tidak berani berurusan dengan cewek manapun karna takut kepada Vani akan cemburu dan berujung hubungan mereka yang akan berakhir.

Izam Setiawan cowok yang tiba-tiba lembek jika berurusan dengan Greta. Dia suka kepada Greta sehingga dia selalu mengejar cinta cewek itu. Tidak peduli sikap Greta padanya dia tetap ingin berjuang mendapatkan Greta.

Leo Agraham nah, dia ini cowok yang mempunyai banyak cewek tapi tidak ada satupun dia pacari. Dia di cap Playboy mendekati cewek kemudian dibuat baper lalu di tinggal tanpa kejelasan.

Prinsip Leo, dia hanya dekat dengan cewek buka berarti dia ingin menjalin hubungan yang namanya pacaran.

Sementara Gerald itu sosok cowok tertutup mereka tidak tau siapa pacar Gerald.

Tapi mereka yakin jika Gerald mempunyai pacar karna setiap membalas pesan dari seseorang dia akan tersenyum di balik wajahnya yang dingin.

Hanya saja dia tidak mengumbar hubungannya ke orang-orang, apa lagi sahabatnya. Mereka tidak ingin kepo, karna dia tau jika Gerald mempunyai private tentang sama siapa dia berpacaran.

Cewek rahasia Gerald

Drt…

Ponsel milik Gerald bergetar di saat dia baru mau mulai mengadakan rapat OSIS. Dia melihat nama yang tertera di ponselnya Tante Gina

Gerald memberikan kode kepada temanya untuk mengangkat Telfon lebih dulu.

“Halo, Tan.” Sapa Gerald di ujung Telfon.

“Halo, Rald. Tante lupa kabarin kalau Ara udah pindah hari ini ke sekolah kamu.”

Gerald terdiam sejenak...

“Ara berangkat ke sekolah sama siapa, Tan?”

“Diantar sama supir.”

“Gerald cari Ara dulu, ya, Tan,”’

Dari seberang Gina mengangguk.

Gerald dengan wajah dinginnya masuk kedalam ruangan OSIS. Dia menatap satu persatu anggota inti OSIS.

Lalu matanya tertuju kepada gadis berambut sebahu. ''Nita,'' panggil Gerald. ''Lo catat apa yang kita bahas di rapat osis ini, gue keluar dulu. Ada urusan!'' ucapnya lalu memgambil tasnya.

''Tapi Rald! Rapat nggak bakalan di mulai kalau ketua nggak ada,'' sanggah Nita.

''Ada wakil osis,'' lanjut Gerald lalu pergi meninggalkan teman-temanya.

“Lo terlalu dingin Rald, untuk gue yang gampang flu.”

''Gerald kemana?'' tanya Dio Pratama , wakil ketua osis.

''Dia ada urusan mendadak, kita mulai aja rapatnya.'' Nita mengajak Dio untuk memulai rapat osis.

Rapat di mulai tanpa Gerald, Nita sibuk mencatat hal penting agar Gerald tidak kecewa kepadanya.

Nita Rahayu menjabat sebagai sekretaris.

Gerald menghentikan langkah kakinya saat melihat gadis berambut coklat keluar dari ruangan kepala sekolah.

''Mau bapak antar ke kelas baru kamu?'' tanya pak Rusli kepala sekolah.

''Nggak usah pak.''

Pak Rusli mengangguk lalu masuk kedalam ruanganya.

Gadis itu berjalan di koridor untuk menuju kelas yang sudah di beritahukan oleh kepala sekolah.

''Ra!''

Merasa tanganya di cekal, dan suara cowok yang sangat dia kenali gadis itu langsung membalikkan tubuhnya.

''Gerald.''

''Kenapa nggak kabarin aku, kalau hari ini kamu pindah.'' Gerald masih dengan suara khas dinginnya berbicara kepada gadis di depanya.

''Eh, Rald! Kamu yah dari dulu sampai sekarang nggak berubah!''

''Aku tau, dari dulu sampai sekarang aku masih tampan,'' ralat Gerald dingin membuat gadis itu tertawa.

''Aduh, Rald. Omongan kamu ke aku pake 'aku' dan 'kamu' tapi tetap aja suara kamu dinginnnnn. Kayak kulkas sepuluh pintu!'' ucap gadis itu mengangkat dagunya kearah Gerald.

Memberikan kesan angkuh kepada cowok itu, namun Gerald sudah tau bagaimana sikap gadis di depanya.

''Cuman sama kamu doang Ra, aku ngomong kayak gini.'' Gerald menggelengkan kepalanya membuat gadis di depanya terkekeh.

''Iya, Gerald Argantara!''

Gerald tersenyum tipis. ''Jangan nakal sekolah di sini Nanda Raisa Arabella!'' Gerald memperingati dengan menekan nama asli gadis yang dia panggil dengan sebutan Ara.

''Emang kenapa?'' tanya Nanda dengan wajah kelewat santai.

Gerald mendekat kearah Nanda. ''Karna di sekolah ini, aku ketua osis.''

***

Kantin nampak ramai kedatangan Ardian dan juga teman-temanya. Tentu saja mereka tau siapa gerombolan cowok yang memasuki kantin.

Terutama gaya Ardian yang mencolok diantara lain, Gerald dengan wajah dinginnya, Rafael dengan wajah judesnya. Ethan dengan wajah manisnya, Leo yang senyum-senyum tebar pesona.

Sementara Izam? Cowok itu memasang wajah murung.

Mereka adalah ARIGEL yang mereka juluki si tampan dan kaya raya.

Seperti biasa, mereka duduk di meja tengah yang berhadapan dengan pintu kantin masuk, tapi jaraknya sedikit jauh.

Mereka berenam langsung duduk di kursi yang selalu mereka tempati.

Izam dengan wajah di tekuk menopang dagu seraya berkata. ''Gue kurang apa ya di mata, Greta?'' menolog cowok itu membuat Ethan yang duduk di sebelahnya menggeplak kepalnya.

''Pake nanya kurang apa, kekurangan lo banyak, Zam!'' tawa Ethan membuat Leo menahan tawanya dengan wajah stay kalem di sertai senyuman manipulatif untuk memikat kaum hawa.

Izam melirik Ethan dengan wajah lesuh masih dengan menopang dagu. ''Segitunya lo sama gue, Tan,'' lesuh Izam.

Seperti cowok yang tidak sarapan dari rumah, sangat lemes.

Ethan memutar bola matanya malas. ''Makanya ganteng!'' sembur Ethan. ''Selain ganteng lo juga harus manis, kayak gue!'' Ethan tersenyum kemenangan membuat Izam berdecak kesal sementara Leo hanya menggelengkan kepalanya karna sangat terhibur dengan Ethan dan Izam.

Begitulah Ethan dan Izam, melengkapi satu sama lain.

Rafael memakan kentang goreng dengan sedikit malas. ''Ngapain sih lo ngejar cewek modelan Greta!'' sinis Rafael membuat Izam semakin lemes dengan ucapan Rafael barusan.

''Gue cin—''

''Makan tuh cinta!'' Rafael langsung memasukkan kentang goreng kedalam mulut Izam sehingga cowok itu tidak meneruskan perkataanya.

Ethan terkekeh.'' Kayak gue dong, Zam. Gue sama Vani sama-sama cinta! Nggak bakalan ada yang menyakiti satu sama lain. Nggak kayak lo, cinta bertepuk sebelah tangan!''

''Lo juga, Than. Lo pikir jadi budak cewek itu maco?'' cerocos Rafael membuat Ethan memutar bola matanya malas.

''Gue juga yang kena,'' dumel Ethan.

''Mending kayak gue!'' sahut Leo santai seraya menusuk pentolan lalu memasukkannya kedalam mulutnya. ''Nggak punya pacar, tapi banyak yang mau.''

''Lo yang Playboy!'' Suara itu merupakan suara gabungan Ethan, Izam, Rafael dan Ardian.

Sementara Gerald hanya tersenyum tipis melihat karakter para sahabtanya yang berbeda-beda.

Ting…

Ponsel milik Gerald bergetar, cowok itu menyungkirkan senyuman di wajahnya yang dingin.

''Kulkas kita kalau senyum pasti seluruh lalat hinggap di wajah lo, Rald!'' heboh Ethan melihat Gerald membuka room chatnya mendapatkan pesan dari seseorang.

Leo terkekeh. ''Jadilah seperti Gerald, nggak pamer tapi ada!'' ucap Leo.

Izam melirik Gelard. ''Rald, siapa cewek yang nggak beruntung itu dapetin lo?'' tanyanya dengan serius membuat tawa Leo pecah di tengah kantin.

Pletak…

Ethan langsung menjitak jidat Izam membuat sang empuh meringis.

''Apa sih Sethan!'' kesal Izam.

''Mulut lo kotor!'' greget Ethan.

Sementara Ardian hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya.

''Main sembunyi-sembunyi aja lo, Rald!'' ejek Rafael membuat cowok dingin itu menatapnya acuh. ''Kita nggak bakalan rebut cewek lo, Rald. Iyya nggak, Ar?'' Rafael meminta persetujuan Ardian atas ucapnya.

''Lo bener, Raf. Sekali-kali lo lihatin ke kita foto cewek lo, Rald,'' ucap Ardian santai.

'''Bener tuh!'' sahut Ethan dan juga Izam.

''Gue malas umbar,'' ucap Gerald dingin lalu memasukkan ponselnya ke saku bajunya setelah membalas pesan dari seseorang.

''Termasuk malas ke kita?'' tanya Leo sembari menyeruput es tehnya.

''Sebenarnya gue mau perlihatkan ke orang-orang. Tapi gue urungkan niat gue. Gue nggak mau musuh kita cari titik terlemah kita melalui cewek kita sendiri.'' Gerald berkata bijak dengan suara khas dinginnya yang sudah mendarah daging.

Leo, Ardian dan Rafael mengangguk paham.

''Kok gue jadi takut, ya,'' gumam Ethan. Memikirkan ucapan Gerald barusan membuatnya takut jika musuhnya mengincar Vani.

Izam tersenyum. ''MAKAN TUH PAMER!'' Izam langsung menggeplak kepala Ethan berulang kali.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!