NovelToon NovelToon

Sahabat Pelangi Untukmu

bab 1. Bagai Bunga Bermekaran

Kemanisan persahabatan seolah porak-poranda hanya karena sebuah rasa, rasa ingin memiliki yang begitu buta. Membutakan hati. Membekukan pikiran, menggelapkan perasaan, bahwa yang sebenarnya harus kita miliki adalah kebahagiaan hati yang didapat bukan dari menyakiti orang lain, melainkan dari sikap baik dan membahagiakan semua orang.

 ***

Tiara terlihat sangat senang. Sambil memejamkan mata, ia menikmati angin yang berhembus menerpa wajahnya. Duduk manis di atas motor yang sedang dikendarai oleh Kelvin, kekasihnya. Sudah enam bulan mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Tiara sangat mencintai Kelvin. Tentu saja ia sangat senang jika Kelvin terus bersamanya seperti saat ini.

Tidak lama kemudian sampailah mereka di depan pagar rumah Tiara. Ia mengajak Kelvin untuk singgah ke rumahnya sebentar. Tapi, Kelvin menolaknya dengan alasan ia sudah ada janji dengan temannya. Tiara mengerti, ia tidak ingin terlihat mengekang pasangannya itu.

“Maaf ya, Ra. Lain kali aja,” tolak Kelvin.

Tiara menganggukkan kepalanya dan melambaikan tangannya. Kelvin pun melaju dengan kencang.

Tiara teringat bahwa ayah dan ibunya sedang tidak berada di rumah. Ia berpikir akan memanggil dua sahabatnya untuk datang ke rumah menemaninya. Ia mencari hp-nya di tas dan mulai mencari nama Vania, kemudian menyentuh tanda call pada layar handphone-nya...

“Halo, Van", ucap Tiara.

“Ya, Ra, ada apa?” jawab Vania.

“Main ke rumah aku dong.”

“Emm, maaf Ra. Aku mau pergi. Bentar lagi aku dijemput.”

“Oh, gitu ya. Yaudah deh. Da...”

“Da....”

Tiara menutup panggilannya. Ia menarik napas dan wajahnya terlihat murung. Ia mencari nama lain di daftar kontaknya. Setelah menemukan nama Gadis ia langsung menghubunginya...

“Halo, Dis."

“Ya, halo.”

Tiara mendengar suara Gadis di dekatnya. Dan benar saja,  Gadis sudah ada di belakangnya.

“Insting sahabat itu nggak pernah salah kan?” kata Gadis sambil tersenyum.

Tiara langsung merangkul Gadis sambil membawanya masuk ke rumah.

“Eh, Dis... tadi aku diantar pulang sama Kelvin loh.” kata Tiara sambil senyum kegirangan.

“Yah elah Ra, dianterin aja pakek kamu ceritain segala. Bukannya hampir tiap hari kamu dianterin pulang sama dia. Lagian, kalian kan udah enam bulan pacaran,” oceh Gadis.

“Hahaha...  Iya juga, ya,” jawab Tiara sambil tertawa geli.

Sampai di kamar Tiara, Gadis langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tiara langsung membuka lemari pakaiannya.

“Tadaaaa...” teriak Tiara menunjukkan sebuah kemeja cowok kepada Gadis.

“Kemeja siapa tuh, Ra?” tanya Gadis sambil mengerutkan dahinya.

“Ini hadiah untuk Kelvin, besok dia ulang tahun. Bagus gak?” kata Tiara dan menanyakan pendapat Gadis tentang kemeja yang di belinya itu.

Gadis bangun dan mendekati Tiara untuk melihat kemeja tersebut.

“Bagus sih, Ra... tapi bukannya kata orang tua dulu pamali kalau kita memberi hadiah yang berbahan kain untuk pasangan kita. Katanya bisa membuat putus hubungan loh,” kata Gadis menakut-nakuti Tiara.

“Ah, itu takhayul. Mana ada hubungannya antara kain dengan putus hubungan,” jawab Tiara tidak terima dengan ucapan Gadis.

“Ya, itu kan cuma sekedar info. Terserah kamu mau percaya atau nggak,” ucap Gadis.

Tiara melipat kemeja tersebut dan memasukkannya ke dalam kotak. Ia mulai membungkus kotak tersebut dengan kertas yang biasa di gunakan untuk membungkus kado agar lebih indah dan menarik.

Tapi, Tiara tidak lihai membuat bingkisan itu terlihat indah. Pekerjaannya sangat berantakkan. Gadis yang melihatnya menarik napas dan menggelengkan kepalanya.

“Ra, kamu itu mau bungkus kado atau mau bungkus ikan asin?” ejek Gadis.

“Hehe, kamu kan tau kalau aku paling nggak bisa soal yang kayak begini. Inilah gunanya sahabat bantuin sahabat yang lainnya,” jawab Tiara sambil tersenyum manja berharap Gadis mau menolongnya.

“Eh, basa-basi kamu tuh, basi! Ya udah, biar aku aja yang bungkus!” kata Gadis mengambil alih pekerjaan Tiara.

Gadis membungkus bingkisan itu terlihat begitu rapi. Dengan membandingkan ukuran sisi kanan dan kiri. Tapi, Tiara teringat sesuatu. Ia menyuruh Gadis untuk berhenti mengerjakannya karena, ia ingin menulis kata-kata romantis untuk Kelvin yang akan ia selipkan di dalam bingkisan itu.

Gadis menarik napas kembali. Ia merebahkan tubuhnya di kasur sambil memainkan permainan yang ada di hp-nya.

Tiara mengambil secarik kertas origami berwarna merah muda dan pena. Ia mulai memutar otaknya untuk menemukan kata-kata yang cocok.

Hai Pangeranku Sayang

“Nggak ini terlalu berlebihan,” ucap Tiara dalam hati.

Ia pun menggenggam kertas tersebut dan membuangnya ke lantai. Lalu ia mengambil kertas yang baru lagi.

Hai Sayang,

Kamu tau nggak? Kamu adalah pria yang paling aku sayang

“Yah, iyalah. Kami kan pasangan, nggak mungkin saling benci. Ini nggak cocok!” Tiara berargumen lagi dengan suara yang pelan.

Ia kembali membuang kertas tersebut dan mengambil kertas baru lagi.

Hai, Sayang,

Nggak terasa kita menjalani hubungan ini selama enam bulan

Semoga kita bisa menjadi pasangan yang Sakinah Mawaddah Warohmah

“Hmm, kami kan belum menikah!” kata Tiara dalam hati untuk ke sekian kalinya sambil menundukkan kepalanya dengan perasaan sedih.

Dan begitulah seterusnya, ia selalu membuang kertas-kertas itu ke lantai karena tidak mendapatkan kata-kata yang cocok. Sampai salah satu lemparannya mengenai kepala Gadis. Ia yang sedang asyik dengan hp-nya  menjadi terkejut dan melihat ke arah Tiara.

“Oh, my God!” ucap Gadis spontan saat ia melihat kertas-kertas berserakan dimana-mana. “Ra, kamu mau nulis surat untuk si Kelvin atau untuk Presiden sih?” tanya Gadis heran.

“Hah! Susah tau, buat kata-katanya.” jawab Tiara kesal.

“Dari pada kamu paksa buat kata romantis yang nantinya bakal buat dia meringis, mending kamu buat ucapan selamat ulang tahun aja beserta doa dan harapan kamu”,  kata Gadis memberikan solusi.

Mendengar solusi dari Gadis, ia langsung mengambil secarik kertas origami berwarna biru muda karena, warna merah mudanya sudah habis.

Selamat Ulang Tahun Sayang

Semoga Panjang Umur & Sehat Selalu

Serta Semoga Hubungan Kita Ini Bertahan Lama

Amin.

Salam Sayang

Tiara

Setelah selesai membuatnya ia langsung memberikannya pada Gadis dan menanyakan pendapatnya tentang tulisan tersebut. Gadis menyetujuinya dan langsung menyelipkan kertas tersebut ke dalam bingkisan itu.

“Buat sampah aja sih, Ra. Ujung-ujungnya cuma empat baris doang!” kata Gadis sambil membalut hadiah tersebut.

Tiara hanya bisa tersenyum lebar kepada Gadis. Kemudian ia memeluk Gadis dari samping karena begitu senang dengan sahabat yang selalu ada dan selalu membantunya itu.

Seperti bunga-bunga yang bermekaran di satu tangkai. Mereka tumbuh bersama, selalu berdampingan walau tertiup angin, terguyur hujan, dan di terpa panas matahari, jika yang satu gugur maka yang lain pun mengikutinya. Suka dan duka mereka lewati bersama hingga waktu mereka usai

***

Bab 2. Sebuah Pengkhianatan

Vania sudah tidak sabar menunggu seseorang yang akan menjemputnya. Sudah sepuluh menit ia mondar-mandir di teras rumahnya. Tidak lama kemudian terdengar suara motor berhenti di depan pagar rumahnya. Vania segera berlari dan menghampiri orang tersebut.

“Lama banget sih kamu?  Aku udah nunggu dari tadi,” ucap Vania kesal.

“Maaf ya sayang, tadi aku harus nganter Tiara dulu ke rumahnya,” jawab Kelvin sambil mengelus rambut Vania.

Vania menganggukkan kepalanya namun wajahnya tampak begitu sedih.

“Jangan sedih gitu dong. Hari ini kita kan mau senang-senang,” bujuk Kelvin.

Vania terpaksa tersenyum dan naik ke motor Kelvin. Kelvin mengendarai motornya dengan kencang. Vania memeluk Kelvin dan menikmati angin yang berhembus mengenai wajahnya.

Kelvin akan membawa Vania pergi ke Dunia Fantasi, Dufan. Tempat bermain yang menyenangkan, arena permainan yang akan menjadi tempat mereka menghabiskan waktu berdua.

Sepanjang perjalanan menuju Dufan, yang terlihat di wajah Vania hanya senyum. Ia sudah membayangkan dirinya bersama Kelvin akan bersenang-senang di sana. Tapi, bukan berarti sebahagia itu pula yang sedang dirasakan Kelvin. Sebab rasa cintanya yang sedang terbagi di saat bersamaan, antara Tiara dan Vania.

Segamang itu rasa hati Kelvin.

Bagaimana tidak, kurang lebih enam bulan sudah ia menjalin kasih dengan Tiara. Dan entah apa yang ada dibenaknya kala itu hingga kini Vania bisa ada dipelukannya. Ya, Vania, yang juga merupakan sahabat dekat dari kekasih pertamanya, Tiara.

Beberapa menit berkendara di jalan, Kelvin menghentikan laju motornya. Mereka tiba di Dufan. Kelvin melepaskan helm dan jaket yang dikenakannya, ia pun membantu Vania melepaskan helm pink yang dikenakan Vania.

Arena Dufan yang sangat luas itu mereka jelajahi satu per satu. Tak terlewatkan pula wahana permainan seperti komedi putar, kora-kora dan roller coaster yang jadi tujuan mereka untuk bersenang-senang.

Tidak ada mimik lain yang terlihat di wajah Vania selain ceria, dan entah ungkapan apa lagi yang bisa menggambarkan bagaimana bahagianya Vania kala itu bermain bersama Kelvin, kekasih hatinya.

“Vin, kita duduk dulu, yuk! Kakiku udah pegal banget nih”, keluh Vania pada Kelvin dengan wajah bahagia yang kelelahan karena berpetualang menjelajahi hampir semua wahana yang ada Dufan.

“Ya udah, kita duduk di sana aja.” tunjuk Kelvin pada sebuah bangku taman yang terbuat dari besi berikut ukirannya yang cantik, membuat tempat duduk yang panjang dengan warna cat emas itu lebih terlihat seperti kursi-kursi kerajaan.

“Kamu haus nggak? Aku cari minum dulu ya.” ucap lembut Kelvin sambil melemparkan senyum manisnya pada Vania.

Vania menganggukkan kepalanya sambil tersenyum pada Kelvin. Ia duduk sendiri sambil memandangi Kelvin yang perlahan-lahan menjauh dari pandangannya.

“Kelvin, apa mungkin kita bisa kayak gini terus?” gumam Vania. Hatinya yang sedari tadi bahagia seketika menyesak, mempertanyakan akan bagaimana hubungannya dengan Kelvin sekarang. Sementara ia tahu benar, bahwa Kelvin itu adalah kekasih dari sahabatnya, Tiara.

Duduk sendirian di antara keramaian pengunjung Dufan, Vania termenung merasakan perih hatinya. Raut wajah yang ceria, seketika menyungging senyum kecut, tepat di sudut bibirnya.

Vania menoleh ke arah tempat berlalunya Kelvin tadi. Ada lelaki berpostur tegap membawa dua softdrink yang sedang berjalan menghampirinya. Itu Kelvin, lelaki yang sejak tadi ia pikirkan dan membuat hatinya mengucil.

Kelvin menghampiri Vania, duduk tepat di sisi kirinya, kemudian menyuguhkan minuman yang ia beli kepada gadis berbaju pink itu. Dan tanpa suara, hanya dengan tatapan juga senyum manis sebagai respon ucapan terima kasih untuk Kelvin yang telah memberikan minuman untuknya, Vania menerima pemberian Kelvin tersebut.

Di tengah keramaian, usai meneguk minuman yang diberikan Kelvin kepadanya, Vania bertutur lirih. “Kenapa ya, aku merasa kalau hubungan kita ini nggak bakal lama”, kata Vania lirih, yang kemudian membuat keduanya saling diam. Tanpa saling pandang.

“Seandainya aja, aku ketemu kamu duluan dari pada Tiara, pasti hubungan kita gak serumit ini”, kata Kelvin dengan suara melemah.

Bertemu denganku duluan ya? ucap Vania dalam hati.

“Hati aku sakit, Vin. Tiap kali lihat kamu sama Tiara. Aku gak tahu mau taruh hati aku ke mana”,  jelas Vania.

“Tiara itu sahabatku. Dia baik banget sama aku. Udah waktunya untuk kamu memilih Vin. Aku gak mau hubungan kita begini terus!” ucap Vania dengan nada suara sedikit meninggi, pertanda isi hati yang benar-benar ingin ia luapkan.

“Aku janji, aku akan bilang ke Tiara bahwa aku sebenarnya sayang sama kamu. Aku akan bilang semuanya ke dia. Aku janji sama kamu.  Kamu percaya sama aku kan?” ungkap Kelvin dengan lembut untuk menenangkan Vania.

Vania menganggukkan kepalanya. Namun, hatinya tetap saja tidak tenang. Ia hanya melihat senyuman Kelvin padanya. Hanya membalas senyuman itu dengan senyum kecil di bibirnya. Rasa cinta, sakit, bersalah dan pengorbanan menjadi satu di dirinya. Tidak ada yang dapat merasakan sakitnya semua perasaan itu selain dirinya.

***

Tiara berjalan menuju kelasnya sambil menebar senyuman di bibirnya yang mungil. Sesekali ia melihat sebuah kotak yang sedang dibawanya. Ia sudah membayangkan kebahagiaan yang akan terjadi pada dirinya.

Sesampainya di kelas ia langsung meletakkan kotak tersebut di meja Vania. Mejanya tepat berada paling depan. Vania dan Gadis yang sedang asyik mengobrol kala itu, sama-sama mengerutkan dahi melihat Tiara meletakkan kotak tersebut.

“Apaan ini, Ra?” tanya Vania.

“Ini cake tart untuk Kelvin. Hari ini kan dia ulang tahun,” jawab Tiara dengan gembira.

“Kamu tahu Van, dari semalam dia udah buat aku pusing gara-gara ulang tahun Kelvin. Untung aja semalam kamu gak datang” oceh Gadis kepada Vania.

Vania hanya bisa diam mendengarkan omongan kedua sahabatnya. Sesekali ia hanya tersenyum kecil. Dalam hatinya, ia merasa telah menjadi duri dalam daging. Apa yang akan terjadi pada dirinya jika Tiara mengetahui kedekatannya dengan Kelvin. Vania merasa, ia perlu berhati-hati untuk berbicara atau lebih baik ia diam saja.

“Sekarang kalian harus ikut merayakan ulang tahun Kelvin. Kita pergi ke kelasnya sekarang!” ajak Tiara kepada Vania dan Gadis.

“Aku nggak ikut!” tolak Vania. “A... aku di sini aja, soalnya aku lagi nggak enak badan,” gugup Vania mencari alasan.

“Perasaan dari tadi kamu sehat-sehat aja,” jawab Gadis bingung.

Vania merasa begitu ketakutan. Tanpa terasa bulir-buliran air keluar dari keningnya.

“Ayo dong, Van.. bantu aku sekali ini aja. Ini pertama kalinya aku buat kejutan untuk Kelvin. Aku nggak tahu dia suka atau nggak. Aku butuh kalian berdua,” ucap Tiara dengan nada memelas.

Vania memandangi wajah Tiara yang sangat menaruh harap. Ia sungguh tidak tega melihat Tiara yang memelas dan memohon padanya.

Akhirnya dengan terpaksa Vania mau menemani Tiara. Mereka bertiga pun bergegas pergi ke kelas Kelvin.

Kala itu Kelvin sedang berbicara dengan teman-temannya. Ia begitu terkejut dengan nyanyian Selamat Ulang Tahun yang di nyanyikan oleh Tiara. Sontak kelas tersebut menjadi ramai dengan tepuk tangan dan sorak-sorai.

“Makasih ya...” ucap Kelvin sambil tersenyum dan mengusap rambut Tiara.

Semua orang yang berada di kelas bertepuk tangan untuk pasangan tersebut. Kecuali Vania. Ia hanya memandang pertunjukan tersebut dengan wajah yang sedih. Dadanya terasa sesak sekali. Ia mencoba membendung air matanya. Namun, ia tidak sanggup lagi. Ia langsung meninggalkan kelas itu begitu saja.

Kelvin melihat itu dengan jelas. Ya, dia melihat kesedihan di wajah Vania. Hatinya juga miris melihat wanita yang juga ia sayang itu harus melihat hal seperti ini. Tapi, Kelvin tidak punya pilihan lain selain tetap diam di tempat.

“Oh, hampir lupa. Ini kado buat kamu,” kata Tiara malu-malu sambil menyerahkan sebuah bingkisan pada Kelvin.

“Makasih ya, Ra... kamu udah perhatian sama aku,” jawab Kelvin sambil tersenyum.

Pipi Tiara memerah. Ia begitu senang kejutannya berjalan lancar. Terutama melihat Kelvin yang meronakan senyum dari tadi. Ia berharap hubungannya dengan Kelvin akan terus indah seperti ini.

***

Bab 3. Memberikan Sisa Cinta

Malam harinya, dengan memakai jaket hitam dan mengendarai motornya Kelvin mendatangi Vania ke rumahnya. Vania masih saja bersedih. Ia tidak dapat melupakan kejadian tadi siang dengan cepat.

Mereka berdua duduk di bangku teras, tanpa berbicara sepatah kata pun. Vania yang masih mengucilkan hatinya enggan untuk berbicara. Begitu pula Kelvin, ia tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. Ia takut akan membuat Vania lebih bersedih lagi.

Kelvin mengambil napas dalam-dalam, “Van...”

Mendengar namanya di sebut, Vania bergegas meninggalkan Kelvin. Di malam yang dingin itu, membuat hatinya menjadi dingin juga. Kelvin tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dalam hati, Kelvin tidak ingin berpisah dengan Vania.

Tapi, tiba-tiba Vania keluar dan membawa sebuah gitar klasik ke hadapan Kelvin.

“Selamat ulang tahun, aku tahu kamu suka banget kan sama gitar? Jadi, aku kasih kamu gitar ini," ucap Vania sambil tersenyum dan menyerahkan gitar itu pada Kelvin.

Kelvin langsung berdiri dan memeluk Vania. Hatinya terasa sangat lega mendengar suara lembut yang keluar dari mulut Vania.

“Makasih ya, Van... kamu udah mau mengerti aku,” kata Kelvin sambil mengelus pipi Vania.

Mereka berdua duduk kembali. Kelvin mengambil gitar tersebut dan langsung memainkannya. Jreeng....

Ku mencintaimu lebih dari apa pun

Meskipun tiada satu orang pun yang tau

Sebuah lagu dari band ternama, dinyanyikan oleh Kelvin saat itu juga. Isi dari lagu tersebut ungkapan perasaan Kelvin dan kejadian nyata yang sedang ia alami bersama Vania.

Vania menghayati kata demi kata yang dinyanyikan oleh Kelvin.

Yakinlah bahwa engkau adalah cintaku

Yang ku cari selama ini dalam hidupku

Dan hanya padamu ku berikan sisa cintaku

Yang panjang dalam hidupku

“Stop, Vin!” perintah Vania sambil memegang senar gitar. “Aku nggak sanggup dengarnya. Seakan-akan kita nggak mungkin bersama selamanya. Nggak, Vin... aku nggak mau cintaku berakhir seperti itu.” ucap Vania lirih dan mengeluarkan air matanya.

Kelvin meletakkan gitarnya tegak di lantai. Dengan lembut Kelvin menghapus air mata Vania. Hatinya juga terasa perih. Di satu sisi ia tidak tega memutuskan hubungannya dengan Tiara. Di sisi lain ada seorang wanita yang mengorbankan perasaannya. Sesaat Kelvin menyadari betapa egois dirinya. Jika ia meninggalkan salah satu dari mereka, maka yang satunya akan sangat tersakiti. Tidak, Kelvin tidak ingin kehilangan Vania. Tapi, apa yang akan dia katakan dengan Tiara yang begitu mencintai dirinya.

***

Ini sabtu pagi. Para mahasiswa yang telah mendaftar untuk mengikuti camping satu malam di salah satu bumi perkemahan telah berkumpul di sekitar area kampus. Jarak yang akan ditempuh lumayan jauh dari kampus mereka, yaitu sekitar 4 jam perjalanan. Tempat keberangkatan awal berlokasi di kampus, dan direncanakan akan tiba di tempat perkemahan saat siang hari.

Sudah pukul 08.00 wib, ada dua bus yang akan membawa para mahasiswa yang sudah tiba di kampus sejak setengah jam yang lalu. Bus dijadwalkan akan berangkat tepat pukul 09.00 wib, atau selambat-lambatnya maju satu jam dari yang sudah ditetapkan.

Jika bus berangkat Sabtu pagi ini, maka diperkirakan sesuai rencana mereka akan pulang dan tiba kembali di kampus pada hari minggu sebelum malam. Ini akan menjadi acara liburan bersama teman-teman yang sangat menyenangkan dan sangat mereka idamkan setelah berbulan-bulan di penatkan oleh segala urusan tentang tugas-tugas di perkuliahan. Let’s go to camp!

Tiara, Gadis, dan Vania sudah tiba di lokasi awal mula keberangkatan beberapa menit yang lalu. Mereka, dengan segala persiapan dan perlengkapan pribadi mereka untuk melakukan camp satu malam nantinya.

Tiara, dengan sweeter rajut biru muda yang ia kenakan. Syal hitam yang ia kalungkan di leher, juga celana jeans berwarna biru aqua, lengkap dengan sepatu kets biru favoritnya, style manis tiara dengan nuansa biru. Juga satu tas punggung besar yang ia pikul di bahu kirinya. Tak lupa pula topi rajut bernuansa warna reggae yang dengan sangat manis melekat di rambutnya yang halus.

Sementara Gadis, yang memang sangat menyukai hal-hal simpel, hanya memakai t-shirt hijau, celana jeans hitam, kaca mata hitam, serta sweter rajut hitam yang masih ia pegang di tangan kanannya. Ia hanya membawa satu tas ransel berukuran sedang di punggungnya.

Sementara Vania, yang dijuluki si gadis pink oleh teman-teman sekelasnya ini, tentu saja dari ujung rambut hingga ujung kaki yang terlihat adalah nuansa merah muda, warna favoritnya. Mulai dari topi, syal, baju, jaket, dan sepatu. Hanya celana jeans dan tas ranselnya saja yang berwarna beda.

Ketiga gadis manis ini duduk di bangku taman kampus, tak jauh dari letak bus yang akan membawa mereka berangkat menuju bumi perkemahan nantinya. Seperti biasalah... para gadis ini sedang sibuk mengobrol tantang antusiasme mereka yang akan berangkat piknik ini. Di sela-sela perbincangan, mereka melihat ada seorang lelaki yang sedang berjalan menuju ke arah tempat duduk mereka.

“Hei, ibu-ibu.. ayo berangkat. Jangan ngobrol terus di sini. Cepat naik bus!” perintah Kelvin yang juga merupakan ketua rombongan dalam perjalanan kali ini.

“Iya.. Iya... galak banget sih!” tutur Tiara kepada Kelvin.

Tiara lalu bergegas dan merangkul tangan Kelvin. Ia tersenyum lebar kala itu. Kelvin pun  membalas senyum itu dan merangkul pundak Tiara. Mereka jalan berduaan sampai ke bus.

Bagaimana perasaan Vania? Tentu saja... hatinya retak lagi, melihat kedekatan Tiara dan Kelvin yang semesra itu. Kelvin pun menerima dengan baik perlakuan Tiara kepadanya, karena ia sadar benar bahwa dirinya adalah kekasih Tiara. Tapi di sisi lain, saat ia bersama Tiara tak telak pula sesekali ia melemparkan pandangan ke arah Vania, untuk memastikan seperti apa suasana hati Vania saat itu. Sebab Kelvin pun sadar hatinya juga terbagi pada Vania, dan ia tahu benar bahwa hati Vania saat itu pastilah sangat pedih.

Di dalam bus, Vania dan Gadis duduk di barisan bangku sebelah kiri urutan ke dua dari depan, sementara Tiara dan Kelvin duduk tepat di belakang mereka berdua.

Vania sudah merasakan cemburu sejak awal. Jika saja dirinya di posisi Tiara itu akan lebih menyenangkan daripada harus berpura-pura acuh, dan juga berpura-pura bahagia melihat pasangan itu. Mungkin diantara semua teman-temannya hanya Vania yang tidak bersemangat untuk mengikuti kemah ini. Rasanya ia ingin sekali keluar dari bus dan pulang ke rumah dari pada harus menyaksikan sesuatu yang menyakiti hatinya itu.

Semua mahasiswa sudah berada di dalam bus mereka masing-masing. Dan entah apa saja yang menunda keberangkatan mereka dari jadwal semula, tepat pukul 10.30 wib. saatnya berangkat!

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!