NovelToon NovelToon

Detective Wasabi

Awal Mula

Kejadian ini bermula saat Wasabi duduk dikelas enam, saat usianya genap 12 tahun. Di salah satu Sekolah Dasar Negri Jakarta

Pagi itu Wasabi berhenti di depan gerbang Sekolahnya. Sebenarnya dia enggan masuk karena terus menerus menjadi bahan olok-olokan kawan-kawannya, lantaran namanya yang aneh.

"Masuk, enggak, masuk, enggak," gumam Wasabi.

Tiba-tiba dari arah belakang, datang seorang anak tinggi, putih dan berbadan besar. Anak laki-laki tersebut sengaja menyenggol bahu Wasabi dengan keras hingga tubuh Wasabi yang kecil dan cungkring terjatuh berlutut.

Lututnya sedikit tergores sebuah paving yang sudah tidak Rata jalannya karena gerbang tersebut sering dilalui kendaraan.

"Ahh," Keluh Wasabi

"Heh Wasabi, Sushi mana? Kan harusnya kamu barengan sama dia ahhaaha," ledek temannya yang mendorong Wasabi diikuti tawa teman lainnya dibelakang.

Dia tak lain adalah ketua kelas dari kelas 6. Kelasnya berada di sebelah kelas Wasabi. Namanya Andi Sudirman. Namanya bagus, tetapi wataknya sangat berandalan. Berbeda dengan Wasabi yang merupakan nama sebuah sambal khas Jepang, berwarna hijau lumut.

"Sekarang Kamu pilih lari atau Aku bakal kunciin kamu di toilet," Desis Andi yang dibelakangnya berdiri beberapa anak buah Andi.

Wasabi langsung beranjak berdiri dan berlari. Tingkah penakutnya membuat Andi dan teman-teman lainnya tertawa terbahak-bahak.

Sesampainya di kelas, Wasabi melihat ke arah luar, ia takut jika Andi terus meneror dirinya. Di kelas itu baru ada Emi Oktavidriani, temannya yang duduk di kursi belakang Wasabi

"Mi..EMI tolongin aku," pinta Wasabi yang langsung berjongkok di belakang kursi Emi.

"Kenapa Kamu, sampai sembunyi di belakang kursi ku?" tanya Emi sembari menolehkan kepalanya ke belakang dan sedikit menunduk melihat Wasabi yang berjongkok di belakangnya

"Andi...Mi...," sahut Wasabi terengah-engah mengontrol napasnya.

"Andi Sudirman ngebully kamu lagi?" terka Emi

"Iya, katanya aku mau di kunciin di toilet," jawab Wasabi

"Jangan takut, ada aku!" ucap Emi

Benar saja dugaan Wasabi, Andi pasti datang ke kelas 6 A mencarinya. Tetapi Emi dengan tomboy dan berani menghadapi ketua Genk kelas 6 yang sangat ditakuti anak-anak kelas lain.

"Woy! Liat Wasabi ga? Mau gue towel pake sushi nih, haha," ucap Andi

"Gak lucu! Garing!" seru Emi

"Eh cantik, gak usah sok nyembunyiin dia ya," desis Andi yang memicingkan mata dan sedikit memiringkan kepala, melihat sesuatu dibelakang Emi

"Kalo mau ketemu Dia, hadapi Aku dulu!"

"Sok pahlawan nih cewek, ayok aku jabanin," ujar Andi

Syuut

Emi menendang kaki si Andi hingga jatuh

Bruuuk

Andi jatuh

"Ahh sakit tau! Kamu cewek bukan si!" ucap Andi

"Keren kan tendangan Ku," ujar Emi

"Awas! Ku balas kau!"

Andi pun tak mau kalah dia bangun, menjegal kaki Emi dan merobohkannya kelantai kemudian kedua tangan nya dia kunci di belakang. Tapi Posisi Andi salah. Dia berada di samping Emi bukan mendudukinya

"Kena kamu, gak bisa berkutit kan?" seru Andi

"Siapa bilang? Kamu lupa kaki Ku bisa gerak haha,"

Dengan cepat Emi menggerakkan kakinya dari belakang, sebelum Andi menyadarinya. Ia menendang punggung Andi dengan lututnya yang runcing dan merobohkannya saat Andi kesakitan dan lengah.

Emi bergerak cepat menduduki kedua kaki Andi yang sudah menyilang kebelakang dan langsung menahan tengkuk Andi dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanan Emi gunakan untuk menahan punggungnya. Andi tak dapat bergerak. Dia pun mohon ampun

"Ampun mi. Aku nyerah," Aku Andi

"Setelah ini jangan ganggu Wasabi lagi atau anak lain yang suka Kamu kerjain," bela Emi

"Ok Aku janji, gak akan ngejahilin dan ngebully lagi," desis Andi

Emi melepaskan Andi. Anak itu duduk di lantai dan masih mengatur nafasnya. Kemudian dia menghampiri Wasabi untuk minta maaf

"Aku minta maaf, Wasabi," ucap Andi

"O..oke Aku ma...maafin kamu," jawab Wasabi sedikit takut

Setelah itu Mereka berjabat tangan.

.

.

Sepulang sekolah. Wasabi pulang paling akhir. Karena harus piket membersihkan kelas. Seharusnya ada beberapa anak yang ikut piket hari itu. Tapi semua menyerahkan pekerjaan mereka pada Wasabi

Selesai bersih-bersih, Wasabi pulang. Seperti biasa sendirian tak ada kawan.

Saat melewati Toilet, Ada yang menutup kepalanya dengan plastik dari arah belakang dan menyeretnya. Wasabi tak tahu dia mau di bawa kemana. Pandangannya gelap tertutup plastik berwarna hitam, kedua tangannya di pegang orang yang menyeretnya.

"Toloong! Lepasiin.. Tolong,"

Kemudian Wasabi di dorong begitu saja. Wasabi jatuh, perutnya terhantam sesuatu. Kemudian ada suara pintu ditutup dan dikunci. Ia membuka plastik yang menutupi wajahnya. Dia berada di Toilet pria.

"Tolong ...Tolong akuu! Siapa kalian tolong jangan bully aku,"

Orang yang menjahili wasabi tak mengeluarkan satu patah suara. Tapi dari langkah kakinya. Mereka hanya berdua.

Siapa... hikss... Wasabi menangis.

Ini pasti Andi sudirman. lihat saja kamu besok.. hiks betin Wasabi masih menangis dan menutup matanya dalam ketakutan

Percuma Wasabi teriak tak ada orang yang mendengar. Dia hanya bisa menangis dalam ketakutan. Wasabi memejamkan matanya dan berfikir saat ini dia berada di rumah. Dikamarnya

Whusssssss.....

Wasabi merasakan dirinya terombang ambing. Entah apakah itu Gempa. Wasabi masih menutup matanya. Semakin kencang badannya bergoyang dan ada seperti ada kilat dalam sekejap kembali tenang. Ia pun membuka mata

Terkejut

Hah? seru Wasabi dalam hatinya sembari melihat sekelilingnya.

Ke kenapa aku di rumah. Di Kamarku? Hah.. Apa aku bisa menghilang? Aku sudah jadi setan! Ahh tidak aku masih hidup...Bagaimana ini bisa terjadi? batin Wasabi dengan berbagai pertanyaan

Aku bisa berteleportasi batin Wasabi tak sadar kalau ternyata dia baru saja berteleportasi.

Wasabi terkejut dan takut. Dia lalu keluar kamar ingin menemui mamanya sembari memanggil mamanya.

Kamar Wasabi berada di lantai atas.Kamar Orang Tuanya berada di sampingnya Wasabi. Tetapi ia tak menemukan Mamanya dikamar. Lalu ia menuruni anak tangga

Terlihat Pintu rumahnya tak terkunci. Bergoyang-goyang tertiup Angin.

Kenapa pintu ini terbuka lebar. Mana Mama. batin Wasabi

Wasabi cepat-cepat berlari dan mengejar saat ia melihat sekilas ada orang diluar. Ia mengejarnya berlari keluar. Tak ada siapa-siapa, tapi ada mobil yang melaju kencang, sepertinya habis dari rumah Wasabi.

Terlihat jejak Mobil nya sama persis. Mobil model Jeep tapi Wasabi tak bisa melihat Plat nomernya. Dia hanya melihat mobil itu penyok di bagian belakang dekat lampu sen kiri

"Ma..mamah dimana," panggil Wasabi

Wasabi masuk, Ditutupnya Pintu rumahnya kemudian di telusuri ruangan tiap ruangan. Hingga dia mencari ke belakang rumah. Dibelakang Dapur ada pintu menuju halaman belakang .

"Mama!.... Papaa!..." Pekik Wasabi berteriak histeris

Terlihat Kedua orang tuanya sudah tewas tergantung di teras belakang rumah. Anak laki-laki itu melihatnya dengan tubuh gemetar, terkejut dan tak menyangka. Setelah berteriak Wasabi 12 tahun pingsan ditempat.

Sepenggal Kepala

Enam tahun kemudian.

Sejak kasus kematian orang tuanya, Wasabi pindah sekolah dan tinggal di Bali bersama Kakeknya, Hugo. Wasabi sempat terkena Gangguan Kepribadian Skizoid.

Penderita gangguan kepribadian skizoid kesulitan untuk mengekspresikan emosinya. Ia hanya menunjukkan sedikit reaksi atau tidak sama sekali.

Hal ini membuat Wasabi dianggap "dingin" dan tidak ramah. Penderita gangguan kepribadian skizoid juga sulit untuk merasakan kesenangan dan tidak tertarik dengan hubungan seksual. Penderita skizoid juga sering dianggap tidak memiliki tujuan dan ambisi.

Apa tujuannya setelah kedua orang tuanya tiada? Tetapi berkat Kakeknya, Wasabi berangsur-angsur membaik. Ia jadi memiliki tujuan untuk hidup, obsesinya menyelidiki kematian orang tuanya

Tak ada yang bisa mengungkap siapa pelaku pembunuhan itu, Wasabi pun bertekad untuk membalaskan dendam. Mencari tahu siapa pelakunya dengan mempersiapkan mentalnya.

Kini, Wasabi bukanlah sosok yang dulu gampang di bully. Dia menjadi orang yang lebih pendiam dan menakutkan. Dari tahun ke tahun, dia terus mempelajari ilmu bela diri bersama kakeknya.

Tubuhnya yang kurus cungkring menjadi lebih berisi dan berotot. Banyak wanita yang tergila-gila padanya, tetapi belum ada yang menarik hatinya. Mungkin ada tapi dulu, teman masa kecilnya. Dingin dan sedikit senyum bahkan bisa dikatakan jarang.

Visual Wasabi

Wasabi pun kembali ke Jakarta. Meneruskan pendidikannya di salah satu universitas di Jakarta. Usianya 18 tahun saat ini. Dia bukan lagi seorang anak kecil yang penakut. Teringat terakhir kali dirinya menjadi seorang pecundang, saat itu pula orang tuanya tiada.

Wasabi mendapatkan kekuatan aneh yang terjadi pada dirinya. Kekuatan teleportasi. Kekuatan tersebut ia pergunakan untuk perbuatan baik, dari mana asal usul kekuatan itu. Dia tidak tahu dan masih menjadi misteri.

Saat ia memasuki halaman kampus. Banyak mahasiswa yang membicarakan dirinya. Setelah kasus pencurian yang telah Wasabi ungkap.

"Oh dia kah yang bernama Wasabi?" tanya Rara

"Aku gak yakin dia. Dia tidak terlihat seperti seorang detektif," ucap Dhifa salah satu teman kampus yang sekelas dengan Wasabi

"Kalian ngegosip apaan sih?" tanya teman laki-lakinya yang bernama Rendy

"Itu Kamu tau gak misteri hilangnya uang Presdir di kampus kita?" sahut Rara

"Ya.. udah ketangkep kan?"

"Nah yang polisi aja gak bisa ngungkapin loh. Tapi malah si Wasabi yang ungkap itu semua," ujar Rara

"Kok bisa sih, dia cuma mahasiswa biasa kan?" ujar Rendy

"Ya, Anak-anak sini pada bilang dia itu bagaikan detektif jadi muncul deh sebutan Detective Wasabi," sahut Rara

"Keren banget ya," Dhifa terpesona

"Ganteng lagi.. Rara sukaaa," gadis itu tersenyum-senyum sendiri ketika Wasabi berjalan melewati dirinya tanpa menoleh

"Ah masih gantengan Aku haha," ucap Rendy tetapi diacuhkan teman wanitanya karena semua terpesona oleh Wasabi.

Wasabi Mahasiswa Semester 3 di kampus X. Berjalan dengan sombongnya, melewati Dhifa, Rara dan Rendy.

"Wasabi!"

Dari jauh terdengar suara teriakan wanita memanggil namanya. Suara yang tak asing baginya meski sedikit berubah. Ia pun menoleh.

Wasabi memicingkan mata melihat wanita yang memanggilnya itu sedang berlari dari jauh menghampiri dirinya, saat sudah mendekat ia pun bertanya,

"Siapa?"

"Kamu gak ingat aku? Aku Emi teman SD kamu," Ucap Emi mencoba mengingatkan

"Aku sempat berpikir itu kamu, cuma suara kamu sedikit berubah. Apa kabar, kamu...makin cantik," ucap Wasabi sedikit malu mengatakannya.

Sebenarnya Wasabi memiliki rasa kagum pada Emi, karena gadis itu terus membela Wasabi saat ia di-bully.

"Ah kamu juga makin tampan, jelas berbeda lah kan sekarang udah gede. Suara kamu juga berubah," ucap Emi

"Hei Wasabi.... Inget Aku juga gak?" Seorang pria datang mendekat.

"Lupa ya? Aku Andi...Andi Sudirman," ucap Andi dengan senyum sumringah. Wajahnya tidak banyak yang berubah. Hanya saja dulu Andi lebih tinggi dari Wasabi. Namun sekarang Andi itu kalah tinggi dari Wasabi.

"Ooh Kamu?! Andi Sudirman," ucap Wasabi masih menaruh dendam padanya. Mana mungkin ia melupakan seorang pembully begitu saja. Justru dia sangat mengingatnya.

Wasabi lalu menonjok perut Andi dengan keras

"Ahhh sakit, Apaan sih tau-tau nonjok... Kamu kenapa sih?" seru Andi seraya memegangi perutnya yang sakit

"Itu buat Kamu yang suka ngebully," Kemudian Wasabi menonjoknya lagi, kali ini ia mengarahkan tinjunya ke muka Andi

Debuug

"Wasabi, hentikan," cegah Emi

"Ahhh," pekik Andi yang jatuh terpental

"Gilak ya Kamuu! Aku kan udah minta maaf waktu itu," sahut Andi

"Ooh gak mau ngaku juga! Kamu kan yang ngunci Aku di toilet. Hari dimana orang tua Aku meninggal!" Seru Wasabi mengingatkan.

"Aku gak ngunciin kamu, sumpah. Bukan Aku. Aku udah pulang sama Emi," Andi berbicara jujur

"Iya Wasabi. Andi saat itu pulang sama aku," Bela Emi

"Saat bel sekolah bunyi itu kita langsung pulang. Aku masih ingat betul, karena hari itu juga aku ingat tentang yang musibah orang tua mu," timpal Emi lagi

"Oh ya?" tanya Wasabi penuh curiga, kalau bukan Andi siapa lagi.

"Sungguh Wasabi, Buat apa aku bohong," ucap Emi

"Lalu siapa yang mengunciku?"

"Aku tidak tahu. Kamu ingat tidak? Selain Andi siapa yang suka membully kamu?" tanya Emi

"Banyak mi. Hampir semua siswa,"

"Yang paling benci kamu?"

"Setahuku yang paling membenci aku adalah Andi,"

"Pantas saja kamu menonjok ku, segitu dendamnya kamu ya?" sahut Andi

"Aku minta maaf ya ndi," aku Wasabi

"Ku maafkan," kata Andi sambil tersenyum dan menepuk lengan Wasabi

"Sorry aku buru-buru ada kelas. Nanti kita ketemu lagi di kantin ya," Wasabi melihat jam tangannya dan memandangi kelasnya dari kejauhan

"Ok wasabi, jam satu siang ya. Aku dan Andi di jurusan grafis,"

"Aku jurusan bisnis. Bye," pamit Wasabi

Belum sempat pergi ke kelas. Ada teriakan melengking dari arah lantai atas. Wasabi ,Emi dan Andi ada di lantai 2.

"Aaaaaahhhh Tolooong......Toloooong!"

"Kenapa tuh," gumam Wasabi

"Sepertinya suaranya dari lantai 3," terka Andi

"Ayo bro kita samperin," ucap Wasabi

Andi dan Wasabi berlari keatas. Mencari sumber suara. Belum sampai mereka, tetapi jarak 3 meter sudah tercium bau busuk yang menguap.

"Njir.. bau anyir," seru Andi

"Astaga bau darah," gumam Wasabi

"Huek.. Aku stop disini gak tahan baunya," Emi berhenti di pucuk tangga

"Tolonggg....hiks," suara wanita itu semakin terdengar jelas.

Andi menengok kemana sumber suara itu. Dia langsung berbelok ke kiri. Ke Arah kelas Seni. Andi datang pertama kali. Wasabi datang menyusul beberapa detik kemudian.

Mereka melihat sepenggal kepala sudah tergeletak di lantai serta ada ceceran darah yang mengalir di loker yang terbuka juga di sekitar lantai dengan kepala yang terpenggal.

Di sudut ruangan ada wanita yang berjongkok dengan tubuh memeluk lutut, ia menghadap ke arah dinding.

Membelakangi kepala yang ada di lantai. Wanita itu menangis sesegukan dengan tubuh gemetar dan ketakutan. Sangat takut.

"Kepala itu terjatuh dari loker. Ada darah di loker itu. Kepala siapa itu?" gumam Wasabi dengan berbagai pertanyaan di otaknya.

Tawaran Menjadi Detektif

Semua terkejut dengan pemandangan di depan. Sangat sadis, siapa yang telah memenggal kepala tersebut? Apa maksud dari perbuatan itu?

"Aku tak berani menyentuhnya," ujar Andi

"Kita jangan menyentuhnya, kita cukup melihatnya kepala siapa itu," ucap Wasabi

"Tetap saja tidak jelas. Kelas seni sedang kemah dari kemarin. Jadi lorong ini kosong," sahut Andi

"Dan kemungkinan kepala itu sudah ada dari kemarin. Yang jadi pertanyaan jika dari kemarin kenapa darah itu tidak mengalir sebanyak ini?" selidik Wasabi

Beberapa Mahasiswa juga datang berkerumun mendatangi asal teriakan dan melihat kejadian itu. Sebagian berlari ketakutan. Sebagian pingsan ditempat.

"Bisa saja, karena satu-satunya kesempatan menaruhnya di loker adalah hari kemarin. Sepertinya ini sudah mati dari kemarin," ucap Andi ikut menyelidiki

"Andi, tolong suruh Emi Panggil Presdir Kiyoshi dan keamanan kampus ini, lihat tuh yang lain udah pada berkerumun," ucap Wasabi

"Ok, kamu tangani cewek itu," Andi menunjuk wanita itu dengan dagunya.

Wanita itu menangis ketakutan seluruh tubuhnya terlihat gemetaran

"Kamu ..woy ..cewek. Kesini, pegang tangan Ku," ucap Wasabi membantunya berdiri melewati kepala yang tergeletak di tengah loker

"Aku gak bisa berdiri...pusing. Aku mau muntah gak tahan," ucap Wanita itu dengan menangis

Kemudian Wasabi tanpa permisi menggendong wanita itu. Dia tidak suka bertele-tele. Sementara Wanita itu terbelalak kaget, ia hampir terjatuh karena tangannya tidak memegang sesuatu. Ia pun reflek mengalungkan tangannya sembari memandangi Wasabi yang menatap lurus ke depan.

Tampan, Dia sangat berani, batin wanita itu.

Wasabi menurunkan wanita itu setelah melewati loker dan menjauh beberapa meter.

Tak berapa lama Presdir dan petugas keamanan datang

"Astaga," pekik Presdir Kiyoshi yang keturunan Jepang itu

"Astaghfirullah," ujar Satpam yang bernama Yoko. Ia sampai menganga dan langsung menutup mulutnya, "Kenapa bisa begini!" timpalnya lagi

"Bodoh! Seharusnya Saya yang tanya kamu, Yoko,"

"Dia yang pertama kali melihatnya," Wasabi berjalan mendekati Pak Kiyoshi sembari menunjuk wanita yang tadi digendongnya.

"Kepala yang terpenggal itu ada didalam loker, ini masalah serius. Hemm sepertinya Kita harus memanggil petugas kepolisian. Dan juga kamu, wasabi. Bantu saya lagi ok," ucap Presiden Direktur Kampus tersebut.

"Baik pak saya akan membantu sebisa saya," ucap Wasabi

"Pak saya permisi. Saya harus mengamankan tempat. Kabar ini sudah menyebar luas sepertinya," Yoko pamit undur diri ia berinisiatif untuk langsung menjalankan tugasnya mengamankan kampus.

"Tangani mereka dan segera informasikan ke mahasiswa yang pagi tadi sudah masuk, setelah jam pelajaran ini mereka boleh pulang. Untuk mahasiswa yang sedang menunggu jam kelas, pulangkan saja. Kosongkan tempat ini untuk sementara waktu," perinta Presdir Kiyoshi.

Wasabi mengamati isi loker.

Kosong. Hanya ada bercak darah yang bersisa didalamnya.

Wasabi belum tau penggalan kepala siapa itu. Sangat mengerikan. Wajahnya berada di posisi bawah alias terlungkup. Ia tak berani membolak balikkan karena itu harus diperiksa tim ahli terlebih dahulu.

Dia hanya mengamati warna kulit , rambut dan hal-hal yang tak boleh hilang dari kasat mata. Dan ada sebuah kain yang melekat di sela pintu loker.

Jika dilihat dari teksturnya, bahan tersebut adalah polimer karet sintetik yang kemampuan menyerap airnya tak lagi diragukan. Makannya darah tersebut tidak langsung mengalir kluar karena ada kain yang di sengaja ditempel melekat di sela pintu loker. Contoh bahan kain tersebut seperti bahan kanebo.

"Mereka sampai memikirkan bagaimana agar darah tersebut tidak langsung terjatuh. Ini benar-benar sudah ia rencanakan," gumam Wasabi

Wasabi menghampiri wanita yang berteriak tadi. Dia duduk di bangku jauh dari tempat kejadian. Ditemani Emi sambil meneguk air mineralnya. Andi juga mengikuti Wasabi

"Nama kamu siapa? Jurusan apa?" tanya Wasabi dengan tegas layaknya polisi yang sedang menginterogasi seseorang

"Kaku banget sih, dah kayak interpol aja kamu," gerutu Andi, tetapi Wasabi hanya meliriknya.

Wanita itu belum menjawab karena dia sedang meminum air untuk menenangkan dirinya. Tubuhnya masih gemetar.

"Hari ini anak seni semua kemah. Kenapa kamu enggak?!" selidik Wasabi lagi, pria itu menaruh curiga pada gadis itu

Lantai 3 ini hanya berisi kelas seni. Diantaranya Kelas Seni Lukis, Tari dan Seni drama. Serta Aula Seni yang kosong

"Aku Joy, jurusan seni lukis. Aku gak ikut kemah kemarin karena aku punya penyakit maag yang terkadang kambuh dengan tiba-tiba. Dan aku kesini karena ada sebuah SMS yang mengatakan aku harus ambil paket . Dan itu ada di loker milik ku. Anehnya kenapa dia mempunyai kunci loker ku? Kalau gak percaya ini SMS nya," ucap wanita yang bernama Joy

Wasabi mengambil ponsel Joy dan membaca pesan SMS itu. Dengan mengerutkan dahi, nomer telepon itu bukan berasal dari Indonesia. Kode negara malaysia

"Aku ngecium bau busuk dan semakin busuk ketika aku sampai di depan loker. Tapi aku sungguh tidak mengira kalau di dalam lokerku ada kepala," Joy terlihat ketakutan ia meminum air mineralnya lagi.

"Dan aku kaget setengah mati, melihat ada wajah dengan mata yang terbelalak melihatku. Aku reflek menutup pintu loker dengan bantingan keras. Tanganku juga sempat mendorong loker sampai kepala tersebut bergelinding," jelas Joy dengan napas tersengal-sengal sambil menatap Wasabi.

"Dia Fika sahabat aku dan Tiga hari kemarin aku masih berkomunikasi dengannya. Tapi aku tak menyangka dia berakhir seperti ini," lanjut Joy sementara yang lain diam menelaah ucapan Joy

"Kamu asalnya dari mana Joy?" tanya Wasabi

"Aku dari Indonesia lah, mana lagi," jawab Joy

"Logat bicara kamu seperti orang asing, agak Melayu seperti Malaysia,"

"Haha kamu bisa aja. Mungkin karena akhir-akhir ini, aku dekat sama anak Malaysia jadi agak kebawa sedikit,"

Wasabi masih menaruh curiga pada Joy. Kenapa wanita itu yang tadinya sedih kemudian tertawa

"Aku chating dengan beberapa teman di London. Singapura dan Malaysia. Kita juga sering ngobrol lewat video call atau telpon, kadang malah nada bicara aku pernah kebarat-baratan. Aku rasa semua tergantung dengan siapa aku bergaul," ucap Joy

"Wow keren juga ya kamu Joy," seru Andi

"Oh ya kita belum kenalan. Aku Andi Jurusan grafis," Andi mengulurkan tangan

"Hai Andi, sedih rasanya kita harus berkenalan saat terjadi hal seperti ini," ujar Joy

"Joy.. kalau boleh tau Fika itu Jurusan apa?" tanya Emi

"Sama sepertiku seni lukis,"

Tak berapa lama polisi datang bersama dengan INAFIS (Indonesia Automatic Fingerprint Identification System ) adalah satuan kerja di bawah Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri.

Inafis berperan penting dalam mengidentifikasi seseorang melalui cara ilmiah pemeriksaan sidik jari. Polisi Inafis hampir selalu dilibatkan dalam proses penyelidikan kejahatan.

"Wasabi, Andi, Emi dan Joy bisa ikut saya sebentar?" ucap Pak Yoko seorang satpam yang memiliki kelebihan mengenali dan lekas hapal nama-nama anak di kampus

Ia menggiring mahasiswa itu untuk bertemu dengan polisi yang akan menangani kasus tersebut.

"Selamat siang. Saya Hendra petugas kepolisian yang menangani tindak kriminal. Mohon nona sebagai saksi mata dan Wasabi serta kamu ( Menunjuk Andi dan Emi) ikut saya ke kantor untuk menceritakan tuntutan kejadian," seru Hendra yang hanya mengenali Wasabi karena mereka pernah bertemu di kasus sebelumnya

"Saya tidak ditangkap kan pak? Saya benar-benar tidak tahu dan saya takut kalau itu ancaman untuk saya," ucap Joy ketakutan

"Maka dari itu kami akan memeriksanya terlebih dahulu. Kepala yang terpenggal telah diamankan dan sisanya biarkan para INAFIS bekerja mengambil bukti sidik jari," ucap Hendra

Tak ada Rekaman cctv di sudut dekat lokasi tempat kejadian perkara, tapi mungkin bisa menjadi bukti dengan adanya cctv di tempat lain.

Joy, Wasabi, Andi dan Emi, ikut ke kantor polisi untuk keterangan terperinci

Bruuuk..

Joy memukul meja polisi , Dia sedang kesal

"Kenapa sih para polisi itu selalu menyudutkan saksi!" Joy memekik tajam sambil melototkan matanya

"Pak apakah bapak tahu perasaan saya?! Saya ketakutan setengah mati!" Joy meraupkan wajahnya dengan tangan kemudian ia menyentuh keningnya dengan tangan kanan sementara tangan kiri bertumpu di atas meja. Wanita itu berdiri dengan rasa kesal.

Kemudian Joy memasnag ekspresi sedih sampai menangis.

"Hiks...sampai sekarang aja saya masih kebayang bagaimana wajah itu seperti melihat ke arah saya," Joy mulai menangis. Perubahan ekspresi seperti itu malah sering disudutkan oleh polisi termasuk Wasabi yang menaruh curiga pada Joy

"Hemmh kami tidak menyudutkan. Kami hanya memastikan. apakah cerita itu sesuai dengan yang anda lihat karena terkadang seseorang itu tidak yakin dengan apa yang dia lihat," ujar Inspektur Hendra

"Tapi saya YAKIN SEYAKIN YAKINNYA! Saya malah merasa di ancam. Karena itu loker saya! Entahlah apa maksud dia memasukkan kepala itu ke loker saya, atau dia tidak suka dengan saya dan solah-olah saya yang bersalah," jelas Joy

"Joy tenang," sahut Andi

"Ok, sampai disini saja. Keterangan Andi, Emi dan Wasabi juga sudah kami catat. Terimakasih telah memberikan informasi yang kami butuhkan," ujar Inspektur Hendra sembari merapikan kertas-kertas di depan mejanya.

"Jika suatu saat kami butuh keterangan dari anda. Pastikan anda bisa datang secepatnya

"Baik pak..," seru semuanya kecuali Joy.

"Kami siap jika anda butuhkan," sahut Wasabi

"Wasabi. Bisa kita bicara sebentar," ujar Hendra menyuruh anak buahnya membawa saksi lainnya keluar dahulu

Andi dan Joy keluar dari ruangan.

"Saya Ingin kamu bekerja dengan kami. Menjadi detektif sungguhan," tawar Inspektur Hendra

"Hah? Bukankah saya masih seorang mahasiswa, saya belum lulus," Wasabi terkejut, inilah yang dia inginkan. Tetapi dirinya baru menjadi mahasiswa

"Tapi kasus kemarin yang kamu pecahkan itu sangat sulit kami temukan. Kamu cerdik dan itu yang kami butuhkan. Bagaimana dengan tawaran saya. Jam kerja fleksibel yang penting ada hasil," ucap Inspektur Hendra

"Saya sangat tersanjung atas pujian bapak. Baiklah saya bersedia menjadi detektif. Bekerja bersama anda, saya akan berusaha memecahkan kasus ini sebaik mungkin," ujar Wasabi

Wasabi dan Inspektur Hendra bersalaman dan ia akan segera memulai aksinya dengan semangat menggebu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!