"Yang benar saja si Yah, aku ini masih SMA. Aku belum mau berumah tangga apalagi dengan si Leli cewek bawel dan manja. Yang ada aku bisa menjadi duda di usia muda," protes Gerald.
"Tapi Ayah sudah janji sama orang tua Leli. Ayah tak bisa menolaknya. Lagi pula apa salahnya kamu terima. Ayah yakin, cinta akan hadir seiringnya waktu," sahut Ayah Helmi.
"Yah, aku mohon! Ini semua demi masa depan aku. Aku tak mencintai Leli. Please Yah, jangan paksa aku menikah dengannya. Aku tak habis pikir, kok bisa-bisanya Ayah berpikir mau jodohkan aku sama dia?" tanya Gerald yang kini menatap ke arah sang ayah.
Gerald dan Leli adalah dua manusia yang memiliki sifat yang berbeda, istilah kata mereka itu seperti kucing dan anjing. Mereka selalu bertengkar di sekolah. Leli memiliki sifat manja dan bawel, sedangkan Gerald sosok yang dingin dan kaku. Rumah tangga apa yang kelak mereka akan jalani?
Di tempat yang berbeda, Leli justru sedang tersenyum puas. Karena akhirnya, orang tuanya mau menyetujui permintaan dirinya untuk menikah dengan Gerald. Cowok populer di sekolahnya, suatu kebanggaan baginya bisa menjadi istri dari Gerald.
"Akhirnya, kamu akan masuk perangkap aku. Siapa suruh bersikap sombong sama aku, sekarang kau rasakan," ucap Leli menyeringai licik. Dia menjadi penasaran, ingin tahu ekspresi Gerald jika nanti berhadapan dengannya.
Leli bersyukur, karena takdir seakan berpihak kepadanya. Orang tua Gerald dengan dirinya adalah sahabat karib sejak duduk di bangku SMA. Tentu saja mereka tak keberatan untuk menikahkan anak mereka.
Pagi ini Leli begitu bersemangat datang ke sekolah, dia berniat untuk membicarakan perjodohan ini dengan Gerald. Dia sudah tak sabar ingin membuat para wanita di sekolahnya akan merasakan patah hati, karena Gerald menjalin hubungan dengannya.
"Ral, Gerald, tunggu! Ada hal penting yang ingin aku bicarakan sama kamu," ucap Leli.
Demi untuk bisa bicara dengan Gerald, Leli rela berlari sekencang mungkin untuk mengejar Gerald.
"Sorry, gue tak ada waktu," sahut Gerald ketus yang langsung pergi meninggalkan Leli begitu saja.
"Gila, itu cowok sombong banget. Lihat saja nanti, Leli Sagita akan membuat kamu bertekuk lutut di hadapanku," ucap Leli. Membayangkan hal itu terjadi, Leli menjadi tertawa geli sendiri.
"Woy, Li. Lo kenapa? Lo sakit senyum-senyum sendiri?" ucap Riska yang datang tiba-tiba. Riska langsung menempelkan punggung tangannya untuk mengecek panas atau tidak kening Leli.
Leli langsung menghempaskan tangan sahabatnya. Riska adalah sahabat Leli sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar. Riska sangat tahu, kalau Leli memiliki perasaan kepada Gerald.
"Sia*lan lo! Lo pikir gue gila apa," ucap Leli ketus.
"Ya kirain, habisnya lo senyum-senyum sendiri," sahut Riska.
"Sepertinya, sebentar lagi," jawab Leli asal.
"Gue baru tahu, orang niat banget ingin gila," sindir Riska.
"Eh, sini deh! Gue ingin cerita sama lo! Gue sama Gerald akan segera menikah," ungkap Leli dengan penuh semangat. Tentu saja ucapan Leli membuat sahabatnya itu melongo tak percaya. Pasalnya Riska sangat tahu, kalau Gerald tak pernah suka dengan Leli. Jangankan untuk menikah atau pacaran, untuk berteman saja Gerald tak pernah mau.
Bagi Gerald, Leli adalah anak manja dan bawel yang akan membuat dia pusing. Dia tak menyukai tipe wanita seperti itu. Namun, kenyataannya dia justru di jodohkan ayahnya dengan wanita yang dia tak suka.
"Bagaimana ya caranya, agar Ayah mau membatalkan perjodohan ini?" Gerald bermonolog. Perjodohan ini membuat Gerald pusing tujuh keliling.
Bel pulang sekolah telah berbunyi, murid-murid berhamburan keluar untuk pulang. Rencananya Gerald tak langsung pulang. Karena hari ini adalah jadwalnya dia latihan basket dengan tim basketnya. Gerald adalah ketua tim basket di sekolah itu. Wajar jika dirinya menjadi cowok terpopuler di sekolahnya. Bukan hanya tampan, dan keren saja, Gerald juga memiliki otak yang cerdas. Hal itu yang membuat dia menjadi incaran kaum hawa di sekolahnya. Namun sayangnya, tak ada satu orang pun wanita yang dia jadikan kekasihnya.
"Gerald, aku ingin bicara sama kamu," ucap Leli dengan percaya diri.
Leli menghampiri Gerald yang sudah berada di lapangan. Tentu saja hal itu membuat Gerald merasa kesal. Leli tak peduli dengan sikap penolakan Gerald, yang terpenting dia bisa bicara sama Gerald. Leli langsung menarik tangan Gerald ke luar lapangan.
"Lepasin enggak! Jangan sampai gue berbuat kasar sama lo! Dasar wanita aneh, tak jelas!" umpat Gerald sambil menghempaskan tangan Leli kasar.
"Apa? Kamu bilang aku wanita aneh dan tak jelas?" tanya Leli dengan tatapan tajam.
"Hello, apa kamu tak bisa melihat wanita cantik seperti aku? Memangnya aku hantu, kamu bilang tak jelas? Aneh? Kamu itu yang aneh," cerocos Leli membuat Gerald bertambah kesal. Baginya, ucapan Leli tak penting.
"Ya sudah gini saja! Sorry waktu gue tak banyak. Lo lihat 'kan kalau anggota tim gue sudah kumpul. Gue ini mau latihan basket. Kenapa sih lo senang banget ganggu gue? Sekarang lebih baik lo cepat katakan, apa yang ingin lo bicarakan sama gue!" ucap Gerald tegas.
Leli langsung mengungkapkan tentang perjodohan dirinya dengan Gerald. Rencananya orang tua mereka akan segera menikahkan mereka.
"Sorry gue enggak bisa. Gue akan minta ayah gue untuk membatalkannya," ucap Gerald tegas.
"Ya enggak bisa dong. Mereka 'kan sudah sepakat mau menjodohkan kita. Apapun alasannya kamu harus bertanggung jawab menikahi aku," protes Leli.
"Tanggung jawab? Eh, memangnya gue ngapain lo, di suruh tanggung jawab nikahin lo. Sudah ya! Lebih baik lo bicarakan sama ayah gue. Kalau perlu lo nikah saja sama bokap gue. Karena semua ini adalah ulah dia, jadi dia yang harus bertanggung jawab nikahi lo, bukan gue," sahut Gerald ketus. Gerald langsung pergi meninggalkan Leli begitu saja.
"Gerald," teriak Leli sambil menghentak-hentakkan kakinya karena kesal. Dia belum selesai bicara, Gerald justru langsung pergi meninggalkan dirinya begitu saja.
Melihat sahabatnya seperti itu, Riska langsung berjalan menghampiri Leli yang sedang memanyunkan bibirnya. Dia merasa kesal, karena banyak kaum hawa yang mencoba mendekati Gerald. Mereka rela tak langsung pulang, hanya untuk melihat Gerald yang sedang berlatih basket.
"Sudahkah Li, lebih baik lo lupakan saja rencana perjodohan lo sama Gerald! Gue kasihan sama lo, gue enggak mau lo sedih karena mendapatkan penolakan dari Gerald. Lo harus sadar, kalau Gerald tak pernah menyukai lo. Jangankan untuk menjadi suami lo, menjadi teman atau pacar lo saja dia tak sudi," ucap Riska mencoba memberi pengertian kepada sahabatnya itu. Meskipun Riska tak tahu, Leli akan mendengar ucapan dia apa tidak, karena Leli adalah tipe wanita yang keras kepala dan selalu ingin mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Aku tak akan pernah pantang menyerah, aku akan membuat kamu jatuh cinta kepada aku," ucap Leli yang kini memandang Gerald dari jauh.
"Yah, sebenarnya kita ini mau kemana sih? Kenapa aku harus berpakaian formil seperti ini sih?" gerutu Gerald.
Tak biasanya, orang tuanya mengajak dirinya untuk datang ke undangan pernikahan atau sunatan. Semenjak Gerald duduk di bangku SMP, dia tak pernah mau lagi ikut dengan orang tuanya. Dia lebih memilih melakukan hal yang dia suka. Kecuali acara itu, acara keluarganya. Terpaksa dia harus datang.
"Mau ketemu besan kamu!" sahut Ayah Helmi dengan santainya.
"What? Besan?" tanya Gerald untuk mempertegas. Biji matanya pun seperti mau keluar. Dirinya terkejut setengah mati, meskipun dia tahu kalau dia akan dijodohkan dengan Leli. Namun, dia pikir ayahnya sudah mengurungkan niatnya. Karena sang ayah ataupun bundanya tak pernah membahas masalah itu. Hingga akhirnya dia bisa bernapas lega.
Mendengar besan, tentu saja dia menolak mentah-mentah. Apa jadinya nanti jika kucing dan anjing hidup dalam satu rumah, bisa-bisa tiap hari terjadi perang terus. Seorang yang manja, ceroboh, dan bawel harus berhadapan dengan seorang yang dingin, kaku, dan perfeksionis. Mereka itu seperti bumi dan langit yang tak akan pernah bersatu. Kecuali cinta yang nantinya akan membuat mereka bersatu.
"Pokoknya Gerald tak mau! Memangnya Ayah mau, bikin aku mati cepat karena ulah si Leli? Yah, aku tak suka tipe wanita model begitu," protes Gerald, menunjukkan wajah tak sukanya.
"Pokoknya Ayah tak ingin dengar penolakan kamu! Tekad Ayah sudah bulat untuk menikahkan kamu dengan Leli. Leli itu anak yang baik, Ayah mengenal dia, sejak kalian kecil. Sejak dulu kalian sudah sering bersama, ya meskipun kalian tak pernah akur dari dulu. Seperti anjing dan kucing. Tapi Ayah yakin seiringnya waktu, kamu akan jatuh cinta sama dia. Ayah tak bisa menolak permintaan orang tua Leli, dia ingin menitipkan Leli kepada Ayah. Karena Ayahnya Leli akan di pindah tugaskan ke negara lain. Leli 'kan sebentar lagi lulus sekolah, tak mungkin dia pindah sekolah. Ayah khawatir, Ayah takut terjadi sesuatu kamu dengannya," ungkap Ayah Helmi.
"Yah, bukan seperti ini caranya! Aku bisa kok menjaga diri aku, lagian aku juga tak nap*su model cewek begitu. Ayah tak perlu khawatir," jelas Gerald.
Percuma saja dia menjelaskan panjang lebar, karena semua itu tak membuat keputusan Ayahnya berubah. Ayahnya tetap menikahi dia dengan Leli.
"Ayo kita berangkat sekarang! Ayah tak mau mereka menunggu kita terlalu lama, takutnya jalanan macet," ujar Ayah Helmi.
"Yah ...," ucap Gerald.
"Apalagi?" tanya Ayah Helmi yang kini menatap sang anak serius.
"Kalau aku menikah dengan Leli, berarti aku harus bekerja dan tak bisa kuliah? Karena aku harus menafkahi dia?" tanya Gerald lesu. Gerald berniat ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang bangku kuliah.
Ayah Helmi tersenyum. Karena sebelum kedua orang tuanya memutuskan untuk menjodohkan mereka. Mereka sudah membicarakan tentang ini. Yang terjadi perubahan hanya status. Untuk biaya hidup dan sekolah mereka, akan tetap di tanggung orang tua mereka masing-masing sampai mereka lulus kuliah nanti dan bekerja. Orang tua mereka hanya ingin hidup tenang karena menikahkan anaknya dengan orang yang tepat dan jelas asal usulnya, mereka juga ingin hubungan persahabatan mereka tetap terjalin. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk menjodohkan anak mereka.
"Dasar orang jadul, seperti zaman Siti Nurbaya saja! Seperti aku tak laku saja, padahal kalau Ayah ingin aku segera menikah, aku bisa saja memilih wanita mana yang aku mau. Tak perlu lewat perjodohan seperti ini. Leli juga aneh, di jodohkan justru malah senang. Lo beruntung, gue buntung dapat lo!" Mulut Gerald terus saja mengumpat, hatinya merasa kesal.
"Jangan bicara seperti itu, nanti kalau sudah kecanduan kue apemnya Leli tahu rasa. Siapa bilang kamu tak beruntung. Leli wanita yang cantik, tubuhnya juga seksi, menarik. Memang sih dia anak yang manja, kamu harus lebih bersabar menghadapi dia. Nanti tinggal kamu didik saja, lama kelamaan dia pasti berubah," jelas Ayah Helmi. Bunda Gita pun mengiyakan.
"Bunda sama Ayah sama saja! Gerald benci Ayah sama Bunda!" umpat Gerald sambil mengacak-ngacak rambutnya.
Mobil yang membawa mereka, kini sudah sampai di depan rumah orang tua Leli. Hari ini adalah acara pertemuan keluarga sekaligus membahas pernikahan anak-anak mereka.
"Ingat ya, jangan bertindak macam-macam! Jangan buat Ayah malu! Semua yang Ayah lakukan demi kebaikan kalian," pesan Ayah Helmi kepada anaknya sebelum turun dan Gerald hanya menganggukkan kepalanya.
Leli sudah terlihat cantik dan dewasa, wajahnya sedikit memakai makeup Saat itu dia memakai dress selutut berwarna pink dengan motif bunga-bunga kecil. Membuat dirinya terlihat girly.
Gerald lebih memilih diam, tak ada sepatah katapun terlontar dari bibirnya. Dia hanya mencium tangan kedua orang tua Leli secara bergantian, tanpa basa-basi. Sebenarnya orang tua Leli tak merasa aneh, karena mereka tahu sifat calon menantunya itu. Namun, mereka yakin kalau Gerald akan menyayangi dan mencintai anaknya dengan tulus. Leli pun melakukan hal yang sama mencium tangan kedua orang tua Gerald secara bergantian. Tetapi berbeda dengan Gerald, Leli justru lebih terlihat ramah, menyapa calon mertuanya.
Sepanjang pertemuan Gerald hanya menundukkan kepalanya, menunjukkan wajah tak suka. Berbeda halnya dengan Leli yang terlihat begitu bahagia. Kedua orang tua mereka sepakat untuk merahasiakan pernikahan mereka sampai mereka lulus sekolah dulu, mereka meminta keduanya untuk menunda memiliki anak dulu. Agar Leli bisa tetap bersekolah sampai lulus. Setelah menikah, mereka akan menempati apartemen milik orang tua Leli, agar mereka hidup mandiri layaknya pasangan suami istri.
"Bagaimana, kalian setuju 'kan? Rencananya pernikahan kalian akan di adakan minggu depan," ungkap Papa Toni, Papa dari Leli.
"Maaf Om, pernikahan ini tak bisa di laksanakan. Karena aku saat ini belum berusia 21 tahun, tak sah di mata hukum. Mengapa Om tidak menikahkan anak Om dengan laki-laki yang sudah berusia 21 tahun," Gerald angkat bicara. Dia berharap pernikahan ini di batalkan karena dia saat ini baru mau berusia 18 tahun.
"Iya Om mengerti, makanya untuk sementara waktu kalian hanya menikah secara siri. Yang penting kalian sah dulu secara agama. Nanti kalau Gerald sudah berusia 21 tahun, kalian bisa menikah kembali agar sah berdasarkan hukum. Maafkan Om ya Gerald, Om sudah yakin kalau kamu adalah laki-laki yang tepat untuk Leli. Om yakin kalau kamu akan menjaga dia dengan baik. Om titip Leli sama kamu ya," ungkap Papa Toni.
"Tapi aku tak mencintai anak Om, aku takut nantinya Leli, Om, dan Tante akan kecewa sama aku."
"Tenang saja, Om yakin. Kalau kalian akhirnya saling mencintai, karena terus bersama. Kamu tahu pepatah Jawa witing tresni jalaran soko kulino tidak?" tanya Papa Bayu. Gerald menggelengkan kepalanya, dia tak paham. Karena Gerald memang bukan berasal dari daerah Jawa, Ayah Helmi berasal dari daerah Bengkulu dan Bunda Gita berasal dari daerah Palembang.
"Artinya, cinta hadir atau tumbuh karena biasa bersama," jelas Papa Bayu, Papa dari Leli.
Tak ada cara lagi untuk Gerald untuk menolak perjodohan ini.
"Mengapa nasib gue tragis begini ya? Masa iya, seorang Gerald harus menikah dengan perjodohan. Jatuh banget harga diri gue jadi laki-laki. Sudah di jodohkan sama ulat keket, ampun deh," Gerald bermonolog sendiri.
"Jadi rencananya, kapan kita akan menikahkan mereka berdua?" tanya Papa Bayu untuk memastikannya.
"Bagaimana kalau minggu depan saja? Nanti aku yang akan urus semuanya. Bunda tak keberatan 'kan mengurus persiapan pernikahannya?" tanya Ayah Helmi kepada sang istri.
"Ayah yang benar saja! Yang mau nikah itu Gerald, mengapa Ayah justru nanyanya sama Bunda," sungut Gerald. Dia menunjukkan wajah tak suka.
"Sudah, kamu diam saja! Kamu cukup duduk manis, dan nikmati pernikahan kamu dengan Leli," sahut Ayah Helmi dengan santainya.
Ingin rasanya Gerald berteriak, menangis meluapkan perasaannya. Tapi dia malu. Masa iya, anak laki-laki seperti anak perempuan.
"Tahan diri lo, Ral! Lo jangan emosi seperti ini! Banyak jalan menuju Roma, itu artinya banyak cara untuk membatalkan pernikahan ini. Lo harus bisa bersikap biasa dulu di depan mereka!" Gerald bermonolog dengan pemikirannya.
Bagaimana dengan Leli? Tentu saja dia ingin berjingkrak-jingkrak, karena keinginannya akan terwujud.
"Bagaimana? Leli setuju tidak, kalau kalian menikah minggu depan?" tanya Papa Bayu, membuat Gerald kini menatap wajah Leli serius, berharap Leli akan menolak perjodohan ini.
"Ayo Lel, lo jawab tidak! Ayo, lo jawab kalau lo menolak perjodohan ini!" ucap Gerald dalam hati, penuh harap.
"Iya, Leli setuju Pah," jawab Leli membuat Gerald ingin sekali menonjok wajah Leli. Sayangnya Leli perempuan, dan dia juga masih menghargai orang tuanya. Kalau tidak, Leli pasti saat ini sudah bonyok karena terkena bogeman darinya.
"Sia*lan ini cewek! Bukannya menolak, malah setuju. Sepertinya ini cewek sengaja mau buat gue sengsara. Awas lo Lel, gue akan buat hidup lo menderita! Biar lo akhirnya memutuskan bercerai dari gue, biarin deh gue jadi duda di usia muda gue daripada gue harus terus menerus hidup sama itu cewek," Gerald terus saja mengoceh dalam hati.
Pernikahan sudah ditentukan, minggu depan mereka akan menikah. Pernikahan ini akan digelar secara tertutup, agar pihak sekolah tak tahu kalau mereka sudah menikah.
Mereka tampak menikmati hidangan yang telah disediakan oleh orang tua Leli sambil mengobrol membahas tentang kedua anak mereka. Sedangkan Gerald justru memilih untuk duduk sendiri. Dia terlihat gelisah memikirkan pernikahan dirinya dengan Leli.
Leli datang menghampiri Gerald yang duduk termenung seorang diri. Leli datang dengan membawa 2 gelas softdrink untuk dirinya dan juga Gerald.
"Ini untuk kamu," ucap Leli yang datang tiba-tiba, dia memberikan satu gelas softdrink untuk Gerald.
"Sorry gue enggak butuh minuman dari lo! lebih baik lo pergi dari hadapan gue sekarang! Muak gue lihat lo! Bisa-bisanya lo mengiyakan perjodohan ini. Lo tau 'kan kalau gue tak pernah suka lo, apalagi cinta. Kenapa sih, lo masih ngotot terus ingin menikah sama gue? Memangnya lo sudah siap hidup menderita sama gue?" cerocos Gerald yang kini menatap tajam ke arah Leli.
"Ok, kalau lo seperti itu. Bagaimana kalau kita taruhan? Kita lihat, siapa yang akan jatuh cinta duluan? Aku atau kamu? Sebenarnya aku sudah cinta sih, tapi aku ingin mendapatkan cinta yang tulus dari kamu. Entahlah aku bisa tetap bertahan atau akhirnya aku menyerah. Makanya aku ingin kita taruhan," ujar Leli.
"Ayo, siapa takut! Siapa yang kalah, dia yang harus pergi! Jangan terlalu maksain diri, yang nantinya lo juga yang akan merasa sakit," ucap Gerald sombong dan justru ucapan Gerald semakin membuat Leli tertantang.
"Deal!" ucap keduanya. Mereka berjabat tangan, setuju untuk bersaing. Gerald tersenyum licik, dia yakin kalau dirinya yanga akan menang dan membuat Leli akan menyerah.
Ternyata sikap keduanya diperhatikan kedua orang tua mereka dari jauh. Mereka tampak tersenyum. Mereka yakin, kalau anak-anak mereka akan saling mencintai.
"Wah, sepertinya kalian sudah tak sabar ya ingin segera menikah. Sabar ya! Minggu depan kalian akan resmi menjadi pasangan suami istri, kalian bebas melakukan apapun yang kalian inginkan. Termasuk ehem-ehem. Kalian sudah halal," goda Ayah Helmi bahkan dia menegaskan kata halal dan memberi isyarat dengan menyatukan dua tangannya. Hal itu membuat wajah Leli memerah, tetapi tidak dengan Gerald. Dia justru terlihat dingin.
"Melihat wajahnya saja gue sudah ilfeel, bagaimana barang gue bisa bangun. Daripada sama dia, mending gue main sendiri," ujar Gerald dalam hati.
"Lel, ambilkan Gerald makan sana! Sepertinya dia minta diambilkan sama kamu! Biasa Lel, Gerald suka malu-malu kucing. Ya, hitung-hitung kamu latihan nanti kalau sudah resmi menjadi suami istri," ujar Ayah Helmi.
"Ih Ayah ngapain sih bicara seperti itu, bikin gue kesal saja! Sudah tahu lagi kesal, jadi tambah kesal deh," umpat Gerald dalam hati.
"Iya, Om. Sebentar, Leli ambilkan dulu," ucap Leli sopan.
"Kok manggilnya Om? Ayah dong! Kamu harus mulai Membiasakannya. Nanti Gerald juga manggil Papa kamu, Papa. Sebentar lagi kalian 'kan akan menjadi keluarga, kamu akan Ayah anggap seperti anak Ayah sendiri," ucap Ayah Helmi.
"Please deh, Yah! Jangan lebay gitu! Duh, buat gue muak banget lama-lama disini," gerutu Gerald dalam hati.
Leli tampak mengambil makanan untuk Gerald, sesuai perintah calon mertuanya. Dia mengambilkan nasi beserta ayam, sayur sop iga, tempe tahu, dan juga sambal. Leli juga membawakan air putih untuk Gerald.
"Ini makanan sama minuman kamu! Kamu bisa 'kan makan sendiri? Tak perlu aku suapin 'kan?" tanya Leli yang memberikan satu piring lengkap dengan ayam, sambel, tempe tahu, dan juga sop iga.
"Gue enggak suka sayur!" ucap Gerald dengan suara sedikit meninggi. Dia menolak makanan yang Leli berikan.
"Enggak usah bawel! Kalau tak suka tinggal kamu pinggirkan saja, gitu saja repot! Ingat ya, aku ini calon istri kamu. Bukan pembantu kamu, yang bisa kamu suruh sesuka hati kamu!" ucap Leli ketus membuat Gerald melongo. Dia tak menyangka kalau Leli berani berkata keras juga.
"Kamu pikir, aku akan bersikap lemah? Tak bisa bersikap keras ke kamu," ucap Leli dalam hati sambil terkekeh melihat ekspresi Gerald yang akhirnya terpaksa memakan semua yang Leli berikan.
"Gitu dong, kalau seperti itu 'kan jadi bikin aku tambah cinta sama kamu," goda Leli membuat Gerald tersedak.
"Hati-hati dong Sayang makannya, 'kan kamu jadi tersedak begini," goda Leli sambil memberikan satu gelas berisi air putih.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!