Teetttttttt
Alin nampak berlari mendengar bel berbunyi. Dia berjalan dari halte menuju sekolah. Hari ini terlambat karena terlambat bangun tidur. Alhasil beginilah dia.
"Semoga gerbang belum tutup." ucapnya bersemangat mengejar pintu gerbang yang hendak di tutup oleh sekuriti.
Ketika gerbang hampir tertutup, Alin mempercepat larinya.
"Alhamdulillah." ucapnya ketika ia berhasil masuk.
Pintu gerbang tertutup rapat setelah Alin masuk. Dia berjalan dengan agak santai sambil mengambil nafas.
"Kamu terlambat." terdengar suara lelaki dari belakangnya.
Alin memutar tubuhnya saat mendengar suara. Dia kaget melihat ketua OSIS sedang berdiri tidak jauh darinya. Dia adalah Elang Maheswara. Lelaki paling dingin di sekolah ini.
Alin tertegun melihat gantengnya lelaki itu dari dekat. Sudah hampir dua tahun bersekolah yang sama, namun Alin jarang melihat lelaki itu dari dekat.
"Ternyata dia tampan banget." ucap Alin terpesona.
"Kenapa malah bengong, kamu terlambat, ayo ikut dengan saya " ucap lelaki itu.
Ali berjalan mengikuti langkah kaki Elang. Dia bingung antara senang atau sedih mengikuti lelaki itu.
"Ini menyenangkan atau menyedihkan ya?" tanyanya pada diri sendiri.
"Tapi masa iya senang, toh aku bakalan di hukum dia." ucapnya lagi cemberut.
Elang membawa Alin kelapangan basket. Tidak ada siapapun hanya mereka berdua.
"Cepat kamu lari 20 putaran."
"Loh aku kan nggak terlambat, buktinya aku bisa masuk." jawab Alin karena seenaknya lelaki itu menghukumnya.
"Tetap aja kamu terlambat, kamu tadi menerobos gerbang saat pintu mau ditutup."
"Intinya aku tidak terlambat, yang terlambat itu berdiri di balik gerbang saat ini."
"Kamu terlambat dalam penglihatan saya, sekarang ayo berlari atau saya tambah hukuman kamu."
"Bagaimana jika saya nggak mau?"
"Akan saya buatkan surat pemanggilan orang tua, mau aku kasih ke wali kelas kamu." ancam lelaki itu.
Alin tidak mempan di ancam begini. Walaupun dia menyukai lelaki ini, akan tetapi dia bukan seperti gadis - gadis Korea yang tergila-gila ke lelaki dingin. Sampe hilang malunya demi si lelaki.
"Saya yakin wali kelas saya tidak akan mudah memberi saya surat panggilan orang tua, Saya tidak melakukan hal fatal sehingga orang tua saya harus dipanggil." jawab Alin tidak mau kalah.
"Tapi kamu melawan ketua osis dalam menindak kamu, itu termasuk Pelanggaran besar, jadi pilih yang mana?" tanya Elang sambil senyum mengejek.
Dengan berat hati Alin berlari mengelilingi lapangan bola basket.Dia mengutuk dirinya yang menyukai lelaki itu.
Alin berlari ngos-ngosan ketika baru saja 5 kali putaran. Dia memang tidak terbiasa berolahraga. Apalagi Alin adalah tipe yang tidak menyukai olahraga.
Alin berhenti di depan Elang yang masih menunggunya. Dia sudah tidak kuat melanjutkan.
"Aku tidak kuat lagi." ucapnya berhenti dengan ngos - ngosan.
"Baru lima putaran, ayo lanjut lagi."
"Emang kamu nggak ada pelajaran pagi apa sibuk ngurusin ini aja." ucap Alin kesal.
"Aku ini ketua OSIS, dan menertibkan siswa bandel seperti kamu itu adalah tugasku." ucap lelaki itu dengan angkuh.
"Cih, ketua OSIS aja belagu, dah lah aku nggak sanggup, kasih aku hukuman yang lain, yang bermanfaat."
"Baik jika itu yang kamu minta, silahkan kamu bersihkan toilet sekolah."
"Apa nggak ada hukuman yang lain apa? kan bisa aja di suruh menghafal apa gitu, hukuman kok main fisik terus."
"Nggak ada, biar toilet sekolah kita selalu bersih."
"Kan ada cleaning servis."
"Tapi tetap aja kita sebagai warga sekolah menjaga kebersihan lingkungan sekolah, apalagi cleaning servis sedang nggak masuk karena sakit." ucap Elang.
"Iya deh." ucap Alin akhirnya pasrah. Dia tau bahwa dia tidak akan pernah menang melawan lelaki itu.
Elang berjalan meninggalkan Alin yang sudah masuk ke area toilet wanita. Dia harus mengurus siswa yang terlambat lainnya selama 20 menit.
Tidak tiap hari Elang mengurus yang terlambat. Dia hanya bertugas Sekali tiga hari, itupun cuma dua puluh menit jam pertama.
sedangkan Alin membersihkan toilet dengan kesal. Ia berjanji akan menghapus cintanya untuk lelaki itu.
Di kelas IPA 2, Cahaya sedang menunggu teman sebangkunya. Sudah dua puluh menit namun tidak ada tanda-tanda kedatangan Alin.
"Kemana dia ya?" tanya Cahaya cemas.
Nabila melihat kecemasan Cahaya. Dia nampak senang sekali ketika melihat Alin tidak masuk sekolah.
"Enak jika dia nggak datang, dengan begini maka aku aka. menjadi orang nomor satu di kelas ini." ucap wanita itu tersenyum penuh kemenangan.
Bel pergantian jam pelajaran telah berbunyi kembali. Nabila dengan cepat menuju toilet karena ia sedang terburu-buru. Dia tau bahwa pergantian jam pelajaran biasa kelas kosong tidak begitu lama.
Namun niatnya urung ke toilet karena melihat Alin sedang bersih - bersih. Dia menutup pintu toilet dengan pelan, lalu mengunci dari luar.
Nabila tersenyum manis saat ia sudah berhasil mengurung Alin di kamar mandi. Nabila memasang tanda bahwa toilet tidak bisa di gunakan.
Setelah itu, Nabila berjalan menuju kamar mandi yang lainnya. Dia berjalan sambil bergembira.
Saat senangnya ternyata dia berpasangan dengan sepupunya Elang.
"Hai elang, selamat pagi."
"Hmmmmm, mau kemana jam pelajaran?" tanya Elang.
"Aku mau ke toilet elang, ah sepupu aku ini disiplin banget." ucapnya.
"Ya sudah ,cepat ke toilet lalu setelah itu masuk kelas."
"Iya sepupu.' jawab Nabila.
Elang berjalan menuju toilet yang di bersihkan oleh Alin. Sesampai di sana, dia merasa aneh ketika mendapati ada tulisan perbaikan di pintu masuk.
"Kenapa dia tidak ada? dan ini seperti ada yang ganjil?" tanyanya sambil mencopot tulisan yang yang ada di pintu.
Elang membuka pintu, saat membuka pintu dia kaget masih ada sosok wanita mungil itu berdiri .
"Kamu ngapain berdiri di situ?"
"Loh bukannya kamu yang kunci aku dari luar, seenaknya kamu ini memang."
"Aku ngapain, mana ada aku kayak gitu."
"Yah karena kamu masih dendam karena tadi nggak ikut kata kamu." jawab Alin.
"Kurang kerjaan sekali, dah karena sudah selesai mari kembali masuk kelas, awas terlambat lagi." ucap Elang meninggalkan Alin sendirian.
Setelah Elang benar - benar, Alin berjalan kembali menuju toilet. Dia masuk sebelum guru jam kedua masuk.
"Kamu datang juga?" tanya cahaya kepada Alin.
"Sayang sekali jika aku tidak datang sekolah." jawab Alin.
Sedangkan Nabila nampak kepala dari mejanya.
"Kenapa dia bisa lepas dari toilet itu? gimana caranya coba."
"Ah payah." ucap Nabilla lagi.
Ketika jam belajar selesai, seperti biasa Alin lansung menuju perpustakaan. Dia sangat ingin mencari referensi ulah hari ini untuk menunjang pelajaran hari ini.
Alin terkejut ketik mau duduk di meja yang di sediakan oleh perpus. Dia melihat Elang masuk dengan tampan.
"Dia emang paling tampan." ucap Alin dalam hatinya.
Elang Maheswara adalah ketua OSIS terpilih sejak 4 bulan yang lalu. Banyak para wanita yang tergila-gila dengan ketampanannya.
Selain tampan dia juga jenius. Dia selalu mendapatkan ranking satu di kelasnya. Elang siswa kelas XI IPA 1. Elang tidak pernah satu kelas dengan Alin.
Kemanapun perginya Elang selalu ada bayang - bayang mawar. Mawar merupakan wakil ketua OSIS yang duduk di kelas yang sama dengan elang.
Selain wakil OSIS, dia merupakan ketua cheerleader di sekolah. Sedangkan Elang adalah ketua basket di sekolah mereka.
Elang berjalan berdua dengan Mawar. Siswa siswi yang di sana melihat ke arah mereka berdua. Jika yang putri tergila-gila dengan elang maka siswa putra tergila-gila dengan mawar.
"Mereka serasi banget, kapan ya aku bisa jalan berdua dengan elang?"
"Iya, serasi."
Di sepanjang koridor banyak siswa yang memuja keduanya. Tapi Elang tidak pernah peduli. Baginya tidak ada bedanya.
"Elang, kamu mau pesan apa?" tanya Mawar kepada Elang saat mereka sampai di kantin.
"Aku makan bakso aja, tolong di pesankan ya." ucap Elang.
"Baik."
Elang mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk. Dia melihat ada Alin yang sedang makan pecal. Elang lansung mengambil posisi duduk menghadap ke arah Alin.
"Temannya perasaan itu - itu aja." ucapnya dengan bibir sedikit melengkung.
"Bro udah pesan makan?" tanya Bobi baru saja datang lansung duduk di sebelahnya.
"Sudah, mana yang lain?"
"Bentar lagi nyampe, Dafa dan Gio sedang di panggil pak Ardi tadi."
"Ngapain di panggil pak Ardi?" tanya Elang.
"Biasa, tadi mereka bolos nggak masuk kata anak - anak."
"Ah bikin malu aja mereka." ucap Elang menggelengkan kepala.
Jika dia menegakkan aturan dan dia temannya selalu melanggar aturan. Tapi mau bagaimana lagi, mereka sudah sohib dari SMP.
"eh ada Bobi." ucap Mawar kurang suka melihat kedatangan Bobi di meja itu.
"Hai mawar, pesanan untuk aku nggak ada war?"
"Pesan aja sendiri." jawab Mawar duduk di hadapan Elang.
"Giliran Elang kamu pesenin eh giliran aku malah ogahan, pilih kasih." ucap Bobi berdiri dari kursinya.
"Bob makan yang ini aja." ucap Elang sehingga Bobi kesenangan karena malas antri.
"Loh kenapa di kasih Bobi Lang?" tanya Mawar tidak terima dengan keputusan Elang.
"Tiba-tiba aku pengen makan pecal." ucap Elang.
"Tadi nggak ngomong sih, mau aku pesanin lagi?" tanya Mawar menawarkan diri.
"Biar aku sendiri." ucap Elang berdiri dari duduknya.
Dia berjalan dengan cepat karena melihat Alin juga berdiri. Elang tidak tau kenapa wanita itu mengantri lagi.
Elang berdiri di belakang wanita itu. Wanita yang di kenalnya sejak kelas 10 memang pemalu di matanya.
Saat Alinb sudah berada di dekat meja pecal, Elang melihat hanya ada satu pecal. Ketika Alin hendak menjangkaunya;
"Itu buat aku." ucap Elang membuat Alin kaget.
"Ini buat aku, kan aku yang duluan." jawab Alin.
"Tapi tadi saya liat kamu sudah makan, masa iya kamu mau dia, bagi yang lain dong." ucap Elang mengambil pecal yang di tangan Alin.
Melihat Elang yang mendekat membuat jantung Alin berdebar dengan kencang.
"Itu punyaku." ucap Alin dengan agak malu.
"Berbagi itu indah Alinshy." ucap Elang.
"Namaku Alin bukan yang kamu sebut itu." Alin kesal ketika dipanggil Alinshy.
"Apa bedanya? udah ini punyaku, ini buk uangnya." ucap Elang membayar pecal yang ada di tangannya.
Alin hanya diam tanpa membalas Elang lagi. Dia tau bahwa ia tidak akan menang melawan lelaki itu.
Alin memutuskan mengambil lontong sayur. Dia tidak punya pilihan lagi. Setelah membayarnya, dia berjalan mendekati temannya yang menunggu di meja.
"Pecalnya dah habis." ucap Alin kesal melihat Elang.
Sedangkan yang di lihatnya dengan kesal hanya makan tanpa perasaan. Dia bahkan tersenyum mengejek wanita itu.
"Yok ke kelas." ajak Alin.
Alin berjalan meninggalkan kantin bersama temannya. Dia kembali ke kelas dengan cepat karena ada yang menunggunya.
Sesampai di kelas, dia segera menghampiri sang teman. Dia melihat Rima meletakkan kepalanya di atas meja.
"Im makan yuk, ini aku beliin lontong sayur." ucap Alin.
"Kok lontong sayur sih? kan tadi aku pesan pecal." ucap Rima tidak terima dengan apa yang di belikan oleh Alin.
"Tadi pecalnya habis, jadi aku beliin lontong sayur aja biar kamu tetap makan." ucap Alin.
"Harusnya beliin di awal dong, biar nggak habis, aku kan maunya itu." ucap Rima kesal.
"Udahlah IM di makan aja, toh kami nggak sengaja, lagian ini sudah kebeli pun." ucap Cahaya.
"Nggak ah, aku nggak mau bayar, tadi aku pesannya Pecal." ucap Rima ngambek.
Elang yang mendengar itu menjadi kasihan dan geram terhadap teman Alin yang merupakan teman satu kelasnya juga.
Elang masuk ke dalam kelas. Melihat Elang masuk kelas, Alin hanya diam duduk tanpa bicara apapun.
"Kamu sakit Im?" tanya Elang berbasa basi.
"Iya Lang, pusing aja."
"Ohw, maaf ya tadi pecel kamu, aku yang ambil." ucap Elang duduk menarik kursi di dekat mereka.
Posisi Elang berada di hadapannya Alin. Dia merasa puas melihat cantiknya wanita itu.
"Maksud kamu apa Lang?"
"Tadinya harusnya teman kamu ini yang dapat pecal, tapi aku sedang lapar, maka aku rebut dari tangannya." ucap Elang.
"Ohw nggak apa-apa Lang, bukan rejeki aku."
"Soo berati kamu terima ini ya, untuk rasa bersalahku, aku aja deh yang traktir kamu." ucap Elang mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu.
"Kamu bukannya katering Lang, kenapa ke kantin umum?" tanya Rima yang tau bahwa Elang termasuk siswa yang memesan katering di kantin satunya lagi.
"Lalu gimana dengan Kamu?" tanya Elang kepada Rima.
"Aku sedang ingin aja Lang."
"Im, kami ke kelas dulu ya." pamit Alin tidak ingin mengganggu pembicaraan mereka berdua.
"Kenapa terburu-buru banget, harusnya aku yang pergi." jawab Elang tidak menyukai wanita itu pergi.
"Kamu di sini aja." ucap Alin berdiri dari tempat duduknya.
Alin tau bahwa Rima juga menyukai Elang. Dia tidak mungkin mengganggu kesenangan Rima saat ini. Alin juga tau kenapa Rima mau jajan di kantin tempat ia makan. Karena Elang sering nongkrong di sana bersama teman - temannya.
Di sekolah mereka ada beberapa kantin. Jika yang satu adalah khusus untuk katering. Dan yang lainnya adalah kantin yang menyediakan berbagai macam jajanan yang sesuai dengan kantong anak - anak ekonomi menengah seperti Alin.
Tapi di sana justru paling ramai, karena di sana mereka bisa heboh sesuka hati. Bagi yang pecinta keheningan dalam makan, maka di kantin satu lagi tempat yang paling cocok.
"Alinshy tunggu."
"Aku bukan Alinshy." ucap Alin agak amarah.
Alin marah karena teman-temannya tertawa saat Elang memanggilnya dengan nama itu.
"Dasar unggas." ucap Alin meninggalkan kelas XI IPA 1 dengan wajah Elang menegang mendengar ucapan wanita itu.
Hari ini adalah hari yang menyebalkan bagi Alin karena pembelajaran di tiadakan. Pembelajaran di tiadakan karena ada perlombaan basket antar sekolah.
Lomba persahabatan antar sekolah ini di selenggarakan setiap enam bulan oleh OSIS. Yang membuat Alin Maas adalah mereka harus menonton lomba basket tersebut.
Jika awalnya Alin sangat senang menonton basket karena ada Elang. Maka kali ini dia justru males menonton basket karena lelaki itu. Lelaki yang memanggilnya Alinshy sudah seminggu ini.
"Ayok Alin kita nonton Elang nonton." ajak Rima yang terang - terangan menyukai Elang.
"Aku malas, jika kamu mau nonton dia, pergi sama Cahaya aja."
"Ayok lah Lin, masa kamu nggak senang jika kami senang." ucap Cahaya.
"Iya, kan Cahaya mau liat Gio loh." ucap Rima.
"Pergi aja, biar aku di perpustakaan aja." ucap Alin.
Tiba-tiba Alin kaget ketika seseorang menabraknya dari belakang.
"Ops sengaja, habis menghalangi jalan sih." ucap Nadia wanita yang memang tidak menyukai Alin sejak kelas 10.
"Kamu tuh kenapa sih suka banget ganggu Alin?" tanya Cahaya lansung nyolot melihat Nadia di and the gank.
"Teman kamu ini nyampah aja sih di sini, udah tau dari keluarga biasa beraninya masuk sekolah ini." jawab Nadia dengan sombong.
"Emang ada Undang - undang sekolah di sini harus kaya kayak kamu dulu, toh juga banyak yang biasa juga di sini." jawab Rima.
"Iya, kalian salah satunya, tapi lebih banyak yang kaya kan?"
"Ah persetanlah dengan kalian orang kaya." ucap Cahaya emosi.
"Hahahaha liat teman - teman ini gang missqueen banyak omong pula." ucap Nadia kepada teman - temannya.
Teman - teman Nadia ketawa mendengar ejekan Nadia. Sementara Alin dan teman - teman hanya diam.
"Lebih cocok di beri nama geng pasormis." ucap Lala teman Nadia.
"Apa itu la?" tanya Nadia.
"Pasukan orang miskin." ucap Lala sambil tertawa.
Mereka tertawa mendengar ucapan Lala. Sedangkan Alin merasa malas untuk meladeni Nadia dan teman - teman.
"Yuk teman - teman kita pergi." ucap Alin kepada Cahaya dan Rima sambil menarik keduanya.
"Hus hus hus." ucap Nadia dan kawan - kawan.
"Ini nggak bisa di biarkan Lin." ucap Cahaya.
"Udah, ayo kita nonton basket, kata tadi nak liat Gio." ucap Alin mencoba untuk menenangkan cahaya.
"Ya sudah ."
Mereka bertiga berjalan menuju lapangan basket. Sepanjang perjalan mereka selalu mengejek Alin yang tadinya nggak mau menonton pertandingan.
"Tadi katanya nggak mau nonton, eh sekarang berubah pikiran." ucap Cahaya sambil tersenyum mengejek.
"Emang kamu nggak mau apa liat Elang tanding? dia gagah banget loh." ucap Rima.
"Males aku liat dia, apa bangusnya si Elang itu." ucap Alin.
Walaupun Alin menyukai Elang akan tetapi hatinya jengkel akhir - akhir ini terhadap Elang.
"Eh itu lawan sekolah kita ya?" tanya Alin melihat sekelompok anak basket baru aja datang.
"Iya, dia kan Nori kapten basket sekolah Bangsa." ucap Rima menunjuk seseorang lelaki.
"Gagah yah." ucap Alin nampak antusias.
"Iya gagah, tapi tetap Elang paling gagah." ucap Rima.
"Udahlah, jika begitu aku idolain sekolah sebelah aja." ucap Alin tersenyum.
Ketika rombongan itu melewati Alin, Nori sang kapten tersenyum ke arah Alin. Nori yang terkenal playboy itu merasa kali ini melihat wanita secantik Alin. Apalagi Alin cantiknya natural tidak seperti wanita lainnya yang cantik karena perawatan mahal.
"Hai, aku Nori, kamu siapa?" tanya lelaki itu mengulurkan tangannya.
"Aku Alin." ucap Alin menyambut uluran tangan Nori.
"Ini teman aku Cahaya dan Rima " ucap Alin memperkenalkan dua sahabatnya.
"Hai, jangan lupa saksikan aku tanding ya." ucap Nori.
"Baik." ucap mereka bertiga.
Ketika Nori dan rombongan pergi meninggalkan Alin dan teman - teman. Merekapun berjalan mencari tempat duduk yang kosong.
Sedangkan tidak jauh dari tempat mereka tadi, nampak seorang lelaki menggemparkan kepala tinjunya.
"Kamu akan jadi milikku suatu saat nanti."
Pertandingan basket telah di mulai setelah wasit membunyikan peluit.
Mereka bermain dengan semangat. Apalagi terdengar keriuhan penonton kedua tim saling bertautan.
"Ayo Nori semangat....."
Mendengar ada penonton yang menyirakin Nori membuat Rima juga tidak mau kalah.
"Elang ayo kamu bisa, kita pasti menang."
"Apaan sih im berisik banget." ucap Alin.
"Ih nggak senang kali liat orang senang." jawab Rima.
Ketika Elang membawa bola, Nori selalu menghalangi. Saat ingin merebut bola Elang, tiba-tiba Nori melanggar Elang.
"Huuuuhbhh main sportif dong." teriak Rima dan Cahaya berbarengan.
Elang berdiri dari berdirinya. Dia melihat ke arah Alin menonton. Wanita itu hanya diam tanpa reaksi. Elang agak kesal ketika melihat Alin tanpa reaksi saat ia terjatuh.
Elang kembali fokus bermain kembali. Untuk sementara tim mereka unggul lagi. Elang menerima operan bola dari temannya. Posisi Elang yang kosong membuat ia melakukan lemparan ke arah keranjang. Dan akhirnya masuk.
Pertandingan selesai dengan di menangkan oleh sekolah Pelita Jaya. Elang dan timnya tersenyum senang menyalami Tim sekolah lawan.
"Selamat, tapi ini belum akhir."
"Kita liat aja nanti." jawab Elang tanpa senyum menatap Nori.
Nama Elang terdengar di elu - elukan di penonton. Tapi Elang tetap tidak melihat Alin meneriaki namanya.
"Awas kamu Alinshy." ucap Elang berjalan menuju ruang ganti.
"Kamu ngomong apa Lang?" tanya Gio mengikuti Elang.
"Nggak ada." jawab Elang berlalu meninggalkan Gio.
Setelah ganti pakaian, Elang berjalan mencari wanita itu. Saat melihat wanita itu sedang mengobrol dengan Nori membuat Elang semakin marah.
Elang berjalan menuju Nori dan Alin. Elang melihat Alin memegang sebotol minuman di tangannya. Elang lansung mengambilnya tanpa permisi.
"Eh itu minuman aku." ucap Alin kaget saat Elang lansung meminum minuman di botolnya.
"Maaf aku harus banget, sama teman nggak boleh pelit, nanti aku ganti." jawab Elang santai.
"Bukan masalah ganti, ah sudahlah." jawab Alin malas berdebat dengan Elang.
Jika itu terjadi seminggu yang lalu maka Alin akan dengan hati berbagi minuman dengan Elang. Akan tetapi lelaki itu membuat hatinya kesal.
"Maaf Ri, aku sedang butuh wanita ini." ucap Elang menarik tangan Alin.
"Tapi..."
"Daaa Nori." ucap Elang membawa Alin.
Nori kesal saat Elang membawa Alin sesuka hatinya.Jika bukan di sekolahnya mungkin Nori tidak akan segan-segan menghalangi Elang.
"Kita mau kemana?" tanya Alin mencoba melepas tangannya dari Elang.
"Kenapa kamu harus takut bersamaku, setidaknya aku jauh lebih baik daripada lelaki tadi." jawab Elang.
"Ih memuji diri sendiri."
"Memang itu kenyataannya, lelaki tadi playboy."
"Apa hubungannya dengan aku, biarin aja, toh aku bukan pacarnya juga."
"Berteman pilih - pilih jugalah."
"Bagi kalian orang kaya memang harus begitu, berteman harus pilih - pilih, beda sama kami orang biasa, berteman untuk menambah relasi agar membantu kita di kemudian hari." jawab Alin.
"Dengarkan saja aku Alinshy, jangan banyak menjawab, temani aku makan, aku lapar."
Elang menarik tangan Alin menuju mobilnya. Alin yang baru naik mobil mewah nampak agak kikuk.
"Biasa aja mukanya, nggak usah kikiu, aku tidak akan ngapa - ngapain kamu." ucap Elang memasangkan sabuk pengaman.
"Siapa juga yang takut diapain oleh kamu, toh aku kikuk baru pertama naik mobil mewah." ucap Alin dalam hatinya.
"Alinshy."
"Alin."
"Tapi Alinshy lebih bagus." jawab Elang dengan bibir melengkung.
Alin hanya diam tanpa membalas ucapan Elang lagi. Dia hanya memandang ke arah sisi kiri jalan.
Mobil berhenti di sebuah kafe yang agak jauh dari lingkungan sekolah. Tempat ini nampak sangat populer di kalangan anak muda.
"Kita makan di sini aja." ucap Elang sebelum turun dari mobil.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!