Memiliki segalanya adalah keinginan semua orang, namun tidak untuk seorang gadis cantik blasteran turki ini. Yang dia inginkan adalah menjadi mandiri atas usahanya sendiri. Merangkak memulai dari nol dan menjadi pengusaha terkenal yang bisa punya perusahaan sendiri tanpa campur tangan keluarga besarnya. Keinginan ini sudah ada dari SMA namun Ia belum punya cukup uang dan keberanian, ternyata setelah menjadi sarjana lulusan universitas terkenal di luar negeri pun tidak menambah keberaniannya. Ya, aku terlalu sayang keluargaku. Aku tidak sanggup berlama-lama tidak bertemu mama dan adik-adik kecilku. Beruntungnya aku memiliki adik kembar diusia mama yang ke 51 thn. Kehamilan di usia ini membuat kami sangat takut tapi mama luar biasa, ia dapat melewatinya. Ia selalu tersenyum dengan lemah lembut dan menenangkan kami, oh ya untuk si kembar aaah mereka sungguh menggemaskan. Aku selalu membantu dan mengurus adik kembarku. Mulai dari kebutuhan A-Z, seru sekali memilihkan perintilan bayi dan memilih baju-baju mereka. Lelah sudah pasti, tapi semua hilang ketika sesekali mama memegang tanganku dan berkata.
"Terimakasih ya kak"
Aku tersenyum dan memeluknya. Ah sudahlah aku tidak mungkin tega meninggalkan keluargaku, tapi aku juga punya impian. Sudahlah.
Perjalanan kali ini membuatku sedih karena harus meninggalkan sahabat, teman dan dia. Mereka semua mengantarkanku dan memberikan beberapa surat manis. Ku buka satu persatu, ternyata air mataku tidak berhenti menetes. Aku ingat betul ketika mengenal Zalia, sahabatku di Inggris. Wajahnya unik namun khas gadis inggris dengan rambut blonde dan senyum manisnya. Kala itu aku tersesat di kampus dan sedang sakit aku terduduk lemas dan menggigil. Berusaha mengumpulkan kekuatan dan bertanya kepada orang sekitar namun yang kudapatkan mereka menggodaku. Tiga laki-laki itu melihatku dari atas sampai bawah, salah satu dari mereka mendorongku ke temannya,kemudianmendekatkan wajahnya.
"Butuh kehangatan?"
Aku tak sanggup melawan bahkan untuk berdiri saja kewalahan, padahal aku sempat belajar beladiri dan cukup mampu menghadapi 3 laki-laki sok ganteng ini. Semua orang melihatku namun tidak ada yang menolong. Beginikah hari pertamaku? Aku hanya menundukkan pandanganku yg semakin lama semakin berkunang. Aku menatapnya.
"Help me"
Lirihku kemudian aku tidak begitu tau apa yg terjadi.
Samar aku mendengar seorang perempuan marah dan panik sambil memegang dahi dan tanganku. Aku juga mendengar suara seorang laki-laki yg sangat berat di dekatku. Mereka semua panik melihatku yang tiba-tiba memucat.
"Back off, i am a doctor"
Aku terbangun di sebuah kamar yang sangat besar, dengan desain klasik modern. Aku melirik kanan kiri namun tidak kutemukan seorangpun, kulihat sebuah foto perempuan dengan jas dokter. Di sampingnya ada stetoskop dan termometer. Kemudian aku mencari hp di sakuku.
"Loh kok di infus"
Sialnya aku tidak menemukan handphone dan barang apapun di saku celana, salahku memaksakan masuk kuliah dalam keadaan sakit ditambah cuaca yang sangat dingin.
"Oh thank God, are you okay?" Ucap seorang wanita ketika membuka pintu. Ia berlari menghampiriku, rambut blonde nya ikut berlarian kesana kemari.
"Cantik banget" aku terpaku. Dibelakangnya menyusul 4 laki-laki. Aku langsung bangun ingin lari namun gadis blonde ini memegangku.
" It's okay, i am here " bagaikan punya pelindung, aku diam mematung menatap mereka satu persatu.
" So, what do you want to say?" ucap Gadis blonde menatap tajam.
"Hey, we are sorry, i am just playing pranks"
Salah satu dari ke empat laki-laki berbicara. Aku hanya mengangguk dan tersenyum pahit. Ada satu laki-laki yang menatapku lekat, seolah dapat membaca apa yang kupikirkan. Dia berjalan ke sampingku mengambil termometer, mengecek infus, memegang dahi dan leherku. Aku masih tersihir oleh ketampanan dan postur tubuhnya.
"I am Zalia, this is my brother Max"
"Thank you" aku masih menatap ke 3 laki-laki yang tadi menggodaku.
"Dont worry, they are my" belum sempat melanjutkan pembicaraan ada perempuan tua masuk kamar dan mengantarkan bubur. Ohh no aku tau ini bau apa ini pasti Indomie terlihat disebelah bubur ada 2 mangkok Indomie dan aku merindukannya.
"Wait, is that Indomie chicken curry flavour? Where did you get it?" sebagai warga baru pendatang, menemukan indomie adalah suatu hal yg sangat mewah. Zalia dan Max saling tatap.
"Wow, amazing!! You know before even trying it" aku tersenyum berbinar.
"It's from Indonesia and I am Indonesian" Zalia gembira dan berteriak memanggil mamanya.
"Mom, come here. I have surprise for you" Max tersenyum tipis begitu juga 3 laki-laki misterius itu. Max masih berdiri di sampingku, parfumnya sungguh membuatku gila.
Tak lama seorang perempuan seusia mama datang dengan baju khas orang Indonesia yaitu daster.
" Zalia, i told you don't be noisy she needs rest "
"Mom, she is from Indonesia" mama tidak langsung bereaksi, ia melihatku dalam dan seksama, tatapannya hampir sama dengan Max hanya ini lebih membuatku bersedih. Aku rindu mama.
"Bisa bahasa Indonesia nak?"
Ohhhh ini semua gara-gara Indomie seleraku.
Sambil tersenyum dan menghapus air mata yg tak kunjung berhenti, aku menaruh satu surat dan tak akan kubaca sampai hatiku siap. Terlalu banyak kenangan di sana, aku banyak belajar dari Zalia. Belajar bagaimana caranya bersabar dan mengendalikan diri, bagaimana harus beradaptasi di tempat yang sangat asing bagiku. Tante Yani mama Zalia juga mengajarkanku agar tidak mudah menyerah dan selalu ingat akan pentingnya sebuah keluarga. Maklum disana aku benar-benar rindu mama dan papa. Sangat rindu pelukan mereka. Rindu di marahi, rindu di nasihati, rindu berulah membuat kakak-kakakku khawatir. Zalia selalu paham ketika aku rindu keluargaku di Indonesia, dia selalu mengajakku ke rumahnya untuk berkumpul dengan keluarga besarnya. Katanya dulu Tante Yani juga sering bersedih, aku sangat beruntung bertemu keluarga Zalia. Aku juga beruntung bertemu laki-laki yang mencintaiku dengan sabar meski dia tau hatiku bukan untuknya. Untuk masalah percintaan sepertinya aku selalu kurang beruntung, untuk itu aku memilih menyerah. Sadar bahwa cinta tak harus memiliki, aku lebih memilih mencintainya dalam diam.
Aku melihat jam dan merapikan barang-barangku.
Tiga jam lagi aku mendarat dan sepertinya aku lapar, aku meminta wine dan salmon steak kepada pramugari.
Aku adalah anak ke 3 dari keluarga Orchard. Namaku Letticia Zhaqia Orc. Punya nama belakang Orc adalah suatu anugerah, berkat nama keluarga itu aku selalu menikmati dan mendapatkan fasilitas kelas atas. Semua barang terbaru bahkan tidak perlu kuminta, pengurus rumah kami sudah tau mana barang kesukaan kami. Mereka selalu menata dan menyiapkan segala keperluan dari hal paling sepele sampai hal paling penting. Tentu dengan semua fasilitas itu membuatku penasaran bagaimana rasanya hidup dengan usaha sendiri, tanpa tau betapa besarnya Group Orchard.
Akhirnya aku sampai di Jakarta, seperti biasa Pak Tono selalu on time menjemputku. Namun sudah 10 menit berdiri dan berkeliling aku tidak menemukannya sama sekali. Telepon pun tidak diangkat. Sungguh suatu hal yang tidak pernah terjadi, karena khawatir aku menelpon mama, namun tak ada jawaban.
"Oh pasti mama sibuk dengan si kembar" akhirnya aku memutuskan untuk menunggu lagi dan berkeliling sambil melihat mobil-mobil yang ada. Siapa tau pak Tono sudah parkir disana tapi agak jauh dari biasanya.
Panasnya jakarta membuatku semakin emosi. Ku lepas heels dan mengambil sandal Hermes dari totebag Dior yg kubawa dengan koper Rimowa pink edisi limited edition. Tak lama lewat sebuah mobil Range Rover keluaran terbaru warna hitam.
"Tumben kakak yg jemput" ucapku dalam hati sambil melihat kursi belakang yang sepertinya tak berpenumpang.
"Sudah kuduga itu tak mungkin terjadi" gumamnya.
Letticia melambaikan tangan kemobil Range Rover hitam, tak lama mobil itu berhenti tepat di depannya. Ia pun langsung naik dan menunggu supir menaikkan bagasi. Ketika melihat supirnya bukan pak Tono, moodnya makin memburuk tanpa banyak tanya Letticia memakai seat belt, mengambil kacamata hitam dan tidur. Mungkin karena kurang istirahat dan jetlag, Letticia tidak bangun sama sekali sampai dibangunkan oleh pak supir.
"Mba bangun mba sudah sampai. Bos marah mba" ucapnya panik sambil menggoyangkan tanganku.
Akuterbangun melihat sekitar yang sangat asing. Semua orang memandangku, kali ini pak supir menarik jaketku menyuruh aku segera turun. Aku masih melihat rumah mewah ala American Style dan para asisten rumah tangga yang melihatku dengan tatapan penuh dengki.
"Gue di culik !!!" kepanikan seketika menguasaiku.
Aku tau banyak pesaing bisnis papa yang ingin menjebak ataupun mencelakai keluargaku. Mereka tidak punya hati. Aku tau betul itu. Segera ku ambil tas dan totebag yg ada di mobil dan berencana lari. Ketika turun aku langsung dikagetkan dengan perempuan sebayaku namun dengan penampilan yang lebih dewasa. Ia memakai setelan blazer dan celana yang membentuk lekuk tubuh indahnya.
"Siapa kamu berani sekali tidur di mobil sepanjang perjalanan, Apa ada yang kenal dengan wanita ini" teriaknya.
Aku masih membisu mencoba mencerna keadaan, aku ingat betul pesan tante Yani bahwa harus selalu tenang agar dapat mengambil keputusan terbaik.
Semua menggelengkan kepala. Di samping nya ada laki-laki dewasa berpakaian casual putih. Tubuhnya bagaikan atlet angkat besi, hidungnya seperti seluncuran anak TK alias sangat sempurna, bibirnya sexy meskipun hanya terdiam. Alisnya tertancap rapi bagaikan di lukis makeup artis terkenal, ohh tapi tidak mungkin dia sulam alis ini pasti asli.
"Sudah punya istri belum ya? Sudah punya pacar belum ya? Pulang dari Inggris patah hati, dapat ommodel begini relaaaaaa akuu relaaaaa" ucapnya dalam hati namun masih melirik pria tersebut, untung kacamataku hitam. Gumamnya dalam hati.
"Maaf mba, saya kira ini asisten pengganti yang mba ceritakan jadi saya diam saja ketika dia masuk mobil" ucap pak supir memecah lamunan liarku.
Bodoh sekali supir ini, kalau seandainya dia tau aku adalah orang yang tidak pernah dia lihat, namun diam saja ketika memasuki mobil bosnya. Sudahlah aku minta maaf dan pamit pulang saja, anggap saja sedang beruntung ketemu cowok ganteng yiiihaaa.
" kamu ikut ke ruangan saya " ucap laki-laki ganteng itu sambil menunjukku. Gayanya cool tapi sangat tenang dan bersahaja.
"Apa yang harus kulakukan"
Aku mengikutinya, melihatnya dari belakang membuatku berkhayal. Seandainya diberi kesempatan berjalan disampingnya, menikmati aroma parfum yang bercampur dengan bau tubuhnya sudah pasti buat aku yg masih menyandang jomblo seumur hidup ini sangat senang. Ah tapi tidak mungkin, sepertinya tipe wanitanya seperti mba yang marah-marah tadi. Saking terpesonanya, aku sampai lupa melihat arah siapa tau ini adalah jebakan.
"Tunggu"
aku menghentikan langkah dan melihat sekeliling rumah dominan putih khas rumah laki-laki.
Tidak ada sentuhan bunga, hiasan maupun keindahan di dalamnya. Sangat sepi dan terkesan sedih.
Dia hanya menoleh sambil melanjutkan langkahnya. Oh tidak, noleh aja bisa bikin hati ini dag dig dug!!! Ga waras sepertinya aku ini. Aduuh tapi pesona nya sangat kuat, sulit melupakannya begitu saja. Beda emang ya pesona laki-laki yang sudah matang. Tidak heran yang ngejar-ngejar kakak keduaku sangat banyak! Begini ternyata rasanya.
Karena dia tidak menghiraukan perkataanku, akhirnya aku berlari kecil mengikutinya sambil menghapalkan tata letak rumah. Sepertinya aman. Tidak ada bodyguard ataupun preman berpakaian hitam sedaritadi.
"Wow!! Kantornya sungguh membuatku takjub"
Baru kali ini ada indoor swimming pool bersatu dengan kantor. Disampingnya ada jacuzzi. Ada piano di sudut ruangan, bukannya mengikuti ke meja kerja aku berlari ke piano dan duduk. Ada buku not disana ketika kulihat judulnya.
"Wah, pas banget ini lagu kesukaan mama"
aku mainkan dengan hati-hati dan penuh kasih. Aku rindu mama, dulu sebelum tidur mama selalu mengajakku bermain piano.
Setelah selesai Letticia tersenyum haru. Ternyata laki-laki itu masih memperhatikannya, Letticia berdiri dan mendekat ke meja kerja, ia mematung sambil melirik ke kanan dan ke kiri.
"Coba mainkan sekali lagi" Letticia tertegun namun tatapan dinginnya membuat tubuhnya bergerak dengan sendirinya. Letticia kembali duduk dan memainkan piano dengan hati-hati. Sadar permainannya tak seindah awal tadi, pria itu tiba-tiba duduk disampingnya. Bagaikan duet piano klasik mereka hanyut didalamnya. Setelah selesai Letticia tersenyum
"Thank you, it's so beautifull" dengan jarak sedekat ini mengingatkannya pada keinginan gila nya tadi.
Duduk berdekatan dan menikmati aroma parfum yg bercampur dengan aroma tubuhnya adalah candu. Letticia memberanikan diri untuk menoleh, tak disangka pria ini membalas tatapan Letticia, ia mengangkat tangannya ke pipi Letticia dan menyentuh rambutnya. Letticia bergeliat, pria itu melanjutkan perjalanan tangannya ke kacamata Letticia. Ia membuka kacamatanya sampai membuat wajah Letticia seperti tomat. Wajah cantik Letticia yang alami semakin terlihat, pipi merah tomat membuatnya semakin menggoda. Pria itu mendekat dan berbisik di telinga letticia
"Jangan main-main dirumah saya"
Letticia tersontak kaget dan mendorong pria itu. Oh tidak bisikan maut itu malah membuat Letticia terbang dan menggila. Ia cepat-cepat berdiri namun pria itu menariknya dan mencium bibirnya. Sedikit memaksa namun lembut. Letticia berusaha berontak, menginjak kaki dan mencubit namun pria itu tetap menciumnya dengan lembut. Letticia tidak membalas, ia hanya terdiam terpaku membiarkan pria yang tak dikenalnya bermain dengan bibir indahnya. Letticia mendorongnya, kali ini berhasil!! Ia langsung berdiri dan lari.
Sesekali ia menoleh ke belakang melihat pria kurang ajar itu tersenyum puas. Oh tidak, aku dijebak !!! Pintunya pakai sidik jari. Letticia langsung ingat kode yg diberikan untuk membobol pintu canggih itu. Gagaaaalll !! Leticia semakin panik, ketika mencoba berpikir ada tangan yang masuk di belakang bagian bawah hoodienya, tangannya memutar paksa pinggang Letticia. Tangannya menyentuh perut Letticia, kini berada didalam hoodie nya, Letticia menggeliat sambil memegang tangan pria itu. Tangannya bergerak ke atas dan kebawah ia terus meraba pinggang dan perut Letticia seolah bermain dengan nafsu gadis lugu ini. Sesekali ia meraba bagian punggung menyentuh dalaman Letticia lalu kembali lagi. Pelukan panas itu sempat membuat Letticia lupa diri.
"ini tidak bisa dibiarkan" ucap Letticia dalam hati lalu menampar dan mengeluarkan jurus beladirinya.
Pria itu kaget namun tetap tersenyum menggoda, kali ini Letticia lebih waspada, dia siap bertarung.
Letticia mengejar pria itu dan melayangkan pukulan namun di tangkis, Letticia terus melawan mengeluarkan semua jurus yang telah diajarkan. Pria itu berkali-kali terkena pukulan dan tendangan Letticia. Terakhir Letticia ingin membanting tubuh besar pria itu, harapannya agar pria itu pingsan atau kesakitan sehingga ia bisa kabur. Namun tak disangka, pria ini paham betul dan hanya meladeni Letticia. Pria ini juga jago beladiri tentunya sudah pernah tanding dan mendapatkan medali-medali seperti Letticia. Jurus terakhir gagaaaallll !!! Letticia marah dan berteriak.
"Aaaarggghhh" teriaknya.
keringat yang bercucuran membuat gadis blasteran Turki ini semakin menggoda meskipun dengan hoodie kebesarannya. Sepertinya pria ini tak tahan melihat Letticia, ia menggendong Letticia namun Letticia melawan sehingga mereka terjatuh. Kali ini Letticia tidak mau lengah, dengan cepat ia naik di atas pria itu.
"Apa maumu? Siapa yang menyuruhmu? Tidak semudah itu menjebakku dengan cara murahan seperti ini"
Letticia menahan pria ini di bawahnya agar tidak macam-macam lagi. Satu tangan Letticia bersiap memukul, tangan lainnya menahan badan pria itu. Mendengar kata itu, Ia tau bahwa Letticia wanita baik-baik. Ternyata pikirannya salah, ia mengira Letticia adalah wanita murahan yang beracting salah rumah dan menggodanya.
"Kau yang datang kepadaku, aku hanya menyambutmu"
Buuuuugggg !!! Satu pukulan mendarat di pipi pria itu. Akhirnya pria ini merintih kesakitan, memegang pipinya. Letticia tak teralihkan ia terus menatap tajam.
"Siapa yang menyuruhmu!!" Letticia melayangkan pukulan lagi namun pria itu tidak melawan.
"Kalau kau diam saja, aku akan membuatmu menyesal"
Letticia berniat memukul mata pria itu. Namun pria itu bergerak dan menangkis. Sekarang Letticia berada di bawah. Jelas sudah tidak bisa berkutik. Letticia yang malang.
"Kau harus bertanggung jawab untuk semua luka yang kau buat" bisik pria itu melanjutkan ritual yang tadi belum selesai.
Pria itu memegang kedua tangan Letticia, tubuhnya menindih tubuh Letticia. Kepalanya berjalan menelusuri leher dan telinga Letticia yang tak berdaya, ia terus melawan dan berteriak minta tolong namun siapa yang mau mendengar? Ruangan kerja ini kedap suara. Sungguh menyeramkan. Tau Letticia tidak akan menyerah dan terus melawan. Pria ini tak habis akal.
"Jadi kau tidak sengaja masuk ke mobilku? Aku dengarkan ceritamu dan aku minta maaf" Mendengar itu Letticia punya harapan untuk pulang. Ternyata ia menangis, hal ini membuat Letticia merasa hina.
"Aku tidak akan memaksamu jika kau tidak menginginkannya"
Letticia tambah menangis. Pria itu masih diatas Letticia. Ia tak mau menambah luka di wajahnya lagi.
"Aku tidak tau itu mobilmu, ku kira itu mobil kakakku"
Letticia behenti bercerita. Ia malu mengungkapkan dirinya. Ia tidak mau membuat malu keluarganya dengan ulah bodohnya.
"Kau kulepaskan dan tidak ada lagi pertarungan ini " letticia mengangguk.
Entah ini takdir atau jebakan, ternyata ini sungguh menyakitkan. Tak kusangka ciuman pertamaku, di renggut oleh pria yang tidak kukenal dengan cara seperti ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!