Seorang wanita muda tengah duduk dikursi meja rias dengan tatapan kosong seperti jiwa yang tak bersatu dengan raganya! Maka mau tidak mau seorang perias pengantin harus bisa menyulap wajah dengan tatapan kosong itu dengan memberikan sentuhan-sentuhan make up yang bisa memberikan efek bersinar dan membuat wajah sang calon mempelai wanita itu tak lagi terlihat kosong dan murung.
Seperti putaran detik demi detik di jam dinding yang terletak disebelah kanan dinding kamar mewah itu ingin ia hentikan, mungkin bagi sebagian besar orang pernikahan adalah hal yang sangat dinantikan dan sangat membahagiakan, tapi tidak dengan Xin Qian Fung Yuin atau yang biasa disapa Qian.
Diusianya yang baru menginjak 22 tahun dia harus menikah hanya dalam kurun waktu satu hari setelah mendiang ayahnya meninggal dunia, apalagi Qian tidak mengetahui dengan siapa dia akan menikah.
"Nona sudah selesai, kau cantik sekali!" perias itu memberikan pujian sambil tersenyum.
Seorang wanita yang berusia sama dengan Qian masuk untuk melihat anak tirinya itu apakah sudah selesai dirias ataukah belum, karena di sana sang mempelai pria sudah tiba dan siap untuk melaksanakan ritual pernikahan sesuai dengan budaya di Beijing.
"Kau cantik sekali anak ku," Liu Yin memuji bahkan kagum dengan kecantikan anak tirinya itu.
Liu Yin dulunya adalah sahabat dekat Xin Qian hingga semakin seringnya intensitas pertemuan Liu dengan ayahnya Qian membuat ayahnya Qian lambat laun jatuh cinta pada sahabat anaknya itu, meskipun perbedaan usia keduanya cukup jauh tapi Liu akhirnya menerima pinangan ayah Qian atas bujukan Qian.
Meskipun perbedaan usia diantara Liu dengan ayahnya Qian sangat jauh tetapi Liu dan ayahnya adalah pasangan kompak dan serasi dalam hal apapun, sehingga selama pernikahan mereka! Keduanya menjalani pernikahan itu dengan sangat bahagia, dan saling mencintai hingga mendiang ayahnya Qian tutup usia.
"Liu, apa kau tau siapa laki-laki yang akan menikah denganku?"
"Tentu saja, jadi cepatlah dia sudah menunggumu!"
"Siapa?" rengek Qian.
"Kau akan tau sendiri, bukankah isi surat wasiat itu kau memang harus mengetahuinya sendiri di atas pelaminan nanti?"
"Keterlaluan kau dan Ayah benar-benar membuatku tidak bisa tidur semalaman!"
Liu hanya tertawa ringan melihat anak tirinya gelisah bahkan sampai tidak tidur semalaman karena pernikahannya ini.
Liu menggandeng anak tirinya itu menuju pelaminan untuk berdiri disamping mempelai laki-laki yang sejak tadi sudah menunggunya. Sebenarnya dari kejauhan Qian sudah melihat siapa sosok mempelai laki-laki yang akan menikahinya, tapi Qian berpikir dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu tidak mungkin orang yang dia kenal, dan dia sudah ketahui meskipun wajahnya mirip dengan seseorang yang dia kenal.
Tapi semakin dekat semakin dekat, Qian merasa bahwa mempelai laki-laki itu benar adalah sosok yang dia kenal selama ini sebagai bodyguard pribadinya, dia adalah Darrel Limson.
Pria keturunan western yang baru enam bulan terakhir bekerja di kediamannya sebagai bodyguard yang ditugaskan mendiang ayahnya untuk menjaga dirinya selama ini, seketika kedua mata Qian mencari-cari pintu keluar karena yang ada dalam pikirannya saat ini adalah melarikan diri dari pernikahan yang semula dia kira mungkin ayahnya akan memberikan jodoh dari kalangan yang sepadan dengannya, tapi ternyata hanya dengan seorang bodyguard.
"Liu, aku mau membatalkan pernikahan ini!" bisik Qian.
"Apa kau bilang? Jangan main-main Qian kau tau jika kau tidak mau menikah dengan laki-laki ini, maka kau tidak akan menerima sepeserpun harta dari mendiang ayahmu!"
"Apa? Tidak sepeserpun?"
"Sial! Mana pengacara itu?"
"Sudahlah jangan aneh-aneh kau harus segera menikah dengannya,"
"Tidak, untuk apa aku menikah dengan laki-laki miskin yang ada dia akan menghabiskan seluruh harta keluarga kita," Qian ngotot sampai dia melepaskan gandengan tangan Liu, lalu turun dari pelaminan sebelum menghampiri Darrel.
Tentu saja Liu pun langsung ikut mengejar Qian, karena saat ini kehormatan keluarga mereka dipertaruhkan jika sampai Qian membatalkan pernikahan sepihak dengan cara seperti ini.
Darrel yang sejak tadi sudah berada diatas pelaminan menantikan kehadiran Qian, memperhatikan langkah kaki Qian yang tiba-tiba langsung turun kembali dari atas pelaminan bahkan sebelum menyapa Darrel terlebih dahulu.
Ditariknya pengacara pribadi keluarga Fung Yuin oleh Qian.
"Kenapa kau tidak katakan sejak awal jika yang akan menikah denganku adalah bodyguard bernama Darrel itu?? Apa kata orang jika mereka mengetahui bahwa aku menikah hanya dengan seorang bodyguard?"
"Banyak anak konglomerat diluar sana yang ingin menikahi ku!" Xin Qian Fung Yuin.
"Saya yakin mendiang ayahmu pasti memberikan yang terbaik untukmu nona Qian! ujar seorang pengacara keluarga Fung Yuin.
"Yang terbaik kau bilang, laki-laki itu tidak memiliki harta apapun! Rumah? Mobil? Resort? Bisnis? Kosong!! Aku tidak mau menikah dengannya,"
"Jika kau tidak mau, maka sesuai isi surat wasiat ayahmu kau tidak akan mendapatkan sepeserpun harta ayahmu dan otomatis semua harta akan jatuh kepada ibu tiri mu!"
"Apa kau mengancam ku?"
"Tidak, hanya mengingatkan!"
"Biarkan saja dia membatalkan pernikahan ini, biar kelurga Fung Yuin menanggung malu, mendiang ayahnya menangis di surga sana dan biar semua harta ayahnya untuk ku!" Liu berusaha menyadarkan Qian agar dia tau resiko besar jika pernikahan ini sampai batal.
"Liu kau ini ibu tiri yang kejam dan tidak memiliki belas kasihan terhadap ku!"
"Lantas?"
"Oke baiklah, puaskah kalian berdua?"
Pengacara dan Liu pun hanya bisa tertawa ringan melihat wajah kesal Qian.
"Oh Tuhan, baru saja ayahku kau panggil kesedihan dalam hatiku masih sangat dalam tapi kenapa kau tambah lagi kesedihanku dengan cara aku menikah dengan pria miskin itu?" gumam Qian.
Akhirnya Qian kembali ke pelaminan dan Liu mengantarnya sampai Qian berdiri berdampingan diatas pelaminan bersama dengan Darrel.
Prosesi pernikahan pun dimulai, rangkaian demi rangkaian dilalui oleh Darrel dan Qian. Keduanya sama-sama tidak sekalipun tersenyum, sebenarnya Darrel pun mau menikahi Qian bukan karena dia mencintai Qian tetapi karena ini merupakan syarat agar dirinya menggantikan posisi Domanick Limson sebagai ketua dari mafia terbesar di negara asalnya.
Tidak ada yang mengetahui identitas Darrel yang sesungguhnya, dia jauh-jauh pergi ke Beijing sejak 6 bulan lalu itu semua karena tugas dari Domanick Limson yang merupakan Paman sekaligus ketua mafia terbesar di negaranya.
Sementara orangtua Darrel, sudah sejak Darrel diusir oleh Ayahnya sendiri yang bernama Bright Limson satu tahun yang lalu, Darrel tidak pernah lagi bertemu ayah ataupun ibunya.
Hingga prosesi pernikahan pun berjalan dengan lancar dan keduanya resmi menjadi sepasang suami istri secara sah. Satu persatu tamu dekat Qian menaiki pelaminan untuk memberikan selamat pada Qian.
"Qi, selamat ya kau sudah menjadi seorang istri sekarang! Ngomong-ngomong suamimu itu pemilik perusahaan apa? Pasti putra pebisnis kaya raya kan?" ujar salah satu temannya.
Hai apa kabar semua teman-teman online emak?? Semoga sehat dan bahagia ya dimana pun kalian berada, maak hadir lagi nih bawa bacaan buat teman dikala kalian butuh hiburan atau untuk sekedar mengisi kekosongan waktu kalian.
Mohon dukungannya ya di novel emak yang seperti biasanya non faedah .😁
Pertanyaan salah satu temannya itu berhasil menyulut api kekesalan dan kemarahan Qian akan pernikahan yang menurutnya adalah pernikahan pembawa sial, sehingga Qian pun melirik sinis kearah Darrel.
"Sudahlah jika kau tidak lihat itu masih banyak yang ingin memberikan selamat padaku, pertanyaan mu itu membuang-buang waktuku!" dengan nada kesal.
"Kan cuma tanya, ya sudah kalau tidak mau jawab!"
Hampir semua teman-teman Qian mempertanyakan siapa Darrel itu, pria keturunan western itu begitu tampan dengan bentuk tubuh tegap dan wajah yang selalu terlihat serius.
Setelah seluruh rangkaian pernikahan selesai hingga malam hari, Qian dan Darrel bersama dengan Liu pulang ke mansion mewah mereka.
Saat tiba para pelayan di mansion bahkan memberikan kejutan dengan menghias dari mulai pagar hingga pintu masuk mansion dengan dekorasi cantik sebagai tanda ucapan selamat bagi Qian dan Darrel atas pernikahan mereka.
Terlihat juga beberapa karangan bunga yang semuanya besar-besar berjejer didepan gerbang sampai di halaman mansion mewah itu, semuanya karangan bunga pemberian dari para rekan bisnis mendiang ayahnya Qian (Fung Yuin).
"Apa-apaan ini," bukannya bahagia mendapatkan banyak karangan bunga serta ucapan selamat, Qian malah semakin membenci pernikahan ini.
Mereka pun turun dari mobil, tanpa basa-basi Qian menghampiri salah seorang pelayan.
"Buang semua karangan bunga itu aku tidak mau melihatnya, bersihkan semuanya!" ujar Qian.
Padahal baru saja para pelayan ingin memberikan selamat pada Qian, tapi nona mereka justru sudah berapi-api dan tidak menginginkan ucapan selamat apalagi karangan bunga-bunga itu.
"Baik nona!"
"Liu aku ke kamar dulu!" langsung pergi meninggalkan Liu, Darrel dan para pelayan.
Membuat Liu merasa tidak enak hati terhadap Darrel karena anak tirinya itu sama sekali tidak menyapa Darrel dari mulai pernikahan itu digelar, bahkan sekarang sudah berada di mansion pun Qian sama sekali tidak memberikan sikap ramah terhadap Darrel.
"Der aku meminta maaf atas sikap Qian, dia memang seperti itu jika kita belum kenal terlalu dekat tapi dia aslinya anak yang baik!"
Darrel hanya tersenyum dan tidak peduli atas sikap Qian terhadapnya, bagi Darrel tugasnya adalah menikahi Qian lalu membereskan masalah terselubung di keluarga ini setelah itu Darrel akan kembali ke negaranya karena kursi kedudukan sangat penting sudah menantikannya.
"Pelayan, tolong antar Tuan Darrel ke kamar nona Qian!"
"Baik Nyonya Liu!"
Satu orang pelayan mengantarkan Darrel hingga ke depan pintu kamar Qian, lalu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu Darrel masuk begitu saja padahal ada Qian yang sedang berusaha membuka resleting gaun pengantinnya yang sulit sekali dia jangkau oleh tangannya sendiri..
Gaun pengantin indah itu memiliki resleting dibelakang punggungnya, sehingga memerlukan seseorang untuk membantu menurunkan resletingnya tetapi Qian justru berusaha sendiri dan hanya berhasil menurunkan separuh resletingnya saja.
Mendengar pintu kamarnya ada yang membuka, tentu saja Qian langsung menengok kearah pintu dan langsung terkejut melihat rupanya Darrel yang masuk kedalam kamarnya tanpa izin.
"Kau, beraninya masuk kedalam kamarku! Kau lupa kamar khusus bodyguard di mansion ini disebelah mana?"
Bukannya menjawab, Darrel justru memutar tubuh Qian hingga punggung putih mulus Qian itu berada didepan wajah Darrel, tanpa berbicara apapun pada Qian segera Darrel turunkan seluruh resleting gaun yang dikenakan oleh Qian karena Darrel mengetahui jika Qian sedang kesulitan menurunkan resleting gaunnya itu.
"Stop! Aku tidak butuh bantuan mu!" Qian berusaha untuk melepaskan diri, tetapi semuanya terlambat karena resleting gaun itu sudah diturunkan oleh Darrel seluruhnya sehingga tubuh bagian Qian pun otomatis terlihat jelas oleh Darrel saat ini.
Qian segera memutar tubuhnya begitu sadar jika tubuh bagian belakangnya telah menjadi pemandangan indah bagi Darrel Limson.
"Kau, kau benar-benar laki-laki kurang ajar! Dengar ya, aku menikahi mu bukan karena aku mencintaimu sedikit pun aku sama sekali tidak mencintai mu dan tidak memiliki minat terhadap mu!"
Darrel pun mendekatkan wajahnya dengan wajah Qian.
"Aku tidak peduli!"
"Apa?"
"Hanya itu yang kau katakan? Aku tau kau pasti menginginkan hartaku kan, makanya kau tidak menolak pernikahan ini? Dasar laki-laki tidak bermodal!"
"Aku sama sekali tidak memiliki minat terhadap hartamu, apalagi minat terhadap tubuhmu jadi tidak perlu kau tutupi!" dengan santainya Darrel pergi menuju kamar mandi setelah mengatakan hal yang membuat Qian tercengang.
Untuk beberapa saat otak dan pikiran Qian tercengang mendengar Darrel mengatakan bahwa dia tidak memiliki minat sama sekali dengan hartanya ataupun tubuhnya!! Qian pun bertanya-tanya, lalu apa yang diinginkan laki-laki miskin seperti Darrel jika bukan harta dan kepuasan??
Tapi Qian tak lantas percaya begitu saja, seorang bodyguard dengan gaji segitu mana mungkin jika tidak mengincar harta dan kekayaannya.
"Bulshit sekali kau Darrel, aku yakin kau sudah lama menghasut mendiang ayahku sampai-sampai dia menuliskan surat wasiat agar kita menikah! Dasar laki-laki licik!" gumam Qian.
Selesai mandi Darrel keluar hanya mengenakan handuk dipinggangnya, membuat Qian buru-buru memalingkan wajahnya. Rasanya sangat asing dan aneh sekali jika selama ini Qian berada didalam kamar sendiri, dan kini ada seorang laki-laki yang dengan percaya dirinya keluar dari dalam kamar mandi hanya mengenakan handuk sepinggangnya.
"Kau tidak tau malu ya? Sana keluar dari kamarku!"
Tapi Darrel tidak bergeming dan malah membuka lemari pakaian milik Qian karena didalamnya sudah tersimpan rapih pakaian miliknya, selama pernikahan berlangsung para pelayan lah yang ditugaskan oleh Darrel untuk menaruh pakaiannya didalam lemari pakaian milik Qian.
Dihampirinya Darrel oleh Qian begitu Qian melihat pakaian Darrel yang sudah tertata rapih didalam lemari pakaiannya.
"Kau, kenapa pakaian mu bisa ada dilemari ku, cepat singkirkan itu semua!" teriak Qian yang sudah hampir gila dengan keadaan yang dihadapinya saat ini.
Tapi Darrel tak bergeming sama sekali, dia cuek saja memakai pakaian dalam dan kaos santai lalu akan segera memakai celananya, tapi Qian yang sudah sangat kesal langsung merogoh pakaian-pakaian Darrel itu untuk dia singkirkan dari sana.
Ditahannya kedua tangan Qian dan Qian pun berusaha melepaskan kedua tangannya yang dipegang erat oleh Darrel, hingga tatapan keduanya akhirnya bertemu.
"Lepaskan aku!"
"Jangan sentuh pakaianku, atau,"
"Atau apa, aku tidak takut dengan mu!"
"Atau jari-jari mu bisa patah karenanya,,"
Baru kali ini ada seseorang yang berani mengancam akan mematahkan jari-jari lentiknya, dan itu adalah laki-laki yang baru saja dia nikahi. Darrel benar-benar sosok yang tidak dapat ditebak, bibir Qian gemetaran mendengar ancaman Darrel yang terlihat sangat serius terlihat dari sorot kedua matanya.
Aduh Qian kamu ngatain Darrel miskin terus kalau kamu tau identitas Darrel yang sesungguhnya, Mak yakin kamu akan sungkem langsung sama Darrel😃
VISUAL Qian :
Dalam pikiran Qian saat ini menikah dengan Darrel jelas suatu kesalahan fatal, Qian memiliki jutaan pikiran buruk tentang sosok bergelar suaminya itu. Apalagi terlihat Darrel bukanlah laki-laki yang lemah lembut, dia berani mengancam dan menatap tajam seperti sedang menatap seorang musuh.
"Mungkinkah Darrel adalah orang dibalik meninggalnya ayahku?" dalam benak Qian saat ini Darrel adalah orang yang sangat diuntungkan atas kematian ayahnya, lihatlah orang yang tadinya hanya seorang bodyguard biasa dan tunduk terhadap apapun perintah Tuannya, kini bahkan berani mengancam akan mematahkan jari-jarinya.
"Kau, lepaskan tanganku!" bentak Qian.
Dihempasnya tangan Qian oleh Darrel dengan kasar, membuat Qian semakin membenci kehadiran Darrel dihadapannya.
"Tunggu saja! Aku akan membuktikan bahwa kau adalah dalang dibalik pembunuhan ayahku!"
Tapi lagi-lagi Darrel tidak lagi menggubris perkataan Qian, dia malah kembali melanjutkan untuk memakai celana rumahan tanpa peduli istrinya memiliki seribu satu kecurigaan terhadap dirinya.
Qian bahkan kesal sendiri dan keluar dari dalam kamarnya karena sudah muak dengan Darrel, sebenarnya dibalik sosok Qian yang mudah berontak mudah membentak, Qian hanyalah gadis muda berusia 22 tahun yang selama ini dimanjakan oleh mendiang ayahnya.
Dan ketika mendiang ayahnya itu meninggal dunia dengan meninggalkan kasus yang bahkan pihak kepolisian Beijing pun belum bisa mengungkap siapa dalang dibalik kematian ayahnya yang cukup tragis itu.
Saat sedang melamun di sofa ruang keluarga itu, Austin 30 tahun pria asal Jerman yang merupakan asisten pribadi ayahnya baru saja tiba di mansion mewah tersebut dan melihat Qian sedang termenung sendiri.
"Nona, maaf aku baru sempat menemui mu!"
Seketika Qian pun langsung bangun dan memeluk Austin, selama ini Qian memang cukup dekat dengan Austin.
"Bawa aku pergi dari mansion ini Austin,"
"Ada apa? Aku ucapkan selamat atas pernikahan mu dengan Darrel!"
Tanpa diketahui oleh Austin dan Qian dari kejauhan Darrel melihat keduanya yang saling berpelukan. Dilepaskannya pelukan yang dilakukan oleh Qian, lalu Austin pun merasa iba melihat kondisi Qian yang seperti kehilangan arah seperti ini.
"Tidak ada yang perlu diucapkan selamat, kau tau pria bernama Darrel itu adalah pria gila!"
"Gila? Tapi mana mungkin Tuan menikahkan kau dengan laki-laki gila nona?"
"Kau tidak tau saja, dia adalah laki-laki paling gila yang pernah aku temui! Austin aku butuh liburan, pikiran ku benar-benar stres akibat pernikahan sial ini, aku mohon bawa aku pergi Austin!"
Qian memegangi kedua tangan Austin, disaat itulah Darrel datang menemui keduanya.
"Darrel, selamat atas pernikahan mu dengan nona! Haruskah aku memanggil mu Tuan mulai sekarang?" sapa Austin.
"Panggil Darrel saja!"
"Oke, ngomong-ngomong aku ingin meminta izin padamu untuk membawa nona pergi jalan-jalan bersama ku, kau tidak keberatan kan?"
"Qian tidak boleh pergi kemanapun tanpa aku! Aku yakin kau tau sendiri apa alasannya, bukan?"
"Omong kosong!" kesal Qian.
"Ya, aku tau pembunuh Tuan masih berkeliaran diluar sana tapi aku akan menjaga Qian dengan sungguh-sungguh, Darrel,"
"Menjaga? Waktu kau dan Tuan pergi ke pertemuan di vila tempat kematian ayahnya Qian pun, kau bilang kau sanggup kan menjaga Tuan, tapi apa kenyataan?"
"Darrel stop! Kau benar-benar tidak waras!"
"Boleh aku bertanya, kenapa racun itu bisa ada diminuman beliau tanpa kau cicipi terlebih dahulu?"
Wajah Austin pun berubah serius saat Darrel mencecarnya dengan berbagai pertanyaan yang menjurus pada kecurigaan terhadap dirinya.
"Tunggu Der, apa ini kau sedang mencurigai aku sebagai pembunuh Tuan?"
"Oh my God!" Qian dibuatnya semakin stres atas sikap kurang ajar Darrel terhadap Austin.
"Aku hanya bertanya!"
"Bukankah sudah aku jelaskan padamu dan bahkan pada pihak kepolisian bahwa aku saat itu ditugaskan oleh Tuan, untuk mengambil berkas yang tertinggal dimobil mana aku tau jika Tuan akan meminum minuman yang entah pemberian siapa!"
"Sudah Austin, jangan lagi berbicara dengan laki-laki gila ini ayo kita pergi!"
Qian meraih tangan Austin namun ditepisnya tangan Qian oleh Darrel lalu dipegangnya erat tangan Qian oleh Darrel.
"Lepaskan aku, breng sek!" umpat Qian.
Darrel tetap fokus menatap kearah Austin meskipun satu tangannya kini menggenggam erat satu tangan Qian.
"Dengar Der, aku paham kau perlu waspada terhadap berbagai hal dan aku ikut mendukungmu apalagi ini demi kebaikan nona Qian! Tapi aku tidak mungkin membunuh Tuan!"
"Ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi, disini tidak ada yang tidak mungkin! Aku, kau, ataupun yang lain bisa jadi mungkin adalah salah satu pelakunya bukan?"
"Kau benar Der,"
Saat ketiganya sedang dalam kondisi penuh ketegangan, Liu muncul melihat Darrel, Austin dan Qian yang bersitegang.
"Ada apa ini? Austin kau sudah datang?"
"Apa kabar Nyonya Liu?"
"Baik, bagaimana apa kau menemukan sesuatu atau bukti sekecil apapun di vila tempat suamiku meninggal?" penuh harap.
"Maaf nyonya Liu, hasilnya nihil!"
Liu langsung tertunduk lesu padahal dia sudah sangat berharap Austin via bergerak lebih cepat dari kinerja polisi dalam mengungkap kasus pembunuhan suami sekaligus ayahnya Qian itu.
"Liu, jangan bersedih dan tetaplah hati-hati pembunuh itu masih berkeliaran bisa jadi target selanjutnya itu kau ataupun aku! Apalagi terhadap orang asing yang baru 6 bulan hadir ditengah-tengah keluarga kita, tentu saja harusnya kita harus sangat waspada terhadapnya!" sindiran Qian jelas tertuju untuk Darrel.
"Entahlah Qian, hatiku masih sangat rapuh semua masih seperti mimpi! Ingin rasanya aku menyusul ayahmu, untuk apalagi aku hidup Qian?" dengan kedua mata berkaca-kaca.
"Nyonya Liu, kau tidak boleh berbicara seperti itu! Justru kita harus lebih semangat menemukan pembunuhnya, aku yakin mendiang Tuan tidak akan bisa tenang selagi pembunuh itu masih berkeliaran bebas!" kata Austin.
"Pokoknya kita harus saling menguatkan dan saling melindungi, terutama kau Darrel! Aku sangat menitipkan keselamatan Qian terhadap mu, kau harus tau aku sangat mengandalkan mu untuk keselamatan Qian, dia bukan hanya sekedar anak tiri bagiku, tapi Qian adalah sahabat terbaik sepanjang hidupku!"
"Baik!"
"Astaga aku hampir lupa, tadi pengacara keluarga kita menitipkan ini untuk kalian berdua, katanya mendiang ayahmu sangat menginginkan kau dan Darrel bisa secepatnya memiliki keturunan dengan tiket bulan madu ini!" diserahkannya dua tiket pesawat oleh Liu pada Darrel.
Qian yang tadi di kamar mendengar sendiri Darrel tidak memiliki minta terhadap tubuhnya, berkeyakinan bahwa Darrel sudah pasti akan menolak tiket bulan madu tersebut.
"Baik, terimakasih!"
Kedua bola mata Qian memutar melihat Darrel menerima tiket bulan madu itu, seketika pikiran buruk tentang Darrel dalam pikiran Qian semakin bertambah, mungkinkah Darrel akan menikmati tubuhnya secara paksa nanti?
Hai guys maaf ya maak belum sempat nyapa dikolom komentar, terimakasih banyak yang sudah mau mampir di novel terbaru emak, padahal maak belum promo karena babnya masih seuprit nanti-nanti ajalah kalau udah 20 bab baru promo ya😊
( Darrel ini cucu Tuan Lan dan Larisha kan Tuan Lan punya anak Bright, Britney dan Domanick, nah Darrel adalah putera dari Bright Limson dan istrinya yang bernama Anna, masih inget kan si Dokter yang lemah lembut dan ga bisa bertarung sama sekali, tapi lihat anaknya malah cita-cita jadi penerus Domanick bukannya jadi Dokter hebat seperti ayahnya).
Visual Darrel... please jangan mupeng cukup maak aja.wkwwkkw
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!