Malam yang begitu dingin menyusup ke tubuh mungil Dania, dengan pakaiannya yang begitu mini, itu membuat angin yang berhembus bisa di rasakan oleh kulitnya yang putih mulus, Musik jedag-jedug terdengar bising menghiasi telinganya, ya itu sudah biasa Dania rasakan karena pekerjaan Dania sebagai pelayan di salah satu club malam elit yang ada di kotanya.
Malam ini banyak para kalangan elit yang datang ke tempatnya berkerja, terkadang mereka datang hanya untuk melepaskan rasa penat saja, ada juga yang mencari kepuasan untuk dirinya. Banyak juga gadis-gadis cantik dan seksi yang menjajakan dirinya kepada para tamu yang datang.
Berbagi minuman mahal yang mengandung alkohol juga semua tersedia, mau pesan merk apa saja ada dari yang murah sampai mahal juga ada.
"Hey pelayan!!"
Seseorang laki-laki berkumis tebal melambai-lambaikan tangannya ke Dania, itu pertanda meminta untuk di layani.
"Iya Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Dania pada laki-laki yang sudah setengah mabuk itu.
"Nona muda, tarif kamu berapa permalam?" tanya laki-laki itu yang diiringi dengan tawa.
Dania menghela nafas berat, hal seperti ini sudah sering terjadi, aku sudah tidak kaget lagi, nasib menjadi pelayan di club malam hanya untuk sesuap nasi ya harus tahan banting.
"Maaf Tuan, saya permisi," hanya itu yang keluar dari dalam mulut Dania. Dania tak berani melawan karena laki-laki itu adalah tamu.
Laki-laki itu kembali menggriyangi Dania dengan tawa yang cukup keras.
Tiba-tiba ia mencengkram tangan Dania dengan kuat. "Hey sombong sekali kamu, kamu tahu banyak gadis muda yang ingin menjadikanku Sugar Dady mereka, tapi kamu sok jual mahal sekali," ujar laki-laki itu tidak suka dan tatapan matanya tampak lunglai.
Semua mata tertuju pada Dania dan laki-laki berkumis itu, mereka tidak ada yang berani mendekat hanya melihat saja.
"Maaf Tuan, saya hanya seorang pelayan cafe di club malam ini," lirihnya dengan nada menekan.
"Pelayan cafe saja sombong, aku bisa membayar tubuhmu ini dengan uangku," hinanya pada Dania. "Kamu mau aku bayar berapa? Katakan padaku!" Lanjutnya dengan tatapan menerkam.
"Maaf Tuan, saya tidak butuh uang anda!" tandas Dania dengan tegas, lalu ia mengibaskan tangan laki-laki yang sudah tidak muda lagi dengan kasar.
Dania berlalu pergi meninggalkan laki-laki itu.
"Dasar gadis kurang ajar!!" sentak laki-laki itu sambil membanting gelas yang ada di tangan satunya. Gelas itu pun pecah berkeping-keping ke lantai.
Dania menangis di dalam kamar mandi, nasibnya yang begitu malang membuat dirinya harus berkerja seperti ini.
Kedua orang tuaku entah kemana? Dari aku kecil aku tidak pernah tahu tentang kedua orang tuaku, mereka saat itu pergi meninggalkan aku sendirian di sebuah gubuk tua, lalu mereka pergi begitu saja dan tidak kembali datang untuk menjemputku.
Akhirnya dari aku kecil saat itu usiaku baru 10 tahun, aku hidup sendiri dan berusaha sendiri, aku mencari uang untuk makan dan biaya sekolah sendiri, tapi sekolahku hanya sampai tamat SMP karena aku tidak mampu lagi untuk melanjutkan ke SMA dan aku memilih berkerja serabutan, hingga akhirnya aku bertemu dengan seorang teman dan membawaku kerja di club malam ini. Di sini gajinya lumayan besar dan sering kali dapat tips dari para tamu yang datang jadi aku betah-betahin saja, untuk menyambung hidup dan jaman sekarang juga mencari pekerjaan itu tidak lah mudah.
Setelah beberapa lama berada di dalam kamar mandi, Dania akhirnya keluar juga.
Dania kembali melanjutkan pekerjaan, Alin yang tidak lain adalah sahabatnya, mereka berkerja di tempat yang sama, ia berjalan menghampiri Dania yang keluar dari dalam kamar mandi dengan mata yang sudah sembab.
"Dania, kamu kenapa?" tanya Alin pada Dania.
"Biasalah Lin, ada Om-om ada yang nawar aku," ujar Dania sedih. Senenglangsa inikah hidupnya?
Alin memeluk Dania, ia mengerti seperti apa perasaan Dania? Karena bukan hanya Dania saja yang sering mendapatkan kejadian seperti ini, dirinya juga sering tapi Alin juga harus sabar dan tahan banting demi cuan. Ya untuk bertahan hidup juga, namanya di kota apa-apa serba mahal dan kebutuhan hidup juga banyak.
"Sabar ya Nia, kamu jangan sedih lagi," kata Alin pada Dania.
Dania melepaskan dirinya dari pelukan Alin, ia mengangguk.
"Ayo mulai kerja lagi!" ajak Alin semangat dan Dania mengangguk.
Mereka kembali melanjutkan pekerjaan mereka, hingga jam 12 malam dan mereka bersiap-siap untuk pulang.
Alin pulang lebih dulu karena Ibunya sakit, sedangkan Dania tadi beres-beres lokernya dulu.
"Debukkk!!"
Terdengar suara seperti ada yang jatuh, Dania merasa takut apalagi di sini tidak ada orang sama sekali.
"Hay apa ada orang," suara seseorang membuat Dania kaget.
"Hey Nona, bantu aku untuk ke hotel," kata laki-laki bertubuh jangkung itu dengan keadaan yang cukup mabuk. Parasnya begitu tampan.
Dania semakin takut, tapi laki-laki itu tiba-tiba berjalan mendekatinya.
"Nona, antarkan saya ke hotel!" titahnya pada Dania.
"Tapi Tuan, saya sudah mau pulang," jawab Dania dengan gugup.
"Aku akan membayarmu, kamu hanya perlu mengantarkan aku ke hotel saja!" laki-laki itu tiba-tiba merangkul bahu Dania tanpa permisi.
Akhirnya Dania pergi mengatarkan laki-laki itu ke hotel terdekat dari tempat kerjanya.
Sesampainya di hotel Dania membawa laki-laki tampan itu masuk ke dalam kamar hotel.
Saat hendak merebahkan tubuh laki-laki itu ke atas kasur, tiba-tiba laki-laki itu menarik Dania hingga Dania jatuh tepat di pelukannya.
"Lepaskan saya!!" Dania meronta-ronta meminta di lepaskan.
"Kamu cantik sekali," laki-laki itu memindahkan posisinya dan kini berada di atas tubuh Dania, tubuh Dania terkunci oleh tubuh kekar laki-laki yang saat ini berada di atas tubuhnya.
Dania berusaha mendorong tubuh laki-laki itu sekuat tenaga, tapi tenaga laki-laki itu jauh lebih kuat darinya dan kini bibirnya sudah menyusup ke leher jenjang miliknya.
"Lepaskan aku," kedua tangan Dania terkunci oleh kedua tangan laki-laki tampan itu.
"Kamu sangat cantik, aku tidak akan melepaskanmu begitu saja," lirihnya dan langsung mencium bibir Dania begitu dalam.
Air mata Dania menetes membasahi kedua pipi mulusnya. Dania terus melawan, namun rasanya lemas karena tenaga laki-laki yang berada di atasnya ini jauh lebih kuat darinya. Ia semakin lemas karena laki-laki itu terus bergerilya di atas tubuhnya tanpa memberikan jeda sedikitpun.
"Lepaskan saya Tuan!!" air mata Dania terus mengalir membasahi kedua pipi mulusnya, suara isakan tangis Dania juga semakin lirih.
Tak di dengarkan isak tangisan Dania, laki-laki itu hanya perduli akan nafsunya saja dan satu persatu ia melucuti pakaian yang di pakai oleh Dania dengan kasar.
Lalu ia juga melepaskan bajunya satu persatu dan kembali melanjutkan aksinya, Dania merintih kesakitan tapi laki-laki itu malah sangat menikmatinya, baginya rintihan Dania itu adalah suatu kenikmatan yang dia rasakan.
Setelah beberapa lama akhirnya selesai, laki-laki itu menjatuhkan tubuhnya di samping Dania, Dania menyelimuti tubuhnya yang kini tanpa sehelai benang apapun, ia menangis karena kesuciannya yang selama ini di jaga di renggut oleh laki-laki yang tak ia kenal.
"Hancur sudah," tangis Dania semakin pecah.
Dania turun dari ranjang tempat tidur, lalu ia kembali memakai pakaiannya dan pergi begitu saja meninggalkan laki-laki yang sudah menodainya itu.
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
Dania baru saja sampai di tempat tinggalnya yang tidak terlalu besar, ia menyewa tempat ini dan membayarnya satu bulan sekali.
Dania masuk ke dalam kamar mandi, di nyalakan kran air di kamar mandi untuk menguyur tubuh mulusnya yang saat ini penuh dengan tanda merah karena ulah laki-laki yang tidak di kenal.
Bekas merah kini bag tato di setiap lekuk tubuhnya, setiap melihat tanda merah itu ada rasa sedih di dalam hati Dania, kejadian malam itu terus terngiang-ngiang di kepalanya, apalagi Dania tidak mabuk jadi tentunya ia ingat semuanya dengan baik.
"Dania kamu sudah tidak suci lagi," gumamnya dengan suara lirih dan terdengar sendu.
"Laki-laki brengsek!!" Pekik Dania dengan nada marah.
Hal yang tidak pernah aku bayangkan, kini terjadi pada diriku. Aku yang selalu menjaga diri dan kehormatanku, kini semua itu di renggut oleh laki-laki yang tidak aku kenal sama sekali. Entah bagaimana caraku melanjutkan hidupnku? Bagaimana kalau aku hamil?
Di club malam aku selalu jual mahal dengan siapapun, tapi tadi malam kesucianku di renggut begitu saja oleh laki-laki yang tidak aku kenal.
****
Matahari menyusup masuk ke dalam kamar hotel, laki-laki itu akhirnya membuka kedua matanya, tatapan matanya masih linglung, kenapa aku bisa ada di sini? Laki-laki itu tampak kebingungan.
"Bajuku dimana?" tanyanya pada dirinya sendiri saat melihat tubuh kekarnya polos tanpa sehelai benang apapun.
Leon terdiam, ia mengingat kejadian tadi malam, apa yang telah terjadi?
"El, aku tidak bisa berpikir sedikitpun," pekik Leon, ia biasa di panggil dengan sebutan El.
Ia kembali terdiam dan satu persatu tentang tadi malam bermunculan di kepalanya. "Gadis itu, iya gadis itu kemana?" batin El dalam hatinya.
Saat ini aku sangat bingung, apa yang terjadi?
El hendak beranjak dari tempat tidur, namun saat ia hendak bangun ia melihat ada bercak darah di sprei itu. El memperhatikan bercak itu, dan itu benar-benar darah.
"El pasti tadi malam telah terjadi sesuatu," yakin El pada dirinya sendiri.
"Aku harus cari gadis itu," pungkas El dan ia bergegas pergi membersihkan tubuhnya.
Setelah selesai mandi, El bergegas pergi meninggalkan hotel, sebelum pergi ia menemui resepsionis dan menanyakan tentang gadis yang datang bersama dengan dirinya, namun repsesionis itu tidak tahu kapan gadis itu pergi dari hotel?
El melajukan mobilnya, ia mengingat kejadian tadi malam namun wajah gadis cantik itu samar-samar tidak terlalu ia ingat.
"Aku harus mencarinya kemana?"
"Kenapa kamu pergi tanpa menunggu aku bangun lebih dulu, dasar gadis bodoh."
El menghentikan mobilnya di depan rumahnya, lalu dengan kasar ia turun dari dalam mobil dan langsung masuk ke dalam rumahnya.
"El, kamu darimana?" tanya Revi, yang tidak lain adalah Mamanya Leon.
"Mama kapan datang?" bukannya menjawab, El malah balik bertanya.
"Pasti kamu mabuk-mabukan lagikan, kapan sih El kamu akan berubah?" Revi tampak geram, anaknya ini memang susah sekali di atur.
"Mama, lagian sejak kapan Mama perduli pada El?" El malah menjawab kata-kata Mamanya tidak senang.
Revi menghela nafas berat, kenapa punya anak satu tapi susah sekali di atur?
"Lebih baik kamu menikah saja El, biar ada yang mengurusmu!" Titah Revi dengan tegas.
"Aku tidak mau, nikah juga ujung-ujungnya cerai Ma, aku tidak mau seperti Mama dan Papa," ujar El kepada Mamanya.
"El, jaga bicaramu! Kenapa Mama dan Papa cerai itu ada alasannya," tandas Revi dengan nada marah.
Setiap kali di suruh menikah, El memang susah dan alasan tidak mau seperti Mama dan Papanya yang pernikahannya berakhir dengan sebuah perceraian.
"Jika kamu bisa menjadi suami yang baik, pasti perceraian itu tidak akan terjadi," ujar Revi pada El.
"Sudahlah Ma, El capek, El mau istirahat," kata El yang tidak pernah mau mendengarkan apa kata Mamanya.
"Kamu tidak ke kantor?" tanya Revi dengan nada yang sudah meninggi.
"Ada Rey, biarkan saja dia yang mengurus semuanya hari ini Ma. Aku mau tidur," sahut El dan langsung berlalu masuk ke dalam kamar.
Revi mengelus dadanya, sabar punya anak seperti El, Revi yang harus pergi arisan, ia pun meninggalkan rumah anaknya itu.
Rumah yang cukup mewah yang di beli oleh El sendiri dari hasil kerja kerasnya selama ini. Di tinggali sendiri juga, karena Mamanya juga memilih tinggal di rumah sendiri juga.
Saat di kamar El kembali mengingat wajah gadis cantik itu tapi lagi-lagi tidak ingat, ia hanya mengingat perbuatannya pada gadis itu.
"Aku sudah merenggut kesucian seorang gadis, tapi gadis itu dimana?" Sesal El dalam hatinya, mungkin jika saat ia bangun gadis itu masih ada di sampingnya pasti El akan mencoba membicarakan semuanya dengan baik.
Tapi ini gadis itu entah kemana? Lalu aku harus mencari gadis itu kemana?
"Club, aku harus mencari ke club malam itu!!" kata El dengan yakin.
Apakah El akan menemukan gadis itu di club malam itu?
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
Malam menunjukkan pukul 9 malam, El bergegas pergi ke club malam yang kemarin. malam ia sambangi, ia bertemu dengan gadis itu di club itu jadi El sangat yakin kalau ia akan menemukan gadis itu di sana.
Sesampainya di club malam itu, El langsung memarkirkan mobilnya, lalu ia bergegas masuk ke dalam club sana.
"Tuan El, aku temanin ya," tawar wanita seksi yang memakai dress pendek kurang bahan, bahkan kedua gundukan kembarnya itu hampir menyembul keluar.
"Sama aku saja Tuan El," wanita yang lainnya menawarkan dirinya, semengoda mungkin ia mengoda El dengan nakal.
Mereka tahu El adalah tamu istimewa di club ini, jadi banyak sekali wanita-wanita nakal berlomba-lomba agar bisa menemani laki-laki perkasa nan tampan itu.
"Tidak perlu," jawab El dengan tegas, ia pun berlalu pergi meninggalkan para wanita-wanita yang menawarkan diri mereka kepadanya. Di otaknya hanya ada gadis yang semalam bersamanya.
El mencari-cari gadis itu tapi tak kunjung ia temukan, ia mengaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Ada rasa bersalah pada gadis itu, karena minuman yang memabukkan itu, El begitu menyesal karena sudah membuat masa depan seorang gadis muda hancur begitu saja.
"Kemana gadis itu? Aku yakin pasti dia berada di sini," pekik El dengan yakin.
El duduk di salah satu sofa, ia mengangkat satu kakinya ke atas. Kedua matanya terus mencari-cari gadis yang tadi malam. Tapi tidak terlihat juga.
Malam setelah kejadian itu Dania memang memilih pergi entah kemana? Ia juga keluar dari tempatnya berkerja secara tiba-tiba.
Dania pergi ke suatu kota dan ia ingin memulai hidup barunya di kota yang baru dengan suasana yang baru juga.
***
Hampir setiap hari El datang ke club malam itu dengan harapan bisa bertemu dengan gadis itu tapi sampai saat ini El tidak menemukan gadis itu sama sekali.
Kenapa El terus mencari gadis itu? Karena ia sudah merenggut kesucian gadis itu. Gadis yang malang, kamu kemana? Izinkan aku bertemu dengannya lagi Tuhan, aku akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan padanya.
"Kemana gadis itu?" lirihnya dalam hati.
Ada rasa putus asa tapi ia tidak mau menyerah begitu saja. Bagaimana pun caranya aku harus menemukan gadis itu.
***
Kini dua bulan telah berlalu di sebuah kota kecil Dania hidup sebatang kara di sebuah rumah kontrakan yang tidak terlalu besar, ia bekerja sebagai kasir di Minimarket di kota tempat tinggalnya sekarang.
Dania juga saat ini sedang hamil dan dia berjuang sendirian, para tetangganya juga sering kali bertanya kemana suaminya? Dania hanya menjawab suaminya sudah meninggal hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Dania. Dari awal ngontrak Dania memang sendirian jadi wajar kalau para tetangganya menanyakan suaminya kemana?
Seketika Dania bengong sendirian di depan meja rias, ia mengelus-elus perutnya yang masih rata dan mengingat malam itu.
"Hoek!!"
Buru-buru Dania beranjak dari tempat duduknya dan ia pergi ke kamar mandi, ia muntah-muntah dan rasanya tiba-tiba lemas, tidak mudah saat hamil berjuang sendiri. Sungguh nasibku yang malang, kesucianku di renggut begitu saja oleh laki-laki yang tidak aku kenal sama sekali.
"Kamu jangan kawatir ya Nak, biarpun Mama hanya berjuang sendiri tapi Mama akan selalu menjagamu dengan baik," kata Dania dengan nada sendu dan air matanya satu persatu berjatuhan membasahi pipi mulusnya.
Bukan hal yang mudah untuk menjadi seorang Ibu, apalagi tidak ada suami di sampingnya.
Saat kepalanya benar-benar merasa pusing Dania berjalan ke tempat tidur, lalu merebahkan tubuh di atas kasur.
Padahal masih pagi tapi sih jabang bayi sudah rewel. Dania meraih ponsel miliknya yang ada di sebelahnya, lalu ia menelpon bos pemilik Minimarket tempat kerjanya.
"Hallo Nia," terdengar suara laki-laki dari sebrang sana dengan suara yang cukup lembut.
"Hallo Tuan Niko, Tuan hari ini saya tidak bisa masuk kerja, karena kepala saya pusing dan muntah-muntah terus dari tadi pagi," izin Dania kepada Niko.
"Tidak apa-apa kamu istirahat saja, nanti aku ke rumah kamu bawakan bubur ayam buat sarapan," jawab Niko dengan nada lembut.
Setelah itu Niko mematikan saluran telponnya, lalu ia menelpon Afifa untuk mengantikan Dania menjadi kasir di Minimarketnya.
Setelah beberapa lama akhirnya Afifa datang ke Minimarket, Niko pun bergegas pergi ke rumah Dania dan sebelum ke rumah Dania, itu membeli bubur ayam lebih dulu untuk Dania.
Dania tampak lemas di atas ranjang tempat tidur, mungkin jika saat ini dia ada suami pasti dia bahagia.
"Aku pingin mangga muda, tapi mau bangun saja lemas sekali," keluh Dania. Apakah ini yang namanya masa ngidam?
Tiba-tiba ponselnya berdering dan ternyata telpon dari Niko, Dania mengangkat telpon dari Niko, lalu menaruh ponselnya tepat di telinganya.
"Hallo Tuan," sapanya dengan nada lembut.
"Dania, aku mau ke rumahmu. Apa kamu ingin makan sesuatu?" tanya Niko begitu perhatian.
Dania kembali mengelus perutnya, ia bergumam dalam hatinya. "Aturan Papa kamu yang melakukan ini buat Mama ya Nak, tapi sudahlah lupakan saja!"
"Nia, kenapa kamu malah diam?" Suara Niko terdengar sangat kawatir.
"Aku pingin makan mangga muda, Tuan. Tapi aku,"
"Nanti aku belikan sekalian, kamu tunggu saja!" Kata Niko, lalu ia mengakhiri panggilan teleponnya.
Niko bergegas mencari mangga muda, ya biarpun masih pagi dan tentunya tukang rujak juga akan sulit di temui. Tapi Niko tidak menyerah ia mencari ke pasar agar bisa menemukan mangga muda yang Dania yang inginkan.
Niko adalah laki-laki yang menolong Dania, saat itu tidak sengaja Dania hampir saja tertabrak mobil saat di jalan, untung saja ada Niko yang menolongnya.
Akhirnya mereka berbagi cerita, Nia juga saat itu menceritakan masalahnya pada Niko, hingga Niko menolongnya untuk mencari tempat tinggal dan memberikan pekerjaan untuknya. Bagi Dania, Niko adalah pahlawan penyelamatnya.
***
Niko akhirnya sampai di rumah Dania. Lalu dia masuk dan melihat Dania begitu lemas di sofa sambil menonton televisi.
"Nia, wajahmu pucat sekali, apa kamu sudah makan?" Niko terlihat begitu kawatir, Dania hanya menjawab dengan gelengan kepala, sanking lemasnya.
"Kamu rebahan saja jika kamu tidak kuat duduk," titah Niko. Ia tahu Dania saat ini sedang hamil, dan yang Niko tahu suaminya Dania ini sudah meninggal, itu juga Dania yang mengatakan kepadanya.
Dania hanya menggelengkan kepalanya pelan, membuat Niko semakin kawatir.
"Makan dulu ya, baru makan mangga mudanya, aku sudah membelinya," kata Niko dan ia membuka bubur ayam, lalu menyuapi Dania dengan sendok.
Dengan telaten Niko menyuapi Dania, bagi yang tidak tahu pasti akan mengira Niko itu suaminya Dania.
"Sudah Tuan," kata Dania setelah makan beberapa suap sendok bubur.
"Nia, panggil aku Niko saja!" Kata Niko, agak risih saat Dania memanggil dirinya dengan sebutan Tuan.
Dania tersenyum, lalu Niko juga tersenyum. Senyum keduanya benar-benar begitu manis.
"Aku ke dapur dulu, aku mau potongkan mangga mudanya buat kamu," kata Niko sembari berlalu pergi ke dapur.
Dania tampak sedih, padahal Niko adalah orang yang belum lama aku kenal tapi Niko begitu baik padaku.
Setelah beberapa lama Niko kembali membawa sepiring buah mangga muda, lalu dengan senang hati memberikan kepada Dania.
Dania yang tadinya terlihat begitu sedih, kini ia tiba-tiba tersenyum bahagia, mungkin itu bawaan sang jabang bayi juga. Dania langsung melahap mangga muda itu dengan nikmat, padahal Niko tadi mencobanya begitu asam, tapi saat Dania memakannya tak sedikitpun ia merasakan asam.
Niko tersenyum melihat Dania yang sedang makan mangga muda, senyum Niko begitu penuh arti.
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!