Menikah adalah harapan Kate Keyleigh yang saat ini berusia dua puluh empat tahun. Menikah baginya adalah sebuah ikatan suci yang tidak akan ternoda, namun tidak dengan pernikahannya. Pernikahan yang dijalani Kate, adalah pernikahan yang menjadikannya tempat bagi suaminya melampiaskan semua dendam yang dimiliki pria bernama Gaffi de Niels. Suami Kate yang merupakan duda dengan anak satu, dimana Kate akhirnya menjadi ibu susu untuk bayi perempuan yang berusia enam bulan itu.
" Ampun mas.... Ampuni aku mas.... " Kate kembali mendapatkan siksaan fisik dari suaminya. Hanya karena masalah Kate yang terlambat bangun hingga membuat Carmel menangis menantikan Asinya.
" Apa saja kerjaan ku di rumah HAH? Mengurus anak tidak becus, mengurus suami juga tidak becus. Lalu apa guna mu di rumah ini JAL***." Gaffi berteriak tepat di depan wajah Kate.
Plak.... Plak...
Gaffi menampar Kate sebanyak dua kali di pipi kanan dan kirinya. Kate hanya mampu menangisi nasib dan takdir yang seolah mempermainkannya. Pria yang dia kira penyayangan dan pemaaf nyatanya hanya berkedok malaikat untuk bisa menjadi iblis di dalam rumah tangganya. Hal yang tidak pernah terlintas dipikiran Kate adalah menjadi budak dan pelacur di rumah suaminya sendiri.
" Jika kau memang menantang ku, terus saja bersikap seolah kau tidak tahu apa-apa. Nikmati saja hasil dari perbuatan mu sendiri. " Gaffi menendang kaki Kate lalu pergi dari kamar mereka berdua.
" Sakit... Ini sungguh sangat sakit... Hikss. Hiks... Aku salah, hiks... Tapi kenapa harus seperti akhirnya... hiks... Hiks... " Kate menangis dengan kencang. Suaranya menjadi pengiring aktifitas para pekerja di mansion milik Gaffi de Niels.
" Kak Bells, maafkan aku... Hiks... Aku tidak kuat lagi.... Hiks. Hiks.... " Kate langsung terkulai lemah di lantai. Dia merasakan tubuhnya begitu sakit, namun hatinya lebih sakit lagi. Mimpinya, cintanya, pernikahannya, tidaklah seperti apa yang dia harapkan. Kate menyesal? Jawabannya pasti iya. Jika tahu begini hari itu, hari dimana dia menikah dengan Gaffi, maka dia akan mengatakan bahwa dia ' tidak bersedia '
Flashback
" Kate Keyleigh, apakah kau bersedia menerima Gaffi de Niels, sebagai suami mu, di kala suka dan duka, kaya dan miskin, sampai selama-lamanya hingga maut memisahkan kalian? " Seorang pendeta sedang mengucapkan janji pernikahan.
........
" Nona... Apa anda bersedia? " Sekali lagi pendeta itu bertanya karena sekian detik Kate tidak langsung menjawab.
" Saya.... Bersedia... " Ujar Kate akhirnya.
" Apa yang disatukan oleh Allah, hanya akan bisa dipisahkan oleh maut dan bukan tangan manusia... " Gaffi langsung memasangkan cincin pernikahan pada tangan Kate. Cincin dengan tema black swan, ke tangan Kate, istri keduanya setelah istri pertamanya meninggal. Kate pun juga menyematkan cincin pada pria yang telah resmi menjadi suaminya itu.
Kedua keluarga menyambut dengan baik pernikahan keduanya. Semakin mempererat hubungan persaudaraan. Saudara Gaffi juga menyambut dengan baik kehadiran Kate entah bagaimana peristiwa yang sesungguhnya tapi mereka bahagia karena Gaffi menikah lagi.
" Kate... Kau harus banyak bersabar ya. Gaffi itu tipe pria ngambekan, alias nggak mau disalahkan. Jadi harus pandai-pandai kau mengambil hatinya. " Ujar Geya menggoda.
" Kalian diam saja tidak usah ikut campur.. " Ujar Gaffi sinis.
" Tuh lihat Kate... Dianya sudah mulai ngambek.. Dan aku sudah menyiapkan hadiah untuk malam pertama kalian. Semoga cepat memberikan Carmel adik ya... " Geya menyerahkan paperbag dengan logo perusahaan pakaian no 1 di dunia.
" Terima kasih... " Wajah Kate merona malu..
" Jaga dia.. Tugasmu sekarang ini juga membahagiakannya.. " Galen si sulung berpesan. Gaffi malas menanggapi hanya mengangguk acuh saja.
Hal buruk dalam kehidupan Kate sekarang ini telah menunggunya di mansion mewah milik Gaffi yang berada di kawasan milik keluarga de Niels. Di mansion inilah nantinya akan menjadi saksi bisu kehidupan Kate yang berbanding terbalik dengan kehidupannya yang lalu.
Kate dipersilahkan masuk oleh kepala pelayan yang bernama Pamela, Kate kemudian diantarkan ke kamar utama tempat dia dan Gaffi akan berbagi kehangatan mulai dari hari ini. Impian Kate atas pernikahan, dia ingin wujudkan bersama Gaffi suaminya.
Mata Kate langsung berkaca-laca saat melihat sebuah pigura besar di atas ranjang yang akan di tempatinya malam ini. Pugara besar berisikan foto istri pertama Gaffi, Bellvania Rudolf. Kate menengadahkan kepalanya ke atas, berusaha menahan air matanya yang akan terjun bebas. Mengingat sosok yang adalah seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya. Teman, sahabat, saudara dan keluarga.
" Kau ingat dia? Wanita yang kau rampas posisinya dengan sangat kejam.. " Sindiran Gaffi ketika dia melihat Kate memandangi wajah istri tercintanya.
" Maksud kamu apa, mas? " Kate bertanya dengan kening berkerut.
" Lupa akan dosa mu? Cih dasar wanita munafik dan tentunya JAL***. " Kate semakin tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Gaffi.
" Masih belum paham? Baik aku akan jelaskan dengan baik, maka perhatikanlah.. "
Sreeet....
Gaffi merobek baju pengantin Kate dan membuangnya begitu saja. Dengan sangat kasar Gaffi mengagahi Kate bahkan tidak memperdulikan teriakan Kate yang kesakitan. Gaffi tidak hanya melakukan dengan kasar, tapi juga memukul, menjambak rambut Kate. Belum lagi dengan segala kata-kata yang Gaffi lontarkan untuk Kate.
" Sakit... Sakit kau bilang.... Lalu bagaimana dengan ku dan Carmel... " Sentak Gaffi dengan pinggulnya yang terus menghajar Kate dengan kasar.
" Bagi ku, kau hanya wanita rendahan, JAL*** hina yang telah membunuh istri ku. Karena itu kau harus merasakan rasanya menjadi diri ku. Kau harus merasakan apa yang aku rasakan... " Bentak Gaffi.
Gaffi terus melakukan hal tersebut sampai Kate pingsan dalam kondisi yang mengenaskan. Gaffi pun langsung meninggalkan begitu saja tubuh Kate, dan tidak peduli apakah wanita yang resmi menjadi istrinya itu hidup atau mati.
Flashback off
Kate pagi ini tengah disibukan dengan memasak sarapan untuk suaminya. Kate khusus memasak masakan istimewa untuk suaminya karena suaminya bertugas malam karena ada kondisi darurat di rumah sakit. Pernikahan Kate belumlah berubah meski kini sudah berlalu beberapa minggu. Gaffi tetap kasar dalam perbuatan dan ucapan, namun Kate tetap harus bertahan, demi dirinya dan demi Carmel.
" Kau masak apa? " Tanya Gaffi yang baru saja pulang dari bekerja.
" Ini aku masak nasi goreng seafood untuk kamu mas. " Jawab Kate. Kedua tangannya sibuk menghidangkan makanan di piring Gaffi.
Gaffi menerima piring itu tanpa banyak bicara, namun baru satu suap dia langsung meludah dan dengan kasar melemparkan piring itu ke arah Kate hingga mengenai dahi Kate. " Kau itu bisa apa sebenarnya? Masak tidak becus, mengurus suami dan anak tidak becus, lalu apa gunanya aku menikah dengan mu.. SIALAN... " Gaffi berteriak tepat di depan wajah Kate yang terduduk di lantai setelah piring yang dilempar Gaffi mengenainya.
Gaffi yang marah langsung menyeret tubuh Kate ke dalam kamar mandi yang ada di dapur, lalu menyirami tubuh Kate dengan air sampai Kate kesusahan untuk bernafas.
" Bunuh saja aku mas.... Bunuh saja jika itu bisa membuat mu puas... " Teriak Kate. Hatinya dan fisiknya sudah sangat hancur karena pria yang adalah suaminya.
" Aku akan membuat mu terluka lalu menyembuhkan mu dan begitu seterusnya sampai kau merasa bahwa hidup mu berada di neraka... Nikmati lah hadiah dari ku Kate. " Gaffi menyeringai kemudian meninggalkan Kate di dalam kamar mandi dan menguncinya dari luar.
...*******...
Hallo semuanya yang selama ini sudah banyak support dan dukung karya aku. Untuk para pembaca yang mengikuti karya ku, ini aku ada karya baru tentang air mata pernikahan ya....
Pernikahannya Kate dan Gaffi de Niels, anak ketiga dari Joaquin dan Noura. Disini tema dan ceritanya berbeda dari generasi sebelumnya, dan ini juga pertama kalinya aku membuat cerita dengan tema seperti ini. Semoga tidak mengurangi kecintaan kalian dalam karya ku ya...
Terima kasih untuk support nya.... 🥰🥰🥰🥰
Gaffi masuk ke kamarnya setelah melampiaskan kekesalannya pada Kate. Biarlah wanita itu menderita seumur hidupnya, supaya semua rasa bersalah Gaffi terbayarkan. Gaffi duduk di sofa tunggal yang ada di kamarnya, menatap foto besar yang berada di dinding atas ranjangnya. Sebuah foto yang selalu membuat hati Gaffi porak poranda, bahagia, sedih, kecewa, marah, sesal semua bercampur menjadi satu. Gaffi mulai berandai, seandainya dia tidak membiarkan istrinya pergi sendiri karena begitu ingin makan crepe yang ada di depan rumah sakit miliknya. Andai Gaffi tahu bahwa Bellvania hamil saat itu, sehingga dialah yang akan pergi ke kedai yang menjual crepe tersebut, dan banyak lagi andai-andai yang terlintas dipikiran Gaffi.
" Sorey Bells... Aku.... Kehilangan mu.. " Air mata Gaffi luruh juga akhirnya. Setelah beberapa hari ini, sejak dia mempersiapkan balas dendam yang epic untuk Kate, dirinya tak lagi menangisi kepergian sang istri. Namun pagi ini, semuanya kembali seperti saat awal Gaffi mendengar bahwa sang istri meninggal.
" Tuan... Tuan.. " Dor... Dor... Dor... Pintu kamar Gaffi diketuk dari luar.
" Ada apa? " Tanya Gaffi setengah emosi ketika dia membuka pintu kamarnya dan melihat Kate digendong oleh salah satu penjaga di rumahnya.
" Nyonya pingsan tuan... Apa perlu saya panggilkan dokter Masif? " Tanya bibi kepala pelayanan di mansion Gaffi.
" Tidak perlu... Nanti dia juga bangun sendiri.. " Ujar Gaffi cuek.
Bibi Pamela hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap tuannya yang entah kenapa menjadi sangat dingin dan kejam. Padahal dulunya tuannya tidak begini, karena bibi Pamela sudah bekerja dengan keluarga de Niels sejak para pangeran dan putri keluarga ini masih kecil. Bibi Pamela menyayangkan perubahan tuan mudanya yang satu ini.
" Jangan pernah menyebarkan apa yang kalian lihat dan dengar di mansion ini. Kalian dengar? ! " Suara Gaffi yang penuh penekanan dan tinggi itu membuyarkan lamunan bibi Pamela.
" Ba... Baik.... Tuan.. " Gaffi pun mengusir pekerja mansion nya itu. Gaffi langsung masuk ke kamar mandi, membersihkan diri agar lebih segar lagi.
Eughhh...
Kate sedikit demi sedikit mulai membuka matanya, perlahan dia melihat dinding di atasnya, Kate tahu ini adalah kamarnya. Mungkin ada orang yang menemukannya pingsan di kamar mandi tadi, pikirnya. Telinga Kate mendengar suara gemericik air di dalam kamar mandi di dalam kamarnya. Kate yakin yang ada di dalam itu adalah suaminya. Dia bergegas bangun dan menuju kamar Carmel untuk membersihkan diri di kamar mandi yang ada di kamar putri sambungnya itu. Badan Kate kotor karena terkena makanan yang ada di piring yang dilempar Gaffi tadi.
Kate langsung menghampiri Carmel setelah selesai membersihkan dirinya, namun sebelum menggendong putri kecilnya ini, dia menyemprotkan hand sanitizer ke telapak tangannya. Hal ini karena Gaffi selalu memperingati siapa saja yang memegang Carmel harus bersih tanpa ada bakteri apapun di tubuh mereka. Kate segera menyusui Carmel karena *********** sudah kencang dan sangat sakit. Sakit yang dirasakan payudara Kate saat kontraksi memang begitu menyakitkan sampai membuat Kate kadang tidak mampu berbuat apa-apa. Baru setelah Carmel menyusu atau dia memompa ASI nya barulah rasa sakit itu hilang.
" Carmel tadi makan sama apa mbak? " Tanya Kate pada pengasuh khusus putrinya itu.
" Tim hati ayam kampung nyonya, tapi nona Carmel makan cuma sedikit. " Jawab pengasuh Carmel.
" Diganti minum susu saja mbak yang lebih sering, biar nggak nangis terus karena lapar.. " Kate menatap mata putri sambungnya itu sambil memberi instruksi pada pengasuh Carmel. Mata Carmel menurun dari sang daddy, tajam dan juga berwarna biru cemerlang. Kate begitu menyukai hal tersebut karena memang dia juga menyukai warna mata suaminya. Terlepas dari semua perlakuan Gaffi padanya, Kate sudah sejak lama jatuh hati pada suaminya itu.
Satu bulan telah berlalu, tidak terasa sudah selama itu Kate menjadi istri Gaffi. Jangan ditanya bagaimana perasaannya selama ini, yang jelas sangat kacau. Tiada hari tanpa Gaffi mengamuk dan mencaci makinya. Kekerasan fisik dan verbal menjadi makanan Kate setiap hati selama satu bulan ini. Sanggup, tentu saja tidak, namun memikirkan Carmel membuat Kate mau tidak mau bertahan dengan pernikahan yang mirip seperti neraka ini.
Kate yang sibuk di dapur tidak melihat kepulangan suaminya. Namun saat dia hendak membersihkan dirinya, dia melihat sang suami berada di kamar mereka tengah memandang foto Bellvania, istri Gaffi yang meninggal satu bulan lebih yang lalu..
Kate melihat suami kejamnya itu tengah meringkuk, menangis di atas sofa single yang menghadap foto Bells, sapaan untuk istri Gaffi yang pertama. Kate dalam diam ikut menangis, rasa bersalah bercokol dihatinya enggan untuk pergi. Bagaimanapun juga, dia juga mengenal baik Bellvania Rudolf karena wanita itu adalah teman sekaligus dokter pribadinya. Empat tahun mereka saling mengenal, dan bagi Kate istri pertama Gaffi itu adalah safezone baginya. Namun sungguh dirinya yang sangat berdosa, teman sekaligus tempat ternyamannya itu meninggal karenanya.
Kate masih ingat dengan jelas, pagi itu firasatnya sangat buruk. Namun dia tidak punya pilihan lain selain harus mengendarai mobilnya sendiri untuk melihat pabriknya yang terbakar. Kate kala itu masih menjabat sebagai wakil presdir Berliana Group, perusahaan milik keluarganya. Pagi itu adalah pagi yang mengubah jalan cerita hidupnya, dia tergesa-gesa menuju ke pabrik dan saat melewati JN Hospitals SC mobil Kate sedikit oleng hingga dia tidak bisa menguasai kemudi dan berakhir menabrak beberapa kendaraan dan juga orang. Salah satu korban dan merupakan satu-satunya korban meninggal, dia adalah Bellvania Rudolf.
" Maafkan aku kak, maafkan aku.... Ini semua salahku... Mungkinkah aku yang berniat serakah menggantikan mu akhirnya mendapatkan ganjaran penderitaan yang tiada tara seperti saat ini.. Maafkan aku... " Tubuh Kate merosot ke bawah, menyandar pada tembok di samping pintu kamarnya. Pantas saja Gaffi begitu membencinya, rupanya karena dia sungguh amat tidak tahu diri karena hendak mengambil tempat Bellvania.
Sedangkan di dalam kamar utama, Gaffi juga sama hancurnya dengan Kate. Karena selain harus kehilangan sang istri, dia juga harus menerima pembunuh istrinya tinggal di rumahnya.
" Bells... Apa yang harus aku lakukan? Aku membencinya, tapi aku membutuhkannya untuk menjadi ibu susu Carmel. Aku muak melihat wajahnya yang sok polos seperti orang tanpa dosa. Aku bendi dia Bells, maafkan aku.. " Sesal Gaffi.
Gaffi merasa sudah puas menangis, hendak keluar dari kamarnya. Namun begitu dia membuka pintu yang tidak tertutup rapat itu, dia melihat Kate menangis dalam diam. Emosi Gaffi langsung sampai ke ubun-ubun, melihat pembunuh istri tercintanya berada tepat di depannya. Tanpa banyak berkata lagi, Gaffi menyeret Kate untuk masuk ke dalam kamar dan menjatuhkannya tepat di lantai menghadap ke foto istrinya.
" Kau lihat Bells, wanita yang kau kasihi bahkan kau anggap sebagai saudara mu sendiri. Nyatanya adalah orang yang telah membunuh mu. Dia itu iri melihat mu bahagia makanya dia membunuh mu. DASAR WANITA JAL***!!!!!! " Gaffi langsung menghajar Kate tepat di depan foto wajah sang istri yang tengah tersenyum manis.
" Ampun mas... Ampuni aku mas.... Aku sungguh tidak berniat melakukan itu... " Kate menangis histeris meminta ampun.
" Tapi nyatanya istri dan calon anak ku meninggal karena mu... Dasar SIALAN... " Gaffi menghempaskan tubuh Kate ke lantai setelah dia mengangkat Kate untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Kate.
" Terima saja mulai dari sekarang, pembalasan dendam ku pada mu. Dasar wanita tidak berguna... " Gaffi menendang kaki Kate lalu berlalu dari kamar begitu saja.
Kate menangis terisak begitu keras, rasanya tubuhnya tidak lagi mampu menerima perlakuan kasar Gaffi. Hatinya sudah hancur karena kata-kata yang dilontarkan Gaffi begitu menyakitinya. Kate tidak sanggup lagi, karena Gaffi selalu memberi luka pada tubuhnya setiap luka yang lama menghilang, begitu seterusnya selama satu bulan ini.
Tubuh Kate kembali bergetar hebat, matanya melotot tajam, dadanya naik turun seperti sedang menahan emosi, nafasnya pendek... Kate mencengkeram apapun yang bisa diraihnya, setelah itu tubuh Kate mulai collaps dan berakhir pingsan di dalam kamar.
Langit terlihat sangat gelap, sepertinya akan segera turun hujan. Kate yang sedang mengendarai mobilnya sendiri melajukan mobilnya dengan kecepatan yang pelan. Tidak ingin hal buruk kembali terjadi, setelah apa yang dia perbuat telah membuat seseorang kehilangan nyawanya. Kate melihat sekeliling jalan yang dia lewati, ini bukan jalan menuju ke mansion Gaffi, Kate dibuat kebingungan. Mobil Kate berhenti di perempatan jalan karena terhadang lampu merah. Matanya fokus menatap lampu rambu lalu lintas, menanti lampu hijau menyala.
Kate sekarang tahu kemana arah mobil ini membawanya. Jalanan ini adalah jalan menuju ke Berliana Group, perusahaan milik sang ayah yang nantinya akan diwariskan padanya karena dia adalah anak tunggal. Namun baru beberapa meter mobil Kate melaju, Tiba-tiba saja semua yang ada di sekitarnya berubah. Bahkan langit yang tadinya gelap sekarang menjadi terang. Dan....
BRAK...
" Aaaarrggghhhh.... " Mata Kate terbelalak saat tiba-tiba mobilnya menabrak seseorang hingga orang tersebut terlempar jauh. Kate segera turun dari mobil untuk melihat korbannya. Tubuh Kate menegang ketika melihat sosok yang dia kenal berlumuran darah, dan sedang melihat ke arahnya.
" Kau jahat pada ku Kate. Kau telah merebut pria ku... " Ujar korban tabrak nya.
" Nggak .....itu nggak bener..... Aku nggak merebut siapa-siapa... Itu nggak bener.... " Kate menyangkal apa yang diucapkan Bellvania, korban yang dia tabrak.
" Aaarrgh sakit.." keluh Kate saat secara tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang.
" Kamu udah bunuh istri aku, ibu dari putri ku.. Kamu jahat Kate... kamu jahat... Aku benci kamu, selamanya aku benci kamu Kate..." Gaffi berteriak di depan wajah Kate. Seseorang yang menarik lengannya tadi ternyata adalah Gaffi.
" Aku nggak membunuhnya. Dia yang menyebrang nggak lihat jalan. Aku nggak nabrak..." elak Kate. Dia sebenarnya tidak tahu benar tidaknya sanggahannya karena memang kejadian tadi begtu cepat.
" Bohong... Dasar pembunuh.... pembunuh..pembunuh..."
Kate langsung bangun terduduk dengan banyak keringat dingin di dahi dan sekujur tubuhnya. Badan Kate kembali bergetar seperti sebelum-sebelumnya setiap dia dihajar Gaffi. Tapi kini tubuhnya bergetar karena mimpi buruknya. Jantung kate berdetak sangat kencang, dia meracau tidak jelas, bahkan hingga dia sesak nafas. Kate mencoba melawan kecemasan yang menderanya. Dia harus bisa melawan penyakitnya ini agar ketakutannya selama ini tidak akan pernah terjadi.
Kate membuka laci yang ada di samping ranjangnya. Mengeluarkan sebotol obat yang tidak ada tertera namanya. Kate mengeluarkan beberapa butir dan langsung meminumnya begitu saja. Setidaknya setelah meminum obat ini maka dia akan menjadi sedikit tenang.
" Nggak boleh begini terus... Aku nggak mau dia muncul lagi dalam hidup ku.." gumam Kate masih tidak begitu jelas.
Kate Keyleigh, wanita karir yang sukses dan digilai banyak lawan jenis karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Tidak jarang salah satu dari beberapa kliennya jatuh cinta padanya. Selain parasnya yang cantik, kate juga sangat pintar. Bisa dibilang jenius soal bisnis, karena itu sejak dia menjabat sebagai wakil presdir di Berlianan Group, perusahaan ini berubah semakin membaik dan mampu bersaing dengan perusahaan lainnya.
Namun kesempurnaan itu hanya milik Sang Pencipta, karena dibalik kesempurnaannya, Kate menyembunyikan sebuah cacat yang pastinya akan bisa menghancurkannya begtu saja bila ada yang mengetahui masalah ini. Kate mengidap penyakit mental GAD ( Generallizes Anxiety Disorder) atau dikenal dengan sebutan gangguan kecemasan umum. Gangguan kecemasan ini bisa sembuh dalam jangka waktu cepat, atau sama sekali tidak bisa disembuhkan. Entah Kate tergolong bisa disembuhkan atau tidak. Tapi yang jelas gangguan kecemasannya sudah sangat parah.
Kate sudah mencapai tahap dimana dia memiliki sisi lain dalam dirinya, atau disebut dengan ego after. Sebuah penyakit mental dimana seseorang menciptakan kepribadian lain dalam dirinya, kepribadian yang dibentuk ini sesuai dengan keinginan dari seseorang tersebut untuk melindungi dirinya. Kate pernah sekali mendengar bahwa papa dan mamnya berujar bahwa Kate terlihat beda saat itu. Dan karena inilah, Kate bertemu dengan Bellvania Rudolf, seorang dokter mata yang mempelajari psikologi dan mulai bertugas menjadi seorang psikolog.
" Senang berkenalan dengan mu.. Aku akan membantu mu lepas dari rasa trauma agar sisi lain dirimu tidak akan lagi menampakkan dirinya." ujar Bellvania kala pertama kali mereka bertemu. Dokter cantik dan sangat ramah sekali pada setiap pasiennya.
Gangguan kecemasan yang dialami Kate memang disebabkan karena trauma yang sangat menyeramkan bagi Kate. Ketika usia Kate enam tahun, dia diculik oleh musuh dari papanya. Dalam masa penculikan selama satu minggu itu, Kate melihat banyak hal buruk yang membuat mentalnya hancur. Salah satunya adalah ketika dia disiksa dan tidak diberi makan selama dua hari karena berusaha melawan dan kabur. Ketika polisi dan orang tuanya berhasil menyelamatkannya, Kate kala itu terlihat sangat.... berantakan dan hancur. Badannya penuh luka sayat dan lebam, belum lagi tubuhnya terlihat sangat kurus.
Kembali pada Kate saat ini. Dia sedang tertidur sesaat sesudah dia meminum obat yang merupakan obat penenang dengan dosis sedang. Obat yang selalu dia konsumsi ketika gangguan kecemasannya kumat. Kate tidur sangat nyenyak saat ini, tidak lagi mendenngar ketika suaminya mengamuk di bawah. Bagaimana tidak mengamuk, ini sudah jam sembilan pagi tapi makanan belum ada dimeja. Gaffi yanng mendapatkan shift malam menggantikan dokter jaga dibuat murka. Sudah perut keroncongan tapi memiliki istri di rumah tidak ada gunanya.
" Sialan dia malah tertidur.." Gaffi geram ketika melihat wanita yang dia nikahi demi balas dendam masih nyaman bergelung selimut. Tanpa banyak bicara, Gaffi menggendong Kate dan membawanya masuk ke kamar mandi. Efek obat yang Kate minum membuatnya tidak dapat merasakan sentuhan Gaffi yang menggendongnya.
BYURRRR...
" Aaaarrrggghhhh... Hentikan mas..." Kate sangat terkejut ketika melihat suaminya berkacak pinggang menyiramnya dengan shower, belum lagi sekarang tubuhnya berada di dalam bathup penuh air dingin.
" Hentikan kau bilang? Hei apa tugas mu di rumah ini? Bagaimana bisa aku pulang tapi tidak ada makanan sama sekali dan kau,....bahkan masih tidur nyenyak.." gaffi berbicara dengan suara tinggi menggelegar di dalam kamar mandi.
" Maafkan aku mas... Aku... aku buatkan dulu sarapannya.." Kate langsung ditarik Gaffi turun dengan baju yang basah." Mas aku mau ganti baju dulu.." Kate memohon.
" Nggak... Pakai baju yang ini saja.." ujar Gaffi dingin.
" Buatkan aku kopi dan sarapan sekarang juga... Awas kau sampai melawan..." Gaffi mencengkeram dagu Kate sebagai peringatan bahwa jika Kate berbuat salah maka akan lebih dari itu perlakukan Gaffi.
Dengan baju basahnya Kate memasak dan membuatkan kopi untuk suaminya. Dalam diam dia menangis, menangisi nasibnya yang entah kenapa jadi berantakan sseperti ini. Kate sambil melamun mengerjakan apa yang diperintahkan Gaffi padanya. Hingga suara ribut-ribut diluar mengganggu lamunannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!