Kepalan erat hingga jari-jari memucat putih menandakan emosi yang tertahan. Iris coklatnya memandang datar apa yang terjadi di depannya. Dua sosok yang berdiri dengan senyum dan tatapan pongahnya menimbulkan rasa menggelitik ingin menghancurkan makhluk tak berguna ini.
"Ahh... Jadi seperti ini yang kalian lakukan". Suaranya bergetar menahan gemuruh di dada.
"Gue gak sadar ternyata selama ini gue hanya memelihara se'ekor anjing ahhh gak dua ekor anjing". Lanjutnya dengan tatapan tajam yang menghujam.
"Itu karna Lo orang yang bodoh Lexa ahh atau harus
gue panggil kakak?". Jawaban yang benar-benar
membuatnya muak.
"Yah kalian memang cocok kok, yang wanita seorang jalang dan yang lelaki seorang bajingan".
"Enyahlah dari hadapanku". Sambungnya.
"Tentu dengan senang hati lagi pula kau sudah tidak berguna". Ujar lelaki itu berbalik pergi sembari saling bergandengan mesra.
Matanya menatap dua sosok yang sudah hilang dari pandangan nya. Dua sosok yang dulunya sangat berarti. Sang adik Levi lebih tepatnya adik tiri yang dirinya sayangi dengan sepenuh hati hingga membuat dirinya bekerja siang dan malam agar sang adik bisa hidup dengan nyaman menghancurkan kepercayaan nya.
Lelaki itu, kekasihnya Deran. Sosok yang dirinya kira bisa terus menggenggam tangannya dalam keadaan apapun mengkhianati dirinya dengan orang yang tak lain adalah adiknya. Kerja keras, kasih sayang yang selama ini dirinya beri di hancurkan begitu saja dan sudah tak tersisa.
Dengan langkah gontai berjalan menyusuri jalan yang cukup sepi. Hari ini seharusnya menjadi hari anniversary tahun ke 3. Berakhir dengan terbongkar nya perselingkuhan mereka saat dirinya tak sengaja melintas di depan Coffee shop melihat dua sosok itu saling berpagutan mesra.
Tangannya menggenggam erat tas kerja dan sebuah novel favoritnya yang sudah terbaca berulangkali. Hari ini bukan hanya kehilangan cintanya dirinya juga kehilangan satu satunya sosok yang di anggap keluarga. Menatap kosong kedepan hingga tak disadarinya sebuah truk melaju kencang kearahnya.
Brakk
Semuanya terjadi begitu singkat. Tubuhnya terasa seperti terbang dan tergeletak menatap langit yang dihiasi bintang. Pandangan nya memburam seiring sesak yang menghampiri. Cahaya bintang jatuh yang dilihat netra sayunya menerbitkan senyum getir.
'sudah berakhir'. lirihnya, perlahan semua terasa ringan dan terang.
(sekarang dah pindah ke novel)
Ekspresi nya yang mendingin tidak memperdulikan dua sosok berbeda umur itu. Dengan santai memakan nasi goreng telor ceplok yang wanginya sangat menggugah selera.
Hanya keheningan yang mendominasi Heera tidak memperdulikan Ayah dan Abangnya yang mencuri pandang kepadanya. Setelah selesai tanpa sapaan seperti dulu dirinya melenggang pergi menuju mobil hitam yang terparkir siap di dalam garasi.
Melalui cermin dasboard matanya memindai penampilan nya yang sedikit berbeda, yaitu tanpa kaca mata yang biasanya menghiasi wajahnya dan kunciran rambutnya yang turut menghilang.
Mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang bermodalkan ingatan barunya. Bangunan luas menyambutnya di depan. Memasuki parkiran yang terlihat ramai oleh siswa siswi . Saat merasa mobil nya sudah terparkir dengan sempurna bergegas keluar mobil.
'njir cakep bener'
'siapa tuh'
'gebetan baru gue nih
'insenyur deh gue saingan nambah'
'ehh bukannya itu si Alycia ya?"
'lah Iyah si Alycia'
'cantik sih tapi tetep aja cupu'
Semua perkataan siswa siswi tidak di hiarukannya. Dirinya tidak peduli dengan mereka. Melewati sekumpulan para siswa....
'njir cakep bener'
'siapa tuh'
'gebetan baru gue nih
'insenyur deh gue saingan nambah'
'ehh bukannya itu si Alycia ya?"
'lah Iyah si Alycia'
'cantik sih tapi tetep aja cupu'
Semua perkataan siswa siswi tidak di hiarukannya. Dirinya tidak peduli dengan mereka. Melewati sekumpulan para siswa yang dirinya tau bahwa mereka adalah tokoh utama dan figuran novel ini.
"Wow si cupu nih woy." Celetuk Gibran dengan
senyum tengilnya.
"Adek Lo ini Van." Sambung Julian menyenggol lengan Devano disebelahnya yang bersender di mobil.
"Ihh Alycia cantik ya Bang Al, No." Celetukan Lionel yang berdiri disebelah Alexander.
Celetukan itu membuat satu sosok pria dengan iris
tajam menatap Alycia dingin.
"Kok bisa sih Alycia cantik bang Van?." Tanya keano pada Devano yang tidak mendapat jawaban sama sekali. Devano hanya menatap gadis yang tidak lain
adalah adiknya. Adik yang tidak pernah di perlakukan baik oleh dirinya. Terlihat sekarang dia merasa Alycia telah berubah seperti bukan Alycia yang dulu.
Alycia tidak memperdulikan celetukan para pria itu. Sungguh sebenarnya Jauh di dalam hatinya Alycia ingin berdiri di dekat Alex dan Lionel lalu meminta mereka untuk melakukan kissing!.
Ugh jiwa fujo nya memberontak. Ada rasa senang yang menghampiri. Tapi juga khawatir dengan ending hidupnya.
Tanpa sadar langkah nya telah berhenti tepat didalam kelas nya. Seorang gadis cantik bermata hijau mentapnya dengan senyum lebar. Alsanti Raiden Adik Alexander yang menjadi satu-satunya sahabat Alycia. Menjadi satu-satunya pula yang peduli dan menangis sedih disaat dirinya bunuh diri.
Santi didalam novel memilih pergi meninggalkan
tanah air ke negri gingseng Korea Selatan.
Melanjutkan pendidikan nya di negara itu setelah kehilangan sang sahabat. Menjadi sosok model terkenal di negara julukan K-Pop itu. "Alicia ini Lo?." Pekik Santi mmenarik Alicia dalam
pelukannya.
Senyum tulus untuk pertama kali di dalam kehidupan keduanya ini tercipta. Membalas menepuk punggung Santi pelan.
"Yups, it's me."
"Nah gini dong kan cantik jadinya Lo."
Melepas rangkulan Santi dan mendudukkan diri tepat dibangku dekat jendela samping Santi.
Melepas rangkulan Santi dan mendudukkan diri tepat dibangku dekat jendela samping Santi.
"Gimana respon Abang sama Ayah Lo Ci?." Pertanyaan itu membuat Alycia menatap mata Santi
dalam.
"Nothing San, Jujur aja gue capek, gue udah ga peduli lagi sama hal apapun, gue akan lebih mencintai diri gue sendiri, gue udah ga berharap apapun sama mereka, gue ikhlas San." Perkataan Alicia membuat Santi tertegun sesaat.
"Jadi rencana Lo apa Ci?."
"Gue pinter San, uang masih masuk di rekening gue dari saham bunda yang di warisin ke gue tanpa ayah dan Abang tau, suatu saat kalo gue udah bener-bener ga kuat gue akan pergi dari rumah itu." Hening sejenak sebelum Alycia melanjutkan kalimatnya.
"Rumah itu, bukan rumah gue San, segalanya segala hal yang terjadi gue udah nyerah, gue gak mau tambah hancur." Entah kenapa setelah mengatakan kalimat itu matanya terasa panas dan memburam.
Genggam hangat dan senyum tulus Santi membuat Alycia mengerjapkan matanya menghalau air dimatanya.
"Termasuk Xander, tunangan Lo?"
"it's just a business engagement San, Xender dulu memang gue berharap dia bisa jadi cahaya di kegelapan gue, tapi makin kesini gue sadar his heart isn't for me."
Lanjut part 3 ya gays
#jangan lupa like dan komen
"Termasuk Xander, tunangan Lo?"
"it's just a business engagement San, Xender dulu memang gue berharap dia bisa jadi cahaya di kegelapan gue, tapi makin kesini gue sadar his heart isn't for me."
"It's oke Ci, gue selalu disini untuk terus sama Lo, Lo gak sendirian, pilih jalan yang buat Lo bahagia Ci jangan maksain diri untuk menuhin ego orang yang gak pernah menghargai ke beradaan diri Lo dan perjuangan lo."
Sesuatu seperti terasa ringan setelah menceritakan hal yang dirasakan Alycia dari tubuh nya sekarang. Santi gadis cantik yang Alycia harap tidak akan mengecewakan nya karna Alycia cukup takut untuk percaya dengan orang lain setelah kehidupan sebagai Alexa dulu.
Jam sudah menunjukkan jam pelajaran telah usai. Tepukan di pundak Alycia saat baru berjalan bersama Santi ke kantin membuatnya berhenti. Netranya menatap senyum manis seorang pria yang berdiri di samping dua sosok pria lain yang hanya menatapnya datar.
"Alycia besok kan ada even anggota musik sih udah daftar untuk tampil tapi pasangan yang harusnya tampil ada kendala, gue tau ini mepet waktu nya dan even sekolah tapi Lo mau kan jadi partner gue lagi gantiin mereka?." Pria ini Rayyen Dalyan sahabat antagonis pria yang satu ekskul dengan Alycia dan cukup dekat karna mereka beberapa kali menjadi partner.
Pria hangat yang selalu memberi suasana ceria pada orang terdekat nya tapi sangat cuek pada orang lain. Terkadang membuat dirinya sebagai Alexa berfikir bagaimana bisa penulis membuat tokoh antagonis sebenarnya adalah sekumpulan murid yang punya rekor baik dan yang paling penting adalah tampan!.
"Tentu Yen, Lo bisa jadi partner gue, pulang sekolah nanti temuan aja di ruang musik kita tentuin lagunya." Ucapan Alycia membuat Rayyen tersenyum sangat manis.
"Oke gue tunggu ya,btw Lo cantik begini Ci gue suka, ydh gue sama sobat gue cabut dulu ya bye Ci San."
Alycia menyenggol lengan Santi menatap ketiga pria itu yang sudah berjalan jauh hilang di tikungan koridor tanpa kedip.
"Gila Ci, baru ini gue berhadapan langsung sama Danes, Eric dan si Rayyen ya lord mereka cakep bener walau terlihat seperti batu es Antartika! Apa lagi Rayyen senyum nya diabetes gue." Perkataan Santi hanya di balas kekehan kecil Alycia.
"Yuk lanjut ngantin." Ajak Alycia menarik lembut lengan Santi.
Memilih kursi dipojok kantin membuat Alycia dan Santi memakan, makan siangnya dengan tenang. Suara pecahan kaca mengalihkan atensi dua gadis cantik ini menatap meja dia tengah kantin.
Ahhh Alycia ingat adegan ini. Adegan dimana sang antagonis wanita Kania Channan yang juga adik dari Julian Channan sahabat Alex menumpahkan semangkuk bakso hangat pada Lionel.
"Sialan! ****** gila apa-apaan sih Lo." Dorongan kasar Julian pada adiknya.
"Lo lebih belain ini cowok lenjeh dari pada gue bang?." Ucap Kania yang untungnya saat di dorong di tahan oleh kedua sahabat nya Ara dan Rahma.
"Lo bener bener ya Ka bisa ga sih ga usah usik urusan orang?." Sahut Devano yang sudah berdiri di samping alex melindungi Lionel di belakang tubuh mereka.
"Bang, gue gak akan gini kalo ga si lenjeh itu jauh jauh dari tunangan gue sialan." Alex hanya menatap datar Kania di depannya.
Lanjut part 4
#Jangan lupa like komen kalo bisa voting😅
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!