NovelToon NovelToon

Arwah CEO Tampan

Bab. 1 ° Roh Elit sejagat

Mili duduk dengan tangan dingin di sofa sebuah ruang kantor yang begitu mewah. Tentu saja mewah. Ini gedung perusahaan Mandala yang begitu besar itu. Setelah menunggu beberapa menit, muncullah seorang wanita yang cantik menemuinya.

“Kamu, Mili?” tanya wanita itu begitu anggun. Suaranya pun bagus. Selaras dengan tampang cantiknya.

“Ya. Saya Mili.” Dengan sopan Mili mengangguk.

Wanita itu duduk di depan Mili. Seorang pria yang sejak tadi berdiri di sana, memberikan sebuah berkas padanya.

“Aku direktur utama. Cahaya namaku. Kamu tahu kami membutuhkan karyawan, tapi kami tidak sedang mencari karyawan yang hanya lulusan SMA.” Rupanya itu berkas miliknya Mili. Ya. Dia hanya lulusan SMA. Dimana kebanyakan sulit akan di terima kerja di perusahaan besar, karena mereka menerima lulusan sarjana saja. “Namun karena ini ada hal spesial, kami menerima kamu di perusahaan ini.” Langsung saja direktur wanita ini bicara tanpa basa-basi.

“Terima kasih, Bu direktur. Saya ucapkan banyak terima kasih.” Kepala Mili mengangguk lagi.

“Namun sebelum kamu resmi masuk ke dalam jajaran karyawan perusahaan Mandala, sebenarnya bagaimana kamu mengenal Banu?" tanya Cahaya dengan mata curiga. Sorot mata itu menjadi tajam. Seakan ingin menembus hati setiap orang yang sedang berbicara dengannya. "Kamu bukan bersekongkol untuk membuat kekacauan di dalam perusahaan bukan?"

Mili terkesiap. Kepala gadis ini menunduk, takut.

Sebenarnya dia tidak ingin berada di perusahaan ini. Meskipun ini perusahaan impiannya, jika harus berbohong, Mili tidak sanggup. Lalu apa dasar yang membuat ia bisa duduk di sini dan berhadapan langsung dengan direktur perusahaan ini?

"Maaf, Bu direktur. Saya hanya salah satu orang yang beruntung bisa mengenal Pak Banu. Saya tidak pernah tahu kalau ternyata beliau adalah CEO perusahaan ini." Meski debaran di dada tidak kunjung reda karena takut, Mili akhirnya mampu menjawab dengan sikap wajar.

"Bagaimana kalian bisa bertemu?" tanya perempuan ini masih curiga. Rupanya Mili tidak bisa begitu saja merasa lega.

 

"Saya barista di kedai kopi, Pak Banu adalah pelanggan kedai tempat saya bekerja," ujar Mili. Perempuan itu menatap Mili agak lama. Seperti ingin mengulitinya. "

"Di balik tampangnya yang dingin, dia sebenarnya orang yang sangat hangat.” Sorot mata wanita ini menerawang jauh. “Tidak banyak orang yang tahu itu.” Direktur Cahaya tersenyum getir.

Benarkah dia orang yang hangat? Brrr ... memikirkan saja rasanya bulu kudukku berdiri. Itu tidak mungkin.

“Benar,” jawab Mili. Wanita itu menatap lurus gadis ini. Menatap dalam. Mungkinkah beliau menemukan alasan tepat kenapa keponakannya, bisa dekat dengan gadis biasa ini?

“Jadi kapan kamu terakhir kamu bertemu dengannya?” Ini bisa juga di sebut wawancara. Namun isinya tetap seputar Pria itu. Banu, CEO Mandala.

“Sebelum Pak Banu berangkat ke Jepang.”

“Jepang?” tanya direktur utama Cahaya terkejut.

“I-iya.” Mili menjawab dengan gugup karena direktur cantik ini mencondongkan tubuhnya dengan tiba-tiba. Lagi-lagi perempuan ini diam seraya menatap Mili dalam. Gadis ini menundukkan pandangan karena takut di anggap tidak sopan jika ikut menatap beliau.

Itu ketika Banu mengalami kecelakaan. Kenapa pas sekali?

 

“Terima kasih. Kamu bisa bekerja di perusahaan ini. Ambil dokumen perjanjian kontrak, Haras.”

 

“Baik.” Pria itu berjalan ke meja yang ada di belakang mereka. Lalu kembali ke depan sambil membawa map berwarna biru tua. Menyerahkan pada direktur Cahaya.

 

“Tanda tangani kontrak kerja ini, kamu akan menjadi karyawan perusahaan Mandala.” Beliau menunjukkan dokumen itu.

 

...*****...

 

Saat sarapan pagi tadi, ada telepon masuk ke ponsel bututnya. Itu dari perusahaan ini. Ternyata ia di minta untuk datang ke perusahaan karena lamaran pekerjaan miliknya.

 

Sebenarnya Ini adalah hal yang membahagiakan. Namun di balik semua itu, ada rasa tegang dan takut. Karena kemunculannya di perusahaan besar ini bukan tanpa sebab. Dia bisa masuk dalam daftar karyawan baru di dalam perusahaan karena jasa seorang arwah.

 

Arwah? Ya. Arwah adalah jiwa orang yang meninggal atau roh. Arwah yang itu? Benar. Dia sedang di bantu oleh arwah yang muncul tiba-tiba di hadapannya. Namun ini bukan arwah biasa. Dia arwah berjenis kelamin laki-laki. Visualnya juga tidak main-main. Roh ini punya wajah tampan, pakaiannya juga berkelas. Dialah arwah paling elit sejagat.

 

“Aku adalah CEO perusahaan Mandala,” ungkapnya saat beberapa hari sudah menghantuinya. Jika awalnya Mili terkejut dan hampir pingsan, tapi sekarang tidak lagi. Dia sudah percaya bahwa pria dengan sorot mata sedih itu adalah seorang arwah yang bisa ia lihat. Ternyata ia punya keahlian melihat arwah. Namun anehnya hanya pria ini saja yang bisa ia lihat.

 

“Selamat ya, kamu di terima menjadi karyawan perusahaan milik keluarga ku,” kata Banu seraya tersenyum.

 

“Ah, iya terima kasih. Berkat nama Bapak, saya bisa lolos masuk ke dalam jajaran karyawan elit perusahaan paling favorit ini dengan mudah. Ini sangat membahagiakan,” kata Mili dengan wajah sangat bahagia. “Karena ini hari baik, saya akan traktir Bapak.”

 

“Tidak. Aku ini hanya roh yang tidak bisa makan makanan manusia,” kata direktur bersedih. Mili merasa bersalah.

 

“Maafkan saya Pak. Maafkan saya.” Badan Mili membungkuk berulang kali untuk sebuah permintaan maaf.

 

“Sudahlah. Wajar saja kamu begitu. Bukankah selama ini kamu hidup tanpa roh pengganggu sepertiku? Kamu pasti tersiksa.”

 

“Meski awalnya begitu, tapi sekarang saya sudah terbiasa.” Mili tersenyum mengatakan ia sudah sanggup menerima takdir bahwa dirinya harus hidup satu atap dengan arwah. “Anda juga pasti tersiksa. Bisa melihat tubuh Anda sendiri, tapi tidak bisa menggunakannya. Saya tidak pernah tahu bagaimana rasanya, tapi saya rasa itu pasti bukan hal yang menyenangkan.”

 

“Terima kasih, Mili. Berkat kamu yang percaya padaku, aku bisa mendekati perusahaan lagi.”

 

“Sama-sama, Pak. Saya juga berterima kasih pada Anda. Karena saya bisa membanggakan diri karena sudah menjadi karyawan perusahaan elit itu kepada teman saya.”

 

“Jangan menceritakan tentang aku pada temanmu, Mili. Tidak ada yang bisa di percaya,” cegah arwah ini panik.

 

“Aduh, Bapak. Tanpa diberi tahu pun aku tidak akan menceritakan soal Bapak pada mereka. Karena apa? Karena mereka akan berpikir aku yang gila. Tidak mungkin aku bisa masuk ke perusahaan itu karena arwah. Walaupun begitu, mereka tetap tidak akan percaya seorang yatim piatu bisa masuk perusahaan Mandala yang elit itu,” ujar Mili dengan suara menurun dan sedih di akhir kalimat.

...______...

Bab. 2 ° Pria tampan

Mili memakai blus dan celana katun untuk hari pertama di perusahaan. Meskipun dengan pakaian sederhana nan murah meriah, Mili tetap tampak manis.

Haras yang ditugasi menjadi perantara Mili oleh direktur utama, muncul. Mili langsung berdiri dan memberi salam dengan hormat dan sopan.

"Bersikaplah biasa. Aku bukan direktur Cahaya. Aku hanya orang yang selalu di perintah olehnya," ucap Haras menepis sikap hormat Mili yang di anggap berlebihan. Karena ia memperlakukan Haras mirip dengan Cahaya kemarin.

"Ma-maafkan saya. Saya terlalu senang karena di terima sebagai karyawan perusahaan Mandala." Mili langsung memperbaiki sikap.

"Ini ID Card kamu. Tidak semua orang tahu kalau kamu adalah teman Banu. Jadi jangan mengatakan apa-apa pada orang yang baru kenal. Selalu waspada dan siaga."

"Baik, Pak."

 

****

 

Mili makan siang sendirian di taman perusahaan yang letaknya di atap. Dia makan bekal yang ia bawa. Roh Banu melayang mendekat ke arahnya.

"Kamu makan siang?" tanya Banu seraya duduk.

"Sudah tahu, Bapak masih nanya," ujar Mili membuat Banu menipiskan bibir. Ia melongok ke dalam tempat bekal. Hanya ada sayur 1 porsi dan tempe 2 biji.

"Kenapa makan banyak sekali?" Sebenarnya Banu bukan bertanya soal itu. Dia ingin bertanya kenapa lauk pauknya sedikit sementara nasinya banyak. Namun tidak jadi karena masalah kemanusiaan.

"Aku harus kuat dan sehat karena harus berjuang di perusahaan yang elit ini. Walaupun sebenarnya aku tidak terlalu pintar, tapi akan aku coba untuk bisa." Mili menyendok makanan ke dalam mulutnya. "Bukannya Bapak sudah sudah payah membuat saya masuk dalam jajaran karyawan elit Mandala? Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang sudah Bapak buat untuk saya."

"Kamu tipe pekerja keras rupanya," puji Banu.

"Tentu saja. Dengan kondisi saya sebagai anak yatim piatu, saya harus selalu berjuang. Karena jika tidak begitu, saya tidak akan bisa berdiri dan menatap ke depan. Karena saya akan terpuruk." Ada nada sedih di sana. Baru merasa menyesal sudah menggiring gadis ini pada rasa sedih.

Saat itu terdengar sebuah suara di pintu masuk ke area taman ini.

"Hei, kamu Mili kan?" tegur sebuah suara dari arah pintu masuk ke atap. Gadis ini menoleh. Deg! Jantungnya berdetak kencang. Itu Hilda. Cewek yang selalu ingin di atas orang lain.

Kenapa harus ada dia di sini?

"Ya," sahut Mili akhirnya. Hilda dan dua temannya mendekat ke arah gadis ini.

"Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Hilda merasa aneh menemukan Mili yang kurang populer di sekolah berada di atap perusahaan Mandala yang populer. "Tidak mungkin kamu juga karyawan perusahaan, kan?" Dari nada bicaranya, Hilda sudah ingin merendahkan Mili.

"Aku karyawan perusahaan Mandala, kok," sahut Mili membuat gadis itu terhenyak kaget.

"Benarkah? Itu kan tidak mungkin," kata Hilda seraya mendengus mencemooh kalimat Mili.

"Benar. Ini Id card-ku." Mili menunjukkan kalung id card yang melingkar di lehernya.

"Apa?!" Tanpa permisi, gadis itu menarik ID Card yang melingkar di leher Mili karena tidak percaya. "Apa ini palsu?" tanya dia tidak ingin mempercayai kalau ID card itu asli. Karena jika begitu, taraf elit yang dia sematkan pada dirinya sendiri terlihat biasa saja. Sebab sekarang ada yang menyainginya. Pun itu adalah Mili. Gadis yatim piatu dan miskin.

"Itu asli." Mereka bergumam sendiri. Lalu Hilda melemparkan ID card itu seenaknya.

"Aku tidak ingin di sini. Sebaiknya kita pergi saja ke tempat lain," keluh Hilda yang ingin menjauh dari gadis ini. Lalu mereka pergi setelah Hilda mendengus ke arahnya karena merasa sudah ada saingan. Mili hanya menipiskan bibir mendapat perlakuan seperti itu. Dia sudah biasa.

"Kenapa kamu diam saja?" tanya Banu yang melihat kejadian barusan.

"Kenapa?"

"Mereka merendahkan mu, Mili."

"Tidak. Tanpa merendahkan aku, statusku du masyarakat memang sudah rendah. Bukankah aku ini yatim piatu dan miskin. Bagaimana pun di mata mereka itu adalah status rendah," jawab Mili santai.

Banu menatap gadis ini. Sepertinya dia gadis yang malang. Namun dia tidak ingin keadaanya terlihat menyedihkan. Jadi dia berusaha tampak kuat dengan apapun yang orang lain katakan.

"Kamu tidak sendirian. Aku juga yatim piatu. Hanya bibi yang aku punya." Banu bercerita. Ini pertama kalinya dia bercerita soal dirinya selain tentang perusahaan.

"Walaupun begitu, kita tidak sama. Mereka merendahkan aku karena aku miskin, tapi mereka tidak akan merendahkan yatim piatu seperti Bapak," kata Mili. Nada bicaranya normal. Dia tidak sedang marah dengan perbedaan mencolok dari masyarakat.

"Aku ini sudah berada pada posisi rendah, Pak. Jadi apapun yang mereka katakan tidak akan merendahkan aku. Karena aku tidak jatuh ke bawah. Aku akan tetap pada posisiku sekarang," pungkas Mili seraya membereskan tempat bekal. Selanjutnya meneguk minuman. Kemudian berdiri dan meregangkan tubuhnya. "Ughhh ... enaknya menegangkan tubuh seperti ini. Sekarang kembali ke ruangan."

Kamu gadis yang kuat. Semoga kedepannya masa depanmu cerah. Banu mendoakan., Kak."

 

***

 

Saat kembali ke ruangan, di lorong Mili bertemu dengan direktur utama.

Bibi! teriak Banu di dalam hati. Perempuan inilah yang selalu menjadi penopang hidupnya. Mata Banu berkaca-kaca melihat direktur Cahaya. Ia rindu.

"Selamat siang, Bu." Mili juga menyapa pada Haras yang ada dibelakang beliau.

"Oh, kamu ... " Ujung mata perempuan ini melirik ke arah ID Card yang di pakai Mili. "Kamu sudah resmi menjadi karyawan perusahaan Mandala," kata Cahaya.

"Benar. Ini berkat dukungan ibu. Terima kasih."

"Bukan. Itu karena nama Banu ada di belakang kamu. Aku permisi," kata direktur Cahaya pamit dengan dingin.

"Iya, Bu. Silahkan." Mili membungkuk lagi memberi hormat.

"Bibiku bukan orang jahat. Dia tampak dingin hanya dari luar saja. Sebenarnya dia baik," kata Banu melegakan hati Mili karena kalimat dingin Bibi Cahaya.

Saat itu ada seorang pria. Dia tinggi, tampan dan berwibawa. Kepala Mili mengangguk sopan. Meskipun belum mengenal banyak orang, Mili yakin orang itu adalah orang penting. Melihatnya saja langsung ketahuan.

"Kenapa banyak pria tampan di perusahaan ini?" tanya Mili takjub.

"Dia Dirga. Orang yang menggantikan aku saat aku koma," ujar Banu memberi tahu. "Dia CEO sementara."

"Wahh ... pantas saja auranya terlihat luar biasa." Mili percaya.

"Dan aku juga curiga, dialah yang membuat aku kecelakaan parah," kata Banu dengan dingin.

"Benarkah?" tanya Mili seraya menoleh ke belakang untuk melihat ke arah pria itu lagi. "Dia tampan dan keren, lho."

"Jadi menurutmu kalau tampan itu adalah orang baik?" tanya Banu dengan wajah masam. Dia tidak setuju karena Mili tidak sependapat dengannya.

"Tentu saja."

"Dari mana asal pepatah itu?" dengus Banu. Dia tidak terima jika orang yang dicurigai mencelakainya dikatakan orang baik. Itu menyakitinya.

"Karena Bapak," tunjuk Mili pada Banu sambil tersenyum.

"Aku? Apa maksud kamu?" Kening pria ini membuat kerutan samar.

"Bapak juga tampan dan keren. Karena itu, menurutku seharusnya orang tampan dan keren itu baik hatinya seperti Bapak," ujar Mili membuat Banu ikut menipiskan bibir dan tersenyum juga pada akhirnya.

..._______...

Bab. 3 ° Hanya delusi

Meskipun hanya roh, Bhanu punya kekuatan supernatural. Seperti pagi ini, Mili sangat lelah mencuci baju. Bahkan tubuhnya terasa remuk karena mengangkat timba berisi cucian untuk naik ke atap.

“Oh, punggungku,” keluh Mili.

“Sebenarnya berapa umur kamu?” tanya Banu yang mengikuti Mili di belakang. Pria ini sedang mengejek.

“Aku masih muda," sungut Mili.

“Sepertinya kamu hanya berpura-pura muda. Lihatlah. Hanya mengangkat timba kecil ini kamu menjadi bungkuk. Mungkin wajah kamu muda, tapi umur kamu sudah lima puluh tahun,” ejek Banu.

“Jangan hanya mengejek dong. Ayo tolongin bawa. Aku kan kelelahan karena selesai bekerja,” sungut Mili. Ctak! “Hei!” Mili terkejut saat timba itu terlepas dari tangannya. Hanya dengan menjentikkan jari, timba itu melayang dan sampai ke atap dengan cepat. Bahkan meninggalkan Mili yang tiba belakangan. Roh Banu memang punya kekuatan. Namun tidak bisa membunuh atau mencelakai orang.

Oh, ya perlu di ketahui. Roh ini tidak seperti kebanyakan roh lainnya. Roh Banu tidak merasa sakit dan lenyap saat terkena sinar matahari. Banu bisa bergantian pakaian tiba-tiba yang entah ia dapat darimana. Perlu di deskripsikan dengan detail juga kalau roh ini sangatlah tampan dan bersih. Tidak bau amis dan tubuhnya berdarah-darah. Banu itu roh elit sejagat.

Dia juga bisa menyentuh dan di sentuh Mili. Mungkin memang hanya Mili yang bisa melakukannya. Jadi saat bersama Mili, mereka mirip manusia. Hanya saja di sekitar roh Banu ada semacam cahaya kebiru-biruan yang menandakan dia bukan dari alam yang sama dengan Mili.

“Oh, terima kasih Pak. Anda memang baik,” kata Mili riang. “Sejak kemarin-kemarinnya kek kayak gini. Jadi kan tugasku juga ringan.” Mili menepuk tangannya ceria. “Aku akan menjemur pakaian!” Senyum Mili mengingatkan dia dengan seseorang.

"Arggg!" jerit Banu membuat Mili terkejut. Ia langsung meletakkan jemurannya dan mendekati Banu yang memegangi kepalanya.

"Pak. Bapak tidak apa-apa?" tanya Mili. Banu masih mengerang. Mili membuka t-shirt yang di pakainya. Untung saja dia memakai tank top di dalamnya. Gadis ini menggunakan t-shirt-nya untuk menutupi kepala Banu. Ini membuat Banu yang tadi mengerang terkejut. Erangannya lenyap. Apalagi saat melihat tubuh gadis ini memakai pakaian minim di depannya.

"A-apa yang kau lakukan?" tanya Banu tanpa sadar telinganya memerah. Meski tubuh Mili tidak terlalu berisi, gundukan itu kenyal dan padat. Tentu saja agak mencolok di depan mata.

"Bapak mengerang. Dan yang aku tahu, roh itu takut akan sinar matahari. Jadi aku sedang melindungi Bapak," ujar Mili. Bola matanya juga menatap Banu dengan tatapan polos. Dia jujur.

"Y-ya, tapi kamu ..." Banu mengalihkan padangan ke arah lain. Dia menutup mulutnya tidak mampu berkata-kata lain karena tubuh terbuka milik gadis ini. "Aku ini roh yang tahan dengan sinar matahari Mili."

"Ah, benarkah?" Mili terkejut.

"Jadi pakai kembali kaos mu," perintah Banu masih dengan telinga memerah. Tangan Mili yang menutupi kepala Banu turun. "Kamu harus segera. Karena ini di luar, tubuh mu tidak boleh terlihat seperti itu. Mata pria akan melihatmu dengan pandangan mesum."

"Pria di sini hanya ada Bapak. Tidak ada yang lain," celetuk Mili.

"Jadi kamu pikir aku mesum?" tanya Banu tersinggung. Dia menoleh pada Mili.

"Maaf." Mili sudah memakai kaosnya lagi.

"Selesaikan cepat, lalu turun. Bukankah sebentar lagi kamu bekerja?"

"Ya. Baik, Pak."

**

Sungguh kerja di perusahaan besar itu tidak seenak kelihatannya. Dengan gaji dan fasilitas yang memadai, pekerjaan dan tanggung jawab yang di emban juga besar dan sulit.

Sejak tadi datang, Mili terus saja mengerjakan sesuatu di komputernya. Ia belum sempat menengok ke kanan dan ke kiri. Saat melihat ke sekitar, yang lain pun demikian.

Saat ini Mili tengah mengerjakan bahan presentasi. Ia menggunakan ppt (Power Point) karena ingin bahan presentasi itu dalam bentuk slide.

"Huh, ternyata bekerja di sini bukan perkara mudah," lirih Mili setengah mengeluh.

"Ini perusahaan Mandala yang elit. Kamu pikir berkerja di sini bisa bersantai-santai?" tegur Pak Banu yang muncul tiba-tiba di belakangnya. Mili terkejut. Dia memutar tubuhnya ke belakang. Pak menatapnya tajam. Mili kembali memutar tubuhnya untuk melihat ke arah komputer.

Kenapa ia muncul lagi? keluh Mili.

"Kerjakan lagi ppt itu," perintah Pak Banu. Mili langsung bermuka masam.

"Kenapa saya harus membuat ulang?" tanya Mili tanpa suara. Karena tidak mungkin ia berbincang dengan roh Banu yang tidak bisa di lihat orang lain.

"Karena itu kurang bagus. Itu jelek. Kalau aku di sodorkan presentasi semacam itu, bisa di pastikan akan aku coret dan kembalikan ulang padamu," tegas Banu dengan tangan di lipat.

Mili menekuk bibirnya.

"Siapa yang menyuruhku hanya lulus SMA ini masuk perusahaan Mandala? Aku kan memang bodoh," keluh Mili lewat tulisan yang ia ketik di layar monitor.

Banu tersenyum melihat tulisan itu.

"Aku mengerti. Aku yang salah sudah membuatmu terjun dalam pekerjaan yang sulit. Baiklah. Dengar dan lihat baik-baik. Aku akan mengajarimu caranya dengan singkat," kata Banu.

Deg! Mili tidak menduga kalau dadanya berdebar saat roh Banu mendekat ke arahnya. Ketika ujung dagu pria itu menyentuh pucuk kepalanya. Apalagi saat kedua tangan Banu menempel tepat di atas tangannya. Membimbing tangannya untuk mengerjakan tugasnya di komputer.

Tanpa sadar Mili menoleh dan mendongak melihat wajah pria ini dari dekat.

Tampan. Pria ini tampan.

"Lihat ke komputer, Mili. Bukan melihat wajahku," tegur Banu yang menyadari gadis ini tengah menatapnya. Beberapa detik mereka saling bertatapan. Kemudian berakhir dengan Mili yang mengalah dan melihat ke komputer lagi.

"M-maafkan saya," lirih Mili.

"Nah sudah selesai," tukas Banu. Mili menatap layar monitor takjub. Pekerjaan terlihat lebih bagus daripada miliknya tadi. Maklum saja. Dia masih kurang pandai.

"Anda pintar sekali, Pak." Mili mengucapkannya dengan wajah riang. Pria itu tersenyum juga.

"Tentu saja. Aku direktur perusahaan ini, Mili. Perlu kamu ingat itu."

"Tentu saja. Apa yang perlu aku ributkan," kata Mili sadar.

"Aku pergi. Cepat pulang kalau sudah waktunya pulang," kata Banu mirip orangtuanya. Mili menipiskan bibir. Banu menghilang dan berakhir di depan gedung Mandala.

"Apa yang aku rasakan tadi. Berdebar? Aku berdebar saat berada dekat sekali dengan gadis itu? Apakah aku waras?" Banu menggelengkan kepala. Rupanya, debaran itu tidak hanya di alami Mili. Pria ini juga berdebar saat bola mata bulat milik Mili menatapnya dari dekat. "Tidak. Mungkin ini hanya delusi. Ya. Aku hanya sedang melakukan kerja sama dengan dia. Bukan yang lain."

..._________...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!