NovelToon NovelToon

JERAT CINTA ALKA

01

Langit paris terlihat mendung, semendung hati Alka sore ini.

Ini sudah ketiga kalinya Alka melamar kekasihnya namun lagi lagi ditolak.

Alasan penolakan pun masih sama, karena karir.

"Jika aku menikah dengan mu dan kita memiliki anak, tubuhku bisa rusak, aku tidak akan bisa menjadi model lagi." Kata kata Sarah yang masih terngiang dan membuat Alka merasa sakit hati.

Alka membuka kopernya, memasukan baju dan barangnya disana, Ia harus pulang ke indonesia hari ini juga.

Rasanya Alka sudah tidak betah berada disini.

Empat hari Ia berada diparis hanya demi menyiapkan surprise lamaran untuk Sarah namun semua sia sia karena Sarah kembali menolaknya.

Pintu terbuka, Alka melihat Sarah memasuki kamar hotel tempat Ia menginap selama beberapa hari ini.

Terlihat Sarah langsung memeluk Alka dari belakang.

"Apa kau akan pulang sekarang? Kita bahkan baru bertemu sebentar."

Alka menghela nafas panjang, disatu sisi Ia masih ingin tinggal disini melepas rindunya pada Sarah namun di sisi lain Ia merasa sakit hati atas penolakan Sarah.

"Aku harus kembali sekarang karena banyak pekerjaan yang sudah ku tinggalkan demi ini."

"Apa kau marah padaku sayang?" Tanya Sarah yang kini sudah mengalungkan kedua tangannya ke leher Alka.

Alka memaksakan senyumnya, "Aku kecewa, tiga kali aku melamarmu dan kau masih tetap menolak ku,"

"Ku mohon mengertilah, beri aku waktu satu tahun lagi. Aku hanya ingin menyelesaikan kontrak ku dan setelah itu kita menikah." Kata Sarah meyakinkan.

"Itu yang kau ucapkan satu tahun yang lalu saat aku  melamarmu, sekarang kau kembali mengucapkan itu padaku lalu tahun depan saat aku akan melamarmu, apa kau akan mengatakan itu lagi?"

Sarah menggelengkan kepalanya, "Tidak Alka, aku janji padamu. Saat ini aku hanya masih belum siap. Karir ku sedang bagus, aku tidak mau menyianyiakan kesempatan ini."

Alka kembali memaksa senyum, "Baiklah aku mengerti, tapi aku tidak tahu apakah tahun depan masih kembali melamarmu atau tidak." Kata Alka membuat Sarah terkejut.

"Kenapa kau mengatakan hal seperti itu? Apa kau ingin kita putus?"

"Lalu untuk apa lagi? Aku sudah tidak bisa menahan diri lebih lama lagi. Menahan rindu setiap harinya, kau di paris sementara aku di indonesia. Aku benar benar tidak bisa Sarah." Ungkap Alka.

Sarah terdiam, "Lakukan apapun yang kau inginkan sekarang tapi ku mohon jangan meminta ku menikah sekarang." Kata Sarah membawa tangan Alka ke kancing bajunya namun dengan cepat Alka menolak, menarik tangannya dari kancing baju Sarah.

"Aku mencintaimu Sarah, aku hanya ingin melakukan disaat kita sudah menikah, aku tidak ingin merusakmu." Kata Alka "Jika memang kamu tidak bisa menikah sekarang tidak apa apa, aku bisa mengerti tapi aku tidak tahu apakah tahun depan aku akan melamarmu lagi atau tidak, aku tidak tahu Sarah."

Sarah menangis mendengar ucapan Alka, Sarah sangat mencintai Alka namun Sarah tidak bisa meninggalkan karirnya hanya demi menikah dengan Alka. Meskipun setelah menikah, Ia akan menjadi Nyonya dan tidak perlu bekerja namun bukan itu yang Sarah inginkan, Ia hanya ingin mendapatkan impiannya selama ini, menjadi model terkenal.

"Ku mohon, aku tidak ingin putus." Kata Sarah menangis sesenggukan.

Alka yang tak tega melihat wanita yang Ia cintai menangis pun segera memeluk Sarah.

"Aku tidak memutuskan hubungan kita, aku hanya sedang kecewa. Maafkan aku dan jangan menangis lagi." Kata Alka menghapus air mata yang membasahi pipi Sarah.

"Aku berjanji akan sering pulang ke Indonesia untuk mu."

Alka tersenyum, "Ya kau harus melakukan itu atau aku akan benar benar marah padaku."

Sarah mengangguk, menghentikan tangisnya dan tersenyum.

Sarah mengantar Alka sampai bandara meskipun Ia masih merindukan Alka namun Ia tak bisa memaksa Alka untuk tetap tinggal disini lebih lama.

"Jaga kesehatanmu, jangan terlalu diet ketat, aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu." Kata Alka saat sudah sampai bandara.

"Ya kau juga, jangan lupa menghubungi ku saat sudah sampai."

Alka tersenyum dan mengangguk, Ia berbalik menyeret kopernya, segera pergi meninggalkan Sarah.

Di dalam pesawat, Alka menghela nafas berkali kali, Ia ingin melupakan kejadian hari ini namun rasanya masih sulit.

"Apa yang harus ku katakan pada orangtuaku Sarah, lagi lagi kau menolak ku, mereka pasti tidak akan terima." Gumam Alka dengan raut wajah sedih.

....

Jam pelajaran baru saja usai, Amina segera membereskan bukunya agar tidak tertinggal dilaci. Amina segera keluar dari kelas, Ia harus segera pulang dan membantu Ibunya bekerja dirumah Tuan Karsa sebagai pembantu.

Tiga hari yang lalu  penyakit asam lambung ibunya kambuh jadi tidak boleh kelelahan, sebagai gantinya  Ia harus menggantikan posisi ibunya saat sore hari agar Ibunya tetap memiliki penghasilan untuk biaya sekolahnya.

Amina berjalan cepat agar tidak terlambat hingga tak sengaja Ia menabrak Rania hingga ponsel Rania jatuh ke lantai.

Pyarr... suara pecahan yang membuat jantung Amina berdegup kencang, Amina ketakutan.

"Ya ampuuunnn." Suara centil bercampur marah Rania terdengar.

"Gila Lo ya, nggak pakai mata Lo!" Teriak Rania memgambil ponselnya yang jatuh dan retak.

Rania mencoba menyalakan ponselnya namun ponsel Rania sudah mati.

Rania memperlihatkan ponselnya pada Amina "Lo lihat nih, ponsel gue rusak!"

Amina menunduk, tak berani menatap Rania "Ta tapi, aku nggak sengaja Rania."

"Nggak sengaja Lo bilang? Nggak mau tahu pokoknya Lo harus ganti ponsel Gue!"

Deg... Amina semakin ketakutan.

"Be berapa harga ponsel kamu?"

"26 juta."

Mata Amina membulat tak percaya mendengar harga ponsel semahal itu.

"Lo harus ganti!"

"Ta tapi Ran, aku nggak punya uang sebanyak itu."

Rania tertawa sinis, "Gue nggak mau tahu ya, itu urusan Lo. Gue mau Lo ganti kalau enggak gue bakal ngaduin Elo sama tante biar emak Lo yang pembantu itu dipecat sama Tante gue!"

"Jangan Ran, tolong jangan." Pinta Amina dengan mata memerah menahan tangis.

Meskipun hanya pembantu namun pekerjaan Ibunya bisa membuatnya hidup dan bersekolah seperti ini, Amina tidak bisa membayangkan jika Ibunya tidak bekerja bagaimana nasibnya nanti?

"Gimana? Mau ganti nggak!"

Amina mengangguk lemas, Ia tak tahu kemana harus mendapatkan uang sebanyak. Tabungan yang Ia miliki pun juga tidak sebanyak itu saat ini, bahkan setengahnya saja tidak ada.

"Gue tulis mereka ponsel sama warnanya, elo harus segera gantiin." Kata Rania memberikan Amina secarik kertas bertuliskan merek ponsel Rania.

Iphone pro max 14, deep purple

Setelah memberikan pada Amina, Rania segera pergi meninggalkan Amina.

Seketika Amina menangis, tak tahu apa yang harus Ia lakukan untuk mengganti ponsel Rania yang mahal itu

BERSAMBUNG...

selamat datang di novel baru aku, semoga kalian suka sama ceritanya...

Jangan lupa like vote dan komen yaaa...

02

Amina pulang dengan wajah sembab, raut wajah cemas terlihat ketara, Ia mambuka pintu berjalan pelan memasuki pintu belakang dan terkejut ternyata Ibunya sudah menunggu dibalik pintu.

"Kamu habis nangis nduk?" Tanya Surti Ibu Amina saat melihat wajah sembab Amina.

Amina terkejut, Ia sudah mencuci wajahnya sebelum sampai rumah namun nyatanya masih terlihat.

"Enggak kok Bu, tadi banyak debu dijalan trus kena mata makanya jadi merah." Kata Amina terpaksa berbohong.

"Bener gitu nduk? Kamu nggak bohong kan?"

"Enggak Bu, dosa kalau Amina berani bohong sama Ibu."

Surti tersenyum, "Ya sudah sekarang kamu ganti baju trus makan siang, udah Ibu siapin dikamar."

Amina mengangguk, Ia segera masuk ke kamar, ganti baju lanjut makan siang setelah itu Ia keluar kamar untuk mengepel lantai.

"Sudah waktunya Ibu istirahat." Kata Amina meminta sapu yang dipegang oleh Surti.

"Ibu belum terlalu capek, kamu aja yang istirahat dulu."

"Nggak, pokoknya Ibu harus istirahat biar nggak kambuh lagi asam lambungnya."

Surti tersenyum, merasa bersyukur memiliki putri yang begitu mengerti keadaannya.

"Ya sudah, Ibu mau istirahat. Maafin Ibu ya nak, Ibu memberikan kehidupan yang tak layak untukmu." Kata Surti.

Amina berdecak, "Mulai kan ngomongnya gitu, udah sana Ibu istirahat saja atau mau dianterin Amina ke kamarnya?"

Surti menggelengkan kepalanya, "Ibu bisa sendiri."

Amina tersenyum menatap punggung Ibunya namun tiba tiba Ia menghela nafas panjang mengingat ponsel Rania yang harus Ia ganti.

"Padahal setelah lulus, aku mau cari kerja biar Ibu nggak perlu kerja lagi tapi kenapa malah dapet masalah kayak gini." Keluh Amina.

"Suurrtiiiii." Suara Nyonya Wina terdengar membuat Amina segera berlari menghampiri istri dari Tuan Karsa itu.

"Saya datang Nyonya." Balas Amina saat sampai dikamar Wina.

"Mana ibu kamu?" Tanya Wina galak, Wina majikan sang Ibu memang terkenal galak dan tak memiliki belas kasihan pada siapapun, sering kali Amima melihat Ibunya dibentak bentak oleh Wina padahal kesalahannya tidak besar.

"Ibu saya sedang istirahat, biarkan saya yang menggantikan Nyonya."

Wina berdecak, "Sudah ku bilang jika tidak bisa bekerja lagi lebih baik mengundurkan diri saja, kenapa masih memaksa!" Omel Wina.

"Jangan Nyonya, jika Ibu saya dipecat saya tidak bisa bersekolah lagi, saya janji setelah lulus, saya akan membawa Ibu saya pergi dari sini." Pinta Amina sambil menelungkupkan tangannya memohon pada Wina.

Wina kembali berdecak, "Ya sudah, sekarang setrika baju ini. Ibumu tidak becus menyetrika baju masih belum rapi!" Omel Wina sambil melemparkan dress pada Amina.

"Baik Nyonya, tunggulah sebentar saya akan menyetrika baju nyonya."

Amina segera keluar dari kamar Wina, Ia memasuki ruang laundy, segera menyetrika serapi mungkin agar Wina tidak marah lagi dan mengancam akan memecat ibunya.

Amina membawa baju yang sudah Ia setrika ke kamar Wina, "Silahkan Nyonya."

Dengan wajah judes, Wina mengambil baju dari tangan Amina, Ia melihat hasil setrika Amina yang rapi membuatnya tidak lagi mengomel.

"Untuk malam ini masak lah sayur asem lengkap dengan ayam goreng dan sambal. Putraku akan pulang malam ini jadi aku ingin kau memasak makanan favoritnya."

"Baiklah Nyonya."

Amina segera keluar dari kamar Wina, Ia segera menyapu lantai juga mengepelnya, setelah selesai Amina segera memasak untuk makan malam.

Amina menghindangkan menu makan malam di meja, setelah itu Ia pergi ke kamar untuk melihat keadaan ibunya.

"Apa Ibu baik baik saja?" Tanya Amina melihat Ibunya berbaring lemas diranjang.

Surti mengangguk, "Apa nyonya mengomel lagi?"

Amina menggelengkan kepalanya, "Tidak Bu, aku melakukan tugasku dengan baik jadi Nyonya tidak mungkin marah padaku."

Surti tersenyum, "Kau pasti tertekan dan kelelahan, maafkan ibu ya karena Ibu kamu harus mengalami hal seperti ini."

Amina berdecak, "Ibu sudah mengatakan itu hampir seribu kali, aku bosan mendengarnya, katakan yang lain saja Bu." Keluh Amina.

Surti tersenyum, "Apa kau lelah nak?"

Amina menggelengkan kepalanya, "Aku sama sekali tidak lelah Bu."

"Seharusnya kau belajar, sebentar lagi ada ujian tapi kamu malah harus bekerja seperti ini." Keluh Surti lagi.

"Tidak apa apa Bu, setelah lulus aku akan mencari pekerjaan dan Ibu tidak perlu lagi bekerja." Kata Amina sambil mengenggam tangan Surti.

"Aamiiiinaaaaaa." Suara Wina terdengar membuat Amina segera beranjak dari duduknya dan keluar dari kamar.

"Iya Nyonya, saya disini." Ucap Amina berdiri disamping meja makan dimana sudah ada Tuan Karsa dan satu pria muda yang Amina tidak kenal namun Amina tahu jika itu putra dari Nyonya dan Tuan, Amina sering melihatnya di foto keluarga yang tertempel disetiap ruangan.

"Katakan padanya sendiri bagaimana rasanya." ucap Wina pada putranya.

"Rasa sayur asemnya tidak enak, aku tidak nafsu makan." Ucap pria muda itu membuat Amina ingin melayangkan protes tak terima karena Amina sudah mencicipi lebih dulu dan rasanya enak.

Pria muda itu berdiri ingin meninggalkan meja makan, "Bagaimana lamaranmu? Apa Sarah menerimanya? Kamu belum menjawab sedari tadi." Kata Tuan Karsa terdengar mengulang pertanyaan.

"Aku lelah, aku ingin istirahat."

"Alka, Papa sedang bertanya, jawab apa yang Papa tanyakan!" Tuan Karsa terlihat marah membuat Amina ketakutan dan ingin pergi dari sana namun Ia juga tak berani.

"Apa Sarah menolakmu lagi?" Tanya Wina.

Alka berdecak, "Bisakah kita bicara besok saja? Aku benar benar lelah." Kata Alka menatap kedua orangtuanya dengan tatapan malas.

"Sudah ku tebak, dia pasti menolakmu lagi. Lalu apa yang kau tunggu sekarang? Tinggalkan Sarah!"  Kata Tuan Karsa.

"Tidak Pa, aku tidak bisa meninggalkan Sarah, dia meminta waktu satu tahun lagi dan aku akan menunggunya."

"Apa yang kau harapkan dari wanita itu Alka? Mama bisa carikan yang lebih baik lagi dari Sarah." Tambah Wina seolah tak terima melihat lamaran putranya selalu ditolak oleh Sarah.

Amina benar benar ingin pergi dari sini, Ia merasa tak pantas mendengarkan keributan seperti ini.

"Aku mencintainya Ma, dan aku akan menunggunya sampai kapanpun."

"Dasar bodoh!" Ucap Tuan Karsa.

"Sebaiknya Papa dan Mama tidak perlu ikut campur, ini urusan Alka." Kata Alka lalu pergi meninggalkan meja makan.

"Apa kau lihat Pa, putra satu satunya yang kita miliki tidak menurut pada kita, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Tenang Ma, biar Papa yang urus masalah ini." Ucap Tuan Karsa yang langsung diangguki Wina.

Wina menatap ke arah Amina, "Dan kamu, bisa bisanya bikin masakan nggak enak buat anak saya!" Omel Wina.

"Maaf Nyonya, saya akan perbaiki dan tidak akan mengulangi kesalahan saya."

"Sekarang kamu susul Alka, tanyakan apa yang ingin dia makan!" Perintah Wina.

"Baik Nyonya."

Dengan perasaan kesal bercampur takut, Amina berjalan menuju kamar Alka.

BERSAMBUNG...

JANGAN LUPA LIKE VOTE DAN KOMEN.

03

Alka menutup pintu kamarnya kasar hingga menimbulkan suara. Sejak kepulangannya, moodnya sudah buruk setelah penolakan dari Sarah dan sampai dirumah, kedua orangtuanya bahkan tidak mau mengerti posisinya membuat Moodnya semakin buruk.

"Benar benar menjengkelkan!" Umpat Alka menjambak rambutnya sendiri.

Alka mendengar pintu kamarnya diketuk namun Ia hanya diam saja, Ia tahu pasti itu Mamanya.

"Pintunya bahkan tidak terkunci kenapa Mama masih saja mengetuk pintu, biasanya juga langsung masuk." Heran Alka akhirnya membuka pintu dan yang Ia lihat putri Bik Surti.

"Ada apa?" Tanya Alka galak.

"Nggak anaknya, nggak orangtuanya galak semua, jadi gini yang dirasain ibu selama bekerja disini." Batin Amina.

"Heh mau ngapain?" Tanya Alka sekali lagi karena gadis sekolah didepan nya itu tak kunjung menjawab.

Amina terkejut, segera sadar dari lamunannya, "Nyonya minta saya untuk menayakan apa yang ingin Tuan makan?"

Alka berdecak, "Aku sedang tidak selera makan jadi pergilah!" Usir Alka.

"Jadi sebenarnya Tuan tidak selera makan? Bukan karena masakan saya tidak enak?" Protes Amina masih tak terima karena Alka mengatakan sayur asemnya tidak enak.

"Apa kau berani protes padaku?"

"Kerena Tuan muda, Nyonya marah pada saya, seharusnya Tuan jangan berbohong."

"Berbohong atau tidak itu urusanku, sebaiknya kau pergi atau kupecat sekarang!"

"Tapi nyonya memintaku untuk-"

Blarrr ... suara pintu yang kembali ditutup oleh Alka.

"Dasar menyebalkan." Omel Amina terlihat kesal dan Ia segera pergi dari sana.

Setelah membereskan meja makan dan membersihkan dapur, Amina segera memasuki kamar untuk istirahat. Amina melihat wajah lelap ibunya membuatnya tersenyum setelah itu Amina berbaring disamping Ibunya.

Amina ingin segera memejamkan matanya namun Ia tidak bisa karena lagi lagi Amina teringat akan ponsel Rania yang harus Ia ganti.

"Bahkan jika harus menjual barang barang yang ku miliki saat ini saja masih tidak cukup untuk mendapatkan uang itu, jadi aku harus bagaimana?" Gumam Amina kembali meneteskan air matanya hingga Ia terlelap dengan sendirinya.

Pagi sebelum Amina berangkat ke sekolah, Amina membantu ibunya menyiapkan sarapan dimeja makan.

Alka baru saja turun, Ia melirik ke arah Amina yang mengenakan seragam sekolah.

"Apa semalam dia memberimu makan?" Tanya Wina pada putranya saat Amina sedang menuangkan susu di gelas Alka.

"Tidak."

Amina terkejut mendengar jawaban Alka hingga tak sengaja mencipratkan susu ke celana Alka, beruntung hanya sedikit dan Wina tidak mengetahuinya.

"Saya sudah menawarkan makanan pada Tuan muda tetapi Tuan muda menolaknya." Kata Amina membela diri.

"Jangan alasan kamu!" Sentak Wina.

"Sa saya tidak-"

"Dia tidak bohong Ma, aku memang sedang tidak nafsu makan semalam." Bela Alka.

"Jangan membelanya, dia dan ibunya sama saja, bekerja tidak becus."ucap Wina membuat Amina merasa sakit hati dan ingin menangis namun Ia tahan.

"Sudahlah Ma, jangan mengomel lagi membuatku tak nafsu makan saja."

Wina diam dan Amina segera pergi dari meja makan.

"Kamu kena marah lagi?" Tanya Surti saat Amina mengambil tas di kamar.

"Nggak kok Bu, udah biasa kan sama Nyonya Wina kan emang begitu."

"Ibu nggak tega lihat kamu dimarahin sama Nyonya Wina." Ungkap Surti menahan tangisnya.

"Justru Amina yang nggak tega ngeliat Ibu sakit tapi harus tetep kerja, udah lah Amina mau berangkat dulu takutnya nanti telat."

Surti mengangguk, Ia mengantar putrinya  sampai pintu keluar.

Amina berjalan menyusuri jalanan perumahan elite. Rasanya hari ini Ia ingin membolos saja, takut jika Rania menagih ponsel yang harus Ia ganti sementara Ia belum memiliki uang untuk membelikan ponsel baru milik Rania.

Amina terus berjalan hingga sebuah mobil mewah berhenti disampingnya.

Pengemudi mobil itu membuka kaca, "Mau bareng?" Tawarnya yang tak lain adalah Alka.

"Nggak usah makasih." Balas Amina kembali berjalan meninggalkan mobil Alka. Sungguh Amin masih sangat kesal dengan Alka karena pria itu membuatnya kena omelan Nyonya Wina sejak semalam.

"Yakin nggak mau bareng?" Tawar Alka lagi.

"Enggak, aku masih punya dua kaki buat jalan."

"Oh ya sudah." Balas Alka lalu melajukan mobilnya kencang.

"Dasar sombong, mentang mentang punya mobil. Emang dia pikir ini jalanan nenek moyangnya!" Kesal Amina.

Sampai disekolahan, dari pagi hingga siang Amina menghindari Rania. Bahkan saat Rania mencarinya dikelas, Amina memilih bersembunyi hingga Rania pergi dari kelasnya.

Amina bisa bernafas lega melihat Rania  tidak bisa menemukan keberadaannya.

Namun sayang, saat pulang sekolah Rania dan gengsnya sudah menunggunya didepan gerbang sekolahan.

"Lo ngehindarin Gue?"

Amina menggelengkan kepalanya, "Aku masih belum punya uang buat kembaliin ponsel kamu."

"Gue nggak peduli masalah itu, yang jelas gue mau minta ponsel itu!"

"Kasih aku waktu Ran."

"Gue kasih seminggu kalau sampai Lo nggak kembaliin ponsel gue, Lo bakal ngeliat Ibu Lo itu dipecat sama Tante gue!" Ancam Rania lalu pergi meninggalkan Amina.

"Aku harus gimana sekarang?" keluh Amina ingin menangis.

Amina berjalan pelan menyusuri jalanan hingga matanya tak sengaja melihat toko ponsel yang cukup besar.

Amina memberanikan diri memasuki toko ponsel itu.

"Mari adik ada yang bisa kami bantu." Sapa sales ponsel terdengar ramah.

"Kak apa disini ada ponsel merek ini?" Tanya Amina memperlihatkan secarik kertas pemberian Rania.

"Kalau ini sudah jelas ada, harganya 26 juta, apa Adik mau membeli?"

Amina menggeleng, "Apa bisa di cicil kak?"

"Bisa, kalau mau cicilan setiap bulan 800 ribu sampai tiga tahun."

Amina merasa tercekik mendengar cicilan ponsel yang lumayan mahal itu.

"Apa tidak bisa kurang Kak?"

Sales ponsel itu terlihat mulai kesal, "Sebenarnya kamu punya uang atau tidak?"

Amina menggelengkan kepalanya, "Kalau nggak punya uang nggak usah nanya. Dasar anak sekolah, mau bergaya kok nggak sesuai kantong." Omel sales itu.

"Maaf kak." Ucap Amina lalu berniat pergi.

"Kalau mau bergaya jual diri, jadi simpenan Om om." Celetuk sales itu lagi membuat Amina merasa sakit hati.

Sepanjang perjalanan pulang Amina kembali menangis. Setiap hari ada saja perkataan dari orang orang yang membuatnya sakit hati.

Dan malam ini setelah menyelesaikan pekerjaannya, Amina bersiap ke kamar namun Ia mendengar suara mobil dari luar menandakan jika Alka sudah pulang.

Amina membukakan pintu untuk Alka, Ia melihat wajah tak bersahabat dari Alka namun tidak berniat untuk menanyakan apapun.

"Buatkan aku susu hangat, antar ke kamar."

"Baik Tuan."

Amina membawa segelas susu hangat ke kamar Alka, sampai dikamar, Ia tidak melihat Alka disana namun mendengar suara gemericik air dari kamar mandi.

Amina meletakan segelas susu dimeja, tak sengaja Ia melihat ponsel Alka tergeletak disana.

"Ponsel ini mirip sekali dengan yang ku lihat di toko tadi, apa aku harus..."

Bersambung...

Jangan lupa like vote dan komeen

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!