NovelToon NovelToon

Cerita Bahagia

Cinta Pandangan Pertama

"Sudah terlalu lama aku memendam rasa ini, dan sudah terlalu lama aku mengumpulkan keberanian untuk menyatakan perasaanya."

"Kamu gadis istimewa, hingga membuat diriku menempatkan dirimu di dalam hatiku yang sangat spesial."

Dafi berucap sendiri di depan cermin sambil menatap bayangan dirinya sendiri.

Dirinya sudah selama tiga bulan ini sering mengamati seorang gadis yang sering berkunjung ke minimarket milik keluarganya.

Seorang gadis yang sering datang dengan menggunakan sepeda motor matic nya yang berwarna merah dan berhijab.

~flashback On~

Saat pertama kali berjumpa tiga bulan yang lalu, dimana saat dirinya berkunjung ke minimarket tanpa sengaja ada seorang gadis yang berjilbab hijau membeli kebutuhan untuk sehari-hari.

Gadis ini kemudian keluar dari minimarket setelah membayar di kasir, namun sekian menit masuk ke dalam lagi dan mengambil roti serta air mineral dan menuju ke kasir kembali.

Dafi mengamati gadis ini yang kemudian keluar dari minimarket dan memberikan kantong plastik yang berisi minuman dan roti itu kepada seorang nenek yang duduk di depan minimarket.

"Buat makan siang ya Nek."

Ucap Nabila dengan lembut.

Ya gadis itu bernama Nabila Dia seorang guru di sebuah sekolah yang tak jauh dari minimarket milik keluarga Dafi.

Dafi saat itu merasakan betapa tulusnya gadis ini memberikan roti itu kepada nenek yang terduduk di depan minimarket nya.

"Gadis langka."

ucap dalam hati Dafi saat itu.

Hingga akhirnya gadis itu pergi meninggalkan minimarketnya setelah sang nenek yang diberi roti olehnya tadi mendoakannya panjang lebar.

Mungkin bisa dibilang Dafi ini jatuh cinta pada pandangan pertama.

Setelah kejadian itu kadang Defi memang sengaja datang ke minimarket di siang hari dengan harapan bisa bertemu dengan gadis itu lagi.

Walaupun dia belum mengenalnya tetapi terasa istimewa melihat gadis berhijab hijau itu.

Setelah hampir 1 bulan mengamati gadis itu yang kadang kala datang ke minimarketnya dan selalu memberikan roti dan juga minuman ketika ada seorang nenek yang duduk di depan minimarket. Dafi mulai memberanikan diri untuk menyapanya saat Nabila ini membayar di kasir.

"Siang Mbak."

Sapa Dafi setelah Nabila membayar di kasir dan hendak beranjak keluar.

"Siang."

Jawab Nabila dan tersenyum kepada Dafi.

"Terima kasih telah berbelanja disini, sepertinya anda pelanggan setia di minimarket kami."

Nabila tersenyum, tapi pandangannya sesekali melihat ke arah luar memperhatikan seorang nenek yang masih terduduk di depan minimarket yang sudah akan beranjak pergi.

"Iya sama - sama. Maaf saya permisi."

Nabila lalu membuka minimarket dan mengejar nenek tadi yang mulai berjalan meninggalkan minimarket tersebut.

Dafi melihat itu, ikut keluar dan mengikutinya.

Nabila sedang berbicara dengan nenek itu dan Dafi mengamatinya tanpa mendekat.

Setelah selesai Nabila kembali ke area parkiran minimarket karena sepeda motornya masih di sana. Dia kaget melihat Dafi berada di sana dan tersenyum kepadanya.

"Maaf sebelumnya Mbak, boleh saya bertanya sesuatu."

Nabila berhenti tanpa menatap Dafi.

"Ada yang bisa saya bantu, maaf saya ada urusan dan harus segera pergi." Kata Nabila lembut.

"Boleh Saya berkenalan, Saya Dafi."

Dafi mengulurkan tangannya namun hanya disambut dengan telungkupan tangan di depan dada oleh Nabila.

"Nabila, maaf Saya permisi."

Nabila menyalakan sepeda motornya dan segera menyalakan mesinnya meninggalkan minimarket itu serta Dafi yang masih memandangnya.

Dafi tersenyum sudah mengetahui siapa nama gadis yang ia amati selama 1 bulan ini.

Setelah mereka berkenalan, Dafi sudah berani menyapa Nabila saat berbelanja ke minimarket milik keluarganya.

"Assalamualaikum."

Sapa Dafi saat Nabila asik memilih beberapa barang belanjaannya, sebenarnya Dafi tadi sudah memperhatikan dari CCTV saat Nabila datang makanya dia keluar dari dalam kantor untuk menyapa gadis itu.

"Astaghfirullahaladzim,... Waalaikumsalam Mas."

Nabila sampai mengusap dadanya karena kaget ucapan salam dari Dafi. Diapun sudah memanggil Dafi dengan awalan Mas karena merasa dia lebih mudah dibanding dengan Dafi setelah beberapa kali Dafi mengajaknya ngobrol.

"Maaf ya bikin kaget, cari apa."

"Mau cari susu buat Adik."

Nabila memasukan belanjaan ke keranjang lalu menuju ke bagian roti namun sebelumnya ia melihat keluar. Nenek yang biasanya ia kasih roti tidak menampakan dirinya di depan minimarket.

"Nyari Nenek biasanya." Kata Dafi.

"Iya kok nggak ada hari ini ya."

Nabila nampak agak sedih.

"Mungkin belum, gimana kalau ditunggu dulu sambil duduk di depan. Ya ... kalau nggak buru - buru sih."

Nabila nampak berpikir dan akhirnya pun mengiyakan karena memang dia sedang tidak buru-buru.

Setelah membayar ke kasir Nabila menuju ke kursi yang ada di depan minimarket dan diikuti oleh Dafi.

"Silahkan di minum."

Dafi memberikan minuman dingin.

"Aku udah beli kok ini."

"Nggak baik menolak rejeki."

Nabila pun akhirnya meminum botol yang diberikan oleh Dafi.

Mereka ngobrol dan Dafi banyak mencari informasi tentang Nabila namun sampai setengah jam nenek itu tak datang.

"Sepertinya emang nenek nggak ke sini ya. Kalau begitu saya permisi pulang ya Mas."

Nabila beranjak dan Dafi lalu berbicara.

"Nabila, boleh saya meminta nomor handphone kamu."

Mereka hanya saling sapa, karena Dafi baru kali ini meminta nomor handphone Nabila.

"Buat apa Mas."

"Nanti kalau nenek itu datang, aku bisa ngabari kamu nggak kecewa kayak sekarang nggak bisa bertemu." Alasan Dafi.

Nabila berpikir ada benarnya juga sih karena menurut Nabila, Dafi itu kerja di sini jadi setiap hari ada di sini.

"Gitu ya, oke."

Nabila menerima ponsel Dafi dan lalu mengetikkan nomor ponselnya di dalam HP itu dan setelah itu Dafi melakukan panggilan ke nomor Nabila.

"Di simpan ya."

Nabila tersenyum dan lalu meninggalkan minimarket.

Setelah bertukar nomor telepon, Mereka sering berbalas chat bukan hanya sekedar Dafi memberitahu jika nenek itu datang tetapi juga kadang malah menanyakan aktivitas dari Nabila.

Hingga Dafi merasa semakin nyaman jika berada di sisi Nabila, dan kadang sengaja menunggu di depan saat Nabila datang ke minimarket nya.

~Flashback Off~

Hari ini Nabila mau di ajak makan siang oleh Dafi, Mereka sudah membuat janji dan akan bertemu nanti setelah Nabila selesai mengajar.

Dafi tersenyum ketika melihat gadis pujaannya datang ke minimarket karena Mereka akan makan bakso dekat dengan minimarket situ aja, itu dikarenakan Nabila tidak mau diajak pergi keluar untuk makan siang.

"Assalamualaikum." Ucap Nabila.

"Waalaikumsalam." Jawab Dafi dengan tersenyum.

"Mau belanja dulu." canda Dafi.

"Oh.. Jadi disuruh belanja nih ke sini." Nabila rada jutek.

"He he .. Bercanda. Yuk kita ke sebelah."

Nabila mematikan sepeda motornya lalu mengikuti Dafi ke tempat bakso yang ada tak jauh dari minimarket nya.

Mereka memesan bakso dan Dafi memulai bicara.

"Nabila, makasih ya."

"Buat apa."

"Sudah mau nemenin makan siang."

Nabila tersenyum dan menganggukkan kepalanya, hingga membuat Dafi merasakan debaran jantungnya.

"Nabila, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan."

Nabila menatap ke Dafi yang sepertinya pengen berbicara serius.

"Apa Mas."

"Hmmm.. Bolehkan Aku mengenalmu lebih jauh lagi."

Nabila yang tadi menyedot es teh di depannya hingga menghentikan minumnya.

"Maksudnya apa Mas."

"Aku jatuh sama kamu sejak pertama kali ketemu sama kamu di minimarket."

Nabila mendengarkan ucapan Dafi yang terdengar sangat jujur.

"Kapan itu."

"Tiga bulan yang lalu, dan saat itu aku selalu sengaja menantimu datang. Masih adakah kesempatan untukku Nabila."

Nabila terdiam sebenarnya di dalam hatinya juga merasakan debaran yang aneh saat dekat dengan Dafi tetapi Nabila selalu menepisnya.

"Aku nggak mau pacaran Mas."

Jawab Nabila.

"Jika Mas Dafi menyatakan cinta sama Nabila hanya ingin menjadikan pacar maaf Mas."

Nabila memang seorang gadis yang memiliki prinsip dia tidak mau berpacaran.

"Aku serius Nabila, aku juga sudah berumur ingin mencari istri tidak hanya sekedar memacarinya."

Dafi tertantang karena ucapan Nabila.

"Kalau Mas Dafi serius silahkan temui keluarga Saya."

Setelah kejadian makan siang itu, Nabila tidak berbelanja ke minimarket karena ingin menghindari Dafi yang belum juga datang ke rumahnya untuk menemui kedua orang tuanya. Dan Dia berspekulasi Dadi hanya manis di mulutnya saja.

Namun suatu sore setelah 1 Minggu, ada sebuah mobil datang ke rumah Nabila dan betapa kagetnya ternyata Dafi benar-benar membuktikan ucapannya untuk menemui kedua orang tuanya.

Singkat cerita karena kedua orang tua Nabila merestuinya, dan kedua pihak keluarga sudah bertemu akhirnya hari bahagia itu pun datang.

"Makasih Sayang, I Love You."

Dafi mengecup kening Nabila setelah beberapa menit yang lalu dia sudah sah menjadi istrinya.

Nabila tersenyum manis dan mendapat cubitan di pipinya oleh Dafi.

Dan ternyata nenek yang biasanya berada di depan minimarket sedang sakit, Dafi mengajak istrinya untuk berkunjung ke rumahnya.

Happy Ending...

🌹🌹🌹🌹🌹

Boleh deh Para Readers usul mau judul apa, dan gambaran ceritanya..

🥰🥰🥰🥰

Semua Berawal dari Senyumnya

Aku sedang tersenyum senang saat ini, bahkan sangat bahagia. Seorang laki - laki yang aku suka sekarang berdiri gagah di samping ku dengan senyum manisnya.

Rangga Wijaya namanya, teman sekantor ku yang bisa di bilang dia senior ku kini baru 1 jam yang lalu menjadi suamiku.

"Kenapa Sayang."

Katanya melihat ku tersenyum memandangnya.

"Haus.?" Tanyanya, Dia memang perhatian sekali orangnya.

Aku menganggukkan kepalaku dan setelah itu dia turun dari pelaminan mengambilkan minum air mineral untuk ku.

"Minum Sayang."

Dia sudah membukakan tutup botolnya dan menyerahkan kepada ku.

"Makasih Mas."

Senyumnya meluluhkan hati, karena memang semua berawal dari senyumannya waktu itu saat pertama kali kita bertemu.

~ Flashback On~

Setelah satu minggu aku bekerja di kantor, aku bertemu dengan seorang laki-laki di parkiran dia juga baru datang dan melepaskan helmnya. Lalu dia sedikit merapikan rambutnya dengan mengaca di spion sepeda motor miliknya.

Aku masih duduk saja di sepeda motor matic milikku sambil sesekali melirik kearahnya. Tanpa aku duga dia menoleh ke arahku dan tersenyum.

"Cakep." Dalam hati Ku.

Kemudian Dia pergi dari parkiran itu dan aku masih terpaku dengan senyumannya barusan.

Setelah sampai di ruangan ku aku masih suka tersenyum sendiri mengingat senyumannya.

"Kamu kenapa Ra." Kata teman baru ku.

"Nggak papa Sil, he he he..."

Kata Ku karena malu mengakuinya, masa baru lihat sudah kesengsem.

Teman ku hanya menggelengkan kepalanya saja mengira aku lagi stres kali karena deadline banyak. Kemudian datang seseorang ke ruangan ku untuk mencari teman ku tadi dan tak ku sangka ternyata laki-laki yang aku lihat di parkiran tadi.

"Sil, mana draft nya."

Kata Dia.

Aku terpaku melihat ke arahnya, bahkan suaranya pun dapat membius ku.

"Ra, kenapa?. Kamu suka ya sama Rangga." Silvi mengagetkan Ku dan mungkin Dia melihat aku menatap cowok itu.

"Oh... Rangga namanya." Dalam hati ku.

"Eh.. apaan kamu sih Sil."

Sangkal Ku lagi untuk menutupi kegugupan Ku.

Setelah hari itu kita jadi sering ketemu itu pun karena Silvi dan Mereka berdua sering komunikasi soal kerjaan.

"Ra.."

Silvi memanggil ku yang pura pura lagi sibuk melihat layar komputer setelah Rangga pergi dari ruangan Ku.

"Hmm.. Kenapa Sil."

"Rangga gimana."

Si Silvi mulai memancingku karena dia sudah curiga dengan tingkah ku saat ada Rangga.

"Gimana maksudnya."

"Cakep kan Dia."

"Sengaja nih Silvi." Dalam hati Ku.

"Emang kenapa kalau cakep."

Mendengar jawaban ku Silvi malah senyum - senyum sendiri ke arah ku.

"Kamu nggak ada naksir sama Dia."

"Apa sih Sil."

Sangkal Ku karena jujur aku gengsi untuk mengakuinya.

Lama - kelamaan sepertinya Silvi jadi curiga dengan ku dan akhirnya aku pun menceritakan jika sudah menaruh hati kepada Rangga sejak pertemuan pertama kita diparkiran.

"Deketin aja Ra." Sarannya

"Malu dong Sil."

Walaupun saat itu sebenarnya kita berdua sudah saling kenal dan pernah beberapa kali ngobrol cuman hanya sebatas kerjaan saja dan beberapa kali saling chat tapi bahasanya juga masih formal.

Silvi tersenyum penuh makna waktu itu entah apa yang Dia rencanakan.

Suatu pagi setelah hampir 1 bulan aku terdiam dalam mengagumi Rangga terjadilah kehebohan.

Semua disebabkan oleh Silvi yang memang mulutnya ember dia menyebar gosip itu dan akhirnya aku jadi bahan ledekan teman-teman yang lain.

Malu sekali rasanya kesannya aku yang mengejar - ngejar Rangga.

"Sil, kamu tega ya membocorkan rahasia ini." Kata Ku setelah mendengar ledekan dari teman lain.

"He he he.. Lihat aja setelah ini kamu bakalan berterima kasih pada Ku."

Aku masih nggak paham apa maksud dari Silvi, ya sudah lah aku fokus kerja aja walaupun harus banyak berdiam di ruangan karena tak mau mendengarkan suara yang meresahkan di luar sana.

"Ra, yuk ke kantin."

Ajak Silvi saat jam makan siang.

"Malas aku Sil."

"Ayo... Buruan deh aku lapar. Emang kamu nggak lapar."

Silvi entah kenapa menarik lengan ku dan memaksa untuk ikut sama dia.

Sesampainya di kantin aku pesen makan dan begitu juga Silvi, setelah itu kita cari tempat duduk dan ada bangku kosong tapi sayangnya di situ ada Rangga sama temannya.

"Ra, kita duduk sama."

"Sil.." Aku menggelengkan kepala ku tanda tak mau.

"Nggak papa ayo."

Karena adanya tempat juga itu akhirnya ikut aja aku, dan salam hati mencoba menguatkan mental.

"Boleh gabung." Kata Silvi.

"Oke... Silahkan." Kata Rangga dan temannya.

Kita saling tersenyum dan kemudian aku duduk saja di depan Rangga.

"Aduh, minum ku mana." Kata Silvi dan dia beranjak. Lalu...

"Mana sudah pergi lagi Silvi, minum ku juga habis." Temannya Rangga yang bernama Anwar pergi juga.

"Sengaja ya Mereka." Dalam hati Ku.

Dan akhirnya hanya ada aku dan Rangga di meja itu yang saling diam dan fokus dengan makanan kita.

"Naira..." Panggil Rangga dan aku menatapnya.

"Iya Mas Rangga, kenapa."

Jawab Ku dengan santai tapi jujur gemuruh hatiku rasanya.

"Besok Sabtu ada acara."

Tanyanya dan aku melongo aja apa coba maksudnya.

"Sabtu libur Mas, biasanya di rumah aja kalau nggak ada teman yang ngajak pergi." Emang dasar aku suka bicara ya entah gimana bisa jawab seperti itu.

"Kalau besok Sabtu sudah ada yang ngajak keluar belum."

Deg - dengan langsung jantung ini.

"Hmmm... emang kenapa Mas."

Sok tenang jawabnya tapi rasanya hati gemuruh.

"Kalau belum ada acara, mau nggak nemenin aku jalan. Refreshing biar tidak penat kerja terus."

Semakin detak jantungku tak terkendali. Rasanya ingin teriak mau banget tapi gengsi dong.

"Hmmm... mau kemana Mas."

"Kamu suka jalan kemana."

Sumpah ya tatapannya maut dan senyuman itu...

"Kalau aku sih suka yang suasananya alam gitu, lebih segar udaranya."

"Oke, jadi jemput jam berapa."

Beuh.... mau jerit rasanya, kemana coba Silvi tadi kayak sengaja deh Dia.

"Pagi ya Mas jam 8 nan, biar masih seger udaranya."

"Oke... Share Lok ya."

Katanya sambil senyum memabukkan.

Setelah itu aku pun kembali ke kantor bersama Rangga karena Silvi dan Anwar sengaja meninggalkan kita berdua.

Hari itu tiba Rangga benar datang ke rumah dan pamit dengan kedua orang tua ku untuk mengajak ku pergi.

"Naira.."

Katanya saat kita duduk santai menikmati pemandangan indah di depan mata.

"Iya Mas."

aku menoleh dan dia menatapku dengan senyuman itu.

"Mau nggak Kamu jadi calon istri ku."

Jujur ya aku bengong sekian detik tak percaya mendengar itu.

"Mas Rangga apa maksudnya."

"Ra.. Sebenarnya aku juga suka sama kamu sejak melihat mu di parkiran waktu itu. Tapi masih takut ingin menyatakan sama kamu karena aku nggak cari pacar lagi tapi ingin menikah. Maaf ya sebelumnya aku sebenarnya sudah banyak mencari info tentang kamu dari Silvi dan dia sudah banyak cerita."

"Jadi di kantin itu sengaja Mas."

"Iya, maaf ya. Aku memang nggak seberani itu untuk langsung mengajak mu bicara karena takut kamu menjadi ledekan teman lain."

"Kenapa Mas Rangga milih Naira."

"Kamu wanita spesial, sebenarnya aku juga sudah tau rumah mu karena beberapa kali mengikuti kamu pulang. Maaf ya Ra."

"Mas Rangga serius."

"Serius Ra, dan jika kamu bersedia menjadi calon istri ku, aku akan mengajak kedua orang tua ku ke rumah Mu."

"Aku butuh waktu ya Mas, mau istikharah dulu."

Walaupun aku sudah jatuh hati tapi ingin memantapkan perasaan ini, karena Mas Rangga ingin langsung mengajak menikah.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Dan sekarang kita berdiri di pelaminan setelah dengan lancarnya dia mengucapkan ijab qobul tadi pagi di depan Ayah Ku.

Tangannya tak lepas menggenggam tangan ku dan senyumnya selalu menghiasi bibirnya.

"Mas.."

"Iya Sayang."

"Hal terindah di dalam hidupku dicintai oleh mu, semoga cinta kita akan bersama sampai di surganya."

"Aamiin.. I Love You Sayang."

Rasanya ingin terbang begitu Dia mengecup bibir ku tanpa aba - aba..

🥰🥰🥰🥰

Jodoh Ku Ada Di Depan Mata

MENIKAH...

Satu kata bagi seorang wanita yang mempunyai makna dalam sebagai sebuah bukti cinta antara dirinya dan juga pasangan.

Tak ada yang pernah tahu siapa jodoh kita tetapi sudah itu sudah tercatat tinggal bagaimana usaha kita untuk menggapainya.

Pernah menjalin sebuah hubungan dan berakhir dengan perpisahan karena tidak adanya restu dari orang tua membuat seorang Siska kini lebih selektif dalam memilih pasangan tentu dia sebagai anak ingin menurut dengan orang tuanya karena Ridho Allah itu terletak di Ridho kedua orang tua.

Siska baru saja lulus kuliah dan kini sudah diterima bekerja di sebuah perusahaan rezekinya sangat mudah begitu lulus Dia memasukkan lamaran dan langsung diterima.

Di usianya yang menginjak 22 tahun tiga bulan lagi membuat Ia sudah tidak lagi memikirkan untuk hanya sekedar pacaran dia ingin serius mencari calon suami. Apalagi di daerahnya banyak sekali teman sebayanya yang sudah menggendong anak tetapi kedua orang tua Siska juga tidak pernah memaksanya untuk segera menikah.

Di perusahaan Siska banyak sekali teman yang senang dengannya karena dia mempunyai sifat yang humble dan mudah bergaul apalagi cara kerjanya juga cepat dan bagus hasil pekerjaannya.

Siang itu Ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan sudah menyerahkan hasil kerjanya kepada atasannya. Dia mendengar ada notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya.

"Assalamualaikum salam kenal."

Sebuah pesan masuk dari sebuah nomor yang belum Siska simpan di ponselnya.

"Siapa." Gumamnya sendiri.

Dan sudah biasa Siska akan cuek dengan pesan yang sering masuk kedalam ponselnya jika tidak ada namanya. Dia meletakkan ponselnya di atas meja begitu saja dan fokus lagi ke layar laptopnya.

"Siska, panggil teman satu timnya."

"Iya Mas Riko, ada apa."

Riko ini karyawan seniornya, karena dia sudah bekerja di sana hampir 3 tahun.

"Yang ini tolong diperbaiki ya."

Riko memberikan laporan yang tadi diberi oleh Siska. Dia menatap laporan itu dan mengerutkan dahinya karena seingat dia sudah ia teliti semuanya dan tak ada kesalahan.

"Ini Mas."

"Iya, menurut saya kurang tepat."

"Masa sih Mas, maaf Mas boleh saya menjelaskan terlebih dahulu nanti jika memang salah akan saya perbaiki."

"Oke."

Riko duduk di kursi yang ada di hadapan meja Siska dan kemudian Siska pun menjelaskan apa yang telah Ia kerjakan kepada Riko.

Riko bukannya fokus dengan apa yang dijelaskan oleh Siska namun dia malah memandang wajah Siska dengan dalam.

"Kamu cantik Siska, tapi tak ada nyali aku untuk mendekat." Dalam hati Riko.

"Begitu Mas, maaf dimana salah saya ya."

Ucapan Siska membuyarkan lamunan Riko.

"Oh.. Iya, benar juga kamu Siska. Maaf ya lain kali Saya yang harus lebih teliti."

"Nggak papa Mas, kita saling mengingatkan Siska malah senang kalau ada yang mengoreksi pekerjaan Siska."

Mereka saling tersenyum dan sebenarnya mereka berdua pun juga merasakan ada yang lain di dalam hati mereka.

🌹🌹🌹🌹🌹

Setelah tiga hari berlalu sejak ada pesan yang masuk ke dalam ponsel Siska dengan nomor yang tidak ia ketahui kini nomor itu kembali mengirimkan pesan lagi ke nomor Siska.

"Assalamualaikum, perkenalkan nama Saya Risman. Salam kenal Siska."

Siska mengerutkan dahinya membaca pesan itu.

"Risman siapa." Gumam Siska sendiri dan saat ini ia sedang bersama dengan sahabatnya Silvi.

"Kenapa kamu Sis."

"Ini ada nomor yang nggak aku kenal kayaknya ngajak kenalan ini."

"Coba saja siapa tau jodoh, katanya mau cari calon suami."

"Iya juga, tapi sembarang juga kali merespon nomor yang tidak dikenal kayak gini."

"Ya nggak cocok bisa temenan aja." saran Silvi.

Siska saat itu mendiamkan saja pesan itu dan belum merespon apa yang disarankan oleh Silvi. Namun setelah sampai rumah dia kepikiran dengan omongannya Silvi dan merespon si pengirim pesan itu.

Setelah sekitar 2 minggu setiap hari mereka saling mengirimkan pesan dan Risman pun memberikan perhatian-perhatian kecil kepada Siska yang membuatnya merasa nyaman.

Sedangkan di kantor Riko sendiri juga sering mencuri pandang ke arah Siska namun tanpa sepengetahuan Siska melainkan teman mereka yang satu tim yang mulai menyadari jika Riko sering menatap Siska dengan tatapan sayang.

"Ko, aku perhatiin kamu sering menatap Siska. Buruan deketin nanti diambil orang baru nyesel kamu." Saran temannya.

Setelah mendapatkan teguran dari temannya, Riko mulai berfikir dan mengumpulkan keberaniannya untuk secara terbuka mendekati Siska.

🌹🌹🌹🌹

Malam hari Siska sedang saling berbalas pesan dengan Risman dan Mereka mempunyai keinginan sama-sama ingin bertatap muka karena selama ini hanya lewat dunia maya.

Paginya karena weekend jadi dia libur dan sudah membuat janji dengan Risman akan berjumpa di sebuah Cafe. Siska mengajak sahabatnya Silvi untuk menemui orang yang selama ini sudah menyentuh hatinya.

"Aku deg - degan Sil."

Mereka sudah sampai di depan dan Siska masih duduk di atas sepeda motornya.

"Tarik nafas Sis, berdoa semoga Allah memberikan yang terbaik. Jika memang nanti tidak ada kecocokan kalian masih bisa berteman jangan ada kebencian."

"Iya Sil."

Siska pun turun dan mereka berdua masuk ke dalam, Risman sudah memboking sebuah meja yang bernomor 19.

Siska dan Silvi menuju meja itu dan sudah ada seorang laki-laki tetapi dia duduk membelakangi arah kedatangan Mereka.

"Itu Sil."

"Tenang Sis, yuk tenang aja ada aku."

Siska menganggukkan kepalanya dan mereka mendekat ke meja itu.

Begitu dekat dan terdengar langkah kaki mereka, laki-laki itu pun berdiri dan membalikkan badannya. Betapa kagetnya Siska begitu melihat wajah laki-laki itu sampai menutup mulutnya.

"Assalamualaikum Siska."

Risman tersenyum ke arah Siska dan Silvi.

"Waalaikumsalam." Jawab Silvi tetapi Siska masih seperti tak percaya dengan laki-laki yang ada di depannya.

"Sis, kamu kenal dia."

Silvi menatap sahabatnya itu yang masih syok.

"Mas Riko, ja... jadi... jadi Mas Riko." Siska masih tak percaya.

Riko tersenyum dan menganggukkan kepalanya kemudian mempersilahkan Siska dan Silvi untuk duduk dulu dia akan menjelaskan semuanya.

"Maafkan saya Siska, ini semua kesalahan saya. Saya tak berani untuk langsung mendekati diri kamu dan kemudian tercetus ide untuk mendekati kamu lewat dunia maya dan menggunakan nama Risman."

"Tapi kenapa Mas, saat di kantor Mas Riko biasa saja."

"Saya tidak mau mengganggu kamu saat bekerja, saya minta maaf Siska dan jujur semua apa yang pernah kita obrolkan di chatting benar adanya. Aku Sayang sama kamu Siska."

Siska terdiam hatinya ada rasa senang tapi ada rasa kecewa juga dengan cara begini Riko mendekatinya.

"Risman itu siapa Mas."

Riko tersenyum.

"Riko Siska Hirmawan." Ucap Riko dan tanpa Siska sadari pipinya memerah.

🌹🌹🌹🌹

Setelah kejadian itu Siska mulai berbicara dengan kedua orang tuanya, dan karena Riko juga selalu menunjukkan keseriusannya dapat meluluhkan hati Siska.

Satu bulan setelah itu mereka lamaran, dan hubungan mereka berdua membuat heboh seluruh timnya.

Pernikahan pun di laksanakan satu bulan berikutnya lagi, kini Riko dan Siska telah sah menjadi suami istri.

"Sayang, terima kasih sudah menerima Mas walaupun mungkin cara Mas yang salah mendekati kamu dulu."

"Mas, jodoh sudah tercatat jauh sebelum kita lahir dan kita sebagai umatnya diperintahkan untuk berusaha mendapatkannya. Siska bersyukur menikah dengan Mas Riko, ternyata jodohku ada di depan mata."

"I Love Sayang."

😍😍😍😍😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!