NovelToon NovelToon

Kucing Ku Ternyata Seorang Vampir

01

Malam itu, seluruh kota Versee tengah di guyur oleh derasnya hujan, kendati begitu hal itu tak membuat semua aktivitas orang-orang Versee terhenti olehnya, salah satunya adalah Raina, gadis tujuh belas tahun kelas tiga SMA ini tetap semangat bekerja sebagai seorang pengantar makanan di sebuah restoran tempatnya bekerja. Dengan menggunakan sepeda elektrik sebagai alat transportasinya karena dirinya masih belum cukup untuk mengendari sebuah sepeda motor.

Dua tahun yang lalu, kedua orang tuanya meninggal akibat sebuah kecelakaan lalu lintas, hingga membuatnya menjadi seorang yatim piatu.

Meski paman dan bibinya selalu mengajaknya untuk tinggal bersama mereka, namun Rania menolak dengan alasan bahwa dirinya ingin mandiri dan juga dirinya menyebutkan bahwa dirinya sudah cukup dewasa untuk hidup mandiri.

Karena keinginannya untuk hidup mandiri, membuat keduanya berhenti membujuknya, sebagai gantinya, mereka mengirimkan uang bulanan untuk membiayai sekolah dan hidup Rania.

Awalnya Rania menolak dengan alasan ia tak ingin menjadi beban, tapi paman dan bibinya bersikeras untuk melakukannya, tentunya sebagai anggota keluarga, keduanya tak ingin membuat kakak laki-laki mereka sedih.

Meski merasa enggan, mau tak mau Rania pun menerima bantuan tersebut.

Awalnya memang sulit menjalani kehidupan tanpa di dampingi oleh kedua orang tuanya, tapi seiring berjalannya waktu, Rania mulai terbiasa dan mulai menikmati hidupnya yang baru, bahkan dengan pekerjaan sambilan yang dilakukannya, ia bisa membayar uang sekolah tanpa meminta bantuan paman dan bibinya.

Kendati begitu, paman dan bibinya tak berhenti mengiriminya uang.

" Anggap saja itu uang jajan dari kami atau kamu bisa menyimpannya jika suatu hari kamu membutuhkannya, " kata mereka.

Dengan senang hati Rania pun menerimanya, setidaknya dengan uang tersebut ia bisa membiayai hobinya yang gemar menonton dan mengoleksi benda-benda dari serial anime yang ditontonnya setiap hari.

Baginya, menonton serial anime dan mengoleksi benda dari salah satu karakter favoritnya, bagaikan sebuah vitamin dan motivasi agar dirinya lebih bersyukur dan semangat menjalani kehidupan, meski terkadang teman, dan tantenya selalu mengatainya kekanak-kanakan, tapi ia tak peduli, selama dirinya bahagia apapun akan ia jalani.

Kini waktu sudah menunjukkan pukul jam sepuluh malam dan Rania baru saja menyelesaikan pesanan terakhirnya, ia kemudian memutuskan pulang ke rumah untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lelah itu.

Setibanya di persimpangan jalan dekat rumahnya, tiba-tiba Rania mendengar suara rintihan dari seekor kucing, meski terdengar samar-samar karena tertutupi oleh derasnya hujan, entah kenapa Rania menghentikan sepeda elektriknya dan mencoba mencari sumber suara tersebut, kepalanya menolehkan ke kanan dan ke kiri mencari sosok kucing tersebut, hingga tatapannya jatuh pada tempat sampah yang tak jauh dari tempatnya terdiam, firasatnya mengatakan bahwa sumber suara itu berasal dari sana.

Tanpa membuang waktu, ia berjalan menghampiri tempat tersebut dan terkejut menemukan seekor kucing hitam yang tampak kesakitan.

Merasa sangat kasihan, Rania pun memutuskan untuk membawanya ke dokter hewan, akan tetapi karena sudah melebihi jam operasional, ia tak menemukan satu pun klinik hewan yang buka pada jam tersebut,

Pada akhirnya Rania membawanya pulang dan mengobatinya dengan alat seadanya ia juga kemudian memutuskan untuk menamainya dengan nama yang ia ambil dari salah satu karakter anime favoritnya yaitu Kuro yang sama-sama merupakan seekor kucing hitam, hanya bedanya kucing yang ia tonton itu merupakan jelmaan Vampir.

Di rasa bahwa pertolongan pertama telah cukup dilakukannya, Rania kemudian memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak.

Awalnya semuanya berjalan seperti biasanya, hingga tiba-tiba Rania merasakan perih di bagian bahunya dan membuatnya terbangun dari tidurnya, akan tetapi kedua bola matanya terbeliak terkejut ketika mendapati seorang pria tengah menggigit bahunya dan yang parahnya lagi pria itu bertelanjang bulat tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi seluruh badannya.

Spontan Rania pun menjerit, kemudian menendang tubuh pria itu hingga tubuh pria itu terpental jatuh dari atas ranjang.

Rania pun beranjak bangun dari ranjang sambil mengambil sebuah gunting yang berada di atas meja belajarnya.

Dengan tubuh gemetar, ia memegang gunting tersebut sembari memegangi pundaknya yang terasa perih. " Siapa kamu?! Kenapa kamu ada di dalam kamar ku?! " Tanyanya dengan perasaan takut.

Namun pria itu tak menjawab, dia kemudian bangkit berjalan menghampiri Rania yang membuat gadis itu semakin ketakutan. " Kamu mau memperkosa aku yah? Tapi tubuhku nggak ada yang empuk! Karena tubuh ku hanyalah tulang terbungkus kulit. " Ungkapnya.

Pria itu tak menjawab, langkahnya semakin dekat dengan Rania sambil menggumamkan sesuatu.

" Jangan mendekat! Atau aku telepon polisi. "

" Darah, aku butuh darah, " ujar pria itu dengan pelan.

Namun, karena suara pria itu yang terlalu kecil dan Rania yang terlalu panik, membuat pendengarannya menjadi kurang berfungsi.

" Apa kamu bilang? Dada?! " Spontan, kedua tangan Rania menutupi tubuh bagian dadanya yang hanya tertutupi oleh baju tanktop, " Jangan! Punya ku kecil dan masih segelan! "

" Darah. "

" Aku bilang jangan mendekat! " Teriak Rania kembali sembari mengayunkan gunting ditangannya sambil memejamkan kedua matanya.

Akan tetapi beberapa lama kemudian tak terjadi apapun, Rania pun perlahan membuka kedua matanya dan mendapati bahwa pria itu telah menghilang begitu saja.

Untuk memastikan bahwa pria itu telah pergi, Rania pun langsung menghidupkan cahaya lampu kamarnya, akan tetapi dirinya kembali di kejutkan dengan kondisi Kuro yang semakin parah bahkan tampak seperti tengah sekarat.

Rania pun seketika menjadi panik, ia kemudian mencari ponselnya untuk menghubungi temannya untuk meminta bantuan.

Akan tetapi, pergerakkan terhenti ketika kucingnya seperti berbicara dan meminta darah. Untuk sepersekian detik, tubuh Rania mematung mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya.

" Aku tidak gila kan? " Gumamnya sambil menampar kedua pipinya, ia tak tahu bahwa efek kehujanan tadi bisa membuatnya berhalusinasi melihat pria telanjang yang mencoba memperkosanya dan sekarang apa? Kucing yang ia bawa bisa berbicara dan meminta darah, apa semua ini masuk akal?!

" Darah, aku butuh darah. "

Seketika Rania pun tersadar, meski dirinya merasa telah gila, namun entah apa yang merasukinya hingga membuatnya berbuat nekat dengan menusuk jari telunjuknya dengan menggunakan jarum, kemudian memasukkan jarinya ke dalam mulut kucingnya tanpa pikir panjang.

Rasa perih pun menjalar dari jari telunjuknya ketika kucingnya benar-benar menghisap darahnya.

Bub!

Seketika, tubuh kucingnya berubah menjadi seorang pria berparas tampan dengan kedua bola mata berwarna merah.

Tubuh Alona pun mematung bak sebuah boneka kayu, menyadari bahwa pria di depannya dan pria yang sempat menyerangnya tadi ternyata adalah seekor kucing yang ia selamatkan beberapa waktu lalu.

" Eh? Apa yang terjadi? " Seketika pandangan Rania menggelap kemudian ia jatuh tak sadarkan diri.

02

Di dalam kelas, semua murid yang berada di sana menatap Rania dengan tatapan cemas dan juga takut, pasalnya dia tak seperti biasanya yang selalu datang dengan wajah tersenyum bersinar cerah, berbanding balik dengan sikapnya hari ini yang memiliki tatapan kosong dengan langkah kaki gontai tampak seperti jiwanya telah pergi entah kemana.

Temannya, Mia yang baru datang ke kelas hanya menatapnya dengan tatapan aneh, namun di detik berikutnya ia mengabaikannya seakan-akan sudah terbiasa dengan sikap Rania yang berubah-ubah itu.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, entah kenapa Mia mulai merasakan ada yang aneh dengan temannya itu. Karena biasanya Rania akan menangis beberapa lama kemudian lalu menceritakan bagaimana karakternya bisa mati secara tragis, tapi kali ini berbeda dengan sebelumnya, sebab temannya itu tak bergeming sedikit pun bak sebuah patung.

Tak hanya itu saja, setiap kali ia bertanya sesuatu, Rania hanya menganggukkan kepalanya dengan tatapan kosong. Hal ini membuat Mia menjadi cemas.

Ada apa dengan temannya itu? Apa karena suami tiga dimensinya telah meninggal lagi? Atau jangan-jangan temannya itu bukan manusia?

Seketika pikiran Mia pun berubah menyerupai pikiran Rania yang selalu di luar nalar.

' Jika benar dia bukan Rania? Lalu di mana Rania yang asli berada? ' Batin Mia.

Saat jam istirahat telah tiba, Mia pun kembali mengajak Rania berbicara dengan mengajaknya pergi ke kantin, namun jawabannya tetap sama, dia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Mia pun kembali menjadi cemas, ia kemudian mengambil sebuah inisiatif untuk membuktikan bahwa gadis di sampingnya benar-benar temannya yang asli.

Tanpa memberinya aba-aba, Mia mengambil sebuah buku paket pelajaran yang cukup tebal kemudian memukul kepala temannya itu dengan cukup keras, namun apa terjadi? Bukannya marah atau membalas memukul, Rania malah memintanya untuk memukulnya kembali dengan lebih keras dari sebelumnya.

Spontan, Mia pun menutup mulutnya, terkejut karena menyadari bahwa gadis di sampingnya ini bukanlah temannya yang asli.

Bugh!

Mia pun kembali memukul kepala Rania dengan buku di tangannya hingga membuat temannya itu jatuh tersungkur dari atas kursi.

" Siapa lo sebenarnya?! Terus Rania gue di kemanain?! Teriak Mia sembari mengambil ancang-ancang untuk memukul gadis di depannya.

Rania yang kepalanya di pukul dua kembali, akhirnya tersadar, ia meringis sambil memegangi kepalanya yang sakit.

" Mi lo ngomong apa sih? Gue kan Rania masa lo lupa sih, kita kan udah berteman sejak kecil bahkan kita suka buang air besar bareng-bareng, " ujar Rania, " yah kepala gue berdarah," sambungnya saat darah segar mengalir di pelipisnya.

Mia yang terkejut dan panik saat melihat kepalanya berdarah, langsung membawanya ke uks untuk di obati.

Namun setibanya di sana, guru yang harusnya bertugas menjaga UKS tidak ada di tempat, dengan terpaksa Mia pun mengobati Rania dengan kemapuan seadanya.

Merasa bersalah karena telah menyakiti temannya, Mia pun berniat membawa Dania ke rumah sakit, tetapi gadis itu menolaknya dengan alasan bahwa lukanya tidaklah besar.

" Tapi tetap aja, itu luka harusnya di jahit, sorry gue nggak bermaksud nyakitin lo, " Mia pun merasa sangat bersalah, seharusnya ia tak menuruti apa yang ada di dalam pikirannya, " lagian sikap lo hari ini aneh banget tahu ngga? Lo kenapa sih? Banyak lunasan? Mau pinjem uang gue dulu nggak? " sambungnya sambil menawari bantuan.

Tetapi Rania menggelengkan kepalanya dengan cepat, mengatakan bahwa bukan itu masalahnya.

" Lalu apa? Cerita sini sama Bunda Mia. "

Rania terdiam sembari berpikir, apa tak masalah jika dirinya membicarakan Kuro pada Mia? Dan yang penting apakah dia akan percaya apa yang dikatakannya.

" Mi. "

" Iya ada apa wahai sahabat ku tercinta? Bunda Mia siap mendengarkan cerita sahabat ku. " "

" Lo percaya nggak, kalau kucing yang gue temui semalam bisa berubah jadi cowok ganteng? "

Mia terdiam.

" Mi, jawab. "

" Ra, ke rumah sakit yuk, kita periksa, pasti ada yang salah dengan kepala lo habis di pukul sama gue, "

" Ih~ Mia! Gue serius. "

" Gue tahu, yuk kita sekarang pergi ke rumah sakit, gue anterin lo ke tante gue yang seorang psikolog, soal biaya lo nggak perlu pikirin karena bakal di tanggung sama gue, " ujarnya sambil menarik pergelangan tangan Rania akan tetapi. . .

Tiba-tiba Rania menghempaskan tangan Mia dengan kasar, ia kemudian berjalan ke luar UKS tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia tak menyangka bahwa Mia malah menganggap dirinya telah gila, jika tahu seperti ini lebih baik memendamnya sendiri.

Tetapi sebenarnya ia sudah menduga bahwa temannya pasti akan menganggapnya gila, lagi pula siapa yang mau percaya dengan ceritanya itu? Bahkan anak sekolah dasar pun akan menganggapnya hanya sebatas imajinasi belaka.

Sepulang sekolah, Rania memutuskan pulang sendiri tanpa menunggu Mia.

Di pertigaan dekat rumahnya, Rania menghentikan sepeda listriknya, ia terdiam sejenak entah kenapa ia menjadi enggan untuk pulang, dirinya masih takut akan sosok Kuro. Pasalnya ini adalah kali pertamanya menghadapi makhluk jadi-jadian seperti Kuro.

Apalagi saat mengingat kejadian semalam yang hampir membuatnya kesiangan masuk sekolah, terlebih lagi bayangan akan lekuk tubuh pria itu masih belum hilang dalam benaknya.

" Apa yang harus aku lakukan? "

Sebenarnya Rania masih tak percaya dengan apa yang menimpanya kali ini, Apakah ini benar-benar nyata? Rasanya seperti mimpi saja.

Plak!

Rania pun menampar kedua pipinya hingga memerah agar dirinya bisa tersadar. " Hari ini aku harus mengusir Kuro! " tegasnya.

Namun sebelum itu, ia harus membeli pakaian untuk Kuro karena ia tak bisa terus-terusan melihat pria mengenakan pakaiannya miliknya yang tampak kekecilan memperlihatkan setengah dari bagian badannya, beruntungnya ia pernah membeli celana kebesaran dan belum sempat menukarkannya.

Setelah memilah dan membeli beberapa set dan juga pakaian dalam, Rania pun langsung bergegas pulang ke rumah.

Dengan memantapkan tekadnya untuk mengusir Kuro, Rania pun langsung membuka pintu rumahnya, akan tetapi di detik berikutnya ia tertegun melihat penampakan rumahnya yang amat bersih dan juga rapih. Bahkan untuk sesaat, Rania berpikir bahwa dirinya salah masuk.

Akan tetapi ia segera tersadar ketika Kuro muncul dengan menggunakan celemek dari arah dapur, " kamu sudah pulang, kebetulan aku baru saja selesai memasak, " ujarnya sambil tersenyum manis membuat hati Rania meleleh saat itu juga.

Namun, ia menggelengkan kepalanya dengan keras dan mengingat akan tujuan awalnya, tetapi lagi-lagi ia terpana dengan kemampuan Kuro yang begitu mengagumkan, berbagai hidangan cantik dan enak tertata dengan indah dan elegan.

Seakan tersihir, Rania langsung memakan semua makanan di atas meja hingga habis. Hingga tak lama kemudian ia pun tersadar, dari mana pria itu membeli semua bahan masakan ini?

Kuro pun tak langsung menjawab, ia terdiam mengingat kejadian sebelumnya, hingga tak lama kemudian dirinya menunjuk ke sebuah laci yang berada di dalam kamar Rania.

Seketika tubuh Rania mematung kemudian terkulai lemas, sebab ia menyadari bahwa pria itu telah menggunakan setengah tabungan yang telah ia kumpulkan selama ini untuk membeli sepeda motor untuk membuat semua hidangan di atas meja.

03

Menyadari bahwa semua tabungannya telah habis tak bersisa, seketika kedua mata Rania mendelik tajam ke arah Kuro. Namun raut wajah pria itu tidak menunjukkan rasa bersalah sedikit pun, " kenapa kamu semarah itu hanya karena setumpuk kertas, jika kamu mau aku bisa memberikan mu emas sebanyak yang kamu mau, " katanya.

Salah satu alis Rania pun terangkat sebelah, ia kemudian bangkit menghampiri pria itu sambil mengulurkan tangannya, " kalau begitu mana? Berikan benda itu sekarang juga. "

" Maaf, tapi sekarang aku tak bisa memberikannya. "

" Apa?! Dasar pembohong! Kalau begitu lebih baik kamu keluar dari rumah ku sekarang juga, " ujar Rania sambil menangisi kembali uangnya yang telah hilang itu.

Akan tetapi pria itu mengatakan bahwa dirinya tak akan meninggalkan rumah itu, karena dirinya tak punya lagi tempat tinggal.

" Memangnya gue peduli, pokoknya lo harus pergi dari sini titik. "

" Jika kamu berusaha membuatku pergi, suatu saat kamu pasti akan menyesal setelah mengetahui identitas asli ku, " katanya dengan bangga.

Rania mendengus, sembari melipat kedua tangannya di dada, " Emangnya lo siapa? Pangeran! Jangan ngadi-ngadi deh lo, masa iya pangeran kok kere kaya lo, pokoknya gue nggak mau tahu, pergi sekarang atau gue yang seret lo keluar! "

" Bagaimana kalau kita buat taruhan? "

" Taruhan? "

" Iya, kamu kejar dan tangkap aku, jika kamu menang aku akan pergi, jika sebaliknya maka kamu harus mengijinkan ku untuk tetap tinggal, bagaimana? " Usul pria itu

" Ok, siapa takut, " timpal Rania tanpa pikir panjang, ia mengira akan mudah menangkapnya, selain pria itu memiliki tubuh yang cukup besar di tambah ukuran rumah yang terbilang cukup sempit, dengan penuh percaya diri, ia yakin bisa menangkap pria itu hanya dalam hitungan tiga detik saja.

Di sisi lain, Kuro menyunggingkan bibirnya seakan mengejek pemikiran dangkal Rania, di detik berikutnya ia merubah dirinya menjadi seorang kucing hitam yang bergerak begitu lincah.

Rania yang tak menduga bahwa pria itu akan berubah menjadi seekor kucing, membuat mulutnya menganga lebar, tak lama kemudian, ia tersadar dan berupaya menangkap pria itu.

Akan tetapi, karena bentuk tubuhnya yang kecil dan bergerak dengan gesit, membuat Rania kesulitan untuk menangkapnya, hingga tiga jam kemudian, Rania mengangkat tangannya, menandakan bahwa dirinya menyerah dan mengaku kalah.

Sebagai gantinya, Kuro harus menjadi pembantu pribadinya, seperti menyiapkan sarapan, beres-beres, dan menjadi alarm bernyawa.

Esok paginya.

Rania begitu tergesa-gesa memakai pakaian seragam sekolahnya karena ia bangun kesiangan, kedua matanya mendelik tajam pada Kuro karena tidak berusaha membangunkannya, padahal sebelumnya ia mengatakan bahwa dirinya memiliki kuis penting hari ini.

Kuro kemudian hanya mengangkat kedua bahunya secara bersamaan, karena sebelumnya ia sudah berusaha keras membangunkannya, hanya saja gadis ini sangat sulit di bangunkan, karena dia tertidur seperti orang mati.

Mendapat dirinya di katai, Rania pun melemparkan sepatunya ke arah Kuro, tapi sayang nya pria itu dengan mudahnya mengelak.

" Kenapa lo menghindar?! "

" Apa aku salah? "

" Tentu saja! Oh ****! Gue pasti bakalan diomelin bu guru nih, " tanpa membuang waktu lagi Rania langsung berlari keluar rumah sambil mengeluarkan sepeda listriknya, kemudian bergegas pergi ke sekolah.

Sepanjang jalan, Rania membawa laju kendaraan dengan kecepatan tinggi, membuatnya tampak seperti penguasa jalanan.

Berkat caranya membawa laju kendaraan, Rania berhasil datang ke sekolah dengan tepat waktu.

Akan tetapi saat akan menuju kelas, tiba-tiba sebuah Vas bunga berukuran cukup besar jatuh dari atas atap dan hampir mengenai kepala Rania, jika saja Mia tak menyadari sejak dan mendorong tubuhnya ke samping, mungkin saja kepalanya saat ini sudah pecah akibat tertimpa Vas bunga tersebut.

Seketika seisi sekolah pun di buat terkejut dengan suara bising tersebut dan langsung berlari berhamburan keluar untuk memastikan asal muasal suara tersebut.

Secara spontan mereka di buat terkejut dengan pecahan Vas bunga yang berserakan di lantai, secara bersamaan kepala mereka menolah menoleh ke arah atap sekolah yang tak ada sosok siapapun di sana.

Tak lama kemudian, seorang guru pun datang menghampiri, meminta para siswa untuk tenang kemudian menyuruh mereka untuk kembali ke dalam kelas masing-masing, beliau juga mengatakan akan menyelidiki kasus tersebut hingga tuntas.

Dalam hitungan detik, semua siswa yang berada di sana kembali ke dalam kelas masing-masing, kecuali Rania yang di minta untuk pergi ke ruang guru untuk di mintai keterangan.

Sekembalinya Rania dari ruang guru, Mia langsung memeluknya sembari memeriksa seluruh tubuhnya, memastikan bahwa temannya itu tidak terluka sama sekali.

" Ra, lo nggak apa-apa kan? Trus kata bu guru siapa pelakunya? Kalau gue kenal, bakal gue bejek-bejek tuh orang sampe kayak bubur kalau perlu. "

" Nggak tahu, soalnya mereka sudah memastikan lewat video CCTV dan hasilnya nggak ada siswa maupun siswi di sana, " terang Rania, " kalau menurut gue kayaknya gara-gara angin deh, " sambungnya sembari memegang dagunya layaknya seorang detektif, hingga. . .

Bugh! Sebuah pukulan mendarat di bahu Rania hingga membuat tubuhnya meringis kesakitan, kepalanya menoleh dan mendapati Mia yang tampak kesal padanya.

" Lo pikir! Itu Vas bunga terbuat dari kertas yang di isi dengan busa! Please yah kalau becanda itu pake otak, itu kepala lo hampir hancur Ra! " Ujar Mia dengan nada sedikit tinggi.

Namun, Rania hanya terkekeh sambil meringis kesakitan sembari mengatakan bahwa satu-satunya pelaku yaitu angin.

Temannya, Mia yang mulai lelah dengan pemikiran Rania hanya menggelengkan kepalanya.

Di sisi Rania, meski dirinya masih bisa tertawa dan bercanda, jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam ia sebenarnya sangat takut, terlebih lagi setelah vas bunga itu jatuh, ia melihat sosok bayangan hitam di atas atap sekolah

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!