NovelToon NovelToon

Love You So Much

Prolog

Aldrina Aurellia. Gadis yang terkenal akan mulut yang selalu terkatup kepada orang yang tidak dekat dengannya dan selalu meronta-ronta hanya pada satu orang. Aldrina adalah gadis yang memiliki senyum indah yang hanya diberikannya kepada Dandra. Dia mendambakan Dandra sejak pertama kali mereka tidak sengaja bertemu, hari dimana bukanlah hal baik yang terjadi diantara mereka. Disetiap celah waktu Aldrina tidak ada satu pun yang ia lewatkan untuk mendekati Dandra. Aldrina bukanlah tipe orang yang heboh namun semua lenyap jika Dandra memasuki manik matanya yang indah, entah magnet apa yang membuatnya bagaikan prangko.

Dandra Daville. Lelaki yang terkenal akan kedinginannya dan juga ketampanannya yang memukau. Banyak orang yang mengatakan Dandra begitu dingin dan arogan. Namun Dandra tidak peduli dan tidak berniat untuk menanggapinya karena bagi Dandra hal yang terpenting itu bukanlah apa yang dikatakan orang padanya tetapi apa yang menjadikannya menjadi percaya diri yaitu dirinya sendiri. Bisa dibilang manusia yang terlalu mencintai diri sendiri. Namun tetap saja semua sikapnya manis dimata Aldrina.

Aldrina adalah gadis pecinta diskon, woh siapa sih cewek-cewek yang gak suka beginian apalagi sudah di depan mata. Malam itu Aldrina keluar rumah untuk membuang suntuk dan pergi ke supermarket yang tak jauh dari rumahnya, sesaat matanya melihat apel merah yang tersisa 3 buah lagi. Promonya begitu fantastis yaitu diskon 50 % dengan syarat membeli 1 kg.

"Gila hari besar apaan nih? Rugi banget kalo gak beli, gas! Lumayan buat santapan malam hihi"seru Aldrina segera berlari menghampiri apel yang ada di depan mata.

Ketika Adrina baru mengambil satu buah, seorang lelaki bersweater gelap mengambil salah satu apel dari ketiganya.

"Eh enak aja lo! Itu punya gue kembaliin sini" seru Aldrina sedikit menaikkan nada bicaranya terdengar kurang sopan terlebih pada orang yang tidak dikenal

Lelaki itu acuh tak acuh kepadanya, malah ingin mengambil yang tersisa satu lagi. Refleks, Aldrina menepis tangan lelaki itu dengan dahi berkerut.

"Eh gue duluan entar kalo gue gak ngambil ketiganya gak dapat diskon, ngalah dong lo!" kata Aldrina mempertahankan posisinya

Lelaki itu memutar bola matanya dan hendak pergi begitu saja namun dicegah Aldrina.

"Woi lo tuli ya!"

"Maaf yah mbak, tadi saya duluan yang ngambil ini" protes lelaki itu dengan menekankan kata ini

"Tapi kan lo udah lihat gue tadi lagi mau masukin semuanya ke kantongan punya gue"

"Siapa cepat dia dapat"kata lelaki itu datar

Tidak mau kalah Aldrina melontarkan ancaman "Kalo lo gak mau gue teriak satu du..."

Akhirnya lelaki itu jengah dia langsung melemparkan satu-satunya apel yang dia miliki dan ditangkap dengan mantap oleh Aldrina.

"Nah gitu dong" Kata Aldrina nyengir lebar

"Eh maka.. Etdah dah pigi aja, songong amat" gumam Aldrina menyadari lelaki tadi sudah pergi begitu saja

Kemudian Aldrina pun menimbang Apel yang dia miliki.

"Gila 8 ons" kata Aldrina terkejut dengan tampang kesal

"Sial banget sih gue udah gak malu rebutan sama orang eh malah sia-sia perjuangan" gumam Aldrina dalam hati dan terpaksa membeli apel-apel itu karena rasa malu

Kini gadis itu sudah mengantri untuk membayar apel yang dimilikinya. Kemudian datanglah seorang wanita paruh baya yang memiliki wajah begitu lembut dan tersenyum hangat pada Aldrina. Wanita itu mengantri tepat dibelakangnya.

"Dandra sini" panggil ibu itu pada seorang lelaki yang sedang menggaruk kepalanya yang tidak gatal

"Maaf ma apelnya udah habis, ada cewek res.." Dandra menaikkan sebelah alisnya melihat wanita yang di depan ibu tercintanya

"Cewek resek"kata Dandra dalam hati

Aldrina merasa begitu malu menghadapi situasinya sekarang sampai tidak berani lagi menatap lekaki itu. Tidak mungkin juga Aldrina memberikan apel yang tadinya sudah dia minta secara paksa. Tibalah giliran Aldrina membayar yang dia beli.

"Maaf ya mbak, mbak tidak medapatkan diskon karena apelnya tidak sampai 1 kg"kata wanita bertopi merah yang menjadi kasir

Aldrina pun merasa malu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia memikirkan apa yang kini ada dipikiran lelaki itu setelah melihatnya.

"Bodoh"gumam Dandra dengan sudut senyum menyebalkan

Aldrina hanya bisa memukul-mukul kepalanya kemudian keluar dari supermarket itu. Sesampainya Aldrina diluar betapa melegakannnya perasaannya. Dia pun tertawa, menertawakan kekonyolannya sendiri kemudian menggumamkan nama lelaki tadi.

"Ooo namanya Dandra, cakap amat, aaa tau gitu gue ngalah tadi, jadi gak enak sama nyokapnya. Yaudalah ah hiburan malam toh gak kenal juga"kata Aldrina berbicara sendiri kemudian pulang ke rumahnya.

Begitulah pertemuan keduanya begitu menggemaskan. Bagi Aldrina, Dandra adalah lelaki idamannya cuek diluar namun tetap memiliki sikap lembut.

Bagian 1 (Terlambat)

“Bukan hal yang jarang namun ingin menghindar nyatanya tak terhindar”

~~ LYSM ~~

Aldrina adalah putri semata wayang dari Gandhi Prasetyo. Duda paruh baya yang memiliki perusahaan terkenal di bidang industri. Aldrina sudah terbiasa hidup tanpa hadirnya seorang ibu dikehidupannya sejak dia masih balita dan Gandhi pun tidak berniat menggantikan posisi ibu Aldrina dikehidupannya. Aldrina beruntung memiliki ayah yang perhatian dan seorang kakak laki-laki bernama Bimo Geraldi yang  tahun ini akan masuk ke bangku perkuliahan. Sementara Aldrina sendiri akan memasuki tahun pertama di sekolah menengah atas atau sering disebut dengan SMA.

“Kak Bim antarin aku gih!”kata Aldrina sambil menarik selimut Bimo sementara orangnya masih masih memejamkan mata

“Emm.. Bentaran lagi napa nyet, aku masih ngantuk”gumam Bimo

“Busyet dah! Kalau ini hari biasa gapapa ogeb, ini hari pertamaku lo kakakku seyeng jadi setidaknya gak ada kata terlambat” balas Aldrina sambil mengoncang-goncang tubuh Bimo

Masih tidak merespon juga “Aku gelitikin nih satu dua...”

Bimo pun langsung berlari ke kamar mandi membasuh wajahnya lalu mengambil kunci motor kesayangannya. Bimo tidak tahan akan ancaman Aldrina karena dimatanya Aldrina adalah orang yang terlalu nekat.

Sesampai di SMA Tunas Utama motor Bimo langsung berhenti di depan gerbang “Okay mas bro adek mau belajar dulu trimakasih, dada!”kata Aldrina sambil memberi helm yang digunakannya tadi dan tersenyum jahil pada Bimo

Bimo hanya memasang wajah kesal, tanpa basa basi lagi Bimo menghidupkan motornya dan segera pergi meninggalkan Aldrina yang masih tersenyum jahil. Kini Aldrina melangkah memasuki ruangan kelas MIA-3 menurut keterangan yang diberikan kepadanya  nama Aldrina terdaftar di kelas itu. Aldrina memasang wajah kebingungan karena 3 hari berturut-turut dia tidak mengikuti MOS.

Sesampai di kelas “Eh bangkunya kosong gak?”tanya Aldrina  pada wanita yang memilki poni selamat datang dan pipi yang seperti bakpau begitu menggemaskan.

“Hem i..i..aaa kosong”

”Yaelah tenang aja aku gak bakal gangguin kamu kok lanjutin deh makannya’’kata Aldrina dengan senyuman sambil meletakkan tasnya

Shirene Meylie nama gadis Imut itu. Terlihat sangat pemalu dan tidak pandai bersosial sehingga Aldrina memutuskan duduk didekatnya

“Eh nama kamu siapa?”tanya Shirene sungkan

“Oo aku Aldrina panggil aja Rina, nama kamu siapa?”balas Aldrina sopan

‘’Aku Shirene terserah mau manggil apa, eh aku tadi udah takut lo gak bakal punya sebangku, syukur kamu mau duduk sama aku Rin, makasih lo” kata Shirene dengan mata berbinar

“Sans ae”

"Bukan termasuk orang yg pendiam"kata Aldrina dalam hati dengan sedikit tersenyum

Aldrina mengeluarkan novel yang sudah dia persiapkan dari rumah untuk mengisi waktu luangnya. Dia lebih memilih untuk diam dan tidak banyak mengobrol sementara Shirene sangat tidak sabar untuk lebih dekat dengannya.

“Eh mau nanya nih kamu kemaren gak ikutan MOS ya? Kek baru lihat soalnya”tanya Shirene penasaran

“Hmm begitulah, aku merasa tidak enak badan lagian terlalu malas untuk mengikuti kegiatan kayak gituan, gak faedah’’

“Yah sayang banget tau, kemaren itu orang paling famous seisi sekolah aja ikutan, ketua OSIS maksudnya’’ucap Shirene sedikit heboh

“Serius?’’tanya Aldrina sok kaget

“Iya serius’’

“Itu kan wajar, yaudah sih gak penting juga kan, toh masih bisa dilihat sekarang’’balas Aldrina dengan wajah datar

“hahaha ia deh ia, serius amat baca novelnya, Rin kamu hobbi baca ya?”

“Lumayan sekalian buang suntuk’’ balas Aldrina dengan mata yang tetap fokus ke novel

Shirene pun mengangguk paham dan kembali menikmati makanan yang ada di tangannya. Kelas pun dimulai seperti sekolah pada umumnya kebanyakan hari pertama mulai belajar di sekolah tidak terlalu serius masih banyak guru-guru yang ingin melakukan perkenalan dan berbagi sedikit pengalaman.

“Eh Rin kantin yuk, aku gak berani sendiri gak pede juga”ajak Shirene memohon

Aldrina menimang-nimang permintaan Shirene dan merasa tidak tega akhirnya dia menurut saja. Mereka berdua pun berjalan melewati lapangan. Di lapangan basket tidak sengaja Aldrina melihatnya, Felix orang yang dari dulu memohon-mohon menjadi kekasihnya semasa SMP tidak disangka dunia sesempit itu, betapa tidak sukanya Aldrina pada Felix sudah playboy masih saja suka mengganggunya. Karena terlalu tidak fokus berjalan Aldrina malah menubruk tiang basket dan betapa menyebalkannya Shirene karena tidak memberitahunya.

“Aihh shitt”desisnya

“Eh Rin gakpapa?´Hahaha ada–ada aja lo jalan pun remedi’’ Kebiasaan orang terdekat bukannya langsung membantu malah tertawa terlebih dahulu

“Sakitlah ogeb, gimana si kok gak ngebilangin ada tiang sebesar ini"

“Ya maaf aku kirai lo tau Rin hehe”kata Shirene cengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal

“Jangan teman yang disalahkan kamu aja yang bego”kata seseorang sambil melalui Aldrina menuju kantin

Tiba-tiba saja api panas terpancar dari tubuh Aldrina, suhu tubuhnya yang tadinya sudah mendidih tambah mendidih mendengar perkataan itu. Aldrina berlari cepat kemudian menendang kaki lelaki itu tanpa melihat wajah sipemilik kaki yang kesakitan

“Opss maaf salahin kakinya yang bodoh mau aja ditendang’’ejek Aldrina merasa impas sambil setengah berlari menghampiri Shirene yang terlihat syok akan kejadian itu.

“Gila lo Rin ngapai nendang-nendang anak orang kita masih baru lo disini, ia kali masuk ruang BK secepatnya’’kata Shirene khawatir, Shirene pun tidak memperhatikan bahwa orang yang sedang berhadapan dengan Aldrina tadi adalah Dandra si ketua OSIS

“Udah sans aja yuk makan laper juga nih’’balas Aldrina cuek kemudian menggandeng Shirene ke kantin.

***

Sebulan berlalu, Aldrina mulai terbiasa dengan masanya yang sekarang menggunakan seragam abu-abu. Setelah sebulan Bimo tidak lagi mengantar Aldrina, Aldrina pun tidak mau merepotkan Bimo yang memang terlalu malas bangun pagi untuk mengantarnya

“Huh calon mahasiswa apaan! Bangun aja gak bisa cepat untung sayang”kata Aldrina mengomel di dalam bus

‘‘Shutt.. Jangan berisik ini bukan ruangan bimbingan konseling, bukan tempat curhat juga”kata seseorang yang duduk disampingnya begitu menusuk

Aldrina melirik dengan wajah kesal dan alis yang terangkat. Namun tidak membalas perkataan itu karena ada benarnya juga. Aldrina berpikir seperti pernah mendengar suara orang sesongong itu tapi melupakannya entah dimana. Jarak rumah Aldrina ke sekolahnya lumayan jauh terlebih yang dinaiki Aldrina sekarang adalah bus ada kemungkinan akan terlambat jika terjadi macet, untunglah dia selalu membawa novel untuk mengusir rasa bosan.

“Tau kayak gini gak bakalan nolak papa nyewa supir buat nganterin, ah sudahlah buang-buang uang juga”ocehnya lagi disela-sela membaca novel

“Maaf mbak bising”

Lagi-lagi orang disamping Aldrina berkomentar. Jengah mendengarnya Aldrina melihat siapa yang begitu lancang terhadapnya dan ingin berbalik marah ternyata orang itu adalah Dandra, ya dia Dandra, Aldrina ingat wajah itu. Dandra sendiri tidak tau siapa yang ada disampingnya karena dia melontarkan kata-kata itu dengan mata tertutup. Dandra berkata seperti itu bukan tanpa alasan namun karena begitu menggangu waktu tidurnya yang hanya sebentar refleks kata-kata itu mengalir dari mulutnya. Semalaman Dandra tidak cukup tidur hanya untuk membereskan proposal untuk perlombaan 17 Agustus jadi sah-sah saja dia berkata seperti itu dia pun memilih menaiki bus supaya bisa tertidur sebentar.

DEG DEG DEG

“Gila kenapa jantung gue sih, widih kalem amat mukanya kalo gini, bulu matanya..”kata Aldrina takjub dalam hati dan tanpa sadar menggerakkan tangannya memegang bulu mata Dandra

Seketika Dandra terkesiap kemudian membuka matanya perlahan. Pancaran mata coklat itu, Indonesia sekali sangat indah membuat Aldrina sangat terpesona.

“Aaaa eee…”Aldrina garuk-garuk kepala yang tidak gatal

Setelah melihat siapa yang disampingnya setengah sadar Dandra terkejut kemudian membenarkan posisi duduknya namun tidak berkata apa pun dan memasang wajah datar seperti biasanya. Lalu dia teringat kejadian sebulan lalu saat seorang gadis menendang kakinya tanpa memiliki perasaan dan gadis itu adalah Aldrina. Namun Aldrina tidak sadar akan hal itu, gimana mau sadar peduli sama apa yang terajadi di sekolah pun tidak. Aldrina juga tidak sadar bahwa Dandra adalah kakak kelasnya yang sangat famous di sekolah. Bukannya marah Aldrina justru merasa tidak enak akan sikapnya barusan, dia melupakan aksi apa yang ingin dilakukannya karena itu adalah Dandra, cowok supermarket yang tidak sengaja dia jahati.

“Anu… Eh sorry”kata Aldrina sambil menelan ludah, sementara Dandra terlihat datar-datar saja malah tidak merespon

Merasa dikacangin dengan kebiasaan Aldrina baca novel Aldrina tau bagaimana cara memancing seseorang untuk berbicara walaupun bisa dibilang kurang sopan apalagi mereka belum terlalu saling mengenal. Aldrina menggoyang-goyangkan tangan Dandra seperti adik yang meminta permen kepada kakaknya

“Maaf’’ kata Aldrina lagi dengan nada yang lebih lembut, merasa risih mulut Dandra akhirnya terbuka.

‘’Ia jaga jarak”kata Dandra sinis, mendengar itu justru Aldrina semakin ingin menjahili lelaki itu

“Pinggir pak”teriak Dandra seketika yang membuat Aldrina mengerucutkan bibirnya

Dandra menatapnya datar sebentar dan turun dari bus itu sementara Aldrina tidak sadar sudah sampai di sekolah karena ini adalah hari pertamanya menaiki bus. Akhirnya bus pun kembali berjalan dan Aldrina memilih melihat langkah Dandra sampai tak terlihat betapa bodohnya Aldrina baru menyadari itu sekolahnya juga yang dimasuki Dandra setelah beberapa menit berlangsung.

“Sial”desisnya

“Pinggir pak”teriak Aldrina begitu kencang membuat seisi bus kaget karena teriakannya

Aldrina segera turun dari bus tidak lupa menggesek kartu busnya membayar ongkos. Kemudian Aldrina mengencangkan tali sepatunya takut terjatuh dan memulai langkahnya untuk berlari. Sial hanya itu yang ada dibenak Aldrina sambil terus berlari. Sesampai di sekolah jam pertama sudah dimulai berakhirlah nasib Aldrina dengan kata terlambat. Kebiasaan SMP nya kembali lagi akan tetapi dulu Aldrina selalu mendapatkan jalan pintas yang membuatnya berhasil mengelabuhi guru piket dan sekarang belum dia dapatkan karena tidak pernah berpikiran akan terlambat lagi.

“Berhenti disitu”kata seseorang saat melihat Aldrina ingin kabur ke kelas

Aldrina langsung menghentikan langkahnya berbalik badan dan tertunduk pasrah. Di sekolah itu bila ada siswa maupun siswi yang terlambat bukan guru yang turun tangan untuk menghukum siswa melainkan anggota-anggota OSIS. OSIS di SMA Tunas Utama cukup terkenal bahkan sangat terkenal karena orang-orang di dalamnya benar-benar orang terpilih.

“Siapa yang nyuruh kamu menunduk?”tanya senior wanita itu sinis terlihat galak pikir Aldrina

“Kenapa Liv?”tanya seeorang lelaki menghampiri keduanya

“Enggak ada apa-apa kok cuma menegur dia terlambat”balas wanita itu terlihat begitu lembut berbanding terbalik dengan sikapnya kepada Aldrina

“Iiiihhh”desis Aldrina

“dasar cewek”sambung Aldrina dengan nada mengejek

“Emang anda cowok?”balas Dandra lelaki yang bertanya pada Olivia tadi

Kemudian Aldrina melirik Dandra ternyata orang yang mengajak kakak senior songong itu berbicara adalah orang yang lebih songong dan tega padanya, Aldrina memlih diam dan tidak menjawab Dandra.

“Kalo ditanya ngomong jangan diam! Gak diajarin sama mama kamu ya”tegur senior wanita itu kembali dengan nada kasar

***

Bagian 2 (Gas !)

“Saya bukan orang lemah jangan mengundang saya untuk kasar, kamu bukan orang besar jadi jangan dibesar-besarkan”

~~ LYSM ~~

Aldrina bukanlah orang yang suka berdebat terlebih pada orang yang tidak dikenalnya. Namun mendengar itu Aldrina tidak terima jika seseorang menyinggung ibunya yang sudah meninggal kini yang ada diotaknya gaskan pun jadi. Aldrina langsung menjambak rambut wanita itu didepan mata Dandra sementara siswa-siswi lain yang terlambat heboh menyaksikan pertengkaran itu. Awalnya Olivia tidak mau membalas Aldrina karena adanya Dandra namun rasa keinginannya membalas kini jauh lebih besar. Dandra hanya terlihat cuek melihat itu dan tidak berinisiatif untuk melerai keduanya. Kemudian Felix datang berlari menghampiri kerumunan itu untuk melerai

“STOP”teriaknya sambil memisahkan keduanya

“Dandra bantu gue megangin Oliv” seru Felix pada Dandra yang masih berdiam diri

Mendengar itu Dandra merasa sangat kerepotan tapi mau tidak mau kini dia memang harus turun tangan. Dipeganginya Olivia yang sudah terlihat sangat berantakan begitu pula Felix menahan Aldrina yang masih memberontak.

“Stop Drin jangan buat malu”tegur Felix untuk mengembalikan kesadaran Aldrina

Aldrina pun tersadar kemudian menepis tangan Felix yang memeganginya sekarang.

“Awas”kata Aldrina kasar

“Sakit kali nih cewek"cibir Olivia melihat Aldrina yang sangat kasar pada Felix

“Kalo berani sini, cih”kata Aldrina geram

“Udah udah cukup! Kita ke BK sekarang”tegas Felix sambil menarik tangan Aldrina

“Ia gue bisa sendiri udah jangan sentuh gue, jijik tau gak!”seru Aldrina menepis tangan Felix kasar kemudian memungut tasnya yang sudah jatuh dan menuju ruang BK

Aldrina dan Olivia pun masuk ruang BK hal itu membuat Aldrina semakin kesal yang benar saja Olivia tidak dihukum hanya mendapat teguran ringan dari ibu Ika yang menjadi pengurus BK sementara Aldrina tidak diperbolehkan masuk ke dalam kelas yang berarti dia tidak dianggap hadir hari ini dan sialnya Aldrina juga tidak diperbolehkan untuk pulang.

“Tuhan apesnya aku kok gini kali ya”sungut Aldrina sambil menghempaskan kaki di bawah pohon rindang sekolah

Aldrina saat ini dihukum tapi apa boleh buat dia hanya bisa menerimanya agar tidak bosan Aldrina memilih untuk membaca novel dan tiba-tiba saja Dandra hadir di manik matanya yang membuat Aldrina mengikuti langkah itu. Ternyata hari ini kelas 12 MIA-1 ada jadwal olahraga bukannya memikirkan nasibnya Aldrina malah menonton Dandra dan sekelasnya bermain basket dalam jarak yang cukup dekat. Siapa saja bisa melihat apa yang dilakukan Aldrina sudah dihukum eh malah gak merasa di hukum.

“Kenapa sih gue kok kepo amat sama dia padahal tadi jahat banget, aih cakep amat daa”kata Aldrina tanpa sadar dengan pandangan tidak lepas dari Dandra

Entah apa yang dia pikirkan Aldrina berlari ke arah kantin kemudian kembali membawakan sebotol air mineral niatnya ingin memberikan kepada Dandra eh tau-taunya cewek-cewek sekelas Dandra sudah duluan melakukannnya termasuk Olivia namun ditolak begitu saja. Aldrina yang melihat itu justru melempar mineral yang dibelinya tadi tepat ke arah Dandra untung dengan mantap ditangkap oleh Dandra kalau tidak lebamlah kepala Dandra karena ulah Aldrina dan mungkin akan membuat Aldrina masuk ruang BK lagi. Setelah berhasil ditangkap oleh Dandra, Aldrina memilih untuk kabur. Walaupun langkah Aldrina cukup cepat namun tidak bisa dibandingkan dengan langkah Dandra yang kemudian mengejarnya. Dandra mencekal tangan Aldrina kini Aldrina bisa merasakan keringat Dandra telah menempel dilengannya dia memilih bersikap biasa saja kemudian menepis tangan itu.

“Bau”seru Aldrina membuat dahi Dandra berkerut kemudian mengembalikan botol minum itu yang benar saja Dandra mengembalikannya setelah meminum setengah pikir Aldrina.

“Tenang enggak diminum cuma nyuci muka”kata Dandra datar kemudian pergi

Mendengar itu Aldrina sedikit kecewa namun lebih baik baginya untuk tidak melama-lamakan dirinya dibawah terik matahari. Aldrina kembali ke depan kelas menunggu Shirene pulang. Akhirnya Shirene keluar yang berarti waktunya pulang.

”Woi Rin”teriak Shirene mengejutkan Aldrina yang serius membaca

“Eh monyet”kata Aldrina latah

“Parah lo Rin ninggalin gue seharian sendirian di kelas”kata Shirene merengut

“Gue lagi sial gini dihibur kek etdah! Pinjam buku-buku catatan tadi besok gue balikin, banyak gak catatan tadi?”balas Aldrina lebih merengut

“Gila Rin banyak banget malah apalagi catatan matematika untung gue selesai nyatat tadi, ini tuan putri”kata Shirene sambil memberikan buku-bukunya

Aldrina tersenyum kemudian mengecek apa yang ditulis Shirene sebentar lalu memasukkannya ke dalam tas.

***

Alarm Aldrina berbunyi kemudian dia segera bergegas mandi tidak ingin mengulangi hal yang sama untuk kedua kalinya

“Kumencintaimu lebih dari apa pun meskipun tiada satu orang pun yang tau…..”

Seperti biasa Aldrina konser di kamar mandi selain hobbi membaca Aldrina sangat suka bernyanyi dan memiliki suara yang cukup bagus.

“Pagi bibi...Sarapannya udah ada?”tanya Aldrina sambil memeluk bibi Inem yang bekerja dirumahnya

“Pagi non gelis, udah tinggal makan aja non”balas bibi Inem dengan sifat keibuannya

Bibi Inem adalah pembantu rumah tangga di rumah Aldrina sejak ia masih kecil, bibi Inem seperti ibu untuknya karena bibi Inem lah yang selalu menjaga Aldrina sejak kecil ketika ayahnya sibuk bekerja dan kakaknya pergi sekolah.

Sesampai di kelas, Aldrina meletakkan tas dibangkunya kemudian mengeluarkan buku-buku Shirene dan membuat buku-buku itu di laci Shirene. Lalu Aldrina kembali membaca novel. Aldrina memang terkenal pendiam di kelas dan hanya berbicara banyak pada Shirene saja. Saat ini seisi kelas membicarakannya dibelakang memberikan pandangan risih dan tidak suka pada Aldrina namun Aldrina tidak sadar akan hal itu.

“Hei hei Aldrina”teriak Shirene berjalan memasuki kelas dengan sebungkus keripik di tangannya

“Anak yang satu ini”gumam Aldrina sambil geleng-geleng kepala

“Rin kamu harus nyoba ini rasa baru tau enak banget tadi ada diskonnya gede lagi! Sayang uang aku gak cukup buat beli banyak”oceh Shirene seperti seorang spoiler film sambil mengunyah

“Diskon?”guman Aldrina

"Hooh"jawab Shirene mengangguk

“Beli dimana ndut?”tanya Aldrina penasaran

“Iiih apaan sih Rin jangan manggil gue gendut panggil imut aja kan kalem”kata Shirene merengut

“Receh lo ia ia gak bakal dipanggil kayak gitu lagi, dah ah dimana belinya? Kasih tau gue entar keburu masuk nyet”

“Gila lo Rin semangat amat! Itu di Indomaret deka…”

Kini Shirene yang geleng-geleng kepala melihat tingkah Aldrina, orangnya sudah kabur demi diskon jajanan. Aldrina pun belari keluar pagar masih ada 20 menit pasti cukuplah lagian cuma beli itu aja pikirnya. Aldrina kemudian melangkah memasuki Indomaret tanpa berlama-lama mencari, Aldrina menemukan jajanan yang dimakan Shirene tadi dia langsung mengambil 5 bungkus dan membawanya ke kasir. Kemudian buru-buru kembali ke kelas.

“Gila lo Rin, banyak amat itu woi, buat gue dua yah”kata Shirene sambil nyengir

“Ogah”tolak Aldrina mentah-mentah

Sementara teman-teman sekelas yang lain hanya merasa aneh melihat tingkah Aldrina dan tidak terlalu peduli. Tiba-tiba saja Gilbert orang paling tidak bisa tenang di kelas masuk dengan wajah khawatir

"GAWATTTTT.."teriak lelaki itu

“Kenapa soplak?”tanya Tian ketua kelas mereka

“Soplak jidat lu ah, nyesek gue”

“Idih baperan si curut”kata Tian lagi

“Lu ma ah gitu amat sama gue, hiks hiks..” pura-pura nangis, jeda bentar lalu kemudian

"RAZIAAAA"teriak Gilbert

Bagaikan sambaran petir di siang bolong bagi Aldrina.

“Anjir serius?”tanya Aldrina refleks yang membuat semuanya heran seperti yang dikatakan tadi Aldrina bukanlah orang yang mau berbicara di kelas dan sekarang sekali bicara ungkapan indah pun terlontar.

“Gue serius! Tadi gue lewat ruang OSIS mereka lagi diskusi nentuin siapa-siapa aja yang bakal masuk ke kelas”

“Gimana ini aduh jajan gue huah”kata Aldrina merengek

Yang membuat semuanya bertambah heran seorang Aldrina merengek dan mengeluh dengan sekelas ada apa dengan dunianya. Aldrina melompat-lompat tidak jelas didekat bangkunya berpikir mau menyembunyikan jajan itu dimana. Pasalnya OSIS tidak memperbolehkan membawa makanan ke kelas apalagi dari luar sekolah kecuali tidak ketahuan ya tidak masalah. Aldrina kemudian membawa kantongan itu dan ingin menyembunyikannya di kamar mandi namun bu Lili guru Biologi sudah terlanjur datang dan masuk ke kelas mereka.

“Pasrah ajah deh uangku hiks”batin Aldrina dengan wajah sedih

Tidak berselang lama anggota OSIS pun masuk dan yang masuk ke kelas X-MIA 3 adalah Felix dan Dandra

“Mereka lagi? Dunia sempit”oceh Aldrina pelan yang menarik perhatian Dandra

“Permisi bu ganggu waktunya bentar’’seru Felix pada Bu Lili yang mengangguk setuju

“Halo adik-adik”sapa Felix dengan sikap khas playboynya lalu memamerkan senyum indahnya

“Lagi-lagi sok”cibir Aldrina dia sangat tidak menyukai Felix yang seperti itu, dulu hampir saja Aldrina menyukainya untunglah Aldrina langsung tersadar akan adanya sikap buaya darat Felix.

“PAGI KAK’’Balas mereka semangat terlebih cewek-cewek

“idih gak bisa liat cowok dikit apa”omel Aldrina

“Rin kok lo sensitif amat dah! Dari tadi mereka dua dengar oi sadar napa kita duduk paling depan”bisik Shirene menyadarkan Aldrina, Aldrina pun hanya mayun dan tak peduli.

“Baik adik-adik biar cepat langsung aja jujur kemudian langsung membawa semua yang kalian anggap melanggar kesini! Kan kalian udah tau peraturan sekolah diwaktu MOS!” kata Felix menjelaskan sambil menggendong sebuah kotak

“Iaa ka..”

Mereka begitu penurut mungkin karena masih siswa baru banyak headset yang tertangkap, kosmetik, kaus kaki, tali pinggang bahkan sepatu.

“Baik trimakasih atas kejujuran adik-adik walaupun begitu kalian tidak keberatankan kami periksa kembali dan nanti yang butuh barangnya kembali silahkan melapor ke ruang OSIS”seru Felix lagi

Setelah seisi kelas setuju Dandra dan Felix pun melaksanakan tugasnya dan tibalah giliran Aldrina mata cipitnya membesar ketika Dandra mengeluarkan kantogan plastik jajanan tadi yang susah payah Aldrina masukkan ke dalam tas.

“Tau ini melanggar?”tanya Dandra tegas

“Siap enggak kak”jawab Aldrina bohong

“Tapi kalo kakak mau silahkan”lanjut Aldrina sembari tersenyum begitu manis

JLEBB

Semuanya terheran-heran ada juga yang tertawa dan berbisik-berbisik. Dandra pun merasa terpancing begitu pula Felix baru kali ini dia melihat Aldrina bersikap seperti itu.

“Maaf yah kak saya kemaren enggak ikut MOS mana saya tau ada peraturan begituan”jawab Aldrina polos, bu Lili pun hanya bisa geleng-geleng dan tidak berniat untuk ikut campur

“Baik alasan kamu masuk akal tapi peraturan tetap peraturan maaf ini tidak bisa kembali”kata Dandra sinis

“Yaudah ambil buat kamu”jawab Aldrina cuek lenyap sudahlah semuanya

Sepulang sekolah Aldrina terpikir akan jajanan itu uang yang dikeluarkannya pun lumayan untuk membelinya merasa sayang bila disia-siakan Aldrina pergi ke ruang OSIS.

TOK TOK TOK

Dengan wajah menunduk tanpa basa-basi “Bisa kasih ke aku kak sebungkus”kata Aldrina dengan nada sedikit memohon dan tidak berani menaikkan kepalanya tidak juga direspon Aldrina memberanikan diri menaikkan kepalanya betapa terkejut dan sedihnya Aldrina melihat jajanannya sudah mulai habis diterkam oleh anak-anak OSIS

“Sialan”kata Aldrina kasar lalu pergi begitu saja

“Gila tuh cewek! Bunga aja kalah’ respon Gery salah satu anggota OSIS

“Jaga mulut lo Ger”tegur Felix tidak suka kemudian mengejar Aldrina yang membuat dahi Dandra kembali bekerut.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!