NovelToon NovelToon

Silent Love. Ssssst...?

Episode 1 : Kunjungan Mendadak Mertua

...Kehidupan itu seperti pasang-surut air laut, begitu juga Cinta....

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

^^^Tahun 2021^^^

Ellia Karim adalah seorang guru Bahasa Indonesia yang mengajar di sekolah SMA SUKMA BANGSA. Ellia biasa dipanggil dengan sebutan Bu Ellia atau ada juga yang memanggilnya Bu Ella. Nama panggilan bukan masalah baginya asalkan sopan dan masih wajar.

Ellia adalah orang yang santai dan tak mau memperumit masalah, karena berat badannya saja sudah menjadi masalah yang rumit menurut Ellia. Terbesit selalu niat ingin diet, tapi tak urung jua dia lakukan.

Ellia Karim Umur, 29 tahun

Berat Badan, 85 kg

Status, Sudah Menikah

Suami Aman Brown

Seorang Ceo Electric Sky.

Dirumah Pak Aman.

Kawasan Indah jaya Villa.

Pagi 05:40

Buk ...

Buk ...

Bukk...

Terdengar suara langkah kaki yang gempal menuruni tangga.

"Bi..! Bi Ijah !.." Sambil teriak-teriak memanggil nama sang pembantu rumah tangga.

"Iya Non, Ada apa?" Kata Bi ijah sambil memegang kain lap.

"Ih Bi!.. Dari mana aja? Saya laper nih dan juga mau tanya si Abang udah pergi?" Tanya Ellia.

"Udah Non.. Setelah sarapan langsung pergi"

" Oh.. gitu. Sarapan pagi ini apa ya Bi?" kata Ellia sambil menghampiri meja makan dan mengangkat tutup saji di meja.

"Wah.... Wangi banget Bi"

"Sarapan pagi ini spesial buat Enon, ada sambal terasi, jeng jeng jeng sama pete kesukaan Non."

Kata Bi ijah dengan girang.

"Mantep Bi!. Yaudah aku makan dulu Bi, udah keburu laper. Bibi udah makan? Sini makan bareng Bi.." Ujar Ellia sambil menciduk-ciduk nasi dan lauk pauknya.

"Silahkan Non.. Bibi udah makan tadi di dapur. Kalau gitu Bibi mau kedapur dulu mau beberes Non." Ujar Bi Ijah sambil berjalan ke dapur.

"Iya Bi. Lanjut" kata Ellia dengan mulut penuh.

Beberapa menit kemudian selesai sarapan. Jam sudah menunjukkan pukul 07:10. Ellia-pun bergegas mempersiapkan baju formalnya untuk tenaga pendidik. Setelah selesai berpakaian Elliapun kembali menuruni tangga.

Buk ... Buk .. Buk.

Terdengar bunyi kaki gempal yang agak tergesa-gesa menuruni tangga.

"Duh--- hampir telat nih." sambil melangkah keruang kerja dengan tergesa-gesa. Sesampainya diruang kerja Elliapun segera menghidupkan dan mencolokan semua kabel, agar beberapa perangkat kerasnya tersambung ke komputer di studio mininya itu.

Setelah itupun Ellia memencet beberapa tombol telepon rumah

Ring ring ring......

Suara telepon berdering didapur.

"Halo Non, Ada apa?."

"Bi, bawain keripik pisang sama bawang ya .. Cepet!!! Tuttt..."

Belum sempat Bi Ijah menjawab penggilan sudah ditutup.

"Yah.. Si Enon."

Beberapa menit kemudian

Tok.. Tok ..tok..

Cklek.

" Makasih Bi, untung ada ini. Kalo engak bisa mati-kutu aku Bi, daring berjam-jam." Keluh Ellia.

"Oh ya Bi tolong siapin minuman ya Bi! Biasa Jus Jeruk".

"Ok, sip Non..!".

Memang hampir seluruh negara dilanda dengan virus Covid yan ganas sekitar 2 tahun belakangan. Sehingga beberapa Profesi pekerjaan dituntut untuk berkerja dari rumah. Daring Online seperti yang Ellia lakukan.

Awal mula banyak yang mengeluh tentang ketatnya peraturan yang diberikan pemerintahan. Tapi, semua itu juga dilakukan untuk kebaikan kita sendiri.

Melalui Daring Online hampir semua siswa dan siswi diwajibkan memiliki Ponsel pintar atau gadget lainya yang bisa digunakan untuk bertatap muka dengan guru melalui daring online. Sehingga proses belajar mengajar tetap berlangsung secara lancar.

Karna kebutuhan akan gadget sangat tinggi beberapa ekonomi keluarga sempat down, untungnya ada keringanan dari beberapa pihak sekolah.

Di kantor Elektric Sky

Ruangan CEO

Aman sedang membolak-balikan laporan keuangan dan berkas-berkas penting perusahaan yang dikelola oleh Aman Brown yang sebagai CEO nya sendiri.

Tiba-tiba terdengar bunyi dering Ponsel.

Dering..

Ring...

Ring...

Terlihat profil seorang wanita berwajah asia dengan nama panggilan "Friska Sayang"

Seketika Aman-pun menghentikan pekerjaannya dan segera mengangkat Hanphonenya.

"Halo sayang...! Ada apa?". Kata Aman dengan suara yang lembut.

"Aman Sayang..! Kapan? Kapan kamu akan datang? Aku sudah lelah menunggu. Sayang--- kamu bilang kamu kan datang bulan ini. Tapi lihat..! Ini sudah akhir bulan dan kamu belum juga datang. Kau berbohong?".

Keluh Friska dengan ceramah panjangnya.

"Sabar sayang... Aku tidak berbohong padamu. Paling lambat lusa aku sudah berangkat ke tempat mu. Tiket juga sudah ku pesan. Friska sayang... aku sangat merindukan mu. Percayalah aku selalu mencintaimu..." kata Aman sedikit Kaku dengan rayuan gombal-gembelnya.

"Aman sayang.. Kamu serius..!?. Baiklah aku akan menunggumu.. Love u mmuach...". Ujar Friska dengan manjah-manjah lebay.

"Love you too.. Bye!". Ucap aman dengan nada sedikit malas.

12:05 WIB

Tok tok tok....

"Masuk". Jawab sang CEO datar.

"Ini Tuan, makanannya". Kata sang sekretaris sambil berjalan masuk membawa Box makanan berukuran sedang.

"Hm... Letakkan saja di meja". Kata Aman sambil membuka kacing lengan bajunya dan melonggarkan dasinya. Setelahnya Aman berjalan menghampiri meja dan mulai membuka makanannya. Mencium Aroma yang wangi, Aman segera mulai makan.

Di Rumah Pak Aman 12:20 WIB

Azan Dzuhur berkumandang....

"Duh... Pantesan laper udah dzuhur aja enggak kerasa". Ellia-pun bangkit hendak berdiri tiba-tiba...

"Adu-duh...encok nih! Aw...". Elliapun mengaduh kesakitan karena terlalu lama duduk sehingga beberapa persendian kakinya kesemutan dan kram di pinggang.

Setelah berusaha meregangkan tubuhnya dan pemanasan sedikit, kondisi nyapun mulai membaik.

"Alhamdulillah---- enggak sakit lagi" Kata Ellia sambil berjalan menaiki anak tangga dan segera menunaikan ibadahnya.

Beberapa menit kemudian setelah Ellia selesai menunaikan ibadahnya. Ellia-pun segera keluar dari kamar dan menutup pintunya.

Cklek.

Buk buk buk...

Kembali Ellia menuruni tangga dengan santai kali ini. Sesampainya di dapur Ellia-pun memanggil Bi Ijah.

"Bi ...! Siapin makanan"

"Iya Non, sebentar". Kata Bi Ijah sambil menghentikan tangannya mengelap Gelas.

Bi Ijahpun segera datang dengan beberapa mangkuk sup daging dan sayur.

Ya, Ellia selalu memesankan kepada Bi Ijah kalau memasak sup daging setelah masak, Ellia meminta Bi Ijah untuk memilah daging dan sayur ke tempat yang terpisah. Supaya kalau hanya suka daging, ambil dagingnya gampang karna tidak bercampur dengan sayur bagi yang malas makan sayur seperti Aman suaminya Ellia. Kalau Ellia tidak pilih-pilih makanan selama enak dia akan memakannya. Apalagi Bi Ijah jago memasak masakan enak.

Setelah beberapa hidangan siap, Ellia hendak makanpun terdiam mendengar Bel pintu berdering.

Ting..tong..

Ting..ting

"Siapa sih!, jam segini dateng?". Keluh Ellia sedikit kesal karena lapar.

"Bi.....!".

Tak urung mendengar jawaban Ellia-pun langsung bangkit dan membukakan pintu.!

Cklek...

"Ayah, Ibu!..." kaget Ellia sedikit terjengit kebelakang karna kedatangan sang mertua. Kedua Orang tua kandung Aman.

"Assalammu'alaikum Nak..!" Ucap ibu Watari Sanjaya kepada Ellia sedangkan sang Ayah mertua hanya tersenyum.

"Wa'alaikum salam.." Seolah tersadar Ellia-pun segera menyalami mereka.

"Ayah, Ibu, masuk-masuk kalian pasti belum makan juga kan? Ayo makan bareng Ellia aja kebetulan Ellia juga baru mau makan. Sambil menyallim sang ibu dan Ayah mertua.

"Bi...! Siapin Dua Piring lagi.." kata Ellia menahan teriakkannya.

"Upsss. Maaf Bu, hehehe" kata Ellia cengir.

"Iya Non!"

Ya, Ellia memang suka teriak-teriak dirumah, katanya biar berasa rame aja.

Episode 2 : Datang dan Pergi

Setelahnya merekapun mulai berjalan menuju meja makan.

Ellia-pun lalu bergegas memundurkan dua kursi sambil tersenyum dan berkata :

" Bu, Ayah, duduk lah".

"Terima kasih, nak!".

Wataripun balas tersenyum.

Setelahnya Bi Ijah datang membawa 2 set piring tambahan untuk mereka.

"Silahkan..! Nyonya, Tuan..!".

Beberapa menit kemudian merekapun telah selesai sarapan dan duduk diruang tamu.

Lalu sang ibu mertua-pun bertanya.

"Ellia ..! Gimana usaha kalian sudah berhasil?" Tanya sang mertua menyelidik.

Deg deg deg ....

Jangtung Ellia-pun seakan ingin melompat keluar mendengar pertanyaan sang Ibu Mertua.

Sambil menundukan kepalanya Ellia-pun menjawab.

"Belum berhasil Bu...".

Dengan suara yang pelan Ellia-pun rasanya tak sanggup lagi berbohong kepada sang mertua. Ibu sangat ingin menimang cucu, sedangkan Ellia tak pernah sekali-pun bermalam bersama Aman. Apakah hal itu mungkin terjadi bila mereka tak pernah bersama.

Sedangkan Paris Brown, Ayah Aman tahu Apa yang sebenarnya terjadi, namun dia hanya diam tak ingin membuat istrinya kehilangan harapan dan kondisinya memburuk.

Paris Brown hanya merasa bersyukur dengan sang menantu yang seperti Ellia, gadis yang baik menurutnya. Paris tak menyesali keputusannya saat itu untuk menikahkan Aman dan Ellia saat itu.

Ibu Watari berpikir bahwa Ellia sangat bersedih dengan keadaanya lalu dia-pun berusaha menghiburnya.

"Tak apa nak..! Masih banyak waktu". Kata sang Ibu sambil menggengam tangan Ellia dan mengusap bahunya seakan berusaha menguatkan.

Seakan tak sanggup lagi Air matanya akan jatuh karena kebohongannya. Elliapun beringsut mundur dan bangkit dan berucap.

"Bu..! Ellia ke kamar kecil sebentar ya!..".

"Ya pergilah nak..!".

Beberapa menit kemudian Ellia pun membawa berbagai macam keripik, seperti kue bawang, rempeyek, kue nastar nenas, kue bulan, macam-macam deh pokoknya.

Dengan girang Ellia-pun berkata

"Bu, Ayah...! Cobain! Ellia habis pesan kemarin dari Ibu Kokom Tetangga Ellia yang rumahnya ditikungan aspal jalan. Dijamin enak krenyes-krenyes gak berhenti ngunyah deh...!".

"Ah, Ellia kalau Ayah masih bisa makan yang seperti itu. Ibu dianjurkan dokter hanya konsumsi buah segar saja dan kurangi yang berminyak dan berlemak". Kata Bu watari.

"Aduh, Ellia lupa Bu." sambil sedikit menghindarkan dari sang Ibu mertua dan meletakkannya di meja dekat Ayah.

Ayah pun langsung mencomot keripik rempeyek yang renyah.

"Hem.. enak! Duh kasian deh ibu tidak bisa makan!..". Sambil mengejek sang istri dengan usil.

"Is, Ayah bisa aja. Aman kok belum pulang-pulang ya dari kantor?". Keluh watari karena niatnya singgah ingin mengobrol dengan Aman.

"Ah, Tari.... kamu seperti tidak tahu prilaku Aman saja. Orang yang kerja di kantor kalau enggak pulang udah pasti lembur atau kerjaan tanggung. Bukankah aku juga dulu begitu?"

,Ucap sang suami karena memang dulu dia juga begitu sering pulang telat.

"Iya Bu, perkataan Ayah ada benarnya terkadang Abang pulang paling cepet jam 4 sore dan paling telat jam 10 malam baru nyampe rumah." Kata Ellia ikut menimpali omongan Ayah.

"hm begitu ya, ya sudah Nak temeni Ibu ke taman ibu ingin jalan-jalan disekitar."

"Ya Bu..!"

Merekapun mengobrol asik sambil berjalan-jalan ditaman.

Melihat kebun mini dibelakang ditumbuhi sayuran yang segar Watari tertarik.

"Wah.. enak sekali ya ada tanaman sayuran begini segar dirumah, kalau masak tinggal ambil" kata sang ibu sambil melihat tanaman sayuran yang di tanam diberbagai pot tanaman.

"Ah... Ini bu iseng-iseng sama Bi Ijah. Katanya menghemat dan menyelamatkan Bumi hehehe."

"Ya! betul juga sih. Nanti Ibu suruh Ayah buat beginian juga dirumah biar Ibu enggak bosen kalau lagi sendirian." kata Ibu Watari.

"Ya! Bagus sih Bu. Tapi, jangan sampai Ibu kecapean, jaga kesehatan ya Bu! sambil beraktivitas." Kata Ellia sedikit menasehati sang Ibu mertua.

Tak terasa telah berbingcang lama jam sudah menunjukan pukul 16:00 WIB.

Merekapun segera menghampiri Ayah yang sudah didekat pintu mobil-nya.

"Bu! Hari sudah sore nanti kita kemaleman. Nak Ellia, Terima kasih sudah mau mengobrol dengan Ayah dan mengajak Ibu berjalan-jalan dan terlihat senang. Ibu biasanya sangat bosan dirumah. Makanya dibawa jalan-jalan sambilan singgah niat bertemu dengan Aman karna rindu katanya."

Kata sang Ayah sambil tersenyum.

"Gapapa kok Yah,Bu! Ellia kan anak Ayah sama Ibu juga. Gapapa kok, malahan Ellia yang enggak ada waktu buat mampir kerumah Ayah. Apalagi dengan keadaan yang masih gawat virus begini yah, jadi takut keluar rumah."

sambil memeluk sang Ibu dan menyalami tangan mereka.

"Hati-hati dijalan ya pak Mat!!"

Sambil melirik sang sopir dengan tajam. Sayangnya mata sipit Ellia tak mendukung efek yang diinginkan. Malah sang supir senyum-senyum geli melihat anehnya kelakuan menantu sang majikan.

"Siap! Non."

Kata sang supir layaknya satpam komplek si Tejo.

Akhirnya mobil-pun melaju meninggalkan pekarangan rumah Ellia.

Ellia-pun kembali masuk kerumah dan segera menunaikan ibadahnya. kemudian Ellia membereskan beberapa bajunya untuk keperluan menginap dirumah sang Ibu.

Grasak-grusuk grasak-grusuk

"Uh.." menekan-nekan baju kedalam tas bulatnya yang besar agar banyak muatan. Sayangnya keinginan tak tercapai.

"Ya sudahlah, bawa ini saja nanti kalau kurang suruh aja Mang ujang jemput baju aku kerumah lagi. Kan Ada Bi Ijah." Kata Ellia sambil mengangkat tas bulatnya.

Sesampainya diluar pintu Ellia-pun mengunci pintu kamarnya. Berhenti di Pintu kamar Aman sang suami. Ellia-pun sejenak tertegun.

Ya sudah 5 tahun Ellia menikah dengan Aman tapi tak sekalipun Ellia pernah tidur bersama dengan sang suami. Sampai sekarang Ellia bahkan masih gadis.

"Sabar Ellia, mungkin belum waktunya" kata Ellia sambil menepuk-nepuk dadanya seolah-olah dengan tepukan itu hatinya terasa tenang dan damai.

"Bismillah..Uh..." Dengan bobot yang hanya sedikit di tasnya Ellia sudah berkeringat. Begitulah jika badan gemuk bergerak mengangkat beban sedikit saja sudah melelahkan bagi Ellia.

Menuruni tangga dengan pelan Elliapun kembali berteriak.

"Bi..Bi Ijah..!"

"Bi... Duh kemana sih si Bibi. Padahal pengen minta tolong di isi-in cemilan buat di bawa." keluh Ellia sedikit kesal.

"Sabar Ellia" kembali Ellia berbicara kepada dirinya sendiri.

Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil dan tak lama kemudian terdengar suara berdecit ban mobil akibat direm.

"Si Abangkah!??"

Cklek..

Melihat Aman yang datang Ellia yang tengah berada di lima anak tangga terakhir segera melepaskan tasnya dan bergegas menghampiri Aman.

"Abang, wa'alaikumsalam" sambil mengambil tas sang suami dan menyalimi tangannya.

Sungguh malang, tas bulat yang menggelinding di abaikan sang pemilik.

"Hm..." Aman menyahut dengan dingin.

Ellia-pun bergegas mengikuti langkah Aman. Sesampainya dikamar Ellia-pun membantu membuka jas suaminya beserta dasi.

Setelah jas dan dasinya terlepas Amanpun segera merebahkan badan disofa kamarnya karena lelah.

Setelah Ellia menggantung jas dan dasi Aman, Ellia perlahan mendekati Aman yang sedang rebahan di sofa. Ellia bergerak membuka sepatu suaminya. Semua di lakukan dalam diam. Seakan tak ada pernah topik yang cocok dibicarakan oleh mereka berdua.

Setelah merasa nyaman dengan keadaanya Amanpun mulai berkata, "Kerumah mamah?"

Ellia yang sibuk merapikan sedikit tempat tidur tidak mendengar Aman berbicara kepadanya karenak jaraknya sekitar tiga meter dari posisi Aman. Kamarnya memang luas 2x lipat dari kamar Ellia. Walaupun begitu Ellia tak kekurangan fasilitas yang sama.

"Ellia Karim..!" Suara Aman pun sedikit naik.

"Ah.. Ya"

^^^Astaghfirullah^^^

Ellia-pun langsung mengucap kaget didalam hati lantaran sedikit terkejut karena sang suami memanggil dirinya dengan nama lengkapnya.

"Ada apa Bang?"

"kamu kerumah mama? Nginep?."

"Iya..." Ellia-pun menjawab sambil menundukan kepalanya. Takut terciduk oleh suaminya karena terpesona oleh sosok sang suami.

"Pergilah...."

"Ya Bang, Ellia pamit." Sambil menyalim kembali tangan sang suami.

"Hm.."

Akhirnya Ellia-pun kembali menuruni tangga . Sesampainya dibawah, ketika Ellia hendak berteriak memanggil Bi Ijah tiba-tiba

Puk..

"Non.." Kata Bi Ijah mengagetkan.

"Astaga naga..!! Astaghfirullah" seru Ellia terjengit kaget.

"Bibi..! Ngagetin aja. Bi tolong--" belum sempat Ellia melanjutkan Bi Ijah langsung menyodorkan tas bulatnya dan sekantong kresek penuh cemilannya.

"Ini kan Non?, tenang udah bibi siapin dari tadi ketika tuan masuk"

Kata sang pembantu.

"Makasih Bi, Aku pergi dulu Assalamu'alaikum".

Akhirnya Elliapun bergegas ke garasi dan menyalakan mobil merah kesayangannya. Mobil ini hadiah pernikahan dari Aman. Walaupun dia tak berucap apapun, tapi Ellia sangat senang dan bersyukur.

Brumm...

setelahnya Ellia-pun melajukan mobilnya keluar dari rumah.

Episode 3 : Rumah Ibu dan Kenangan

Sebenarnya rumah mamah tidak jauh dari rumah Ellia. hanya berjarak satu kampung atau desa.

Beberapa menit kemudian terlihatlah di depan ada persimpangan tiga jalan. Melihatnya Ellia-pun mengambil jalur kekanan karna kalau kekiri itu kerumah Mertuanya.

Hari sudah hampir gelap karena sebentar lagi maghrib akan tiba.

"Mana sih Mang Otoy biasanya aja ada dipinggir jalan, kok enggak keliatan yah..?! Mungkin dia lupa lagi sama hari ini." Keluh Ellia sedikit sambil fokus nyetir dan melihat-lihat grobak di pinggir jalan.

"Nah... tu dia mang otoy." kata Ellia senang melihat grobak martabak langgananya dari dulu.

Kerena malam ini malam minggu, banyak anak yang duduk di tepi jalan sambil nongkrong dengan temannya.

"Hei-hey... Lihat ada mobil mewah nih"

"wih.. Pasti mantep nih bodynya. Gitar spanyol mungkin." jawab anak yang sedikit kiwil.

"Yo...i .. Ehh eh.. Lihat-lihat dia mau berhenti nih..." kata sang pemuda yang agak kurus. Sambil memperhatikan mobil merah yang hendak berhenti di depan gerobak martabak.

"Pasti beli martabak dia.."

"Ye... Hu..."

Sorak beberapa anak sambil menepuk kepala sang teman yang berbicara.

"Udah pastilah. Lo enggak lihat ban mobil nya berhenti" jawab si kiwil lagi.

Merekapun seolah menanti-nantikan sosok yang akan keluar dari mobil..

Akhirnya Ellia-pun menepikan mobilnya dan mematikan mesin mobilnya.

Membuka pintu mobil dengan perlahan seakan ada efek slow-motion/adegan lambat di mata anak-anak remaja yang nongkrong....

Cpluk.

Sebelah sendal jepit putih sedikit buluk merek swallow melompat dari dalam mobil..

"Apaan tuh..? Sendal jepit. Ya elah.. Begini amat yak orang kaya. Sendal jepit buluk juga masih dipake, duh miris banget deh." komen salah satu remaja yang kurus.

Setelahnya kaki Elliapun perlahan turun dengan kaus kaki berwarna coklat. Adegan lambat pun kini telah hilang.

"Mang Otoy!... Martabak 3 mang!." setelah memesan Ellia-pun duduk di sebuah bangku plasting yang disetiakan mang Otoy.

Setelah melihat sosok yang keluar sekumpulan remaja-pun menghela nafas.

"Yah...." mengetahui bahwa sosok tersebut tidak sesuai harapan, merekapun kembali mengalihkan pandangannya.

"Uh.. Sayang banget. Mobil udah oke, malahan sosoknya yang kayak gerobak sayur." kata si kiwil yang mulutnya minta di cabe-in.

"huss... !! Enggak boleh ngomong gitu, kamu enggak sadar kalau mbakmu juga kayak gitu, entar kalo dia tetiba nongol gimana? Habis tu rambutmu. Mau di botakin?" kata pemuda yang sedikif alim-jaim pake kopiah.

"Alah.. Mbak ku yo masih dirumah, masak sambal terasi enggak bakalan denger deh. Soalnya kalau udah makan, udah lupa waktu dia" kata si kiwil lagi dengan mulutnya yang lanjut merocos sana-sini.

"Eh... Wil...will!..." mencolek-colek dan mencubit sang teman berusaha menyadarkan.

"Ishhh.. Apaan sih!, Cubit-cubit sakit tau" Seakan belum menyadari keadan sang kakak yang ada di belakangnya.

Tiba-tiba....

"Aduh-duh aduh...... Apaan sih tarik-tarik rambut gue lepasin bro..." Melihat semua temannya segera berdiri lengkap didepannya tanpa kekurangan tangan. Si kriwil-pun Akhirnya menyadari kalau tangan itu adalah milik kakaknya. Siapa lagi yang akan menjambak rambutnya lebih brutal kalau bukan sang kakak.

Seketika kriwil-pun menoleh.

"Mbak...! Ampun Mbakk.." teriak si kiwil dengan lebaynya.

"Bagus kamu yaa, Oh ternyata kamu sering jelekin mbak,.. Ayo pulang bantu Mbak cuci piring" sambil menyeret sikiwil dengan rambut kritingnya yang masih dia jambak.

Yang terdengar hanya sayup-sayup jeritan si kiwil dan menghilang.

Hening..

"Ih--- kapok aku kalau punya mbak kayak gitu!" Lalu merekapun kembali duduk nongkrong di pinggir jalan.

Setelah selesai memasak dan kemudian membungkusnya Mang otoy menyerahkannya kepada Ellia, pelanggan tetapnya.

"Nak Ellia..! ini martabaknya, 50 ribu nak biasa" sambil tersenyum menyerahkan kantong kresek hitam.

"Ah ya.. Ini mang! Kembaliannya sama mamang aja" Kata Ellia sambil menyerahkan tiga lembar uang bernilai 60 ribu karena tidak adanya uang pas.

"Alhamdulillah, makasih nak Ell" ucap syukur Mang Otoy.

Akhirnya Ellia-pun kembali malajukan mobilnya menuju rumah sang mamah.

Sesampainya dirumah Ellia-pun segera memarkirkan mobilnya di teras depan rumah yang penuh kenangan.

"Assalamu'alaikum.." kata Ellia sambil berdiri didepan pintu rumah bercat coklat.

"wa'alaikum salam.. Ya Ampun nak, kenapa sore sekali datangnya? Mamah kan udah pernah bilang kamu itu perempuan kalau bepergian usahakan pada siang hari. Deket-deket maghrib gini kok malah nongol. Bisa bahaya kamu tuh di begal di jalan. Dibilangin malah senyum-senyum." Kata sang Ibu sambil membukakan pintu dan menutupnya kembali tak henti-henti sang ibu mengomel, mengkhawatirkan dirinya yang sudah menikah ini.

Yang dibicarakan malah tersenyum sambil menyalami ibunya dan memeluknya sebentar sambil berucap ;

" Ellia kangen Mah, sama suasana di desa begini, sama mamah dan adek-adek juga. Gita mana mah sama Angga? Kok sepi sih" kata Ellia sambil menyadari bahwa rumah terbilang sepi.

"Yah kamu lupa to Nduk, inikan mau maghrib ya Gita barusan aja selesai mandi sedangkan si Angga, adek kamu yang satu itu lagi mandi mau sholat di mushola katanya ada kyai/ustad baru di kampung. Katanya sih kasep pisan( ganteng sekali katanya). Enggak tahu tujuannya untuk apa, laki kok cari laki" Ucap Ibu Ellia.

Mereka tidak tahu, bahwa Angga berusaha mencari pengganti Suami untuk kakaknya yang ia sayangi. Kalau tiba-tiba saja kakaknya di ceraikan oleh Abang Iparnya, setidaknya dia sudah ada calon Suami Pengganti untuk kakanya yang sudah dia sorot *****-bengeknya dan bibit-bebet-bobotnya.

Memang hanya laki-laki yang tahu sesama laki-laki. Dari pertama kali dia bertemu Abang iparnya, Angga sudah bisa menebak bahwa Abang Iparnya tidak mencintai sang kakak. Maka dari itu, Angga diam-diam menargetkan beberapa lelaki yang cocok secara penampilan dan Akhlaknya.

"Oalah ada-ada saja si Angga mah." kata Ellia.

Azan maghrib-pun berkumandang.

"Wah mbak kapan sampai" Kata Arranggita sambil menyalami kakaknya.

"Baru aja. Tuh! kakak ada bawa martabak kesukaan kalian" kata Ellia melihat bungkusan yang ada di atas meja, satu bungkus telah terbuka untuk di nikmati Ellia bersama sang ibu.

"Pantesan aja kayak ada bau-bau harum martabak gitu dari kamar aku" hendak mencomot martabak.

"Eh nanti aja deh selesai solat biar enggak ribet whudu lagi. Kak..! gita sholat duluan ya..!" Gita-pun lantas beranjak menunaikan sholatnya.

"Mah, Ellia juga mau sholat, Ellia duluan yah?" kata Ellia sambil setengah mengangkat tas bulatnya kekamar yang dulu Ellia punya tapi, semenjak menikah sudah direnovasi menjadi agak luas. Walaupun fasilitasanya hanya biasa-biasa saja. karena sang ibu pernah bilang masih tak faham menggunakan fasilitas yang lebih modern. Untuk memudah kan sang ibu mengeceknya dan memakainya Ellia-pun menuruti permintaan sang ibu.

Hanya kamar mandi Ellia saja yang memakai fasilitas tambahan seperti Shower gantung dan bak mandi manual dengan gayung tetap ada juga. Karna terkadang Aman juga pernah datang dan hanya menumpang mandi saja tidak pernah menginap

"Yo wes, pergilah! mamah juga mau sholat" kata sang Ibu.

Ketika mereka selesai menunaikan Ibadahnya. merekapun berkumpul diruang tamu.

"Martabak - martabak aku datang---!" kata sang Adik bernama Gita yang mengangkat kotak mertabak rasa kesukaannya keju-susu.

"Kak enak banget deh, pasti martabak di dekat batas desa kan, si Pak Otoy." kata Gita sambil mengunyah dengan asiknya.

"Assalamu'alaikum" kata Angga sambil memasukki rumah.

"Kak, maaf yah baru nyapa, soalnya udah kepepet mau ke Mushola, jadi langsung tancap gas aja deh" kata Angga sambil menyalim tangan sang kakak dan duduk disebelah kanan Ellia karna dikiri sudah ada si kembarannya Gita.

Sambil mencomot martabak kesukaan adiknya gita..

"Nyam... Wih Enak nih"

"Ishhhh Kakak lihat tuh.... Kak Angga tuh selalu usil tau enggak?" kata Gita mengadu kepada Ellia sambil cemberut dan kesel.

Begitulah keadaan mereka kalau sudah berkumpul asiknya sampai lupa waktu hingga jam sudah menunjukan pukul 21:00 WIB.

"Mah udah malem yuk tidur Ellia juga capek."

" Iyo, kamu duluan saja Nduk"

" Ya sudah Ellia duluan yah mah."

Setelah selesai memberaskan cucian piringnya, Elliapun segera masuki kamarnya dan bebersib dan segera tidur.

Sambil melamun mengingat kenangan lama bersama sang Ayah yang memboncengnya kesekolah dengan sepeda Ontelnya yang sudah tua.

Mereka bercerita sepanjang tepi sawah. Dulu jalanan berupa aspal masih belum ada didesa. Hanya ada jalan bebatuan krikil dan tanah berlumpur jika sudah musim hujan datang.

"Ayah..." Dalam lamunannya tak terasa air mata menetes. Ellia-pun segera menghapusnya.

"Ayah..! sekarang Aku sudah berhasil. Tenanglah disana."

Perasaan kerinduan dan kehilangan menghampiri Ellia hingga membawanya tertidur lelap.

Terkadang kata Rindu sperti inilah yang amat berat dan pedih kita rasakan.

^^^*Hati berkata rindu, namun yang dirindukan telah tiada*^^^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!