NovelToon NovelToon

Beautiful Ending

Arthur Sean Anderson POV

Hey, nama gue Arthur Sean Anderson.. Kalian boleh manggil gue Sean atau Arthur, eh gak deh. Cuma orang-orang yang gue sayang yang boleh manggil gue Sean. Gue mahasiswa di Universitas International Jakarta, ini adalah tahun ketiga gue.

Bokap gue adalah pemegang saham terbesar di universitas ini, tapi hal itu gak bikin gue bisa semaunya disini. Gue gak pernah melanggar peraturan, gue juga salah satu mahasiswa yang paling berbakat dan berharga bersama tiga sahabat gue.

Kami berempat selalu mewakili kampus untuk berbagai hal, seperti olahraga, olimpiade, dll. Bisa dibilang kami sudah mengharumkan nama kampus kami.

Hampir semua mahasisiwi di kampus ini tergila-gila sama kelompok gue, namun gue gak tertarik sama sekali dengan perempuan, menurut gue mereka itu ribet banget. Gue selalu mengacuhkan mereka bahkan terang-terangan menolak mereka terkadang gue juga memaki dan merendahkan mereka.

Gue pernah menyukai seorang gadis. Sejak kecil kami selalu bermain bersama, saat duduk di bangku SMA, gue menyatakan perasaan gue padanya. Tapi dia malah pindah ke luar negeri tanpa memberi jawaban terlebih dahulu.

Dari semenjak kejadian itu gue tidak pernah lagi tertarik pada yang namanya cewek, berbagai cara gue lakuin untuk membentengi diri gue dari mereka yang mencoba mendekati gue.

Itulah mengapa gue terkenal akan sifat gue yang dingin, jahat, dan kejam terhadap wanita, sangat berbeda dengan tiga sahabat gue. Ada satu hal yang benar-benar konyol menurut gue, ada rumor yang mengatakan bahwa gue adalah seorang GAY!

What? Gue tahu bahwa salah satu perempuan yang gue tolak yang menyebarkan rumor itu, namun gak masalah buat gue. Dengan ada nya rumor gila itu kini cewek-cewek di kampus mulai menjauhi gue ya walaupun setengah dari mereka masih berusaha mengejar-ngejar gue.

Gue gak tertarik sama cewek, namun ada satu cewek yang menarik perhatian gue. Dia adalah mahasiswi baru, ada hasrat untuk menganggunya di pertemuan pertama kami yang menurut gue adalah pertemuan terburuk. Bukan terburuk karena gue ketemu dia, namun moment saat kami bertemu adalah moment yang terburuk yang cewek itu alami.

Gue akuin, dia cantik. Tubuhnya langsing, lebih tepatnya kurus namun bagian-bagian tertentu miliknya sangat indah. Tatapan matanya saat kami bertemu seperti gue sedang menatap mata seekor rusa, tatapan mata yang menunjukan kesedihan dan ketidakberdayaan.

Dari kejadian itu gue memberi sebuah kesepakatan dengannya, tentu saja keuntungan dari kesepakatan kami lebih menguntungkan gue di banding dia. Dia gak bisa menolak karena gue juga memberi sedikit ancaman.

Gue akan membuat hidupnya seperti di neraka dan juga surga. Tapi ternyata gue terjebak, dari kesepakatan itu dan setelah mengenal dia, gue jadi menginginkan dia seutuhnya.

Tapi dia mempunyai sebuah masa lalu yang di rahasiakan, hidupnya rumit dan penuh rahasia. Hingga gue mengetahui masa lalunya yang menyedihkan, gue semakin prihatin padanya dan ingin lebih mengenal dirinya.

Gue pernah berjanji padanya kalau gue gak akan ninggalin dia seburuk apapun masa lalunya, tapi ternyata gue gak bisa menepati janji gue sendiri. Karena suatu alasan, gue harus ninggalin dia.

Kini gue hanya bisa berharap semoga kami bisa di pertemukan kembali saat kami menjadi lebih dewasa, karena gue terlanjur mencintai gadis itu.

Rania Anindita POV

Hai, namaku Rania Anindita..

Saat ini aku sedang mengenyam pendidikan di salah satu universitas terbaik di ibu kota yaitu, Universitas International Jakarta.

Tidak sembarang orang bisa berhasil masuk di kampusku, aku salah satu yang beruntung. Aku mendapatkan beasiswa penuh berkat kepintaran ku, aku bekerja sangat keras selama tiga tahun untuk bisa menjadi lulusan terbaik di sekolahku.

Dan aku telah mendapat hasil dari kerja kerasku, aku berhasil menjadi lulusan terbaik dan mendapatkan beasiswa.

Aku bukan dari keluarga yang berada bahkan jauh dari kata cukup, aku hanya tinggal berdua dengan ibuku. Ibuku seorang asisten rumah tangga, tapi dia tidak tinggal dirumah majikannya. Ibu akan berangkat pagi pagi sekali dan pulang di sore hari.

Aku tidak malu sama sekali, aku sangat bangga mempunyai seorang ibu seperti ibuku.

Kehidupan SMA-ku sangat mengerikan, aku menjadi korban bullying selama tiga tahun lamanya. Mereka sangat kejam, aku pernah bertanya pada mereka kenapa mereka membully ku. Jawabannya adalah karena aku miskin! Apa itu kesalahanku?

Ada satu kejadian yang paling mengerikan yang aku alami, kejadian itu sampai membuat ku depresi dan berulang kali mencoba untuk bunuh diri.

Bahkan hanya dengan mengingatnya cukup membuatku untuk mencoba menyakiti diriku lagi, sampai ibuku membawa ku ke psikiater untuk mengetahui ada apa dengan anaknya. Ibuku menghabiskan semua tabungannya agar aku sembuh dari depresiku.

Tapi aku meminta kepada dokter ku agar merahasiakan masalahku, alhasil sampai sekarang ibuku tidak tahu hal apa yang membuatku menjadi seperti ini.

Para pembullyku tau bahwa aku menjalani pengobatan trauma healing, namun mereka tidak berhenti sedikitpun.

Aku melewati tiga tahun dengan air mata setiap harinya, aku tidak pernah melaporkan mereka karena aku gak mau ibuku sedih. Namun aku juga mempunyai dua sahabat yang sangat baik, mereka selalu menyemangatiku

Aku menahannya sendirian, aku menangis sendirian, aku ketakutan sendirian. Namun aku sekarang sudah keluar dari neraka itu, aku sangat lega.

Namun aku salah! Aku seperti keluar dari kandang buaya dan masuk ke kandang singa. Aku juga menjadi korban bullying di kampusku, aku tidak mengira universitas bergengsi seperti itu masih ada sekelompok orang toxic.

Akan tetapi kali ini aku tidak menangis dan ketakutan sendirian, dua sahabat ku yaitu Bagas dan Bella. Mereka berada di sisiku, walaupun mereka tidak bisa sepenuhnya menolongku namun dengan adanya mereka dihidupku aku merasa bisa melalui semua ini.

Di kampus aku bertemu dengan empat senior yang sangat terkenal, mereka menyebalkan saat pertama kali kami bertemu. Tapi setelah cukup lama mengenal mereka, ternyata mereka orang yang menyenangkan.

Ada satu kejadian yang membuatku dan salah satu senior itu menjadi dekat, dia menyebalkan, menolongku namun meminta imbalan. Awalnya aku sama sekali tidak tertarik padanya, aku hanya ingin menyelamatkan beasiswaku.

Sampai akhirnya ia menyatakan perasaannya padaku, entah lah, aku tak mengharapkan ini terjadi. Masa laluku membuat aku tidak bisa lagi mempercayai pria, tapi dia berbeda. Aku bisa merasakan ketulusan di setiap katanya, hari-hari aku jalani dengannya dan aku merasakan bahwa aku juga telah jatuh cinta padanya, namun di saat cinta kami bersemi. Masa laluku menghancurkan semuanya, seseorang dari masa laluku datang dan menghancurkan segalanya.

Aku selalu berharap bisa bertemu kembali dengannya, aku selalu menunggunya.

CHAPTER 01

Hari ini adalah hari pengumuman SNMPTN yang Rania jalani tempo hari, ia menatap layar laptopnya dengan jantung yang berdegub sangat kencang. Rania tidak sabar melihat hasil kerja kerasnya, apakah ia akan berhasil atau tidak. Yang pasti Rania berharap dirinya akan berhasil.

Rania mengeklik halaman web tersebut lalu segera menutup mata, ia menghitung mundur 3..2..1.. Perlahan ia membuka mata, netranya melebar melihat nama Rania Anindita berada di peringkat satu. Gadis itu terharu sampai menangis, ia berhasil masuk jurusan psikologi, dirinya akan bersungguh-sungguh belajar dan lulus dengan IPK yang tinggi.

Rania langsung berlari menghampiri ibunya yang baru saja pulang bekerja, ia memeluknya sangat erat sampai membuat ibunya sesak.

"Ada apa nak? Kenapa kamu bahagia sekali?" tanya Dewi, ibu Rania.

"Mah, Rania lulus! Rania berhasil masuk universitas itu" ucapnya gembira.

Sang ibu menangis lalu ia memeluk putrinya, ia menangis bahagia dan gadis itu pun ikut menangis.

"Mamah tahu kamu pasti lulus, anak mamah sangat pintar" ucap Dewi.

"Rania pasti akan menjadi orang sukses mah, jadi mamah gak perlu capek-capek kerja lagi" ucap Rania, ibunya menangis lagi dan Rania segera memeluknya.

 

⚛⚛⚛⚛⚛⚛⚛

 

Hari ini adalah hari yang di nanti-nantikan, yaitu hari orientasi kuliah. Rania akan bertemu banyak teman dan belajar dengan nyaman, selama satu tahun ia selalu menemui psikiater untuk mendapatkan trauma healing.

Gadis cantik itu menarik napas panjang dan membuangnya perlahan sebelum ia masuk ke gerbang universitas impiannya, kamu pasti bisa, kamu akan baik-baik saja, ucap Rania dalam hati. Itu adalah mantra penyemangat yang selalu ia ucapkan selama tiga tahun terakhir.

Ia masuk dan segera menghampiri meja panitia untuk mengambil tanda pengenal sementaranya selama orientasi, ia terkagum-kagum pada kampusnya, rasanya seperti mimpi bisa sekolah disini.

"Selamat pagi kak, saya Rania Anindita" ucapnya di meja panitia.

Ada dua mahasiswi cantik yang menjadi panitia dan ada dua mahasiswa tampan juga, mereka memandang seperti ingin menerkam saja, seolah-olah Rania adalah mangsa.

"Nih!" ucap seorang mahasiswi cantik memberikan tanda pengenal pada Rania.

"Makasih kak" ucap Rania dan segera bergabung dengan maba lainnya.

Namun sebuah bisikan menghentikan langkah Rania.

"Wooww, gebetan baru. Gila ya mahasiswa baru tahun ini, cihuy-cihuy" bisik seorang mahasiswa tampan tadi namun masih bisa di dengar oleh Rania.

"Lo gak lihat pergelangan tanganya tadi? Tu cewek pasti bermasalah. Mending di jadiin mangsa selanjutnya, kampus kita gak butuh orang kayak dia" bisik mahasisiwi cantik itu.

Wajah Rania sudah pucat mendengar bisikan para seniornya tadi, ia menarik napas dalam dan meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Semua pasti baik-baik saja, batinnya.

Rania bergegas mencari dua sahabatnya yang juga diterima di universitas ini, tidak seperti Rania. Dua sahabatnya itu orang yang mampu untuk masuk ke universitas itu. Alasan mereka mendaftar di kampus ini adalah karena Rania.

Mereka telah berjanji akan tetap bersama Rania dan menjaga gadis itu.

Rania celingukkan mencari dua sahabatnya itu, ia melihat jam di handphonenya. Sebentar lagi orientasi akan dimulai, ia tidak boleh terlambat karena ini adalah hari pertamanya, terlebih lagi dia adalah penerima beasiswa.

Saat Rania hendak pergi tiba-tiba seseorang menutup matanya.

"Coba tebak, siapa aku??" ucap seorang gadis.

"Bella, aku tau ini kamu" ucap Rania. Gadis itu pun melepaskan tanganya dari mata Rania.

"Kok lo tahu sih, pura-pura gak tahu kek!" ucap Bella cemberut.

"Udah, yok kita ke aula wahai wanita-wanita rempong ku yang ku sayangi" ucap sahabat Rania yang bernama Bagas. Oh iya, Bagas dan Bella adalah sepasang kekasih.

Bagas pun merangkul dua gadis itu menuju aula, persahabatan mereka sudah dimulai sejak mereka kelas sepuluh. Bagas dan Bella selalu menjaga Rania, mereka lah yang selalu ada untuk Rania. Namun mereka sangat sedih karena tidak bisa menghentikan penderitaan yang dialami oleh Rania.

 

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

 

Setelah kurang lebih satu jam lamanya mendengarkan kata sambutan dan lainnya, mereka pun telah bubar dan kini sedang menjalankan perintah yang diberikan oleh para senior.

Semua yang diperintahkan cukup normal, seperti menulis surat cinta, meminta tanda tangan para senior. Namun tanda tangan yang diminta adalah tanda tangan para senior tahun ketiga yang rata-rata sangat susah didekati.

Jika mereka gagal mendapat tanda tangan dari salah satu senior itu, hal yang berat akan mereka dapatkan sebagai hukuman.

Rania telah lelah berkeliling mencari para senior tahun ketiga, saat ia sedang duduk dibawah pohon, empat pria tampan menghampirinya.

Keempat pria tampan itu adalah kelompok yang sangat populer di kampus mereka, bahkan mahasiswa universitas-universitas lain juga mengenal empat pria tampan ini.

Mereka bernama Arthur Sean Anderson, pria yang dirumorkan seorang GAY, Edward Frans Adam, pria tampan dan pendiam, Robby Samuel, pria tampan lainnya, ia terkenal akan sifat playboynya, dan yang terakhir Roy Christian, pria yang sangat mengagumi wanita cantik.

"Butuh tanda tangan kita?" tanya Robby, Rania langsung berdiri karena terkejut.

"Kakak mahasiswa tahun ketiga?" tanya Rania.

"Lo gak tau kita ini siapa?" tanya Robby, dan Rania menggelengkan kepalanya hati-hati.

"Wahh, baru kali ini ada maba yang gak tahu kita. Emangnya lo gak cari tahu dulu tentang ni kampus?" tanyanya lagi. Sepertinya pria ini tipe orang yang banyak bicara.

"Aku gak perlu cari tahu tentang kampus ini, karena universitas ini sudah terkenal" jawab Rania seadanya.

Edward tampak menahan senyumnya saat mendengar jawaban polos Rania, pria itu tampan, tinggi dan juga sepertinya pendiam.

"Kita ngapain sih disini? Buang-buang waktu tau gak!" ucap Arthur. Ia terlihat kesal sekali, namun pria itu sangat tampan, seksi, tinggi, dan memiliki sorot mata yang tajam tekesan menakutkan. Pria itu memiliki tahi lalat di bawah ujung matanya.

Mereka hendak pergi namun segera ditahan oleh Rania.

"Kak tunggu, aku boleh minta tanda tangan salah satu dari kakak?" ucap Rania hati-hati.

"Boleh! Tapi ada syaratnya," ucap Robby. Rania hanya diam menunggu syarat apa yang akan pria itu minta.

"Cium gue!" ucapnya, membuat Rania kaget. Bahkan teman-temannya juga kaget, ternyata pria ini tidak hanya banyak bicara namun juga genit.

"Woi, jangan langsung to the poin gitu dong" ucap Roy.

"Maaf kak, aku cari kating yang lain aja" ucap Rania, saat hendak pergi Arthur menahan Rania.

"Gue bakal kasih tanda tangan, dengan syarat lo jadi kacung gue selama makan siang" ucapnya.

Dua orang pria lainnya hanya tertawa mendengar syarat dari Arthur.

"Gue gak tahan sama sifat kalian yang kekanak-kanakan gini" ucap Edward dan hanya di balas senyuman oleh teman-temannya.

"Oke kak, aku setuju" ucap Rania.

"Woow good!!" seru Robby.

Mereka berempat pun menuju ke kantin yang berada di fakultas manajemen dan bisnis diikuti oleh Rania dibelakang.

Namun di kejauhan tampak tiga orang wanita cantik yang sedari tadi memperhatikan percakapan antara Rania dan empat pria tampan tadi. Raut kesal terpancar dari seorang wanita saat Arthur menahan tangan Rania saat gadis itu hendak pergi.

"Tu cewek cari mati ya? Berani-beraninya dia deketin my baby Arthur" ucap wanita itu.

"Enaknya di apain nih Jess biar dia kapok?" ucap temannya.

"Kasih pelajaran, kayak yang udah-udah" ucap wanita itu dengan senyum liciknya.

Tiga wanita ini dikenal dengan Jessica squad, mereka adalah kelompok cewek-cewek kaya dan modis. Jessica squad adalah kelompok yang paling di takuti oleh mahasiswi-mahasiswi di kampus ini, mereka bisa melakukan apa saja untuk menyingkirkan para pesaingnya.

Anggotanya terdiri dari tiga orang, yaitu Jessica Anastasya, wanita cantik, seksi, kaya, dan juga ia sudah lama mengejar Arthur, Rachel Malika, cantik, Sisi Ivanka, cantik. Mereka adalah tiga wanita cantik namun berkepribadian kejam.

Itu semua di karenakan Jessica mempunyai kuasa di kampus itu, korban mereka kebanyakan dari kaum penerima beasiswa. Mereka merasa orang-orang yang miskin tidak pantas berada di satu tempat yang sama dengan mereka.

*

*

*

Dikantin Rania benar-benar diperlakukan seperti budak, namun anehnya orang-orang yang berada di kantin tampak biasa saja melihat seseorang yang sedang ditindas.

Mereka seolah-olah menganggap bahwa hal yang sedang mereka lihat sebagai hal yang wajar di kampus ini.

"Kak maaf, aku gak bisa makan lagi" ucap Rania pelan.

Ia sedari tadi dipaksa menghabiskan makanan yang sudah dipesan namun tidak dimakan sama sekali, mereka benar-benar keterlaluan pada gadis itu.

"Pantes aja badan lo kurus kering kayak gitu, baru makan dua piring aja udah kekenyangan" celetuk Arthur.

"Habisin! Masih ada dua piring lagi, abis itu baru gue kasih tanda tangan" lanjut Arthur.

Rania menarik napas panjang untuk menahan air matanya agar tidak keluar, dengan tangan yang bergetar ia mengambil sesuap nasi. Namun saat ia hendak memakannya Edward yang sedari tadi diam tiba-tiba mengambil sendok yang dipegang Rania.

Arthur menatap kesal pada Edward, pria ini biasanya tidak pernah peduli pada apapun yang dirinya lakukan. Namun sekarang ia tiba-tiba ikut campur permainan Arthur.

"Thur, biasanya lo gak tertarik berurusan sama cewek" ucap Edward.

"Gue cuma mau sedikit bersenang-senang" ucap Arthur.

Edward mengambil buku yang ada di meja, ia lalu memberikan tanda tangannya pada Rania dan menyuruh gadis itu untuk segera pergi. Tanpa menunggu lama Rania pun pergi meninggalkan kantin.

Ia berlari menuju toilet, sesampainya di toilet ia mencuci muka dan setitik air mata pun keluar dari matanya.

Tiba-tiba ia teringat dengan masa SMA nya, sungguh ia tidak ingin kejadian itu kembali terulang di kehidupan kampusnya. Saat ia hendak keluar dari kamar mandi tiga wanita cantik yang disebut Jessica squad menghadang pintu keluar.

Rania melangkah mundur karena ketakutan.

"Mau kemana? Kenapa gak main dulu sama kita disini?" ucap Jessica.

Rania menggelengkan kepalanya, "Ada apa kak? Kakak mau apa?" tanya Rania.

Jessica memberi kode kepada Sisi untuk menunggu diluar agar orang-orang tidak ada yang masuk ke toilet selagi dirinya bersenang-senang.

(Bersambung.. ❤❤)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!