NovelToon NovelToon

DALLAS

PROLOG

...Hai semua... Aku kembali dengan cerita baru ber-genre teen. Sebenernya ini Novel yang udah lama aku arsip, Tadinya aku ga mau post Novel ini, tapi karena sayang jadi aku post disini....

...Happy Reading......

Zdorrr! Aku terbangun dari tidurku, karena mendengar suara tembakan yang begitu keras dari dalam rumah. Detak jantungku semakin keras berdetak, aku ketakutan. Aku berjalan keluar dari kamarku yang berada dilantai dua dengan langkah kakiku yang pelan.

"Apakah mereka perampok?" pikirku.

Aku mengintip dari atas untuk melihat apa yang terjadi dibawah sana. Dan ternyata apa yang aku pikirkan benar.

"Oh sial yang aku pikiran benar mereka adalah perampok." kataku dengan suara yang rendah. Kelima perampok itu menggunkan tudung hitam, dan aku hanya bisa melihat mata mereka.

Aku mengambil tongkat Baseballku, lalu berjalan pelan menuruni anak tangga dengan kaki telanjang, aku terlalu sering menonton film dan dalam salah satu adegan dari film itu, setiap ada penjahat yang masuk rumah mereka, sang pemilik rumah akan memukulnya dari belakang dengan tongkat Baseball.

Aku mencoba mengikuti hal itu dengan percaya dirinya aku merasa, aku akan menang melawan lima perampok itu, dengan badanku yang kecil ini. Ya karena saat kejadian itu aku masih duduk dibangku kelas sembilan.

ketika aku berjalan dengan tongkat baseball ditangan kananku. Salah satu dari perampok itu melihatku. "Oh sial mereka melihatku." Ucapku gemetar. "Hey! ada anak kecil disana!" teriak salah satu perampok itu.

Aku yang tadi sangat percaya diri akan melawan mereka dengan tongkat Baseball, gagal. Aku benar-benar pecundang aku malah lari kedalam kamarku lalu mengunci pintunya.

"B-bagaimana ini apa yang harus aku lakukan?" ucapku tergagap-gagap.

Dalam keadaan genting seperti itu, bisa-bisanya sebuah ide muncul dibenakku. Aku membuka jendela kamarku dengan lebar-lebar. Sehingga gordengnya bergoyang-goyang tertiup angin.

Lalu aku kembali bersembunyi dibawah ranjang "Pyuhh~" aku menghembuskan napasku, dibawah ranjangku yang banyak dengan mainan dan poster-poster Harry Potter.

Dan tak lama perampok itu mencoba mendobrak pintu kamarku yang terkunci. Tak perlu waktu lama, pintu kamarku yang terkunci benar-benar hancur karena ulah perampok bertudung hitam itu.

"Hey anak kecil kamu tak bisa lolos dari kami."

Kata perampok itu. "Kami hanya akan menjualmu." Katanya lagi.

Aku bisa melihat dengan jelas sepatu-sepatu hitam besar mereka dibawah ranjangku ini. Lalu aku sangat bersyukur karena ada salah satu dari mereka mengatakan, jika aku telah melompat melalui Jendela kamarku.

"Hey! lihat, sepertinya anak itu melompat dari sini. Lihatlah, jendelanya terbuka lebar seperti ini."

"Ah- sialan kita kehilangan anak itu! " Sahut sang perampok dengan sangat keras.

Aku tersenyum karena ideku berjalan dengan mulus. Tapi aku teringat neneku yang ada dibawah sana. Nenek... ucapku dengan mata yang terbelalak. Aku ingin keluar dari bawah ranjangku ini tapi aku malah semakin ketakutan. Air mataku tiba-tiba mengalir begitu saja, lalu aku mendengar suara sirine dari mobil polisi yang suaranya semakin dekat.

Lalu aku tak sadarkan diri dibawah ranjangku.

Setelah malam gelap yang mencengkam itu. Aku tiba-tiba mendengar suara lembut seperti ibuku. "Dallas~Sayang bangun." Aku membuka mataku dan ternyata benar, Aku terbangun dalam pelukan hangat ibuku. Lalu aku memeluknya dengan begitu erat.

Aku berjalan bersama dengan ibuku menuju lantai bawah dengan pakaian serba hitam. Disana aku melihat sudah terbaring neneku dengan kain putih. Suara tembakan yang aku dengar dimalam itu. Adalah suara tembakan dari perampok bertudung hitam yang tengah menembak nenekku.

Aku tak bisa berjalan pelan, aku melepaskan genggaman tangan ibuku. Lalu berlari mendekati nenekku yang sudah terbaring tak bernyawa itu. "Nenek!" teriakku.

Aku terus menangis sembari memeluknya. Namun ayahku mencoba melepaskanku darinya. Ayahku menenangkanku dengan memelukku begitu erat sembari mengatakan, "Dallas kamu anak laki-laki kamu harus kuat jangan menangis. Kamu sudah besar." bisiknya

Aku mulai tenang dan aku juga merasa kuat karena ucapan ayahku, "aku harus terlihat kuat dan baik-baik saja. Aku anak laki-laki." ucapku dalam hati, ketika aku melihat sekelilingku, aku baru tersadar jika ada begitu banyak orang dirumahku, Ayah dan ibuku yang berada diKanada tiba-tiba sudah ada dirumah, karena sebelum kejadian ini, ayah dan ibuku tengah dalam perjalanan ke Indonesia, untuk menemuiku.

lalu sahabatku dari kecil, Yasmin. dia juga ada disisiku. Aku merasa lengkap ketika mereka semua berkumpul, tapi aku masih sedih karena neneku pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya. Aku benar-benar kehilangannya, nenekku adalah orang yang merawatku sejak aku bayi. Karena ayah dan ibuku hanya sibuk dengan bisnisnya.

Ayahku seorang yang kaya raya, dia adalah pemilik perusahaan gas Alam di Kanada. Sedangkan ibuku seorang biasa. Hidup ibuku berubah begitu drastis ketika sudah menikah dengan ayah. Aku tahu kisah percintaan kedua orang tuaku ini dari nenekku, karena neneku adalah ibu, dari ibuku.

"Pak Brian" Panggil seseorang kepada ayahku. Ayahku bernama Brian Dwimaro sedangkan ibuku Elga Lituhayu. Dan nama orang tuaku ada semua dalam namaku. Pertama, aku tak menyukai namaku. Tapi setelah aku pikir-pikir namaku ini bagus karena rancangan dari nama kedua orang tuaku. Namaku Dallas Elga O'Brian. Menurutku namaku ini tak begitu buruk.

Setelah kejadian itu, hidup baruku dimulai. Dengan begitu banyak perubahan..

CHAPTER 1

"Dallas tunggu!" teriak Yasmin yang baru keluar dari rumahnya.

"Huhh~pasti dia kesiangan lagi." Ucapku, dengan tatapan kosong kearah Yasmin, yang mencoba mengeluarkan mobil berwarna ungu-nya dari garasi.

Yasmin adalah satu-satunya sahabatku sejak kecil, Yasmin orang yang sangat ceria, dia memiliki rambut pendek, berbadan kecil, dan tingginya hampir sepundakku. Dia benar-benar menyukai warna ungu karena dia penggemar berat salah satu boygrup kpop.

Rumah Yasmin dan Rumahku saling berhadapan. Kami tinggal diperumahaan Elit dimana semua orang yang tinggal disana berasal dari orang-orang kaya.

Ini adalah hari pertamaku masuk sekolah menengah atas, aku dan Yasmin bersekolah di sekolah yang sama yaitu International high school.

Sekolah yang fasilitasnya lengkap. Dan terkenal karena bakat-bakat dari muridnya yang luar biasa. Murid yang bersekolah disana bukan hanya dari dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Aku pergi dengan mobilku yang berwarna hitam, sedangkan Yasmin mengikutiku dari belakang dengan mobil ungu-nya.

Sesampainya di sekolah aku benar-benar merasa takjub ketika melihat banyak mobil yang keren terpakir di area sekolah. Bahkan sekolahnya pun begitu luas dan besar.

"Hei Dallas, apa kamu siap untuk hari pertama?" tanya Yasmin padaku dengan senyuman kecil di wajahnya yang tak pernah hilang. "Ya. Aku siap" Jawabku.

Aku dan Yasmin masuk kesekolah itu. Namun terasa aneh ketika beberapa murid melihatku dengan tatapannya yang tajam ketika aku berjalan. Pertama aku bingung kenapa mereka menatapku seperti itu."Ada apa dengan mereka?" ucap batinku.

Dan tiba-tiba ada dua anak laki-laki dan satu perempuan tengah berjalan dibelakangku. Aku akui mereka terlihat sangat keren, namun entah kenapa aku tiba-tiba terpesona dengan perempuan itu.

Ketika aku mencoba melihat wanita itu, Yasmin malah menarik tanganku agar menyingkir dari jalan mereka.

"Dallas awas! kamu menghalangi jalan mereka."

"Memangnya siapa mereka Yas?"

"Entahlah. Tapi mereka sangatlah keren, apa mereka kakak kelas kita?"

"Mana aku tahu."

Aku dan Yasmin tidak tahu siapa mereka, lalu aku tersadar jika para murid yang tadi terus melihatku dengan tatapan tajam itu. Bukanlah melihatku melainkan ketiga murid itu yang berjalan di belakangku.

Kami berdua masih belum masuk kelas, kami pergi kakantin untuk duduk sebentar.

"Dallas kenapa kamu pakai Hoodie hitam dihari pertama," tanya Yasmin.

Sepertinya Yasmin hanya basa basi kepadaku, karena kita berdua dari tadi hanya diam tak ada bahan pembicaraan.

"Tak apa aku hanya ingin memakainya." jawabku.

Tetapi mungkin tadi Yasmin bukan basa basi. Yasmin mungkin merasa aneh melihatku. Karena aku sudah banyak berubah, aku juga merasa diriku ini sangat dingin dan tertutup. Mungkin setelah kejadian perampokan itu. Rasa traumaku belum hilang.

Karena dikantin terlalu ramai aku mengeluarkan earphoneku untuk mendengarkan musik. Karena aku tak terlalu suka mendengar omong kosong yang terus keluar dari mulut mereka.

Tiba-tiba seorang wanita berambut panjang yang diikat rapih duduk disebelah Yasmin. Aku melepaskan earphoneku. Wanita itu mengajak kami berdua berkenalan.

"Hai apa boleh aku duduk disini?" tanya anak perempuan itu.

"Tentu silahkan" jawab Yasmin

"Oh Ya, namaku Nayyala, Nayyala Rhea. Kalian panggil aku Nay saja."

"Hai Nay. Namaku Yasmin, Chelsea Yasmin dan ini..." tunjuk Yasmin padaku.

"Hai aku, Dallas."

"Hanya Dallas?" tanya Nayyala.

"Dallas Elga O'Brian." Jawabku.

Nayyala sama sepertiku dan juga Yasmin dia juga baru kelas 10. Nayyala terus memandangku karena mungkin melihat diriku yang terlihat aneh. Karena aku terus diam dengan tatapanku yang dingin dan telingaku yang tertutup earphone.

Namun Yasmin yang mudah dekat dengan orang lain, langsung memesan makanan bersama Nayyala. Mereka berdua pergi meninggalkanku duduk sendirian dikursi kantin.

Tiba-tiba suara yang keras keluar dari pengeras suara memberikan pengumuman kepada seluruh murid disekolah, agar sesegera mungkin berkumpul di Aula. Aku berjalan sendirian menuju Aula, karena Yasmin sudah pergi dengan Nayyala.

Saat aku berjalan menuju Aula aku melihat gadis dan salah satu dari lelaki yang aku temui tadi di dekat parkiran sekolah. Lelaki itu seperti tengah memarahi gadis itu karena aku melihat gadis itu menangis. Aku merasa kesal ketika melihat lelaki itu memarahinya. Entah kenapa aku merasa kesal melihatnya, Tapi aku tak mau ikut campur.

Aku juga berpikir saat itu, mungkin mereka berdua sepasang kekasih. Jadi aku pergi dan tak memperdulikan mereka.

Setibanya di Aula, kepala sekolah memberikan pengumuman bahwa sekolah ini memiliki banyak fasilitas untuk mengembangkan bakat-bakat muridnya di bidang yang mereka bisa. Tapi tak hanya itu, disekolah ini juga selalu mengadakan primadona untuk sekolah.

Yaitu siswi berbakat dan tercantik bak bidadari dan siswa tertampan juga berbakat di bidang olahraga. Dan selama tiga tahun kedepan posisi itu akan segera diumumkan, untuk menggantikan yang lama.

"Aku baru tahu disekolah Elit ini ada hal semacam ini." seru batinku.

Aku benar-benar terkejut karena yang terpilih adalah dua orang yang tadi aku temui saat diparkiran sekolah dan saat aku akan pergi ke Aula. Pak kepala sekolah yang bernama pak Harris itu memanggil nama mereka berdua dengan mic nya.

Dara Esmeralda dan Jonathan Colin

Wanita itu ternyata bernama Dara Esmeralda. Seorang perempuan berparas cantik, dengan penampilan yang begitu sederhana tetapi amggun,berambut hitam panjang dan juga senyumannya yang begitu indah.

Tak hanya diriku yang terpesona melihatnya. Tetapi semua murid disana terpesona kepadanya, Bahkan semua kakak kelas terus tersenyum sembari memandang wajahnya.

"Ya ampun dia bukan manusia. Dia terlalu cantik." ucap salah seorang siswi dibelakangku.

Sedangkan Siswa yang terpilih sebagai primadona sekolah selama tiga tahun kedepan bernama Jonathan Colin. Seorang pria bertubuh bagus bak atlet dan wajahnya yang begitu tampan, hingga membuat para siswi menjerit ketika melihatnya. Ya. Mereka berdua adalah dua orang yang aku temui tadi.

Setelah beberapa hal yang mengejutkanku tadi telah usai. Aku masuk kekelas dan tak kusangka aku berada dalam satu kelas yang sama dengan Dara. Sedangkan Yasmin berpisah denganku dia berada di kelas yang lain dia satu kelas bersama dengan Nayyala dan juga Jonathan seorang siswa primadona sekolah yang tampan.

Ketika aku masuk kelas, aku sangat terkejut melihat teman yang akan satu kelas denganku selama kelas 11. Ya, aku satu kelas dengan Dara.

"Kenapa aku harus satu kelas dengan Dara" ucap batinku.

Para murid dikelas menyambutnya dengan hangat. Mereka berebut agar bisa duduk bersama Dara. Sedangkan aku masih duduk sendiri, karena tak ada yang mau mendekatiku, mungkin karena aku berbeda dari yang lain. aku pria yang dingin, pendiam yang memakai hoodie hitam. Ya tampak seperti anak misterius.

Tetapi tiba-tiba Dara duduk dikursi tepat didepanku. Dara duduk bersama dengan seorang perempuan bernama Barbara Tavisha.

Seorang perempuan yang selalu memakai tas mewah ke sekolah dan sedikit cerewet.

Jantungku terus berdetak kencang saat itu. Saat Dara duduk tepat dihadapanku.

"Oh sial, ini menggangguku." ucap batinku.

Dengan tangan yang terus mengepal. Aku mencoba keluar dari situasi itu, aku keluar dari mejaku dan mencoba pergi namun tiba-tiba tangan Dara memegang jari-jari tanganku. Sembari mengatakan.

"Hei kemana kamu akan pergi? sebentar lagi kelas akan dimulai... " kata Dara dengan suara lembutnya.

Tangan Dara sangatlah halus dan lembut, aku bisa merasakannya, ketika ia memegang beberapa jari tanganku, aku membeku saat itu. Lalu aku menatap matanya dengan tatapanku yang dingin.

"Iya lo mau kemana si, sebentar lagi guru mau masuk kelas!" Timpal Barbara, dengan wajah juteknya.

Aku kembali duduk ke kursiku dengan perasaan yang tak karuhan. Lalu tiba-tiba seorang siswa datang dan duduk disampingku.

Siswa itu bernama Abiyan.

"Hai Kenalin nama gue Abiyan, panggil aja gue Abi." seru Abiyan kepadaku sembari mengulurkan tangannya. Lalu aku juga memperkenalakan diriku padanya.

"Hai namaku Dallas." jawabku.

"Dallas. Nama yang jarang ku dengar."

CHAPTER 2

Pagi itu aku terbangun seperti biasa, tanpa ayah dan ibuku. Mereka berdua tinggal di Kanada, aku hanya tinggal bersama Bi Munah, dia ART yang sudah lama bekerja di rumahku sejak aku masih SD.

Namun dia tidak tinggal di rumahku dia di rumahku hanya dari  pagi hingga petang saja. Sebenarnya ayah dan ibuku menyuruhku tinggal di Kanada tapi aku tidak mau, aku lebih suka tinggal disini bersama Bi Munah.

"Selamat pagi Bi sarapan apa hari ini?" tanyaku yang sudah rapih berpakaian seragam sekolah. Dan duduk di meja makan.

"Hari ini Dallas hanya akan sarapan sereal." jawab Bi Munah sembari menyiapkan sereal yang di tuangkan ke dalam mangkuk berisi susu.

"Kenapa Bibi tidak memasakan telur untuk-ku?" ucapku dengan raut wajah sedih.

"Loh. kan Dallas tidak makan telur." Bi Munah terkejut dengan kedua mata yang terbelalak.

"Haha. Aku hanya bercanda Bi maafkan aku. Dan terima kasih untuk serealnya."

"Sama-sama."

Sejak aku kecil, aku memang selalu sarapan sereal dan susu saja. Aku tidak suka sarapan yang lain apalagi jika telur dan nasi goreng. Aku tak makan telur ayam karena aku mempunyai alergi terhadapnya.

Ini adalah minggu kedua aku bersekolah. Di sekolah elit yang isinya di penuhi murid-murid dengan bakat mereka yang luar biasa, dan juga uang saku mereka yang tebal.

Ketika aku tengah menuju sekolah aku melihat sebuah iklan yang terpampang jelas di papan besar pinggir jalan. Iklan itu sedikit menarik perhatianku, aku menepikan mobilku untuk melihatnya.

"MMA," kataku.

"Sepertinya aku harus ikut pelatihan ini."

Aku menyimpan alamat tempat pelatihan MMA itu di handphoneku. Sebelumnya aku tak terlalu menyukai MMA, tapi setelah kejadian perampokan di rumahku, aku rasa aku harus bisa dan tahu cara menjaga diri dari orang-orang yang jahat.

Setelah itu aku pergi ke sekolah, saat disekolah ada kejadian yang tak enak yang menimpa diriku. Ketika aku memarkirkan mobil, aku tak sengaja menabrak bagian belakang mobilnya Jonathan. Seketika mobil Jonathan berbunyi, Jonathan tak ada disana tapi ada satu temannya bernama Izar Bintang. Yang Melihat kejadian itu.

"Ahhh mati aku." ucapku pasrah. Bintang mendekatiku Dan berkata.

"Ya ampun! Lo tau, mobil Jo benar-benar mahal. Gue ga tau lo bakalan mampu ganti apa engga!" Kata Bintang sembari memegang kepalanya dengan kedua tengannya.

Izar Bintang, dia teman satu kelas Jonathan. Bintang benar-benar dekat dengan Jonathan, Bintang memiliki tubuh jangkung dan dia juga lumayan tampan menurutku. Tapi dia sedikit ngeselin dan mulutnya yang lemes.

"Gue ganti ko, gue bakalan ganti rugi."Jawabku.

"Ya lo harus ganti rugi. Tapi kalo soal mobil ini gue ga tau dia bakalan semarah apa. Lo tahu. Ini mobil kesayangan Jo. Good luck! Gue pergi dulu." Seru Bintang yang langsung pergi meninggalkanku. Namun aku tak memperdulikan dengan apa yang di ucapkan Bintang.

Ini masih pagi dan belum banyak murid yang datang, aku berjalan menuju arah kelas Jonathan untuk mengatakan padanya bahwa aku akan mengganti rugi body mobilnya yang rusak.

Ketika aku masuk ke kelasnya, di dalam kelas terlihat Jonathan tengah bersama Dara. Dengan mata yang terbelalak aku melihat mereka berdua. Jonathan duduk berdua bersama Dara dalam satu meja yang sama, sambil berhadapan.

Aku juga melihat mata Dara mengeluarkan air mata. Dan ini adalah kali kedua aku melihat Dara menangis di hadapan Jonathan. Lalu mereka berdua tersadar jika aku tengah melihat mereka di dekat pintu kelas, Sontak mereka pun terkejut ketika melihatku.

"Dallas... " Seru Dara.

"kenapa lo liat-liat!?" Sambung Jonathan dengan tatapanya yang tajam.

Lalu aku berjalan mendekati mereka.

"Gue kesini mau bilang sama lo, kalo body mobil lo rusak gara-gara gue, gue minta maaf. Tapi gue bakal ganti."

Tapi Jonathan malah memukulku di bagian hidung, hingga hidungku berdarah.

"Blam!"

"Bruk!"

Jonathan memukulku dengan keras beberapa kali. Namun Dara menghentikannya.

"CUKUP! HENTIKAN! JO! kumohon hentikan."

Jonathan pun berhenti memukulku. Hidungku terus mengeluarkan darah. Aku benar-benar marah saat itu, aku mencoba memukul balik Jonathan tapi Dara mendekatiku.

"Dalas!"

Lalu Dara mengeluarkan sapu tangan dari tasnya, dan mencoba menghentikan pendarahan yang keluar dari hidungku. Ketika aku melihat tangan Dara yang begitu dekat, aku melihat Pergelangan tangannya membiru seperti telah di pegang oleh seseorang dengan sangat kuat.

"Dara! apa kamu mengenalnya?!" Tanya Jonathan marah.

"I-iya, aku mengenalnya dia teman sekelasku." Jawab Dara.

Saat itu aku benar-benar tak bisa berkata apapun lagi, karena hidungku benar-benar sakit, aku juga merasa, aku benar-benar seperti seorang pecundang, karena tak melawannya.

Jonathan tiba-tiba pergi namun Dara menghentikannya.

"Jo tunggu!" panggil Dara. Jonathan pun menghentikan langkahnya, lalu Dara mendekatinya.

"Jo, Dallas sudah berbicara padamu baik-baik. Kenapa kamu memukulnya?" Kata Dara dengan nada suara yang lembut.

"Lalu kenapa? Apa kamu sekarang membela dia. Kamu tahu Dara, itu mobil yang kakakku berikan untukku. Mobil kesayanganku! pantaslah jika aku marah. Dia merusaknya!" Jawab Jonathan dengan mata yang terbelalak.

Jonathan langsung pergi, sedangkan Dara menghampiriku lagi, dan mencoba membawaku keruang UKS.

"Dallas aku akan membawamu ke UKS." Ajak Dara sembari memegang tanganku.

Ketika di UKS Dara memberikan beberapa obat agar pendarahanya berhenti. Dara juga memberikan plaster di hidungku yang terkena kuku Jonathan yang tajam.

"Dallas maafkan Jonathan yah, dia memang begitu orangnya, dia orang yang keras dan sangat pemarah." Seru Dara sembari menempelkan plaster di hidungku.

Wajah Dara begitu dekat denganku, entah kenapa aku terus menatap matanya. Mata Dara benar-benar indah,hingga aku merasa mati rasa saat itu.

"Dallas!" panggil Dara. Sehingga membuatku terkejut.

"I-iya Dara ada apa?" Jawabku gugup.

Dara pun mengulangi pertanyaan pertamanya. Lalu aku hanya menjawab, Ya.

Dan aku malah bertanya pada Dara soal hubungannya dengan Jonathan.

"Dara, apa kamu berpacaran dengan Jonathan?"

"Iya Dallas. Aku berpacaran dengan dia." Jawab Dara namun dengan raut wajah yang tak bahagia.

Tapi entah kenapa Seketika hatiku terasa hancur setelah mendengarnya. Tapi itu pantas. Karena mereka berdua sama-sama primadona sekolah ini, sedangkan aku hanya Extraordinary.

Lalu aku pergi sembari membuka hoodie-ku. Tanpa berterima kasih pada Dara. Dengan hoodie di tangan kananku, plester di hidungku dan dengan tatapan yang dingin aku berjalan menuju kelas.

"Dallas lo kenapa?" tanya Abi yang melihatku masuk kedalam kelas dengan hidung yang berplaster.

"Gue dipukul Jonathan."

"Jonathan! Jonathan pacarnya Dara?"

"Iya, gara-gara gue ga sengaja tabrak mobilnya tadi di parkiran."

"Ah gila tuh orang, tapi lo ganti rugikan?"

"Iyalah Bi, gue ganti rugi nanti."

Tak lama Dara pun masuk kelas setelah menolongku tadi. Dara masuk kelas bersama Barbara, kami berdua sama-sama saling menatap namun tak lama aku langsung mengalihkan pandanganku.

"Dallas Lo lagi Pilek ya? Aduh pake masker dong, biar gue ga ketularan." Ucap Barbara.

dengan wajah yang terlihat jijik ketika melihatku.

"Hey Biribiri! Lo O'on apa gimana hah? Ini tuh Plaster bukan koyo!" Seru Abi.

Sekolah hari ini sudah selesai, saat aku akan pulang! aku bertemu dengan Yasmin di area parkiran sekolah. Lalu Yasmin bertanya padaku soal plaster yang ada di hidungku.

"Dallas, kenapa dengan hidungmu?" tanya Yasmin khawatir, namun aku tak mau dirinya khawatir,jadi aku hanya menjawab. "Aku baik-baik saja Yas."

"Iya Yasmin, tenang saja Dallas baik-baik aja ko." sambung Abiyan. Abiyan juga ikut merahasiakan apa yang terjadi dengan diriku dari Yasmin.

Sore itu aku mengajak Abiyan pergi bersama menuju tempat pelatihan MMA. Tapi aku berhenti sebentar di dekat ATM untuk mengganti rugi body mobil Jonathan yang tak sengaja aku tabrak tadi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!