NovelToon NovelToon

Jatuh Cinta Lagi

duda lagi?

Siang ini untuk ketiga kalinya, dia harus duduk di kursi ini menghadapi para pria yang berjajar di depannya.

Para pria itu akan memutuskan pernikahan dengan seorang wanita bernama Yunita Damayanti itu berakhir sesuai keinginannya.

Dia pun harus membacakan ikrar talak pada wanita yang menemaninya selama satu tahun pernikahan ini.

"Sekarang kalian resmi bercerai, silagkan ambil akta cerai di bagian administrasi," kata hakim ketua itu.

Ya dia sudah tau benar dimana tempatnya, wanita yang baru saja dia ceraikan bahkan masih bisa duduk bersamanya.

"Aduh mas kenapa kamu cinta banget sih dengan kemeja buruk ini," kata Yunita kesal.

"Kamu kan tau ini baju kemeja yang dibelikan oleh ibuku, sudah sekarang kamu bisa mengejar apapun keinginan mu," kata Samsul.

Ya pria baik itu bernama Samsul Huda, menikah tiga kali, dan ketiganya pun gagal dan harus berakhir dengan ketukan palu di meja hijau.

Bahkan mungkin para pegawai pengadilan ini sudah menandainya, bagaimana tidak belum sepuluh tahun, dia sudah bercerai sebanyak itu.

"Terima kasih ya mas, kita memang tak bisa menjadi pasangan suami istri, tapi hanya bisa sebagai teman, maaf jika selama ini membuatmu kesal," kata Yunita.

"Tak masalah, jika suatu saat butuh bantuan kamu bisa memintanya padaku,"kata pria itu.

"Bapak Samsul Huda, dan ibu Yunita Damayanti," panggil pegawai pengadilan itu.

Terlihat pegawai itu tertawa kecil melihat sosok Samsul, "aduh mas, kesini lagi kamu, lain kali jangan ya, masak iya nikah cerai terus,"

"Ini yang terakhir mas," kata Samsul menjawab pegawai itu.

"Semoga ya," jawab pria itu.

Mereka pun menandatangani kedua akta cerai itu, dan sekaligus di legalisir sekalian.

Setelah itu merek berpencar, Tejo menjemput Samsul yang sedang merokok di pinggir jalan antar kota itu

Mobil L300 itu berhenti di depan pria yang sedang merokok,"ayo mas kita harus panen,"

Samsul masuk kedalam mobil itu dan membawanya ke pare Kediri, ya dia memiliki sawah di sana dan sedang ada panen beberapa buah dan sayur.

"Siapa yang akan mengira jika mas dan mbak Yunita akan bercerai, terlebih kalian itu teman dari kecil loh mas," kata Tejo.

"Mungkin jodoh kami sampai di sini saja, sudah tak usah membahasnya, aku muak ..." kata Samsul yang memang tak pernah menutupi dirinya di depan anak buahnya.

"Iya mas, oh ya lusa kita harus panen di sawah milik pak Zainal, yang rumahnya di pojok kampung itu loh mas, ingat bukan," kata Tejo pada bos-nya itu

"Aku ingat, siapkan saja truknya, dan Joko suruh atur para pekerja petik jagungnya itu," jawab Samsul.

Mereka sampai di kota penghasil sayur mayur dan bush itu, ternyata panen sudah selesai tinggal timbang.

Samsul langsung melepas kemejanya dan langsung berdiri menghitung semuanya.

"Mulai!!" teriaknya.

Semua pegawai di kebun itu heran melihat sosok dari pria itu, pasalnya dia baru saja bercerai untuk ketiga kalinya.

Tapi tetap bersikap biasa seperti ini, bahkan seperti tak terjadi apapun, "semuanya selesai bos, itu kering terakhir," kata Tejo.

"Bawa berangkat, ingat ambil uangnya Bisri,"

"Siap mas," jawab pria itu yang baik ke truk untuk mengirimkan kentang-kentang pilihan itu di bawa ke pabrik yang sudah memesannya.

"Mas Samsul maaf, boleh ibu memunguti kentang yang tersisa," izin seorang wanita cukup sepuh.

"Monggo silahkan Mbah," kata Samsul dengan suara cukup keras.

"Terima kasih mas," kata wanita tua itu.

Terlihat beberapa orang juga sedang mengais beberapa kentang yang habis di panen itu.

Melihat wanita tua itu, Samsul memberikan kode pada Tejo dan Joko.

Keduanya sudah bergerak membantu Samsul, seorang gadis berlari menghampiri sosok wanita tua itu.

"Aduh Mbah, di minta tunggu sebentar sudah di sini saja, biar aku bantu ya," kata gadis yang memakai pakaian serba hitam itu.

"Mbah bisa bawa?" tanya Joko yang kasihan.

"Tidak masalah,aku bisa membawanya," kata gadis itu yang langsung mengendong kentang hasil mengais sisa panen di punggungnya.

"Terima kasih sudah di bantu, dan tolong ucapkan terima kasih lagi pada mas Samsul ya," kata wanita itu sebelum pergi.

"Iya nek, hati-hati," jawab Joko dan Tejo

Keduanya kembali ke arah samping mobil, ternyata Samsul sedang duduk menikmati rokok dan melihat ponselnya.

"Ada apa mas?"

"Tidak ada kita pulang," ajak Samsul.

Butuh dua jam untuk sampai di rumah miliknya, rumah yang selalu menjadi tempatnya pulang setelah lelah bekerja.

Dan rumah inilah yang menjadi saksi bisu bagaimana dia menjalani hidup berumah tangga.

Bagaimana tidak, pernikahan pertama gagal karena orang ketiga, pernikahan kedua gagal karena istrinya terlalu kasar dan selalu melarang Samsul berbagi dan ternyata memperkaya keluarganya sendiri, dan pernikahan ketiga gagal karena istrinya itu ingin menjadi penyanyi dangdut yang terkenal.

Dia membuat kopi sendiri dan menggoreng lele sendiri, dia terbiasa memasak seperti ini.

Karena dari pernikahannya, tak ada istri yang benar-benar menjadi istrinya.

Bahkan bisa di katakan jika pernikahannya adalah sebuah perjodohan dari orang tuanya yang tak pernah lelah.

"Selamat makan," gumamnya sebelum menikmati masakannya itu.

Dia menyukai makanan seperti ini, dan tinggal sendiri tak membuatnya sedih atau kesepian.

Pukul tujuh malam, Bisri datang untuk memberikan uang setoran yang di bayar oleh pabrik.

"Bagaimana Bisri, apa di bayar lunas, atau di cicil lagi?" tanya Samsul.

"Lunas bos, saya sudah menghitung uangnya tadi, mas juga boleh menghitungnya lagi," kata pria itu yang duduk lesehan.

Samsul mulai menghitungnya dengan cermat, dan sesuai tanpa ada kekurangannya.

"Bisri, besok ingat untuk memastikan semua jemuran jagung kering ya, karena lusa sudah ada panen lagi, tentu aku tak mau pekerjaan kalian saling timpuk, karena aku tak suka itu," kata Samsul.

"Siap bos, besok aku akan pasukan semua bisa di kemas dan siap antar," jawab Bisri yang langsung pamit.

Samsul langsung menghitung semua keuntungan dan akan memberikan bonus pada orang kepercayaannya.

Karena jika tanpa mereka itu akan menyulitkan dirinya, terlebih banyak usaha yang tak bisa dia tangani sendiri.

Dia melihat ke arah jam di dinding, "sudah semalam ini, baiklah aku akan tidur, karena besok hari baru untuk hidup ku," gumamnya.

Dia pun memilih merebahkan dirinya di kasur busa yang ada di lantai, karena dari kecil dia tak terbiasa tidur di ranjang.

Baginya tidur seperti ini lebih menyenangkan, dan tak lupa kipas angin juga harus menyala.

Dia pun benar-benar menikmati hidupnya, karena tak ada yang akan menganggunya lagi.

Seperti Omelan tak penting atau hanya sekedar gangguan teriakan minta uang.

sakit kepala

Samsul bangun pukul enam pagi, dia melihat kedalam kulkas masih ada nasi sisa kemarin dan memutuskan untuk masak nasi goreng.

Tapi sebelum itu dia memilih untuk lari pagi, meskipun sudah berusia kepala tiga lebih, tapi dia harus tetap menjaga tubuhnya agar bugar.

Saat melewati perkampungan, beberapa ibu-ibu menyapa Samsul, "pagi mas Samsul,"

"Pagi Bu,"

Dia pun tak berhenti karena malas menanggapi para ibu itu.

Terlebih para ibu itu mulai menjodoh-jodohkan dengan wanita yang tak di sukai olehnya.

Bahkan dia tak peduli lagi jika harus hidup sendiri selamanya, dia berhenti di salah satu buk dekat sawah miliknya.

Dia mengeluarkan air yang sengaja di bawa olehnya, "suasananya sepi ya... ini sangat menyenangkan," gumamnya.

Tapi tak butuh waktu lama baginya sudah di ganggu suara teriakan, "Rita!!! dasar gadis ini!!" teriak seorang ibu pada seorang gadis yang mengendarai sepeda ontel miliknya.

Samsul melihat gadis itu menggowes sepedanya cukup cepat, hadis berpakaian putih abu-abu itu tersenyum ceria.

Samsul merasa ketenangan hancur jadi memutuskan untuk mulai jalan lagi,"aih aku lupa tak bawa rokok lagi," gumamnya.

Dia pun menuju ke sebuah warung kelontong, ternyata gadis itu ada di sana sedang menaruh sesuatu, "buk rokok LA mild, dua," kata Samsul.

"Aduh mas samsul ini gimana, baru selesai olahraga malah ngerokok," kata pemilik warung.

"Bagus dong Bu, itu sama saja cari penyakit dan obatnya sekalian, jadi kalau mati gak nyesel-nyesel amat," kata gadis itu tertawa.

"Hei kamu itu, gak sopan ngomong gitu sama mas samsul," kata pemilik warung mencubit gadis itu.

"Sudah Bu, saya berangkat sekolah, ingat nanti uangnya saya yang ambil, jangan di titipkan lagi sama ibu, beh... jatah uang saku untuk wisata ku hilang," kata gadis itu mengerucutkan bibirnya.

"Iya-iya maaf, sudah sekarang kamu bisa berangkat ke sekolah," kata penjaga warung itu.

Samsul menikmati rokoknya dan melirik jualan gadis itu, "dia itu siapa Bu, tak pernah lihat?"

"Dia itu Rita Anggraini mas, dia itu putri pak Zainal yang rumahnya di pojok desa dekat barongan itu loh mas, meski dari keluarga yang berada, tapi gadis itu dari kecil selalu titip makanan di sini," terang ibu penjaga warung.

"Iya Bu, kalau begitu permisi,"

Samsul lanjut jalan, sambil menikmati rokok miliknya, setelah itu dia kembali lari menuju rumahnya.

Sesampainya di rumah ternyata sudah ada Anto, "kenapa, bukannya kamu harus beli diesel? kan ada pesanan lima perontok padi dan jagung," kata Samsul melihat orang kepercayaannya.

"Uangnya mas, he-he-he habis kemarin lupa aku," jawab pria itu sambil tersenyum menggaruk kepalanya.

"Dasar kamu ini, sudah ayo masuk kedalam dulu," ajak Samsul.

Dia mengambil uang untuk membeli diesel, dan setelah menerimanya Anto pun pamit.

Memang Samsul itu punya segalanya, wajah tampan iya, badan bagus iya, uang di dompet banyak pasti, tapi sayang dia selalu gagal di percintaan.

Dia memutuskan mandi karena tubuhnya sangat lengket terasa, setelah mandi dia langsung membuat sarapan.

Dia mencampur nasi dengan sambal yang dia beli secara on-line, ya dia sangat cocok dengan sambal itu.

Tejo datang untuk mengajak Samsul melihat sawah yang sedang panen cabe.

"Sudah sarapan cak?" tawar Samsul yang sedang sarapan sambil nonton tv.

"Sudah mas, tadi sarapan nasi goreng juga, maklum kata si mbok sayang kalau di jadikan nasi karak," kata Tejo tertawa.

"Loh emang si mbok gak pernah buat nasi karak lagi?" tanya Samsul penasaran

"Sudah mas, takut di makan ayam, lebih baik di buat kerupuk puli,"

"Wah mau aku kalau itu, boleh bawakan gak kalau ada, tapi sekalian goreng ya," kata Samsul dengan semangat.

"Iya mas, nanti kalau ada tak antar, memang mas tak mau pulang ke rumah orang tua saja, dari pada di sini sendirian?" tanya teko.heran karena Samsul selalu nyaman hidup seperti ini.

"Gak mas, aku suka sendirian tenang, kalau di sana kepala pusing dengerin anaknya Dita nangis terus belum lagi teriakan ibu, bikin telinga sakit," kata Samsul.

Akhirnya mereka pun berangkat, selama perjalanan menuju sawah Samsul di bonceng motor oleh Tejo.

Sesampainya di sawah, para pekerja sedang istirahat sarapan, Samsul melihat hasil panen yang cukup baik.

"Apa sudah ada pembelinya?"

"Sudah mas, nanti dia datang sekitar jam dua, Monggo sarapan dulu kebetulan saya bawa ikan gerih jambal, mantep mas Ambi sambel tomat," kata Tono.

"Sekecaaken Semuanya, saya juga sudah sarapan sama nasi goreng tadi," kata Samsul dengan senyum mengembang.

Beberapa ibu-ibu yang kumpul pun ikut senang melihat pria itu, "aduh Bu, para mas Samsul itu buta ya, kenapa malah meninggalkan mas Samsul yang ganteng plus jaya ini, apa mereka tak merasa bodoh ya," kata Bu is.

"Iya ya Bu, orang sempurna gitu loh,aku sih mau kalau gak punya suami, pasti uh... bahagia sekali ya!!" kata Bu as.

"Khem.... kami masih hidup loh, bisa-bisanya kalian bicara begitu," kata pak Tono pada istrinya.

"He-he-he maaf lah pak, kami hanya bercanda, habis istri mas Samsul itu sepertinya orang bodoh semua, orang sempurna gini malah di tinggalin," kata Bu as di tertawakan semua orang.

"Sudah ibu-ibu, mungkin mereka lebih bahagia seperti itu, lagi pula saya juga bahagia seperti ini,bebas," jawab Samsul.

"Terus kalau malam gak ada yang kelonin dong mas, atau mau sama ibu gak,meski sudah setengah baya ini kalau di suruh goyang masih hebat," kata Mak Ijah.

"Halah Halah... panen Lombok saja terus sambat mau goyang, baru tiga goyangan udah encok Mak!!" kata para ibu-ibu.

Samsul hanya mengeleng saja, pasalnya mereka semua tak tau jika Samsul tak mudah bisa di pancing saat di ranjang.

Itulah yang membuat salah satunya alasan para istrinya itu kabur, tapi dia tak ambil pusing.

Bukan karena adik kecilnya tak berdaya, melainkan dia yang memang tak bernafsu melihat wanita.

Terlebih para wanita yang terkenal genit di ranjang, itu malah semakin membuatnya jijik melihat mereka.

gadis cerewet

Siang ini Samsul dan beberapa orang kepercayaannya sedang duduk di warung tempat langganannya bersama orang-orang kepercayaannya.

Anto pun akan mengatakan tentang carteran elf yang dia dapatkan dari SMA Larasati.

SMA swasta yang paling terbesar di kota itu, "mas sepertinya aku tak bisa memenuhi permintaan dari SMA Larasati untuk carteran elf ke Trenggalek,"

"Kenapa? bukankah semua elf sudah dalam keadaan sehat," kata Samsul yang merasa aneh.

"Iya mas, tapi masalahnya itu mereka minta lima elf dari tiga elf yang dipesan sebelumnya,"

"Memang kenapa, ada sepuluh elf lima sudah keluar ada dua lagi, kenapa tak bisa," kata Samsul heran.

"Ya mas Sam lupa nih, kan Didik masih di luar kota, terus siapa yang nyetir nantinya, kan semuanya sudah repot sendiri-sendiri," kata Anto pusing.

"Biar aku saja, lagi pula aku juga sudah lama gak touring," kata Samsul.

"Bagus kalau gitu, biar aku menghubungi penanggung jawab untuk para siswa," kata Anton.

Samsul yak keberatan, dan dia berdoa semoga tak mendapatkan penumpang yang resek.

Terlebih kali ini dia membawa anak SMA yang biasanya suka bertingkah tak jelas.

Anto baru saja ingin menghubunginya pihak sekolah, saat sosok Rita datang ke warung.

Gadis itu sampai dan langsung memarkirkan sepeda miliknya.

Anto mengenali gadis itu karena dia adalah orang yang mencari bus bersama dengan guru perempuan kemarin.

"Rita, cantik aku bisa nih liburan untuk Minggu depan elf siap ya," panggil Anto.

"Baiklah cak, nanti aku telpon wali kelasku," jawab gadis itu

"Jadi Minggu ini bisa dong kamu ikut main ke wonosalam bareng mas Anto ini, lumayan biar saling kenal,"

"Tolong ya mas, jangan membuatku kesal, karena aku sedang tak ingin membuat seseorang bonyok," ketus Rita.

"Aduh-aduh gadis cantik kok kasar sekali, gak boleh gitu nduk, tak baik loh," kata ibu pemilik warung

Rita terlihat diam, "maaf Bu, bukan aku berkata kasar, aku sedang marah karena kelakuan pria tua botak pendek jelek itu, bagaimana tidak dia seenaknya saja pegang-pegang bagian belakang murid, mentang-mentang guru sepuh, kepala sekolah seperti tak menggubris kesalahannya, dasar pria tua jelek menyebalkan, ingin rasanya aku menginjak lehernya hingga patah," kesal Rita yang sudah tak terbendung.

"Sabar ya nduk, ini uang kue yang kamu titipkan," kata ibu pemilik warung.

"Iya bu terima kasih, huh... bikin esmosi orang saja," gerutu Rita.

Samsul tak peduli, dia merasa hidupnya sial saat bertemu dengan gadis cerewet itu.

Tiba-tiba Rita mendapatkan jeweran dari ibunya, "kamu ini bukannya langsung pulang malah kesini, dan sejak kapan seorang gadis begit kasar," kata Bu Zainal.

"Memang ibu peduli padaku, sudah aku pergi, dan jangan pernah mau di jadikan babu oleh menari tiri mu itu," kata Rita yang nampak begitu kesal

"Aduh yu... jangan terlalu kasar, Rita itu masih anak-anak, kenapa kamu begitu keras padanya," kata ibu pemilik warung yang menegur secara halus.

"Hidup kami itu keras Bu, jika Rita lemah dia bisa hancur, meski tinggal di rumah mewah, tapi aku tetap khawatir bagaimana jika aku mati nantinya," kata Bu Zainal yang terlihat sedih.

"Aduh yu kamu ini masih muda, sudah mau beli apa nih," kata pemilik warung mengalihkan perhatian.

"Oh iya sampai hampir lupa, mau beli terigu tiga kilo, minyak dua kilo, telur dua kilo dana coklat bubuk tifa saat, dan gulanya lima kilo ya Bu,"

"Iya yu, tunggu sebentar," jawab pemilik warung.

Setelah mengambil belanjaannya, ibu pemilik warung juga menitipkan tempat kue milik Rita yang ketinggalan.

Saat wanita itu pergi, Anto penasaran, kenapa ucapan dari wanita itu seakan dia punya penyakit serius.

"Bu, memang itu istri pak Zainal sakit apa, kok kayaknya sakitnya parah banget," tanya Anto

"Bukan sakit parah, hanya ada masalah keluarga yang rumit bin mumet, huh... sudah tak baik membicarakan aib orang," kata pemilik warung itu.

Besok adalah hari Minggu, malam ini Rita sedang membuat sambal pesanan dari para pelanggannya.

Sudah ada lima pesanan dengan masing-masing lima botol sambel bawang berbagai rasa dan isi.

Rita sudah menyelesaikan separuh pesanan dan tinggal membuat sambal cumi yang memang sangat trik i.

Belum lagi, dari tadi anak dari kakak pertamanya terus membuatnya kesal karena tak bisa diam.

"Rita kamu ini seharusnya belajar kenapa malah membuat semua ini, ingat kamu belum waktunya untuk mencari uang sendiri," tegur Bu Zainal.

"Terus Bu, aku harus jadi pengemis dulu agar bisa membeli semua kebutuhan ku, aku bukan orang tak berguna yang hanya bisa berpangku tangan dan menjadi beban keluarga,"

"Tapi tugas utama mu itu sekolah, kanan sampai saat lulus nilai mu jeblok, kamu tau ayah tak suka itu," kata pak Zainal.

"Tenang saja ayah, aku sudah belajar dan yakin jika semua nilai ku akan bagus, lebih baik ayah urus putra mu yang jadi beban keluarga tak berguna itu, bagaimana bisa seorang pria tetap tinggal bersama orang tuanya, bukankah itu memalukan," sindir Rita.

"Heh dasar anak sialan, adik tiri tak tau diri, dasar gadis tak tau di untung," kata Rudi kakak pertama dari Rita

"Ya setidaknya kamu bukan kakak kandung ku, jika tidak, aku akan mendepak dirimu yang menyebalkan itu," kata Rita yang tak kenal takut

Rudi yang marah ingin menampar adiknya, tapi pak Zainal menahan putranya itu, "sepertinya kamu sudah harus pergi, kamu sudah terlalu lama tinggal di sini," kata pak Zainal uang tak ingin Rita terluka lagi karena Rudi.

"Ayah mengusirku karena gadis ini, ingat ayah ini semua adalah milik ibu ku bukan wanita asing yang hina itu," kata Rudi menantang pak Zainal.

"Tutup mulut mu Rudi,dia itu ibumu, dan asala kamu tau, ibu mu itu tak membawa apapun saat menikah dengan ku, jadi jangan mengakui hal yang tidak-tidak, sekarang bereskan barang mu dan tinggalkan rumah ini, bawa istri dan anak mu," kata pak Zainal.

"Baiklah ayah melakukan ini, jangan harap aku akan menginjak kaki ku lagi di rumah buruk ini," marah Rudi.

"Ha-ha-ha-ha lucu sekali,kamu mengancam akan pergi dan tak kembali, aku ingin lihat, Dari awal pernikahan saja kamu terus minta uang pada ayah, jika ayah tak memberinya kamu akan mengancam ibu, jadi kamu itu pria tak berguna!!" teriak Rita menentang saudaranya itu.

Rudi ingin menonjok adiknya itu, tapi Rita berhasil menangkap tangan Rudi, "jangan lupa kakak ku yang tak berguna, jangan sampai aku menghajar mu, karena aku adalah pemegang sabuk hitam pencak silat," kata Rita tak kenal takut menantang Rudi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!