Aku Novitria lestari, usiaku mendekati 22 Tahun, statusku sudah menikah dengan orang yang aku cintai sejak duduk di bangku SMA.
Toni Handoko suami yang aku cintai adalah laki - laki yang romantis. Laki - laki yang mampu membuatku luluh akan kata - kata dan sikapnya yang romantis. Bang Toni membuka usaha Showroom mobil dari awal kami menikah dan itu bermodal dari orang tuaku karna bang Toni dulu menjadi manajer Showroom tempatnya bekerja.
Meski mamah dan papah ku kurang menyukai bang Toni tapi mereka selalu melakukan apapun demi kebahagiaanku. I love you mamah dan papah...
Aku berperan menjadi ibu rumah tangga yang selalu memprioritaskan suami, dari pagi hingga ke malam, menjelang pagi lagi selalu suami dan suami, meski ijazah ku S1 jurusan Ekonomi, karna prioritasku suami dan suami jadi aku menuruti kata suami yang memintaku untuk di rumah saja.. Padahal aku ingin sekali bekerja seperti Sasa dan Dila temanku.
Hari ini aku meminta ijin sama suami untuk bertemu ke dua temanku sejak kuliah dulu Sasa dan Dila. Kami bertemu di cafe dekat rumahku karna bang Toni mengijinkan aku pergi tapi tidak jauh dari rumah, ijin dari kekasih halalku tak kan aku sia - siakan.
" Assalamu'alaikum Sa.... Kangen banget deh aku.. " Sapaku ke Sasa
" Ih.. Aku juga kangen Nov.. Padahal baru minggu lalu kita kumpul ya Nov.. hahaha... " Ucap Sasa yang tawanya membuat pelanggan yang lain reflek melihat ke arah kami
" Sssuuutt... Sa pelan sedikit napa sih... Suaramu membuat kita jadi artis dadakan tau gak... " Protes ku
" Hahaha.... Biarin aja mana tau ada cowok tampan tajir yang mau gabung bareng kita dan mau jadian sama aku yang udah lama jomblo tapi cantik ini " Ucap Sasa dengan percaya dirinya
" Iss kepedean nih anak... Makanya jangan banyak milih Sa... " Ucapku
" Eh mana ni si Dila kok belum datang? " Lanjut ku yang terus memperhatikan pintu masuk cafe.
" Iya ya.. Kemana dia kok belum sampek padahal tadi aku telfon katanya udah mau sampek Nov... " Ucap Sasa dengan nada khawatirnya
" Coba aku telfon Dila dulu ya Sa... " Ucapku agar Sasa sedikit tenang. Aku memaklumi sikap sasa yang mengkhawatirkan Dila, kami bertiga sudah seperti saudara yang saling menyayangi satu sama lain.
Tut Tut Tut
Tapi tak ada jawaban dari seberang telfon,
Ku ulangi lagi memencet ikon hijau hingga tiga kali tapi tak kunjung di angkat juga oleh Dila.
" Kok gak di angkat ya Sa... " Ucapku mulai khawatir juga sama Dila yang tak mengangkat telfonnya.
Drreet. Drreet
Hp ku bergetar aku langsung menekan ikon hijau yang ada di HP ku
" Assalamu'alaikum Nov...Iya ini aku sudah di tempat parkir " Ucap Dila di seberang telfon.
" Wa'alaikumussalam... Iya Dil aku sama Sasa udah nunggu kamu di dalam cafe ya.. " Ucapku lega
" Iya Nov aku tutup ya.. " Ku letakkan Hpku di atas meja dengan pandangan ke arah Sasa yang arah pandangnya tertuju pintu masuk cafe, reflek aku juga melihat kearah yang sama. Dila berjalan kearah kami dengan seorang pria disampingnya.
" Assalamu'alaikum Nov Sa... " Ucap Dila cipika cipiki denganku dan Sasa bergantian, Aku dan Sasa melihat pria di samping Dila bersama.
" Kenalkan Nov Sa ini mas Dedi Pratama calon suami aku " Ucap Dila membuat aku dan Sasa terkejut karna di pertemuan minggu lalu kami kumpul Dila tidak ada bercerita tentang calon suami yang aku tau Dila tidak ada teman pria ataupun kekasih.
Ku ulurkan tangan untuk berkenalan dengan calon suami Dila begitu juga dengan sasa
" Novi... Sasa... " Ucapku bergantian dengan Sasa
Kecanggungan terjadi pada kami, karna biasanya blak blakan bertiga ini berempat mana pria ini calon suaminya Dila lagi
" Dila mas balik kantor ya.. Nanti hubungi mas kalau mau pulang biar mas jemput" Ucap mas Dedi ke Dila
" Iya mas... Hati - hati mas " Yang di jawab anggukan kepala serta melihat kami bertiga bergantian
" Ayo jelaskan Dil!!! " Ucapku menatap tajam Dila
" Iya... Sabar... " Jawab Dila menyeruput lemon tea yang dipesan Sasa dengan pandangan sendu
" Aku dan mas Dedi di jodohkan Nov... Sa... " Ucap Dila menundukkan kepala
" Apa.... Dijodohkan... " Teriakku dan Sasa bersamaan
" Iya... Orang tuaku dan mas Dedi itu sahabatan dan mereka sepakat menjodohkan kami untuk mempererat persahabatan mereka... Awalnya aku gk setuju karna aku mau menikah sama orang yang aku cintai.. " Ucap Dila sendiri
" Selama seminggu ini aku dan mas Dedi sering ketemuan tuk saling mendekatkan diri.. Aku juga gak mau mengecewakan orang tuaku begitu juga dengan mas Dedi yang gak mau menyakiti orang tuanya dan kami sepakat menerima perjodohan ini" Ucap Dila masih menundukkan kepalanya
" Dila....... " teriakku dan Sasa memeluk Dila
" Apa kamu akan bahagia Dil? Aku gak mau kamu sedih terus Dil " Ucap Sasa aku menganggukkan kepala tanda setuju
" Aku akan mencoba berusaha mencintainya dan menjadi istri yang baik untuk mas Dedi... Karna aku yakin pilihan orang tuaku adalah yang terbaik untukku.. Kalian jangan khawatir ya Nov.. Sa " Ucap Dila tersenyum tipis
" Kami siap kapanpun kamu mau berbagi suka dukamu Dil.. Jangan simpan apapun itu dari kami Dil... " Ucapku sedih
Aku gak tau gimana perasaan Dila menikahi pria yang tidak dicintainya, aku hanya bisa berdoa untuk kebahagiaan Dila, kami menghabiskan waktu ngumpul kami hanya membahas perjodohan Dila, aku dan Sasa mendukung semua keputusan Dila.
Ting
Hpku berbunyi tanda ada pesan di WAku, terlihat nama "suamiku" aku langsung membukanya dengan senyuman manis di wajah ku
" Dek maaf ya abang gak bisa jemput.. Ada kerjaan yang harus abang selesaikan sekarang, dan abang akan pulang larut malam, suruh bik Ani temani makan malam ya... "
Senyum di wajah ku langsung hilang dengan wajah kecewa janji mau jemput tapi ingkar lagi ahir - ahir ini bang Toni sibuk kerja terus semenjak Showroom mobil kami berkembang, bang Toni selalu bilang "ini semua demi masa depan kita dek"
" Huff..." Ku hela nafas kasar tuk menenangkan hati dari rasa kecewa, ku abaikan pesan dari bang Toni tak ada niat membalasnya
" Kenapa Nov" ucap Sasa penuh tanda tanya
" Bang Toni gk bisa jemput " Ucapku dengan wajah sendu
" Ya udah pulang bareng aja kita kan searah... " Ucap Sasa
" Iya Sa makasih ya.. " Ucapku masih dengan rasa kecewa sama bang Toni
" Iihh macam sama siapa aja... Ingat ya kita ini harus berbagi suka duka jangan ada rahasia rahasia an" Ucap Sasa melihatku dengan tatapan menyelidik
" Iya... " Jawabku kompak dengan Dila
Menjelang magrib kamipun pulang, aku dan Sasa pulang bareng sedangkan Dila di jemput sama mas Dedi
Sampai di rumah aku langsung ke kamar membersihkan badan agar lebih segar
Tok Tok Tok
" Non.... Makan malamnya udah siap" Teriak bik Ani di balik pintu kamarku
" Iya bik... " Jawabku
" Bang Toni " Batinku lirih
" Bang Toni " Ucapku lirih kecewa, untuk sekian kalinya bang Toni mengingkari janjinya
Kubuka pintu kamar berjalan menuju meja makan, terlihat berbagai menu masakan yang sudah terhidang hasil karya tangan bik Ani.
" Bik...Temani aku makan ya... " Ucapku menghentikan langkah bik Ani yang hendak pergi ke dapur dan langsung tersenyum melihatku
" Iya non... " Jawab bik Ani duduk di kursi meja makan di sampingku
" Aku mau bang Toni lebih banyak meluangkan waktunya untukku bik... Dulu bang Toni selalu ada buatku sekarang selalu kerja dan kerja" Curhatku kepada bik Ani sambil menyendok kan makanan ke dalam mulutku
" Yang sabar ya non... Itu semua untuk non Novi juga kan... Bibik akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaan non Novi" Ucap bik Ani menenangkan
" Makasih ya bik udah nemenin aku " Ucapku membantu bik Ani membersihkan meja makan
" Iya non Novi... Lagian bibik seneng kalau lihat non Novi seneng jadi jangan sedih lagi ya non... Doakan aja den Toni bisa lebih banyak waktu buat non lagi " Ucap bik Ani mengelus sebelah bahuku
" Amin... " Ucapku memegang tangan bik Ani yang mengelus bahuku
Dikamar Ku rebahkan tubuhku di atas kasur, kuambil Handphoneku di atas nakas tak ada panggilan atau pesan WA bang Toni yang ada pesan grup ku dengan kedua sahabatku Sasa dan Dila, Aku Masuk kedalam grup sahabatku
Dila besty
" Novi...... Sasa..... "
Sasa besty
" yuhuuu.... I'm coming.... "
Dila besty
" Mana ni si Novi kok gak ikut gabung sih..."
Aku
" Iya.... Hadir"
Dila besty
" Nov tadi waktu aku pulang bareng mas Dedi aku lihat bang Toni sama cewek di dalam mobil berhenti di lampu merah Nov di jalan xx, awalnya aku gak yakin tapi ku pastikan lagi lihat mobilnya juga orang didalamnya itu emang bener bang Toni Nov"
Aku
" Apa iya Dil... Gk salah lihat kamu..." Ucapku dengan nada tidak terima
Dila besty
" Iya Nov... Aku ada fotonya takut kamu gak percaya, aku kirim ya Nov? "
Aku
" Iya Dil.... "
Dila besty
foto
" Nov...... "
Aku terpaku melihat foto yang dikirim Dila di grup kami tak terasa mataku memanas dan berembun berlinang membasahi pipi
Sasa besty
" Nov... Positif thinking dulu ya... Takut nanti cuma salah paham hidup berumah tangga itu gak semuanya mulus pasti sedikit banyaknya ada masalah, coba kamu tanya sama bang Toni dulu Nov "
Dila besty
" Iya Nov... Aku tau perasaanmu Nov aku dan Sasa akan selalu ada untukmu Nov "
Aku
" Iya Sa... Dil.... makasih ya.. Aku udah ngantuk mau tidur dulu ya... Bye... Assalamu'alaikum..."
Ku Baringkan tubuhku menatap langit - langit kamarku, ku tatap lagi foto bang Toni dengan seorang wanita didalam mobil dengan tatapan kecewa. Ku Pejamkan mata berusaha masuk ke alam mimpi
Suara kicau burung bersahutan dengan kokok ayam membuatku membuka mata terasa beban berat menindih pinggang ku.
Ku lihat kekasih halalku bang Toni tidur di sampingku sambil memelukku dari belakang, entah jam berapa bang Toni pulang.
Ku singkirkan perlahan tangan kekar yang memelukku, ku turunkan kakiku ke lantai dengan hati - hati agar bang Toni tidak terganggu dengan tidurnya, ku langkahkan kakiku ke kamar mandi membersihkan diri.
Setelah membersihkan diri, ku langkahkan kakiku ke dapur membantu bik Ani menyiapkan sarapan pagi berupa nasi goreng dan telur ceplok.
" Pagi bik... " Ucapku menyapa bik Ani
" Pagi non... " Jawab bik Ani tersenyum
" Sudah siap ya bik... Maaf ya bik Novi kesiangan." Ucapku sesal
" Gak apa apa non inikan sudah tugasnya bibik..." Ucap bik Ani tersenyum
" Ya sudah Novi bangunin bang Toni dulu ya bik" Ucapku melangkah ke arah kamar
Rumahku dan bang Toni tidak bertingkat tapi cukup luas, asri dan nyaman tentunya,
kubuka pintu kamar kudapatkan bang Toni sudah rapi dengan baju kerjanya yang sudah ku siapkan.
" Sudah siap bang?" Ucapku melangkah mendekati bang Toni
" Sudah dek... " Jawabnya memeluk pinggang ku dan mendaratkan kecupan di keningku.
" Pulang jam berapa semalam bang? " Tanyaku
" Jam 1 dini hari dek klien abang minta pertemuannya di luar kota karna asiknya ngobrol sampai lupa waktu dek" Ucapnya tanpa melihatku sibuk dengan kancing baju di tangannya
" Abang sore di mana? " Tanyaku mulai mengintrogasi bang Toni
" Abang di showroom kenapa dek? " Ucap bang Toni balik tanya
" Soalnya aku lihat abang di lampu merah di jalan xx, pas aku panggil abang gak dengar dan tancap gas mana sama cewek lagi " Ucapku bohong
" O oh i itu abang lagi sama klien abang mobilnya mogok jadi abang yang antar kembali ke kantornya dek " Jawab bang Toni gugup
" Kenapa dek... Adek cemburu ya.. Cinta abang cuma buat adek seorang sayang... " Ucapnya sambil tersenyum nakal
" Iya bang aku cemburu, istri mana sih yang gak cemburu lihat suaminya jalan bareng wanita lain sementara janjinya sama istri ingkar terus" Ucapku nada ngambek
" Iya dek sore pulang kerja janji deh ajak kamu jalan ya.. Jangan ngambek dek ntar cantiknya hilang lo.. " Janji bang Toni lagi padaku
" Beneran ya bang jangan ingkar lagi lo.. " Ucapku bermanja di lengan bang Toni
" Iya... Siap - siap ya nanti sore abang jemput" Ucapnya sambil mengecup kilat bibirku
" Yuk kita sarapan udah lapar" Ucapku dijawab anggukan kepala serta senyuman manis bang Toni
Sore hari aku sudah bersiap dandan cantik menunggu kabar dari bang Toni yang sudah janji jalan bareng, tapi hampir magrib pun belum ada kabar bahkan HPnya pun tidak aktif
Untuk ke sekian kalinya bang Toni mengingkari janjinya padaku yang membuatku kembali kecewa
" Non... Ayo masuk sudah magrib " Ucap bik Ani menggiring ku masuk ke dalam rumah
" Non... Ayo masuk sudah magrib " Ucap bik Ani menggiring ku masuk ke dalam rumah
Ku duduk di pinggir ranjang dan menghubungi bang Toni tapi tetap tidak aktif
" Apa kau bermain api di belakangku bang? " Batinku lirih dengan air mata yang membasahi pipi mulus ku
Aku percaya akan penjelasan bang Toni pagi tadi, aku percaya akan cinta bang Toni padaku tapi karna dikecewakan lagi kecurigaan itu timbul kembali.
Ku Baringkan tubuhku di atas ranjang yang terasa lelah hati dan lelah pikiran ku pejamkan mata menjemput alam mimpi
Kubuka mata ku ku lirik jam dinding menunjukkan pukul satu dini hari, perutku terasa perih karna aku melewatkan jam makan malamku.
Ku turunkan kakiku ke lantai melangkah ke dapur, kubuka tudung saji di atas meja makan, terlihat rendang daging dan sup ayam yang sudah dingin, ku sendok kan nasi ke piringku, ku tambahkan rendang daging di atas nasi, ku makan perlahan tanpa sup karna malas memanaskan sup nya.
Tak lama kudengar suara mobil bang Toni masuk ke garasi rumah, ku lanjutkan makanku, ku abaikan bang Toni yang berjalan ke arahku tanpa mau menyambutnya pulang.
" Dek... Kok belum tidur? Kenapa baru makan? Maaf ya kerjaan abang gak bisa di tinggal dan gak bisa hubungi kamu, HP abang habis baterai gak sempat ngecas" Ucap bang Toni merasa bersalah serta duduk di sampingku menggenggam tanganku erat.
Tak ada jawaban keluar dari bibirku, kulepas genggaman tangannya, ku lanjutkan makanku sampai habis walau susah menelannya akibat menahan tangis.
Ku tinggalkan piring bekas makanku tanpa mencucinya menuju kulkas mengambil air untuk ku bawa ke kamar, ku langkahkan kakiku menuju kamar tanpa menghiraukan tatapan mata bang Toni yang terus melihatku.
Ku baringkan tubuhku membelakangi pintu, terdengar pintu kamarku terbuka dan tertutup kembali.
" Huff... " ku dengar nafas kasar bang Toni.
" Dek... Habis makan jangan langsung tidur, duduk dulu sebentar" Ucap bang Toni membantu membangunkan tubuhku dengan lembut agar duduk di atas ranjang, aku pun menurutinya setelahnya bang Toni menuju kamar mandi membersihkan diri.
Kuambil Hp Ku di atas nakas, aku masuk ke jejaring sosial di hp ku
Drreet Drreet
Bunyi HP bang Toni di atas nakas yang masih di cas tanda panggilan, kulihat layar depan terlihat nama inisial S di sana,
Ku coba menjawab tapi pintu kamar mandi terbuka, terlihat bang Toni hanya dengan memakai handuk menutupi area pribadinya.
Kulihat bang Toni me non aktifkan HPnya dan berjalan ke lemari untuk mengambil piyama nya sendiri tanpa kusiapkan seperti biasa.
" Dek... Maafin abang ya... " Ucapnya memelukku dari belakang.
" Abang gak tau kalau ada klien yang minta pertemuannya dadakan dek... " Lanjutnya
" Kalau memang gak bisa tepati janji abang kasih kabar dong... Aku nunggu abang lama tau... Di hubungi gak aktif lagi" Omel ku.
" Iya dek abang minta maaf ya besok gak ulangi lagi" Ucapnya masih memelukku.
" Hmmm.. " Jawabku sebal
" Dek abang kangen... " Memeluk erat tubuhku dengan tangan yang mulai aktif ke sana sini.
" Maaf bang adek lagi datang tamu bulanan" Ucapku jujur
" Ck... Huff... Kenapa sekarang sih dek... Padahal abang pengen ni udah lama gak nyentuh kamu dek... " Ucapnya kecewa tanpa ada jawaban dari bibirku
" Ya sudah...Yuk kita tidur abang akan menahannya" Lanjut ucapannya yang ku jawab dengan anggukan kepala ku pejamkan mata walau belum mengantuk
Ku dengar dengkuran halus keluar dari bibir bang Toni tanda bang Toni sudah tertidur pulas, ku lepaskan pelukan tangan bang Toni di perutku, ku ubah posisi tidurku jadi miring menghadap bang Toni memperhatikan wajah kekasih halalku yang aku cintai.
" Bang... Apa kau mengkhianati ku? Apa salahku bang? Kalau aku ada kekurangan seharusnya bilang bang... Aku akan memperbaikinya.. Abang tau kalau aku benci penghianatan bahkan sebelum abang menikahi ku sudah ku katakan penghianatan yang gak bisa aku maafkan" Batinku lirih menahan sesak di dada
" Kalau abang melakukan itu... Artinya abang siap melepaskan aku" Lirih ku menutup mulutku dengan sebelah tangan menahan agar tidak mengeluarkan suara tangisku
" Aku gak boleh lemah aku harus bangkit dan semangat melanjutkan hidupku apapun yang terjadi nanti, besok aku akan mengikuti bang Toni bekerja" Batinku menyemangati diriku sendiri walau air mata masih mengalir membasahi pipiku
Aku memang mencintai bang Toni tapi penghianatan aku gak maafin itu akan ku kikis rasa cintaku jika itu terbukti, aku benci penghianatan karna dulu Sasa pernah di khianati pria yang dia cintai, hingga sampai sekarang Sasa masih enggan menjalin hubungan dengan yang namanya pria
Tidurku terganggu dengan rasa kenyal di bibirku, mataku reflek terbuka dan melihat bang Toni sedang ******* bibirku dengan tubuhnya menindih tubuhku, ku dorong dada bang Toni hingga posisinya berada di sampingku
" Apa apaan sih dek... Abang cuma mau bangunin kamu kenapa didorong... Abang kan biasa cium kamu kalau mau bangunin kamu dek...." Ucapnya menatapku tajam
" Hmmm... Maaf" Hanya itu yang aku ucapkan, gak mungkinkan aku bilang aku jijik sama bang Toni karna udah khianati aku, udah menjamah wanita lain walau belum terbukti tapi kecurigaan ku menuju kesana.
" Loh... Abang kok belum pakai baju kerja? " Tanyaku dengan firasat yang gak enak
" Abang mau menebus janji abang hari ini, jadi abang gak ke showroom, hari ini kita jalan ya.... Adek mau jalan ke mana? " Ucap bang Toni dengan katanya yang lembut membuat aku menarik nafas panjang
" Ohhh... Ya udah kalau gitu kita ke pantai aja ya bang... Yang dekat aja, tapi adek masak dulu ya buat bekal kita" Ucapku tersenyum manis
Walau hari ini gagal mengikuti bang Toni tapi gak apa apa lah masih ada besok hari tapi aku sudah mulai membuat jarak sama bang Toni
" Maaf ya bang aku harus mempersiapkan hatiku agar gak terlalu sakit nantinya kalau terbukti bang Toni berkhianat" Batinku menatap kosong ke arah jendela kamar
" Dek... " Ucap bang Toni menyentuh bahuku menyadarkan aku dari lamunanku
" Sudah mandi gih katanya mau masak... " Ucap bang Toni yang ku jawab dengan anggukan
Setelah membersihkan diri, ku langkahkan kakiku ke dapur menemui bik Ani agar membantuku menyiapkan bekal ke pantai
Selesai memasak aku bersiap memberitahu bang Toni di kamar, waktu membuka pintu kamar, ku dengar bang Toni sedang telponan dengan seseorang.
" Maaf hari ini aku gak bisa nemenin kamu aku sudah lama gak merhatiin istriku aku gak mau istriku curiga sama aku"
" ......... "
" Aku harap kamu ngertiin posisi aku"
" ........ "
" Terserah kamu aku tutup"
Ku tutup pintu kamar lagi ku tahan agar tak pecah tangisku ternyata hatiku belum siap dengan kenyataan rasanya sesak, ku usahakan agar tangisku reda
Tok Tok Tok
" Masuk... " Jawab bang Toni
kubuka pintu dan tersenyum palsu melihat bang Toni
" Dek.... Kok pake ketok pintu" Ucap bang Toni " Abang kira bik Ani tadi" Lanjutnya
" Iya samar - samar tadi adek dengar abang lagi teleponan.. Takut ganggu jadi adek ketok pintunya" Jawabku melihat bang Toni yang terlihat gugup
Deg
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!