NovelToon NovelToon

Memiliki Anak Dengan Presdir

Bab 1 Melintasi Waktu

Di dunia kultivator ada seorang alkemi yang sangat berbakat dan menawan bernama Guan Lin. Dia sangat di cari banyak orang dan obat yang dibuatnya pun terbatas, sehingga banyak orang yang berlomba-lomba untuk memesan obat kepadanya.

“Aaah … aku lelah sekali,” keluh Guan Lin.

“Itu karena kamu terlalu bekerja keras,” jawab Fen Lian tersenyum kepada Guan Lin.

“Kakak seperguruan juga sangat bekerja keras,” ucap Guan Lin mengerutkan bibir.

“Ya ya … kita semua bekerja keras,” jawab Fen Lian.

Guan Lin melihat Perut Fen Lian yang besar.

“Apakah menyakitkan jika kita hamil?” tanya Guan Lin penasaran.

Fen Lian tersenyum dan memegang perutnya dengan lembut. “Tidak terasa menyakitkan selama kita bahagia,” jawab Fen Lian mengelus perutnya sambil tersenyum lembut.

“Heee … begitu,” ucap Guan Lin.

Fen Lian adalah salah satu murid berbakat di alumni. Sekarang Fen Lian bekerja di akademi Kong pai. Guan Lin memanggilnya kakak seperguruan karena mereka memiliki guru yang sama. Sekarang Fen Lian hamil 9 bulan dan akan melahirkan. Fen Lian menikah dengan clan yang cukup terkenal yaitu clan Yong nama suaminya adalah Yong Fai. Mereka saling mencintai dan akhirnya memiliki anak.

“Aku jadi ingin memiliki anak … bisakah kita memiliki anak tanpa suami?”

“Memiliki suami sangat merepotkan,” jawab Guan Lin menaruh tangannya diatas meja dan menyandarkan dagunya ditangan.

“Haha … kenapa kamu berpikir seperti itu?” tanya Fen Lian.

“Aku melihat suamimu sangat mengganggu,” ucap Guan Lin mengalihkan pandangannya.

Tiba-tiba pintu terbuka.

“Hei aku mendengar semuanya,” teriak Yong Fai kesal.

“Oh baguslah,” jawab Guan Lin.

“Sayaaang … Guan Lin menggangguku lagi,” rengek Yong Fai kepada Fen Lain.

“Hahaha … menurutku sifatnya sangat imut,” tawa Fen Lai.

“Sayang … kamu yang paling imut,” ucap Yong Fai.

Guan Lin melihat adegan ini dan memutar matanya. “Apakah kalian tidak bosan melakukan ini setiap hari?” tanya Guan Lin.

“Tentu saja tidak … kamu hanya iri saja … benarkan?” ucap Yong Fai.

“Apa kamu ingin aku beri racun?” tanya Guan Lin kesal.

“Sayang … “ Yong Fai bersembunyi dibalik istrinya.

“Guan Lin mengapa kamu tidak mengikuti perjodohan saja?” tanya Fen Lai.

“Umurmu sudah memasuki usia menikah,” Lanjut Fen Lai.

Guan Lin menghela nafas. “Hah … sudah berapa kali aku mengikuti perjodohan seperti itu.”

“Tetapi tidak ada yang memilihku karena namaku seperti laki-laki,” ucap Guan Lin.

“Haahahaha … sudah aku katakan ganti saja namamu itu,” tawa Yong Fai.

“Bagaimana mungkin … aku sudah menggunakan nama ini cukup lama,” jawab Guan Lin.

Saat mereka berbicara sesorang memasuki kediaman mereka.

Guan Lin mengerutkan kening dan Yong Fai maju membelakangi istrinya untuk melindunginya.

“Apakah anda Guan Lin sang alkemi terkenal itu?” ucap salah satu penjaga.

“Ada apa kamu mencariku?” tanya Guan Lin dingin.

Seorang pria muda tampan muncul dan mendekati Guan Lin.

“Aku ingin kamu membuatkan obat ini,” ucap pria itu sambil menyerahkan kertas yang ada ditangannya.

Guan Lin melihat isi kertas tersebut dan mengerutkan kening.

“Sebelumnya perkenalkan … aku adalah tuan muda Zhan Ming,” ucap pria tersebut.

Guan Lin melirik pria tersebut.

Keluarga Zhang? Keluarga ini salah satu keluarga terkuat di antara semua clan. Kenapa dia menginginkan obat ini?

“Maaf aku tidak bisa membuat obat ini,” tolak Guan Lin.

“Sebaiknya anda pergi mencari alkemi lain,” lanjutnya.

“Aku akan memberimu bayaran dan keuntungan dua kali lipat jika kamu membuat obat ini,” ucap Zhang Ming.

“Berapapun yang anda berikan … aku tidak bisa membuatnya,” ucap Guan Lin tegas.

“Beraninya kamu,” teriak pengawal.

“Ini adalah obat terlarang dan sangat berbahaya,” ucap Guan Lin mengerutkan kening.

Zhang Ling menghadang pengawal dan menatap Guan Lin.

“Baiklah Kalau kamu tidak bisa membuatnya,” ucap Zhang min dan berjalan pergi.

Semua pengawal itu telah pergi meninggalkan mereka bertiga.

“Haaaaah … “ mereka bertiga menghela nafas lega.

“Guan Lin … apa tidak apa-apa menolak permintaan keluarga Zhang?” tanya Fen Lian cemas.

“Tidak apa-apa … lagi pula apa yang akan mereka lakukan,” ucap Guan Lin sambil membereskan obat.

Fen Lian dan suaminya saling menatap merasa khawatir.

Pada malam hari.

“Guan Lin aku akan menginap disini satu hari,” ucap Fen Lian.

“Kenapa?” tanya Guan Lin kaget.

“Disini sangat tidak nyaman dan juga kakak seperguruan sedang hamil,” ucap Guan Lin Cemas.

“tidak apa-apa … aku juga berada disini,” ucap Yong Fai memeluk istrinya.

Melihat ini Guan Lin hanya tersenyum. “Baiklah kalau begitu … tetapi aku harap kalian tidak melakukan sesuatu yang aneh-aneh,” ucap Guan Lin.

“A-apa yang kamu bicarakan Guan Lin?” teriak Fen Lian dengan wajah memerah.

“Hahaha tenang saja kami tidak akan mengeluarkan suara.”

“AUUUU,” teriak Yong Fai.

“Kamu tidur diluar malam ini,” ucap Fen Lian memasuki kamar.

“Sayang … aku hanya bercanda.” Yong Fai mengejar Fen Lian.

Guan Lin hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah mereka.

Pada saat tidur. Guan Lin mendengar suara dan terbangun. Sambil mengusap matanya Guan Lin turun dari kasur dan berjalan keluar. Saat Guan Lin membuka pintu ada yang menariknya dan menutup mulutnya.

“Mmmm … mmm … “ teriak Guan Lin dengan mulut tertutup dan berusaha melepaskan diri.

“Guan Lin,” panggil Fen Lian dengan suara lemah.

Guan Lin melihat kearah suara dan melihat Fen Lian dalam keadaan kritis, darah keluar banyak dari tubuhnya. Guan Lin melihat kesebelah lagi, ada Yong Fai yang tidak sadarkan diri dengan pisau didadanya.

“Mmmmm … mmmm ... huhuhu … “ teriak Guan Lin dengan mulut Tertutup dan menangis.

Fen Lian melihat Guan Lin dengan tatapan maaf dan segera menutup matanya.

Guan Lin yang melihat ini semua tidak berhenti menangis dan segera Guan Lin menggigit tangan yang menutup mulutnya.

“Auuuu … “ teriak seorang pria.

Guan Lin berlari menuju kearah Fen Lian dan Yong Fai. “Kakak seperguruan … Yong Fai … bangun … huhuhu,” tangis Guan Lin.

“Jika kamu tidak menolak tawaranku … ini semua tidak terjadi.” Seorang pria keluar dari kegelapan.

Guan Lin melihat kebelakang dan melihat pria itu dengan kaget.

“Kamu!” teriak Guan Lin marah.

“Kenapa kamu membunuh mereka?” tanya Guan Lin dengan tatapan ngeri.

“Itu hanya sebagai peringatan untukmu,” ucap Zhang Min.

“Aku akan memberimu kesempatan lagi … menikahlah denganku dan buatlah obat hanya untuk keluarga Zhang,” ucap Zhang Min.

Mendengar ucapan Zhang min, Guan Lin tertawa. “Hahaha … kenapa aku harus menikah denganmu dan membuat obat hanya untuk keluargamu?”

“Jika kamu menikah denganku … kamu bisa mendapatkan yang kamu inginkan hanya dengan membuat obat,” ucap Zhang Min.

“Cuiiih … itu hanya mimpi,” ucap Guan Lin meludahi sepatu Zhang Min.

“Baiklah kalau itu maumu.” Zhang Min mengangkat tangannya memerintah pengawal dibelakang Guan Lin.

JLEB

Pengawal menusuk dada Guan Lin.

Guan Lin melihat luka tusukan tersebut dan mengeluarkan darah. Sebelum dia menutup matanya dia melihat Zhang Min dengan tatapan kejam.

Beberapa saat kemudian Guan Lin sadar dan menemukan dirinya berada ditempat yang aneh.

“Li Mei … akhirnya momen ini tiba,” ucap seorang wanita sambil memegang dagunya.

“Siapa kamu?” tanya Guan Lin dengan lemah.

“Hahaha … aku rasa efek obatnya cukup kuat sehingga kamu lupa siapa aku,” ucap wanita itu.

Guan Li mengerutkan kening dan berusaha melihat wajah wanita itu.

Kenapa dia terus memanggilku Li Mei?

“Kalian bersenang-senanglah,” wanita itu pergi dan menutup pintu kamar.

“Hehe … Nona … kami akan membuatmu merasakan indahnya surga,” jawab seorang pria.

Guan Lin melihat sekeliling ada beberapa pria besar mengelilinginya. Saat ingin melawan, Guan Lin tiba-tiba merasakan sakit dikepalanya.

“Aaaaaah … “ teriak Guan Lin kesakitan.

Pada saat yang sama Guan Lin menerima ingatan dari pemilik tubuh ini. Namanya adalah Li Mei seorang gadis cantik yang menawan. Tetapi karena sifatnya yang tertutup, kecantikannya menjadi tidak terlihat oleh orang- orang.

Wanita yang berbicara padanya tadi adalah saudari tirinya Li Hua. Dia selalu iri dengan kecantikan Li Mei dan selalu ingin menghancurkannya. Untuk membuat Li Mei terpuruk, Li Hua pun mencoba menggoda tunangannya Li Mei yaitu Gong Fang dan merebutnya. Li Mei sangat terpukul pada saat itu dan menampar Li Hua di depan umum. Gong Fang yang berada disana melihat apa yang dilakukan Li Mei segera berjalan kearahnya dan menampar Li Mei.

Li Mei menatap Gong Fang dengan tidak percaya dan menangis berlari meninggalkan mereka. Agar membuat reputasi Li Mei buruk, Li Hua berusaha untuk membius Li Mei dan meberikannya kepada pria besar.

“Sial gadis ini di bius,” ucap Guan Lin menggertakkan gigi.

“Nona kenapa kamu diam saja?” tanya salah satu pria.

“A-aku sangat pusing … bisakah kamu membantuku berjalan kekasur?” tanya Guan Lin dengan suara lemah.

“Oh! Jadi kamu ingin melakukannya di kasur?”

“Baiklah.” Pria itu membantu Guan Lin berjalan.

Pada saat berjalan Guan Lin menggigit lidahnya sendiri agar tetap sadar. Beberapa langkah setelah jalan Guan Lin melihat Pintu dan menendang bagian pria itu.

“Aaaaaa … gadis sialan,” teriak pria itu kesakitan.

“Cepat kejar gadis itu,” teriak pria yang di tendang tadi.

Guan Lin lari secepat mungkin dan keluar dari kamar tersebut. Guan Lin melihat koridor dan tidak tahu harus berlari kemana. Saat ini ada pintu yang sedikit terbuka, Guan Lin memasukinya dan menutup pintu tersebut.

“Uuuh … “ rintih Guan Lin.

“Sial … aku membutuhkan air dingin untuk menghentikan ini,” ucap Guan Lin lemas.

Saat Guan Lin hendak melangkah ada seorang pria yang tiba-tiba menciumnya. Guan Lin kaget dan memukul pria itu dengan sekuat tenaga.

Ada apa dengan pria ini? Sial aku sungguh sial.

Pada saat pria itu selesai mencium Guan Lin pria itu mulai menjaga jarak dan terdengar suara terengah-engah dari nafasnya.

Apa dia dibius juga?

“Siapa yang mengirimmu kesini?” tanya pria itu dengan dingin.

Guan Lin terkejut mendengar suara pria itu dan berusaha melihat wajah pria itu dengan cahaya yang redup. Saat melihat dengan jelas Guan Lin menatap pria itu dengan tatapan ngeri.

“ZHANG MIN?!” teriak Guan Lin.

Pria itu berdiri di depan Guan Lin dengan tatapan mengerikan dan waspada.

Akhir dari Bab 1

Bab 2 Jangan sampai ketemu lagi

Dikamar hotel yang gelap mengandalkan penglihatan dari cahaya bulan, hanya dua orang berdiri berhadapan satu sama lain didalam kamar tersebut.

Guan Lin masih kaget dengan apa yang dia lihat. Kenapa Zhang Min ada disini? Pikiran Guan Lin penuh dengan tanda tanya.

“Uuugh … “ Guan Lin merasakan tubuhnya semakin tidak masuk akal.

Guan Lin melihat sekeliling dan tidak menemukan apapun. Guan Lin menggigit dirinya sendiri hingga berdarah agar tetap sadar.

“Hei apa kalian menemukan wanita itu?” teriak sesorang diluar kamar hotel.

Guan Lin mengintip dari lubang pintu dan merasa lega mereka tidak datang kesini. Saat berbalik badan, Guan Lin melihat pria itu semakin dekat dan menariknya. Pria itu membawanya kekasur dan menciumnya dengan keras. Guan Lin berusaha untuk melawan tetapi dia tidak memiliki kekuatan dan juga respon tubuhnya berbeda dengan otaknya.

Malam itu sangat panjang dan juga sangat panas bagi Guan Lin. Entah mengapa Guan Lin juga sangat menikmati malam itu.

Saat bangun dipagi hari. “Ah … “ Guan Lin merasa kesakitan di semua tubuhnya.

Melihat kesebelah terlihat seorang pria tertidur dengan sangat tenang disebelahnya. Wajah ini adalah wajah yang membunuh keluarganya dan dirinya sendiri. Tetapi Guan Lin tidak bisa menyalahkan pria ini karena mereka adalah orang yang berbeda dari dunia yang berbeda. Guan Lin mencari bajunya dilantai dan memakai bajunya. Lalu Guan Lin pergi kekamar mandi untuk merapikan penampilannya dan kaget melihat penampilannya.

“Ini sangat mirip denganku?” tanya Guan Lin heran.

Dari ingatan gadis ini Guan Lin hanya mengingat wajah-wajah orang lain yang gadis ini temui tetapi tidak dengan wajah gadis ini sendiri.

“Aku harus keluar segera dari sini … aku akan memanfaatkan ingatan gadis ini.”

“Siapa namanya? Li Mei?”

Guan Lin tiba-tiba mengingat seorang teman laki-laki yang memberinya nama Li Mei. Hanya lelaki itu memanggilnya dengan nama Li Mei.

“Apa sekarang saatnya aku memakai nama yang kamu berikan?” ucap Guan Lin dengan senyuman sedih.

“Baiklah sekarang aku adalah Li Mei.” Melihat wajahnya sebentar dan pergi keluar dari kamar mandi.

Li Mei melihat sekeliling dan mengingat sesuatu kalau dia meninggalkan barangnya di kamar sebelah. Saat berjalan Li Mei melihat pria dengan wajah Zhang Min masih tertidur lelap.

“Tadi malam bukan salahku dan juga kita sama-sama membutuhkan.”

“Aku harap kita tidak bertemu satu sama lain lagi,” ucap Li Mei pergi meninggalkan pria itu.

Li Mei keluar dari kamar dengan mengendap-endap dan melihat kamar sebelah.

“Kalau tidak salah ingat gadis jahat itu Li Hua sebentar lagi akan membawa orang-orang kesini.”

Li Mei berdiri didepan piintu kamar dan mulai melakukan pemanasan.

“Huf … Huf … “ sambil melompat-lompat mengepalkan tinjunya.

“Meskipun aku pembuat obat. Tetapi aku juga mempelajari bagaimana caranya bela diri,” bisik Li Mei bersemangat lalu dia mengetuk pintu kamar.

Beberapa saat kemudian keluar seorang pria besar mengusap matanya.

“Kami tidak membutuhkan layanan kama-“

BUUK, pria itu terjatuh dengan pukulan diwajahnya.

Li Mei memasuki kamar mengendap-endap dan mencari barang-barangnya. Saat menemukan barangnya, Li Mei melihat suntikan yang telah mereka berikan padanya.

Dengan senyuman jahat Li Mei mengambil suntikan tersebut menggunakan kain dan memberikannya kepada pria besar yang tidur. Setelah menyelesaikan tugasnya, Li Mei pergi keluar kamar dengan santai karena CCTV telah dimatikan oleh Li Hua.

“Hahaha … aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi mereka saat melihat kedalam kamar,” tawa Li Mei.

Setelah keluar dari hotel, tiba-tiba suara telpon berdering. Li Mei melihat nama yang menelpon dan mengangkat telepon tersebut dengan ragu.

“Halo … Li Mei,” ucap orang yang ada di telpon.

Li Mei hanya terdiam mendengar suara wanita yang ada di telpon.

“Hei kenapa kamu diam saja? Apa kamu menikmati pesta tadi malam?” tanya wanita itu.

“apa? Kenapa Li Mei tidak menjawab?” ucap seorang pria yang berada di sebelah wanita tersebut.

Li Mei menutup mulutnya, tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

“K-kakak seperguruan?” tanya Li Mei ragu-ragu.

“Pffftt … hahaha apa kata Li Mei? Kakak seperguruan?” tawa pria yang ada ditelpon.

PLAK, suara pukulan terdengar di balik telpon.

“Li Mei apa kamu sedang mabuk? Ayo kesini lah … aku akan membuatkanmu soup penghilang mabuk,” ucap wanita itu.

“Fen Lian?” panggil Li Mei dengan sedikit harapan.

“Iya? Ada apa Li Mei apa terjadi sesuatu padamu? Mengapa kamu sangat diam?” tanya Fen Lian dengan cemas.

“Hei siapa yang berani melakukan sesuatu padamu beritahu aku,” ucap pria di telpon marah.

Mendengar suara mereka berdua Li Mei sangat senang dan sedih. Tanpa sadar air mata keluar dengan sendirinya.

“Hei apa kamu menangis?” tanya Fen Lian lagi.

“Tidak … Aku hanya sedikit mabuk,” ucap Li Mei sambil mengusap air matanya.

“Bagaimana dengan anak yang ada di perutmu?” tanya Li mei.

“Sayang apa kamu hamil lagi?” tanya Yong Fai.

“Tidak!” teriak Fen Lian dengan cepat.

“L-Li Mei sepertinya kamu benar-benar mabuk.”

“Apa kamu lupa kalau aku kemarin baru saja melahirkan keponakanmu?” tanya Fen Lian.

Li Mei berusaha keras untuk mengingat dan akhirnya mendapatkan ingatan bahwa kakak Fen Lian Telah melahirkan.

“Ah … iya aku lupa … hehe,” ucap Li Mei.

Saat Li Mei mengobrol, dia melihat Li Hua memasuki hotel bersama beberapa orang dan reporter.

“Kakak nanti akan aku hubungi lagi,” ucap Li Mei menutup telpon.

Li Mei pergi dan meninggalkan hotel dan pulang kerumahnya. Sesuai dengan ingatan, bahwa rumahnya berada di sebuah perumahan elite. Li Mei pergi mengggunakan taxi untuk pulang kerumah.

Saat memasuki pintu rumah, keluarga telah berkumpul diruang keluarga yang besar. Bahkan kakak laki-laki dari Li Mei yang jarang pulang kerumah ada disini. Mereka semua melihat Li Mei dengan tatapan marah dan tidak menyenangkan. Hanya ibu tiri yang melihatnya dengan tatapan sedih.

“Li Mei kamu baru pulang? Li Hua bilang kamu-“

PLAK, belum selesai ibu tiri berbicara sang ayah membuat sebuah tamparan di pipi Li Mei.

Li Mei menatap ayahnya dengan tatapan tidak percaya.

“Apa kamu bersenang-senang tadi malam?” teriak sang ayah.

Li Mei hanya diam menatap mereka semua. “Apa yang aku lakukan?” tanya Li Mei.

“Kamu masih bertanya?” teriak sang ayah lagi.

“Li Mei kamu tahu apa yang kamu lakukan ini tidak baik,” ucap sang kakak laki-laki dengan nada kecewa.

“Suamiku tenang … Li Mei ayo akui kesalahanmu dan meminta maaf pada ayah,” ucap ibu tiri dengan cemas.

Li Mei mengabaikan ibu tiri itu dan menatap ayahnya serta kakaknya. “Aku tidak melakukan apapun,” jawab Li Mei dengan ekspresi tegas.

“Kamu-“

Sebelum sang ayah selesai berbicara suara TV menghancurkan semua suasana.

“Kalian lihat aku tidak tahu mengapa kakakku melakukan hal seperti ini.”

“Tadi malam aku melihat dia dengan beberapa pria dan mengatakan akan bersenang-senang dengan beberapa pria,” ucap Li Hua sambil mengusap air mata yang tidak ada dimatanya.

Li Mei melihat ini semua hampir mau tertawa.

“Apa yang dikatakan anakmu?” tanya Li Mei kepada ibu tiri.

“Aku bahkan berada disini sekarang … siapa yang ingin dia rekam?” tanya Li Mei lagi.

Ibu tiri itu hanya diam dan dengan cemas menggigit kukunya sambil melihat TV.

Sang ayah melihat TV dengan mata kaget.

“Apa yang putrimu lakukan di sana?” teriak sang ayah kepada ibu tiri.

“A-aku juga tidak tahu,” jawab ibu ketakutan.

Li Mei membersarkan volume suara TV.

“Apa mungkin karena kamu merebut tunangan kakakmu sehingga dia menjadi stres?” tanya seorang reporter.

“Apa? Kakak tidak mungkin seperti itu,” jawab Li Hua.

“Lihat! Pintunya tidak terunci,” teriak seorang reporter.

Terdengar suara ******* didalam kamar tersebut dan membuat orang sekitar menjadi hening dan aget. Li Hua mendengar suara itu tersenyum dengan gembira.

Saat seorang reporter membuka pintu dan ingin merekam adegan panas yang ada didalam ternyata semua tidak sesuai dengan yang mereka semua harapkan.

“Apa-apaan ini? Menjijikkan,” teriak seorang wanita reporter.

“Sial mataku.”

Li Hua yang mendengar teriakan semua orang merasakan kesenangan dan ingin melihat apa yang dilakukan Li Mei. Saat berusaha untuk melihat Li Hua sangat kaget.

“Aaaaaa …” teriak Li Hua.

“Menjijikkan,” lanjut Li Hua.

Li Mei dan keluarga yang menonton semua siaran langsung yang ada di TV terdiam sesaat sampai sang ayah mematikan TV. Sang ayah mulai memejamkan mata dan memijat bagian atas batang hidungnya.

“Aku sebaiknya kekamar dulu,” ucap Li Mei berjalan keatas.

Saat Li Mei telah memasuki kamar. Li Mei mendengar semua omelan ayahnya dan mendengar suara ibu tirinya menangis meminta maaf.

Disisi lain kamar hotel.

“Tuan apa ada baik-baik saja?” tanya sang asisten.

“Yah … “ Zhang Min melihat darah yang ada di kasur dan mengerutkan kening.

“Cari wanita yang tidur denganku tadi malam.”

“Aku tidak ingin wanita itu membuat masalah dikemudian hari,” ucap Zhang Min.

“Baik Tuan,” jawab sang asisten.

Akhir dari Bab 2

Bab 3 Hamil

Di perusahaan Wingston.

“Tuan,” panggil seorang asisten.

“Bagaimana?” tanya Zhang Min.

“Wanita itu tidak ditemukan dimanapun CCTV juga telah dirusak.”

Zhang Min mengerutkan kening. “Bagaimana dengan obat bius?” tanya Zhang Min.

“Itu dilakukan oleh keluarga Lu … mereka ingin mengirim anak perempuannya tetapi tidak berhasil,” ucap sang asisten sambil membenarkan kacamatanya.

“Baiklah … urus keluarga Lu ini untukku,” ucap Zhang Min dingin.

“Siap Tuan.” Asisten mundur dan pergi meninggalkan presdir sendirian.

Zhang Min mengetuk meja dengan jari telunjuk sambil memikirkan gadis tadi malam. Dia tidak terlalu mengingat wajah gadis itu. Kejadian tadi malam selalu terbayang dibenaknya, karena itu adalah pertama kalinya dia dengan seorang wanita.

“Sial,” teriak Zhang Min.

Dikediaman keluarga Li.

Ayah Li terus memarahi Li Hua beserta istrinya.

“Lihat apa yang kamu lakukan … membuat malu keluarga Li,” teriak ayah Li.

Li Hua menangis memeluk ibunya.

“Li Hua masih anak-anak,” ucap sang ibu.

“Anak-anak? Sebesar ini anak-anak?” teriak ayah Li lagi.

“Ibuuuu … “ rengek Li Hua.

“Hah … masuk kekamar sekarang cepat!” teriak ayah Li.

Li Hua pergi berlari kekamar sebelum ayahnya mengomel lagi.

“Lihat … itu yang terjadi jika kamu terlalu memanjakannya,” ucap ayah Li kesal.

“Li Hua hanya sedang-“

“Sudah aku tidak ingin mendengar penjelasanmu lagi ….”

“Suruh Li Hua untuk menjaga sikapnya karena sekarang dia adalah tunangan Gong Fang.”

“Jangan sia-siakan ini … ini semua untuk keluarga,” ucap ayah Li tegas.

“Baiklah aku akan memperatikan Li Hua,” jawab sang ibu.

“Bagus kalau begitu.” Ayah Li berjalan pergi memasuki ruang kerjanya.

Ibu Li menghela nafas dan pergi memasuki kamar Li Hua.

“Apa yang terjadi? Mengapa Li Mei tidak ada dikamar itu?” tanya Ibu Li.

Li Hua memeluk bantal untuk menutupi wajahnya. “Aku tidak tahu mengapa dia bisa keluar dari kamar itu.”

“Sial … semua rencana gagal,” ucap Li Hua kesal sambil memukul bantal.

“Sudahlah sekarang pikirkan bagaimana caranya menenangkan ayahmu,” ucap Ibu Li mengelus kepala Li Hua.

“Hah … baiklah,” jawab Li Hua.

Li Mei yang berada dikamar sedang mempelajari apa saja yang ada didunia ini menggunakan laptop yang baru saja dia temukan dikamar.

“Waw … ini sangat bagus.”

“Berada di dunia ini tidak buruk,” ucap Li Mei bersemangat.

“Hahaha … semua sudah ada disini … bahkan kita bisa membeli barang tanpa harus pergi ketempatnya,” lanjut Li Mei.

“Ah iya kalau tidak salah gadis ini kuliah dijurusan farmasi dan juga sedang mengambil s2 di usia yang masih muda.”

“Sepertinya dia tidak bodoh … bagus sekali,” ucap Li Mei bersemangat.

Saat sedang asik mencaritahu tentang dunia ini, tidak terasa sudah jam makan malam. Li Mei turun untuk makan malam dan melihat semuanya sudah berkumpul.

“Makan malam kali ini ayah akan mengumumkan sesuatu,” ucap ayah Li.

Semua diam sambil makan dan mendengarkan sang ayah berbicara.

“Li Mei kamu akan bertunangan dengan keluarga Hao,” ucap ayah Li sambil memakan makanan.

“Apa?” teriak Li Mei.

“Bukankah orang itu awalnya tunangan Li Hua?” tanya Li Mei.

“Semua sudah berubah dan keluarga Hao tidak keberatan denganmu.”

“Aku tidak mau,” ucap Li Mei.

“Li Mei,” teriak ayah Li.

“Ayah tahu reputasinya sangat tidak bagus dan juga lihat wajahnya … dia bukan tipeku,” teriak Li Mei.

“Lalu siapa tipemu Gong Fang?” ledek ayah Li.

Li Mei tertegun sejenak. “Itu salahmu karena tidak bisa menjaga priamu,” ucap ayah Li sambil menyesap air minum.

Li Mei menggenggap sendok yang ada ditangannya. “Kenapa itu jadi salahku? Tentu saja itu salah Gong Fang karena tidak bisa menjaga hatinya dari seorang wanita penggoda,” ucap Li Mei sambil melirik Li Hua.

“Kenapa kamu melihatku seperti itu? Itu berarti kamu tidak bisa membuat priamu puas dengan penampilanmu” ucap Li Hua kesal.

“Hah … ibu dan anak sama saja,” ucap Li Mei dengan senyum ledekan.

“Li Mei,” teraik ayah Li.

“Apa? Apa yang aku katakan memang benar … ibu dan anak sama-sama penggoda dan perebut pria orang lain,” teriak Li Mei.

“Bisakah kamu hentikan sekarang juga?” teriak ayah Li.

“Li Mei hentikan,” ucap sang kakak sambil menenangkan Li Mei.

“Lepaskan aku … aku ingin mengatakan ini sejak lama.”

“Kalian semua sampah … sampah yang membunuh ibuku,” teriak Li Mei menunjuk ke ibu tiri dan sang ayah.

“Li Mei,” teriak sang kakak.

Li Mei melihat kearah kakak laki-laki dan menatapnya dengan sedih.

“Apa kamu bahagia hidup dengan keluarga ini?” tanya Li Mei dengan nada sedih.

“Sudah hentikan Li Mei,” ucap sang kakak menahan amarah.

“Dengar … kakak … kamu ada pijakan dirumah ini … kamu adalah penerus keluarga sedangkan aku? Aku hanya akan dijual demi keuntungan keluarga ini,” teriak Li Mei tidak bisa menahan air mata.

Sang kakak hanya terdiam mendengar perkataan Li Mei dan menatap Li Mei dengan pandangan merasa bersalah.

“Li Mei hentikan semua omong kosongmu … ibumu sudah tidak ada … jangan membawanya lagi.”

“Ini rumahku dan kamu tinggal disini yang berarti harus mengikuti peraturanku,” ucap ayah Li tegas.

“Kamu akan bertunangan dengan keluarga Hao.”

Li Mei menggertakkan gigi dan pergi berjalan keatas menuju kamarnya. Melihat semua kejadian ini Li Hua dan sang ibu hanya bisa tersenyum dan melanjutkan makan mereka dengan bahagia.

Li Mei merebahkan diri dikasur dan menghela nafas. “Hah … aku terbawa suasana tadi … seharusnya aku bisa menahannya,” ucap Li Mei kecewa dengan tingkahnya.

“Tapi yang aku katakan tadi memang benar adanya … aku benar-benar kesal,” keluh Li Mei sambil duduk memeluk bantal.

“Aku akan keluar dari rumah ini dan menghasilkan uang sendiri dengan kemampuanku,” ucap Li Mei.

Li Mei mulai berbaring dan melihat handphonenya. Melihat berita terkini yang ada di dunia ini. Saat sedang melihat berbagai berita gosip dan scandal, Li Mei tanpa sengaja melihat pria malam itu.

“Zhang Min?” teriak Li Mei dengan kaget.

“Ya ampun tidak hanya wajahnya … namanya juga sama.”

“Apa dia juga terbawa kedunia ini?”

“Mengapa sangat beruntung? Lagi-lagi menjadi orang kaya dan pria yang paling diinginkan.”

“Hah … sial sekali melihat berita ini … rasa iriku mulai muncul,” ucap Li Mei meratapi nasibnya.

“Tunggu,” Li Mei tiba-tiba mengingat sesuatu.

“Aku belum meminum obat kontrasepsi!” teriak Li Mei.

Li Mei memegangi perutnya dan pergi berlari mengambil jaket dan dompetnya. Memanggil taxi online dan pergi ke apotek terdekat.

Li Mei pulang kerumah dan meminum obat tersebut. “Semoga tidak terlambat,” ucap Li Mei ketakutan sambil memegangi perutnya.

Sepanjang malam Li Mei mencari tahu tentang kehamilan tanpa sengaja dan cara menggugurkannya. Li Mei belum siap memiliki anak, apalagi ayah dari anaknya adalah pria itu. Setelah membaca Li Mei menjadi agak tenang karena dia belum tentu hamil, Tidak semua hubungan akan menjadi seorang anak.

“Baiklah saatnya tidur,” ucap Li Mei bersiap-siap untuk tidur.

Pagi hari yang cerah Li Mei bangun dalam keadaan segar. Li Mei melihat jam dan bersiap-siap untuk sarapan. Saat turun kebawah sudah tidak ada orang lagi dimeja makan dan itu membuat Li Mei bahagia.

“Nona ini makanan suda siap,” ucap seorangn pelayan.

“Baik terimakasih banyak,” ucap Li Mei.

Li Mei melihat banyak makanan di meja makan, entah mengapa nafsu makannya bertambah. Li Mei memakan semua makanan yan ada di meja makan.

“Bibi aku ingin makan lagi,” teriak Li Mei.

“Apa? Tapi nona sudah banyak makan,” ucap pelayan.

“Bawakan saja apa yang ada,” ucap Li Mei.

Pelayanpun pergi memasuki dapur dan membawa makanan. “Ini nona,” pelayan itu membuka hidangan didepan Li Mei.

Li Mei dengan semangat mencium aroma kuat dari hidangan tersebut. “Hueeeek.” Li Mei merasa ingin muntah mencium bau kari ini.

“Apa ini sudah lama?” tanya Li Mei sambil menutup hidungnya.

“Tidak nona ini makanan baru dan masih panas,” jawab pelayan dengan heran.

Li Mei melihat dan menghirup aroma makanan dengan jijik. “ sudah singkirkan saja,” ucap Li Mei.

Pelayanpun membawa makanan tersebut. “ Uuuugh kenapa sangat tidak enak baunya,” ucap Li Mei dengan jijik.

Li Mei kembali kekamar dan mencium aroma pengharum ruangan. “HUEEEk.” Li Mei kekamar mandi dan memuntahkan makanan yang dia makan.

“Ada apa ini? Apa aku sakit?” tanya Li Mei dengan heran.

Li Mei pun pergi kerumah sakit terdekat untuk memeriksakan dirinya.

“Selamat anda akan menjadi seorang ibu,” ucap dokter.

Li Mei hanya terdiam dengan mulut terbuka.

“Ini resep obatnya silahkan diambil dan jaga kehamilan anda karena usia kehamilan masih sangat muda,” ucap dokter lagi.

Li Mei tersadarkan kembali. “Tunggu dokter … ini pasti ada yang salah dalam pemeriksaan … tolong periksa lagi,” ucap Li Mei panik.

“Tidak … semua pemeriksaan sudah sesuai prosedur dan diagnosis saya tidak mungkin salah,” ucap dokter sambil tersenyum kepada Li Mei.

Li Mei terdiam menatap dokter dengan tidak percaya. “Baik sekarang anda boleh keluar,” ucap dokter sambil menyuruh perawat membawa Li Mei keluar.

Li Mei masih tidak menyangka dan berdiri diam di depan pintu dokter.

“TIDAAAAAAAK,” Li Mei berteriak masih tidak percaya.

Akhir dari Bab 3

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!