NovelToon NovelToon

Bukan Salah Takdir

Mencari pekerjaan

Dimas Budi Tama, adalah seorang anak laki - laki pertama dari keluarganya. setelah lulus SMA Dimas memutuskan untuk mengadu nasib ke kota, niat nya kekota hanya satu yaitu untuk membantu perekonomian keluarganya.

Pertama tinggal di kota Dimas sangat merasa kesulitan, tapi ia tak pernah bercerita kepada orang tuanya di kampung.

Dia mencari kerja ke sana kemari dengan mengandalkan ijazah SMA yang di milikinya. Tapi, sudah sebulan dia hidup di kota, namun pekerjaan yang layak pun belum di dapatkannya.

Selama ini, ia hanya sebagai tukang cuci piring dan pelayan di ampera kecil. untuk saat ini dimas nggak memikirkan besar gaji, yang paling penting baginya adalah bagaimana caranya agar dia bisa bertahan hidup di negeri orang itu.

"Dim, tolong antarkan pesanan meja pojok sana ya.!"suruh bu mayang, selaku pemilik ampera.

"Baik bu,"Dimas pun mengambil makanan yang telah di siapkan oleh bu Mayang dan membawanya ke meja yang di maksud.

"Ini pak, pesanannya. Selamat menikmati."ucap Dimas, sebenarnya Dimas tidak perlu mengucapkan itu. Tapi, karena dia sering menonton drakor dan dia belajar dari pelayan - pelayan yang ada di drakor tersebut.

"Iya, makasih ya."balas sang bapak yang berpenampilan seperti preman pasar itu.

"Mayang, pelayan mu ini sopan sekali gue suka."seru bapak itu.

"Iya bagus lah Hen, orang dia anak baik - baik kok."kata bu Mayang, Dimas tersenyum mendengar bossnya itu memuji dirinya

Bapak yang dipanggil Henri itu pun mengacungkan jumpolnya. Henri pun mulai menyantap makanan nya, sesekali ia terlihat sedang menerima telpon dari seseorang, bapak itu sangat senang setelah menerima panggilan tersebut.

"Berapa?"tanya Henri saat berdiri di depan kasir.

"Biasa, masa elu lupa harga makanan gue. Baru juga sebulan elu kagak makan di sini."jawab Mayang.

"Gue nggak lupa, tapi kan , kali aja harganya naik."Henry pun mengeluarkan selembar uang warna biru dar dompetnya.

"Nah"

"Hen, elu ada kerjaan nggak buat si Dimas? Kasihan gue lihat dia, udah sebulan nyari. Tapi kagak nemu - nemu juga." kata Mayang sembari mengembalikan kembalian uang Henri

"Lah bukannya dia kerja sama elu?"tanya Henri

"Iya sih, tapi kerja sama gue itu cuma cadangan doang. Elu kira gue sanggup kasih dia gaji besar. Elu kan tau sendiri penghasilan ampera berapa."kata bu Mayang.

"Emang dia mau kerja dimana? "tanya Henri

"Dia mah kagak milih, yang penting kerja dan dia bisa bantu orang tuanya di kampung."kata Mayang.

"Gue ada sih kerja, kebetulan temen gue lagi nyari pegawai. Tapi itu, kerjaannya berat dan resikonya tinggi"kata Henri

"Nggak apa - apa pak, saya mau kok."saut Dimas dari belakang Henry

Henri menoleh kebelakang." serius kamu?" tanya Henri, dia melihat Dimas dari atas sampai bawah.

Merasa diperhatikan, Dimas pun tersenyum." bapak jangan lihat dari besar tubuh saya, meski saya kurus - kurus gini tapi saya kuat kok pak."kata Dimas memastikan.

Mayang pun tersenyum mendengar perkataan Dimas."Udah, elu nggak perlu ragu deh, kalau masalah tenaga."seru Mayang.

"Ok, ntar gue tanya teman gue lagi, dia masih nyari pekerja apa kagak."kata Henri

"Kalau gitu gue cabut dulu ya." pamitnya.

"Kita tunggu kabar baiknya ya."ujar Mayang. Henri pun mengacungkan jemponya ke atas.

Dimas mendekati Mayang." Makasih ya bu."ucap bu Mayang

"Iya sama - sama nak."balas bu Mayang tersenyum.

"Emang, bapak tadi itu siapa bu?" tanya Dimas

"Dia sahabat ibu saat SMA dulu." kata Mayang.

"Kenapa? Apa Kamu takut kalau nanti dia menjadikan mu preman?" tebak bu Mayang, dia bisa melihat ketakutan Dimas. Tapi dia senang karena Dimas tadi nggak menanyakan, jenis pekerjaan yang ditawarkan Henri kepadanya. Karena dia tau betul kalau sahabat nya itu sangat benci dengan orang yang milih - milih pekerjaan.

"Hehe... Ibu tau aja" balas Dimas.

"Kamu jangan lihat penampilannya yang kaya preman pasar itu. Sebenarnya, Henri itu adalah seorang CEO perusahaan tambang batu bara."jelas bu Mayang, Dimas sangat kaget mendengarnya.

"Benarkah bu?"

"Iya, tapi dia, nggak pernah mau melihatkan kekayaannya kepada siapa pun, kamu tau karena penampilannya itu, dia sudah hampir 10 kali masuk kedalam penjara. Karena polisi mengira dia yang melakukan kriminal, yang kebetulan terjadi di sekitarnya. "kata bu Mayang sambil menahan tawa saat mengingat sahabatnya itu.

Begini lah, bu Mayang dan Dimas. Mereka akan selalu bercerita dengan hangat saat mereka tidak memilki pelanggan.

___

keesokan hari nya, pak Henri pun datang kembali ke warung makan bu Mayang.

"May, mana tu karyawan elu yang katanya mau kerja ntuu?"tanya pak Henri kepada bu Mayang yang sedang duduk di meja kasir.

"Dimas? Dia lagi nganterin pesanan orang. Elu duduk dulu dah. Apa, elu kagak mau makan dulu?" tanya bu Mayang.

"Gue nggak laper. Pesan kopi aja deh kalau gitu."kata pak Henri berjalan ke meja yang biasa iya tempati.

Tak lama Dimas pun datang, ia menghampiri bu Mayang dan menyerahkan uang hasil pengateran pesanan yang dia antar kan.

"Dim, tu. Pak Henri nyariin kamu, samperin sana!"seru bu Mayang.

"Iya bu."Dimas pun berjalan menghampiri meja yang di tempati pak Henri.

"Assalamualaikum, pak"sapa Dimas.

"waalaikumsalam, Dim. Ayo duduk!"Seru pak Henri

Dimas pun duduk di depan pak Henri." kata ibu, bapak nyariin saya, ada apa pak?"tanya Dimas

"Iya, kamu benar mau kerja?"tanya pak Henri

"Iya pak, mau banget. Kerja apa aja, saya mau kok." kata Dimas semangat.

"Jadi gini, perusahaan teman saya membutuhkan karyawan, dan saya udah masuk kan nama kamu kesana. Dan alhamdulillah, mungkin karena ini rezeky kamu. Mulai besok kamu udah boleh kerja di sana."kata Henri

"Be-benarkah itu pak?"tanya Dimas dengan mata yang berkaca - kaca.

"Iya, tapi ingat kamu harus kerja yang benar. jangan bikin malu saya, ya."kata pak Henri

"Siap pak, siap"kata Dimas berdiri dan menghampiri pak Henri, lalu di ciumnya tangan pak henri dan di peluknya.

"Makasih, makasi pak."ucapnya.

"Iya sama - sama."kata pak Henri menepuk bahu Dimas.

Dimas menghampiri bu mayang,"bu, aku dapat kerja bu"kata Dimas senang.

"Selamat ya nak,kerja yang benar ya. Ingat keluarga mu di kampung"pesan bu Mayang.

"Iya bu, pasti bu. Aku kerja juga demi mereka, doain aku terus ya bu."ucap Dimas tersenyum senang. Rasa nya Dimas sangat ingin memeluk wanita parubaya yang sudah menolong nya selama ini. Tapi Dimas nggak mungki melakukan itu, karena bu Mayang sangat agamis.

'Terimakasih, YA ALLAH. Amak, abah makasih doa nya. Dan semoga dengan mendapatkan kerja ini, Dimas bisa meringan kan beban yang kalian pikul selama ini.' kata Dimas dalam hati.

...****************...

Jangan lupa Like dan komennya ya guys, kalau bisa sih di vote ya kan tapi aku gak maksa kok. Gak vote juga gak apa - apa, yang penting kalian udah mau dukung karya yeoja.

Terimah kasih💜

Memberi kabar pada orang tua

Malam hari nya Dimas menghubungi keluarga nya di kampung. Dia benar - benar seneng bisa mendapatkan pekerjaan ini.

^^^"Assalamualaikum, adek" kata Dimas mengucapkan salam saat adeknya mengangkat telpon nya.^^^

"Waalaikum salam, bang"balas adeknya.

^^^"Kamu apa kabar? Rumah gimana keadaanya?"tanya Dimas.^^^

"Alhamdulillah kita semua sehat kok bang, abang sendiri gimana kabar nya?"

^^^"Abang juga baik kok, dek. Oiya amak sama abah mana?"tanya Dimas, dia sudah tak sabar ingin mendengarkan suara orang tuanya. Sejak merantau, Dimas sangat jarang menghubungi keluarganya. Karena ia takut membuat orang tua nya tau bagaimana kehidupan nya di negeri orang.^^^

"Tunggu ya bang, aku panggilin dulu."kata adeknya. Adek Dimas ini namanya Rara, dia orangnya sangan pendiam dan cuek banget.

Dimas pun menunggu adek nya itu memberikan telponnya kepada amaknya.

"Halo, assalamualaikum"ucap ibu Dimas

^^^"Waalaikum salam mak, mak apa kabar?"tanya Dimas yang begitu mendengar suara mak nya, air mata nya pun langsung menetes.^^^

"Alhamdulillah, mak sehat nak. Kamu apa kabar, kok selama di sana kamu kok jarang hubungi mak?"tanya mak

"Iya mak, maafin Dimas ya. Tapi, Dimas janji besok - besok Dimas akan sering - sering hubungi rumah."kata Dimas dengan suara berat menahan tangis.

"Iya, kita semua khawatir sama keadaan kamu di sana. Tiap di telpon selalu aja nggak di angkat. Kenapa sih nak, kamu ada masalah ya di sana? Kalau udah nggak sanggup mending kamu pulang aja nak, dari pada menderita di rantau orang."ujar mak, yang sangat mengkhawatirkan anaknya.

^^^"Aku baik - baik aja kok mak. Kemaren tu, telpon nya nggak diangkat. Karena aku merasa malu, belum dapat kerjaan dan juga nggak bisa ngirimin Mak uang."kata Dimas, menghapus air mata nya.^^^

"Masya allah nak, kamu kok mikirnya kaya gitu. Kita tu nggak butuh uangmu yang penting kamu tenang dan aman di sana."kata mak kaget mendengar ucapan anaknya.

^^^"Hehe... Kan nggak enak mak, masa aku merantau jauh - jauh tapi nggak bisa bantu keluarga. Tapi, sekarang mak tenang aja. Mulai bulan depan, Insya allah aku udah bisa ngirimin mak uang untuk belanja."kata Dimas^^^

"Kamu udah dapat kerja? Dimana? Dan kerja apa? Kamu jangan yang aneh - aneh ya nak, cari uang tu yang halal - halal aja. Ingat dosa, dan azab nya Allah"kata mak yang penuh tanda tanya saat mendengar ucapan sang anak.

^^^"Iya, alhamdulillah mak. Aku tadi siang dapat tawaran kerja di PT. Tapi, aku belum tau nama PT nya apa. Kata bapak itu, aku akan di ajak kesana besok, sekalian nyari kosant. dan ini pekerjaan yang halal kok mak. Mak jangan khawatir, aku masih ingat kok pesan - pesan amak dan abah."kata Dimas^^^

"Syukur la nak,"ucap mak sedikit lega.

"Nak, udah dulu ya telponnya. Adek kamu mau pake hp nya buat belajar."kata emak

^^^"Iya, mak. Mak sehat - sehat ya, aba juga. aku akan berjuang demi keluarga kiat, doakan aku ya mak."kata Dimas minta restu orang tuanya.^^^

"Iya nak, Assalamualaikum."

^^^"Waalaikum salam"balas Dimas.^^^

Ia memati kan sambungan telponnya. " gini ni, kalau nelpon nya nebeng sama Ara, gak pernah bisa pinjam ponselnya agak lamaan, padahal aku masih rindu sama amak."gerutu Dimas.

___

Pagi harinya, Dimas membantu bu Mayang seperti biasa, ia membuka warung dan menyusun meja - meja dan kursi.

"Nggak tau deh Dim, gimana ibu besok nggak ada kamu. Pasti ibu kerepotan banget." kata bu Mayang.

"Kenapa ibu nggak nyari karyawan aja, biar nggak repot?"tanya Dimas

"Susah Dim, zaman sekarang banyak orang yang nggak bisa di percaya. Dulu, ibu pernah make karyawan, ehhh baru juga seminggu dia udah nyuri uang penghasilan ibu selama seminggu itu. Sejak itu kapok ibu make karyawan." jawab bu Mayang.?"tanya Dimas

"Ya, ggak tau juga. Tapi, yang jelas saat ibu lihat kamu petama datang kesini minta kerjaan, ibu merasa yakin aja, kalau kamu itu orang nya baik dan terbukti kan , kamu baik banget.

"Ibu bisa aja, yaudah semuanya udah beres. Sekarang aku mau siap - siap dulu ya, nanti takutnya pak Henri keburu datang, eh aku nya belum ngapa - ngapain lagi"kata Dimas tersenyum

"Yaudah sana, makasih ya."ucap bu Mayang.

Dimas pun berlalu pergi meninggalkan warung, dan pulang ke kosan nya yang terletak tak jauh adari warung ampera bua Mayang.

___

Sekitar jam 10 pak Henri pun datang ke warung bu mayang, kali ini pak Hneri tak berpenampilan seprti preman lagi. Hari ini ia sengaja menggukan stelan jas.

"Widiiihhh... Tumben - tumbenan, elu pakebaju yang kaya begini, mau kemana?" tanya bu Mayang yang sedikit kaget akan penampilan pak Henri.

"Terpesona kan elu, sama penampilan gue?"kata Pak Henri mengedipkan sebelah mata nya.

"Idihh, ke pd an banget elu, gantengan juga laki gue."kata bu Mayang, ceme eh.

"Ya ya ya... Laki elu yang paling ganteng, dasar. "kata Henry kesal

"Mana tu anak?"tanya pak Henri

"Ada tu, tadi lagi kebelakang"kata bu Mayang.

"Nah itu dia" imbuhnya, saat melihat Dimas berjalan menghampiri mereka.

"Selamat pagi pak."sapa Dimas

"Iya, ini udah siang Dimas, nggak pagi lagi."ujar pak Henri

"Eh iya, itu maksudnya pak."bals Dimas

"Gimana, apa udah siap semua?"tanya Henri

"Udah pak"

"Yaudah, kita berangkat sekarang."kata pak Henri. Dimas pun menganggukkan kepala nya.

"Bu, kalau gitu Dimas pamitdulu ya, maksih untuk bantuan nya selama ini."ucap Dimas

"Iya, kamu hati - hati ya kerja nya dan jangan lupa sering - sering main ke sini."kata bu Mayang.

"Pasti bu.."kat Dimas mengangguk.

"Kita pergi, ya."ucap Henri yang di angguki oleh Mayang

Pak Henri dan Dimas pun berlalu pergi meninggalkan warung bu Mayang.

Selama di perjalanan menuju lokasih PT. Pak Henri tak henti - henti nya mengajak Dimas berbicara, ia menceritakn bagaimana usaha dan kerja kerasnya untuk menjadi seperti sekarang ini. Terkadang mereka akan tertawa dan juga terkadang serius,

"Nah, kita udah sampai, nggak terasa ya lama perjalanan nya kalau sambil ngobrol gini, biasa nya aku sampai bosan duduk di mobil tapi nggak juga nyampe - nyampe."ujar pak Henri

"Iya pak, mata juga nggak ngantuk. biasa nya aku selau tertidur kalau perjalanan jauh dengan mobil gini."kata Dimas,

"Yuk turun, kita akan membereskan ini dengan cepatn" kata Henri sampin keluar dari mobil dan di susul oleh Dimas.

"Kamu ingat ya, apa pun yang di tanya mereka, nanti kamu harus jawab dengan jujur. Karena CEO nya, menjungjung tinggi sikap kejujuran "pesan pak Henri.

"Baik pak"jawab Dimas.

Mereka pun mulai berjalan memasuki ke area perkantoran PT tersebut dan langsung berjalan ke ruangan CEO nya.

...****************...

Bertemu pak Rinald

"Selamat siang Rinald" sapa pak Henri, begitu memasuki ruangan CEO.

Rinald hanya bisa menggelengkan kepala nya, siapa yang bisa melarang seorang Henri, jika ingin hidupnya aman.

"Elu datang di saat yang tidak tepat bro.."ucap Rinald.

"Kenapa, menurut gue semua tindakan gue itu pasti yang paling tepat dan pas."balas Hendri tersenyum miring.

"Terserah elu deh, ayo duduk lah!"seru Rinald

"Apa gerangan, elu datang kemari? Biasa nya, elu paling ogah kalau di suruh untuk datang ke kantor."kata Rinald.

"Ini gue ngantar anak angkat gue kerja ke sini. Bukan nya semalam udah gue bahas?"ujar pak Henri.

"Oooo... Mana dia, kok nggak elo ajak masuk?"tanya Rinald yang tidak melihat siapa pun bersama Henri

Henri pun menoleh ke belakang, dia kaget saat tidak menemukan Dimas. Dengan buru - buru dia berdiri dan berjalan keluar untuk mencari Dimas.

"Ngapain kamu disini?"tanya Henri saat melihat Dimas sedang duduk di bangku panjang di depan ruangan Rinald.

"Saya sedang menunggu bapak."jawab Dimas.

"Ya maksud saya, kenapa kamu nggak mengikuti saya masuk kedalam?"tanya Henri

"Saya kira, bapak bakal nyuruh saya nunggu di luar. Kan di drama - drama korea seperti itu pak."kata Dimas polos.

"Astaga Dimas, kamu ya benar - benar."ucap Henri tak habis pikir.

"Yaudah, ayo kita masuk dan tolong kamu kurangi itu nonton drama - drama korea. Cowok kok suka nge drakor, aneh"kata Henri berjalan kembali masuk kedalam ruangan Rinald.

Rinald memperhatikan Henri berjalan menghampirinya sambil membawa seorang pemuda di belakang nya.

"Ini, orang nya?"tanya Rinald

"Iya, ini dia Dimas. Dia merantau jauh - jauh kesini, bertujuan untuk membantu perekonomian keluarganya."ujar Henri.

"Benar kah itu, Dimas?"tanya Rinald. Dengan semangat Dimas pun mengangguk dan tersenyum kearah Rinald

"Wah... Niat yang sangat mulia" ucap Rinald tersenyum mendengarnya.

"Baiklah, mulai besok kamu sudah boleh kerja di sini ya."kata Rinald

"Benarkah pak? Apa bapak tidak mau ngetest saya dulu?"tanya Dimas.

Henri menatap Dimas. "apa kamu mau di tes? Kalau nanti kamu di tes dan kalau hasil tesnya nggak memuaskan . Maka, dengan terpaksa dia tidak akan menerimamu bekerja di sini! Gimana, masih mau di tes?"tanya Henri yang tak habis pikir dengan kepolosan Dimas.

"Dimas, kamu sudah di terima kerja di sini. Jadi, saya tidak perlu mengetesmu lagi. Yang perlu kamu lakukan adalah, bekerjalah dengan sungguh - sungguh dan perlihatkan kepada saya kegigihan kamu untuk mewujudkan semua niat dan tekad kamu sebelum kesini itu, oke."kata Rinald menjelaskan kepada Dimas.

Rinald sangat paham , maksud dari perkataan Dimas.

"Baik pak, dan terima kaaih pak"ucap Dimas mencium tangan Rinald dan juga Henri. Dia sangat beruntung bisa bertemu orang - orang yang sangat baik di sini.

"Mia, datang keruangan saya sekarang!"seru Rinald kepada sekretarisnya melalui telpon yang ada di atas meja nya.

Seorang wanita cantik memasuki ruangan Rinald, dia terlihat sangat elegant dan sexy.

"Bapak memanggil saya?"tanya Mia berdiri di samping Dimas.

"Iya, tolong kamu antarkan dia ke mandor Beni. Dan suruh Beni untuk menjelaskan kepada Dimas semua peraturan dan cara kerja di sini!" perintah Rinald kepada Mia.

"Baik pak, ayo mari ikut saya!"kata Mia dan berjalan keluar.

"Kalau begitu saya pamit dulu ya pak."ucap Dimas.

"Iya, nanti kamu ikuti aja bagaimana nya Beni ya."kata Rinald

"Iya pak"

"Hmm... Nanti kalau kamu udah selesai dengan Beni, kamu kesini lagi, ya. Biar nanti saya bantu kamu untuk nyari kontrakan."kata Henri

"Baik pak, kalau begitu saya pergi dulu pak, permisi."ucap Dimas sopan. Henri dan Rinald hanya tersenyum.

Dimas pun berlalu pergi menyusul Mia yang sudah jalan lebih dulu.

"Dia itu lucu tau nggak, gue jadi ingat elu saat baru ketemu sama papa."kata Henri

"Iya, gue tadi juga sempat mikir gitu. Wah, ni anak karakternya mirip banget kaya gue dulu, pikir gue,hehehe."kata Rinald tertawa.

"Itulah salah satu alasannya, gue mau membantu dia."kata Henri.

"Elu benar.."

"Hmmmm.... Gue bosan ni, gimana kalau kita main catur!"seru Henri

"Nggak bisa, gue lagi banyak kerjaan. Udah sana elu keluar, jangan ganggu."kata Rinal mengusir Henri.

"Jadi, elu ngusir gue ni cerita nya?"tanya Henri

"Kurang lebih kaya gitu lah..."

"Pokoknya gue nggak bakalan pergi, sebelum kita main satu ronde."kekeh Henri

"Tc, udah tua gini. Ternyata sifat keras kepala elu belum juga hilang."ujar Rinald.

Dengan terpaksa, Rinald pun menutup laptop dan mematikan komputernya. Ia berjalan mendekati sofa dan mengambil catur yang ada di bawah meja depan sofa. Melihat hal itu, Henri pun sangat senang, dan dengan cepat ia menyusul sahabat nya itu,dan duduk di depan Rinald.

___

Sementara itu, Dimas sedang di bawa berkeliling oleh Beni. Beni menunjukkan semua ruang dan bidang yang ada di perusahaan itu. Dan Beni juga memberitahu kan , posisi yang tepat untuk Dimas.

"Kamu ngertikan dengan penjelasan aku?"tanya Beni

"Ngerti kok pak."jawab Dimas.

"Buset, kamu jangan panggil aku pak dong, aku tu belum tua dan kita itu seumuran tau.."kata Beni.

"Ah masa sih kita seumuran, tapi kok muka..."

"Apa, mau bilang tua?"tanya Beni.

"Bukan aku lo yang bilang."kata Dimas.

"Kurang asem kamu... Udah kamu panggil aku bang Ben aja."kata Beni.

"Ok, ok bang."kata Dimas.

"Yaudah ya, aku mau ngontrol lagi. Kamu belum mulai kerja hari ini kan?"tanya Beni.

"Belum bang, kata pak Rinald, aku mulai kerjanya besok."jawab Dimas.

"Ooooo... Ok, tapi bisa nggak kita ngomong nya nggak formal - formal amat, risih gue."kata Beni.

"Bisa - bisa, tadi gue kira, harus formal bang, maka nya pake aku - kamu." kata Dimas

"Yaudah, gue cabut kalau gitu."pamit Beni dan berlalu meninggalkan Dimas.

"Gue harus bisa, jadiin bang Ben sebagai teman."gumam Dimas.

___

Henri dan Dimas sedang berkeliling kota, hanya untuk mencari kontrakan untuk dimas.

"Pak, kalau bisa sih. Kontrakan nya nggak terlalu jauh dari PT."kata Dimas.

"Iya, ini lagi nyari yang dekat."ujar Henri

"Tapi, saya pikir ini udah terlalu jauh deh pak dari PT."

"Hahaha.... Iya ya, yaudah kamu tinggal nya di kontrakan dekat rumah saya aja, biar aman."kata Henri.

"Kenapa harus dekat rumah bapak?"tanya Dimas

"Karena disana, ada kontrakan yang murah."jawab Henri tertawa.

"Bapak bisa aja, tapi benar juga tu pak. Emang kontrakan yang murah lah yang saya butuh kan."balas Dimas, ikut tertawa.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!