NovelToon NovelToon

Cinta Manis Sang Presdir

Kesalah pahaman

Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Nandira gadis itu sedang mencuci piring didapur hotel bintang lima ini. Sudah lima bulan dia bekerja disini, sebagai housekeeping.

"Nan". Panggil salah satu temannya yang sudah senior.

"Iya Kak Ayu". Gadis itu melirik wanita yang berdiri disampingnya.

"Nan, bisakah kau antarkan es cream ini ke ruangan VVIP nomor satu?". Ucapnya menunjukkan nampan ditangannya yang berisi dua mangkuk es cream coklat.

"Memangnya ada Kak orang makan es cream malam-malam begini?". Gadis itu sedikit bingung. Dia yang berasal dari desa sering dikerjai oleh teman-temannya.

"Tentu saja. Sudah cepat jangan lemot". Paksa Reva salah satu pengawai senior juga disini.

"Tapi Kak_".

"Cepat Nan kau mau dimarahi Tuan David?". Ancamnya.

Gadis itu menggeleng dengan polosnya. David adalah pemilik hotel ini terkenal killer walaupun tampan. Kejam tak kenal belas kasihan kalau terjadi kesalahan.

Nandira menatap es cream ditangannya. Gadis itu sedikit ragu. Apalagi pesanan ini dari ruangan VVIP. Tentu orang yang ada didalam sana bukan orang sembarangan bukan?

"Kau tunggu apa lagi Nan? Cepat". Desak Ayu mulai kesal

"Iya Kak".

Gadis itu membawa nampan ditangannya dan siap mengantarkan pesanan tamu mereka.

"Yes berhasil Kak". Ayu dan Reva saling bertos ria.

"Kita lihat saja beberapa jam kemudian apa yang akan terjadi?". Keduanya tersenyum licik.

"Itu akibatnya berani mencari masalah dengan kita". Ujar Ayu.

"Tuan David tidak akan simpati lagi padanya. Hahaha aku jadi tidak sabar". Reva tertawa lebar.

Nandira gadis polos dari desa itu berjalan dengan pelan membawa es cream di tangannya.

Sejujurnya dia sedikit ragu dan hatinya mengatakan untuk jangan. Tapi dia tidak bisa menolak perintah Reva dan Ayu.

Gadis itu sudah berdiri didepan pintu kamar ruangan VVIP nomor satu. Kamar termewah dan termalah dihotel ini.

"Aduh, ketuk tidak ya? Kenapa aku ragu kalau ini pesanan nya?". Gumamnya

"Tapi tidak mungkin jika Kak Ayu dan Kak Reva berbohong". Dia menghela nafas panjang.

Dengan mengumpulkan sejuta keberanian nya. Nandira mengetuk pintu kamar itu.

Tok tok tok tok tok

"Permisi Tuan, ini pesanan anda". Ucap Nandira dari balik pintu.

Namun tak sahutan didalam sana. Gadis itu memberanikan diri membuka handle pintu dan benar saja, pintunya tidak dikunci.

"Permisi Tuan". Nandira masuk

"Apakah ada orang didalam saya diluar. Tapi bukan kelambu yaaa?". Celetuknya sambil terkekeh pelan.

"Wahhh kamar ini sangat mewah sekali. Aku baru pertama kali nya masuk kedalam kamar ini. Benar-benar hanya sultan yang bisa menyewa nya". Gadis itu berdecak kagum dia sampai lupa maksud nya masuk kedalam kamar ini. Maklum dari kampung.

"Kira-kira berapa ya bayar nya?". Gadis itu menggelengkan kepalanya

Seorang pria keluar dari kamar dengan handuk yang terlilit dipinggang nya. Dia berjalan sambil mengeringkan rambut nya dengan handuk kecil ditangannya.

Langkah pria itu terhenti ketika melihat seorang gadis tengah berceloteh seorang diri seperti orang gila.

"Siapa kau?".

Baritone suara itu langsung tertangkap ditelinga Nandira.

Gadis itu berbalik kebelakang. Matanya membulat sempurna saat melihat seorang pria tampan yang tengah berdiri dibelakang nya. Menatapnya tajam seolah hendak memangsanya.

Nandira buka terpaku melihat wajah tampannya tapi terpaku karena pria itu tidak memakai baju.

"Aaaaaaaaaaaaaaa". Teriak gadis itu.

Brakkkkkkkkkkk

Brughhhhhhhhh

Niatnya ingin bersembunyi karena malu eh malah menbrak pria itu dan sontak mereka berdua jatuh secara bersamaan diatas ranjang.

Sialnya Nandira berada di atas pria itu.

Deg

Deg

Deg

Deg

Jantung keduanya berpacu saling bersahutan didalam sana.

Brakkkkkkkkkkkkkkkk

Pintu terbuka lebar. Tampak beberapa anggota kepolisian dan beberapa satpam

"Apa yang kalian lakukan?".

Sontak keduanya tersadar dan menoleh kearah pintu masuk. Siapapun akan berprangska buruk pada keduanya.

"Ck, cepat turun". Pria itu setengah mendorong Nandira.

Secepatnya Nandira bangun dan dia menatap es cream yang sudah melumer diatas ranjang.

"Sial". Umpat pria itu.

"Apa kalian melakukan hal asusila dikamar ini?". Tuding salah satu polisi "Tuan Nathan, apa anda bisa jelaskan?". Cecar nya

Pria itu mengusar kepalanya kasar. Dia segera memakai baju. Tidak enak jika dilihat banyak orang.

Niat hati singgah dihotel karena ingin beristirahat sebentar dan kembali melanjutkan perjalanan bisnisnya tapi kenapa harus kena masalah seperti ini?

.

.

.

.

Nandira hanya terdiam membeku saat salah satu MUA merias wajahnya. Gadis itu seperti mati pikiran tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Bahkan dia sama sekali tak bergerak ditempat nya dan membiarkan saja apa yang akan dilakukan MUA itu pada wajahnya.

"Hiks hiks Ayah. Bunda. Maafkan Dira. Maafkan Dira. Dira sudah mengecewakan kalian". Gadis itu hanya bisa menangis dalam hatinya.

"Nona anda sangat cantik. Pasti Tuan bahagia memiliki istri seperti anda". Ucap sang MUA memuji kecantikan Nandira

"Hiks Kak, kau tahu tidak aku sebenarnya tidak mau menikah dengan pria itu. Kami tidak melakukan apapun kenapa malah disuruh menikah?".

"Sttt, jangan menangis Nona, nanti make up anda luntur". Cegah sang MUA. Dia mengambil tissue membersikan make up Nandira yang sedikit luntur akibat air matanya.

"Kenapa anda tidak ingin menikah dengan Tuan, Nona? Tuan adalah pria terkaya dikota ini. Pria tampan dan banyak wanita yang ingin menikah dengannya. Kenapa anda malah tidak mau?". Ucap sang MUA sambil memperbaiki make up Nandira.

"Aku tidak peduli dia siapa Kak. Bukan urusanku juga mau dia kaya". Nandira masih segugukan pelan.

Akibat kesalahpahaman itu mereka berdua dipaksa menikah. Nandira sempat menolak bahkan sambil menangis. Namun para polisi tak menerima protes Nandira.

Nandira bingung apa yang harus dia katakan pada kedua orangtuanya nanti. Tujuannya datang ke Jakarta adalah bekerja bukan untuk menikah.

Nandira menatap pantulan dirinya didepan cermin. Kebaya indah itu melekat dengan sempurna ditubuh ramping nya.

Dari bebek buruk rupa menjadi angsa yang cantik. Dia saja hampir tak mengenali wajahnya.

"Bagaimana bisa aku menikah tanpa Ayah dan Bunda. Bagaimana ini?". Batin Nandira gelisah.

"Kenapa pria itu tidak menolak saja. Aku tidak mengenalnya?". Isaknya pelan.

"Nona". Sang MUA mengusap bahu Nandira "Sebentar lagi anda akan dijemput bersiaplah Nona".

Nandira mengangguk. Sebenarnya wajahnya terasa lengket memakai make up itu, dia belum pernah memakai make up seperti ini.

"Mari Nona". Seorang pria tampan berjas rapih mengulurkan tangannya pada Nandira.

"Apakah harus pegang tangan Tuan?". Nandira selalu menjaga diri terhadap lawan jenis apalagi dia tinggal dikota.

Pria itu tersenyum mendengar pertanyaan polos dari calon Nona Muda-nya.

"Mari Nona, Tuan sudah menunggu anda". Ujarnya sambil tersenyum hangat.

Dengan terpaksa Nandira menyambut uluran tangan pria tak dikenal itu. Rasanya dia ingin menangis dengan hebat memikirkan nasibnya.

Bersambung...

Hai guys selamat datang dikarya baru author..

Jangan lupa dukungan kalian.

like

vote

komen

hadiah juga hehhe......

Dinikahi pria asing

Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Nandira menunduk dia menahan lelehan bening yang seolah ingin lolos dipelupuk matanya.

Sementara pria yang duduk disampingnya juga hanya menampilkan wajah datar tanpa ekspresi. Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan pria itu.

Pernikahan mendadak hanya ada beberapa orang disana. Satpam dan polisi serta seorang pria yang di yakini asisten calon suami Nandira dan pemilik hotel ini.

"Ini surat pernikahan anda Tuan. Silahkan ditandatangani". Ucap sang pendeta.

Pria itu mendatangi surat itu tanpa bertanya apa-apa. Sekarang pikiran nya kosong.

"Anda juga tanda tangan Nona". Suruhnya pada Nandira.

Nandira juga menurut tanpa bertanya. Dia bahkan tidak melirik nama suaminya yang berjejer setara dengannya. Dia hanya fokus pada namanya dan sekarang dia sudah sah menjadi istri orang lain.

"Dira". Panggil David, pemilik hotel ini.

"Tuan". Nandira membungkuk hormat "Maaf sudah mengecewakan anda Tuan". Nandira hanya bisa tersenyum kecut memikirkan nasibnya.

"Tidak apa-apa Dira". David hanya tersenyum kecut "Semoga kau bahagia yaa?". Ucapnya lagi.

David menaruh rasa pada gadis lugu dan polos itu. Meski Nandira hanya lulusan SMA tapi gadis itu cukup cekatan dalam hal bekerja. Dan David sempat bingung kenapa Nandira bisa sampai terjebak pernikahan dengan pria nomor satu dikota ini.

Acara selesai. Para saksi meninggalkan kamar Nandira bersama suami nya.

Sekarang Nandira duduk dibibir ranjang bingung apa yang harus dia lakukan.

"Mandilah. Di dalam almari Aris sudah menyiapkan pakaian mu". Ucap pria itu baru keluar dari kamar mandi selesai membersihkan diri.

"Baik Tuan. Terima kasih". Nandira berjalan menunduk menuju kamar mandi.

Pria itu mendesah pelan. Pikirannya benar-benar kacau. Bagaimana bisa dia menikahi gadis yang sama sekali tidak dia kenal dan lagi gadis itu masih sangat muda dari nya. Perbedaan usia mereka terlihat sangat jauh.

Namun dia bukanlah pria yang mau menjilat lidahnya sendiri. Dia adalah pria bertanggungjawab meski dia tidak melakukan kesalahan apapun dia tetap mempertanggungjawabkan semuanya.

Nandira keluar dari kamar mandi sudah dengan pakaian rapihnya. Sekarang dia bingung apa yang harus dia lakukan.

"Ini bacalah". Pria itu memberikan map padanya.

"Apa ini Tuan?". Tanya Nandira mengambil map itu.

"Siapa namamu?".

"Nandira". Sahutnya

"Nandira, begini kau tahu kan pernikahan kita ini hanya karena sebuah kesalahpahaman. Jadi ini surat kontrak menikah kita. Kita akan jadi sepasang suami istri hanya dalam waktu enam bulan. Setelah enam bulan nanti kita akan berpisah. Dan aku tidak akan menyentuhmu. Silahkan baca surat perjanjian itu, jika ada yang ingin kau tambahkan disilahkan". Jelas pria itu.

Nandira bernafas lega. Untung pernikahan nya hanya enam bulan saja dan suaminya tidak akan menyentuh nya. Jadi dia tidak perlu bersusah payah menjelaskan kepada kedua orang tua nya dikampung

"Baik Tuan". Gadis itu membuka map yang diberikan Nathan

Nathan menatap Nandira yang tampak serius membaca poin-poin didalam surat ini.

"Ternyata dia lucu juga". Batin Nathan tanpa sadar "Ck, apa yang aku pikirkan". Segera dia menggeleng mengenyahkan pikirannya.

"Tuan bolehkah aku tambahkan satu poin?".

"Silahkan". Sahut Nathan

"Anda tidak perlu menafkahi saya Tuan. Saya akan tetap mencari pekerjaan".

Kening Nathan berkerut heran "Kau menolak ku beri uang?". Nathan memincingkan matanya.

Nandira mengangguk dengan wajah polosnya "Kata Ayah tidak boleh bergantung pada orang lain, harus belajar mandiri dan kerja sendiri. Apalagi kita hanya menikah kontrak Tuan". Jelasnya

Nathan terdiam mendengar ucapan gadis itu. Baru kali ini dia bertemu gadis sepolos Nandira.

"Apa kau mengenalku?". Nathan menatap istrinya

Nandira menggeleng "Tidak Tuan". Sahutnya sambil menggeleng. Nandira memang tidak mengenal pria ini.

Nathan hampir tersendak ludahnya sendiri. Yang benar saja gadis ini tidak mengenalnya. Bahkan namanya saja selalu menjadi perbincangan hangat dimedia sosial.

"Baiklah". Sahut Nathan.

"Ini Tuan, saya sudah tandatangani". Nandira memberikan map itu pada Nathan.

Nathan mengambil map dari tangan Nandira lalu menyimpannya didalam nakas.

"Tidurlah diranjang aku akan tidur disoffa". Ucap Nathan berdiri

"Tidak Tuan. Anda saja yang diranjang, biar saya disoffa. Saya sudah biasa".

Nandira mengambil bantal dan selimut lalu berjalan menuju soffa.

Nathan terdiam ditempatnya. Baru kali ini dia menemukan gadis yang tidak terobsesi padanya. Biasanya para gadis selalu menempel dan ingin dekat dengan nya.

"Tunggu". Nathan mencengkram tangan gadis itu.

"Iya kenapa Tuan?". Nandira berbalik.

"Tidurlah diranjang. Tidak apa-apa aku disoffa".

"Tapi Tuan_".

"Aku tidak suka ditolak". Nathan menatap Nandira tajam.

"Baiklah Tuan". Nandira mengalah dan kembali meletakkan selimut dan bantalnya diranjang.

"Selamat malam Tuan. Saya tidur duluan".

Nathan mengangguk lalu mengambil bantal dan selimut juga dan menuju soffa.

Pria itu menatap Nandira yang sudah terlelap diatas ranjang. Padahal baru lima menit dia berbicara dengan gadis itu tapi Nandira sudah tidur dengan cepat dan seperti nya dia memang gampang tidur dan tidak mengalami insomia seperti Nathan

Nathan berbaring disoffa. Pria itu menatap langit kamar hotel ini.

Hidupnya memang seperti ini. Kesepian dan sendirian. Kedua orangtuanya meninggal sepuluh tahun yang lalu karena kecelakaan pesawat. Dia hidup bersama Kakek dan Neneknya. Namun beberapa tahun yang kalau lalu kedua orang itu pun pergi meninggalkan nya.

Nathan hidup bersama adik perempuan nya yang sekarang tinggal di Amerika sebagai dokter spesialis bedah.

Hari-hari Nathan hanya disibukkan dengan bekerja dan bekerja. Dia tidak memiliki waktu untuk mengecani wanita atau sekedar one night stand bersama para wanita malam.

Nathan mendesah. Matanya tidak bisa terpejam

"Seperti bermimpi. Aku menikahi gadis polos seperti nya. Bahkan jika dinilai dari sisi mana pun dia sama sekali tidak menarik. Tapi kenapa aku tidak bisa menolak?". Batin Nathan melirik Nandira yang tertidur.

"Kasihan gadis itu dia masih terlalu muda untukku. Tapi jika dilihat-lihat dia menggemaskan. Hanya saja sayang tidak terurus". Gumamnya.

Setelah lama bertelempati dalam hatinya. Akhirnya pria itu tertidur disoffa. Besok dia akan kembali melanjutkan perjalanan bisnisnya dan pulang ke Jakarta.

"Ayah. Bunda. Maafkan Dira Ayah. Dira sudah mengecewakan kalian".

Baru saja mata Nathan terpejam dia harus diganggu oleh suara istrinya.

"Astaga, kenapa gadis itu bisa menigau sih?". Gerutunya menutup telinganya dengan bantal.

"Ahhh sial apa hidup ku begini? Kenapa bisa-bisanya aku terjebak dengan gadis seperti nya?". Umpat Nathan dalam hatinya.

"Ayah. Bunda. Maafkan Dira Ayah. Dira sudah mengecewakan kalian".

"Arggh". Nathan terduduk. Wajah pria itu memerah

Dia berjalan menuju ranjang Nandira. Seketika hati pria terasa menghangat saat menatap wajah polos Nandira yang terlelap. Wajah asih. Wajah damai dan tenang.

"Kenapa aku jadi tidak bisa marah yaaa?". Pria itu bergumam heran.

Tangan Nathan terulur menyingkirkan anak rambut Nandira.

"Kau masih terlalu kecil untukku. Semoga kelak kau mendapatkan pria yang baik yaaa?". Ujarnya pelan.

Bersambung....

Kehidupan baru

Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Pantulan cahaya matahari menyinari wajah gadis cantik itu. Dia mengeliat sambil melindungi wajahnya dari pantulan sinar matahari.

"Astaga aku kesiangan". Sontak gadis itu duduk dan turun dari ranjang "Jam berapa ini? Aku harus kerja". Ucapnya merapikan tempat tidur.

"Aduh, aku lupa sekarang kan aku tidak bekerja dihotel ini lagi". Gadis itu terduduk lemas dibibir ranjang "Kemana Tuan tampan itu?". Nandira melirik soffa yang hanya terdapat bantal dan selimut bekas suaminya tidur.

"Aku mandi sajalah".

Setelah merapikan tempat tidur. Gadis itu mellengang pergi kekamar mandi dan membersihkan diri. Kehidupan barunya. Entahlah, Nandira saja tidak tahu kenapa takdir membawanya masuk kedalam kehidupan seperti ini.

"Ini baju apa?". Gadis itu melirik aneh gaun-gaun mahal yang disiapkan suaminya "Aku tidak mau pakai ini. Cara pakainya saja aku tidak tahu".

Dia mengambil tas nya yang semalam sempat dia ambil di mess.

Nandira lebih memilih memakai baju kampung nya dari pada memakai baju yang dia bilang aneh itu. Gadis kampung seperti nya mana pernah melihat baju sebagus dan semewah itu secara langsung?

"Nahh, pakai ini aman dan bagus". Dia tersenyum sumringah

"Tapi dimana Tuan itu? Aku harus kemana setelah ini? Ikut dia atau pulang kampung saja. Tapi kalau aku pulang kampung, Ayah dan Bunda pasti heran masa baru lima bulan di Jakarta sudah pulang". Gadis itu menghela nafas panjang dia paling suka bicara sendiri.

Nandira duduk disofa seperti orang bodoh sambil memegang tasnya. Dia bingung sendiri mau kemana? Rasanya terkurung dalam kamar mewah itu.

Gadis itu melamun lagi. Seperti mimpi saja dia menikah. Terlalu singkat waktunya. Dia masih muda. Tapi Nandira bersyukur karena pernikahan nya hanya enam bulan saja. Jadi dia tidak perlu berepot-repot menjelaskan pada kedua orangtuanya.

"Selamat pagi Nona". Aris masuk kedalam kamar itu.

"Ehhh selamat pagi Tuan". Sontak Nandira bangun dan membungkuk hormat pada Aris.

"Tidak perlu sesopan itu pada saya Nona. Anda adalah majikkan saya". Aris tersenyum gemes. Gadis ini memang benar-benar masih polos. Mungkin karena pergaulan dikampung jauh berbeda dengan kehidupan dikota.

"Ohh tidak Tuan, anda salah. Saya bukan majikan anda". Sahut Nandira menampilkan senyum manisnya.

Aris hanya terkekeh. Lalu senyum pria itu memudar saat melihat pakaian yang dipakai Nandira.

"Nona saya sudah siapkan pakaian di almari. Kenapa anda tidak memakainya?". Tanya Aris lembut sambil tersenyum hangat.

"Ohh maaf Tuan. Saya tidak suka baju-baju seperti itu, kurang bahan. Saya pakai ini saja". Sahutnya.

"Baiklah kalau begitu Nona. Ayo Tuan sudah menunggu anda dimobil". Ajak Aris.

"Dia sudah menunggu dimobil?".

Aris mengangguk "Iya Nona. Mari biar saya bawakan tas anda".

"Tidak usah Tuan, biar saya saja takut merepotkan". Tolak Nandira.

"Sama sekali tidak Nona. Ini pekerjaan saya". Jawab Aris mengambil tas lusuh Nandira dari tangan gadis itu "Nama saya Aris Nona, jangan panggil Tuan. Panggil saja Aris". Ujar Aris.

"Tidak sopan. Saya panggil Mas Aris saja bagaimana?". Gadis itu tersenyum sambil mengerhab-ngerjabkan matanya.

"Terserah anda Nona yang mana baiknya". Jawab Aris asal, dia sedikit salah tingkah melihat wajah polos Nandira.

"Mari Nona".

Nandira yang bingung kemana Aris akan membawanya hanya mengikuti saja. Gadis itu memang terlihat kampungan dari pakaian nya saja orang sudah tahu kalau dia dari kampung.

"Mas kenapa banyak orang?". Tanya Nandira heran.

"Kita lewat dibelakang saja Nona". Aris menggandeng tangan Nandira.

Mereka adalah wartawan yang ingin meliput berita pernikahan Nathan. Padahal pernikahan ini tersembunyi tapi masih ada saja orang yang diam-diam memotret nya lalu menyebarkannya di media sosial. Sehingga Nathan diburu dengan berbagai pertanyaan

"Mas, kenapa harus lewat sini?". Tanya Nandira heran.

"Nanti akan saya jelaskan Nona". Jawab Aris.

Mereka sampai dilobby hotel. Para wartawan tidak ada yang melihat mereka.

Aris bernafas lega. Sebenarnya sudah biasa dikejar wartawan tapi kasihan Nandira yang belum biasa. Takut gadis ini malah disakiti orang lain.

"Silahkan masuk Nona". Aris membuka pintu mobil.

"Terima kasih Mas".

Gadis itu masuk kedalam mobil. Dia terkejut saat melihat Nathan yang sedang duduk sambil memangku laptop dipangkuannya.

"Selamat pagi Tuan". Sapa Nandira sedikit bergeser. Takut dekat-dekat pria itu, siapa tahu Nathan jijik padanya.

"Pagi". Sahut Nathan tersenyum hangat "Bagaimana tidur mu semalam?". Tanya Nathan tersenyum manis dia tidak mau membuat istrinya ini takut padanya.

"Nyenyak Tuan. Maafkan saya yaa, harus nya saya bangun duluan. Ehh malah keduluan sama Tuan-nya". Nandira cenggesan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Tidak apa-apa". Sahut Nathan "Kenapa tidak pakai pakaian yang di almari?". Tanya Nathan. Sementara Aris fokus menyetir.

"Tidak Tuan. Baju kurang bahan. Ayah bilang jangan pakai pakaian yang terlihat paha sama dadanya, aku bukan KFC".

"Prufffttttt". Nathan menutup mulutnya menahan tawa. Begitu juga dengan Aris yang menyetir didepan.

"Kenapa disamakan dengan KFC?". Tanya Nathan penasaran. Dia sampai melupakan pekerjaan nya, seperti nya gadis disampingnya ini lucu.

"Kan kalau KFC paha dan dada saja Tuan, tidak ada yang disebut kepalanya. Ayah bilang begitu". Sahut Nandira polos.

Nathan masih menahan tawanya. Gadis itu sungguh menggemaskan dan polos-polos nya.

"Lalu kau mau tetap memakai baju itu?". Nathan melirik pakaian Nandira. Celana jeans dan baju kaos serta sweater rajut yang pas ditubuh munggil Nandira.

"Iya Tuan, saya lebih suka pakaian seperti ini". Sahut Nandira.

Nathan tersenyum. Zaman sekarang masih ada wanita yang menjaga cara berpakaian nya. Biasanya para wanita selalu berpakaian sesuka hati menampilkan lekuk tubuhnya tanpa tahu malu, padahal itu dapat mengundang kejahatan para laki-laki.

Keasyikan mengobrol dengan Nandira tidak terasa sudah sampai dikediaman mewah rumah Nathan. Bisa dibilang itu Mansion karena sangat mewah dan besar.

Aris turun membuka pintu untuk pasangan suami istri itu.

Mata Nandira tak berkedip menatap bangunan mewah yang hanya dia lihat di televisi dan gambar mainan adiknya. Benar-benar mewah, pikir gadis itu.

Gadis itu berdecak kagum. Dia seperti sedang berada di negeri dongeng, dimana seorang pangeran membawa Tuan putri berkeliling istana. Semoga bukan mimpi.

Didepan Mansion disuguhkan dengan taman dan fatamorgana keindahan bunga-bunga mahal yang tertanam disana.

"Kenapa?". Tanya Nathan, keningnya berkerut melihat gadis itu yang hanya terdiam menatap bangunan rumah mewahnya.

"Tuan rumah sebesar ini bagaimana cara membersihkan nya?". Gadis itu masih belum sadar dari kekaguman nya.

Nathan hanya tersenyum simpul

"Ayo". Ajaknya.

Nandira mengangguk dan mengekor Nathan dari belakang.

Aris tersenyum simpul, seperti nya Tuan-nya itu sudah memiliki rasa simpati pada istrinya. Selama ini Nathan tidak memiliki waktu untuk mengencani gadis-gadis yang mendekati nya. Dia seolah tak tertarik dengan lawan jenis karena kesibukan nya dalam bekerja.

Bukan itu juga alasannya. Nathan tidak yakin akan menemukan wanita yang bisa menerima dia apa adanya. Apalagi hidupnya hanya seperti ini, tidak ada siapa-siapa. Adiknya pun jarang pulang ke Indonesia paling disela-sela ketidaksibukkannya.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!