"Pa, kenapa papa setega ini sama Adel? ". tanpa sadar aku meninggikan suaraku.
"Adel... Papa juga gak mau begini. Tapi Pak Dirga tertarik sama kamu". ucap ayah sambil mengusap wajahnya.
Jujur aku tidak percaya melihat papa seperti ini padaku. aku masih ingin melanjutkan kuliahku aku ingin mengejar cita cita ku tapi kenapa sekarang harus seperti ini.
"Adel papa harap kamu bisa mengerti keadaan kita. Besok Pak Dirga akan datang bertemu kamu".
"Papa jahat. Aku bukan boneka papa !".
"Adel!! ".
Aku berlari menuju kamarku. aku membuka laci tempat dimana aku menyimpan harta berhargaku. Yaitu foto seorang perempuan dengan wajah yang tersenyum lembut sambil menggendong anak kecil. Ya itu adalah foto almarhum mamaku. Mama meninggal ketika aku masih berumur 8 tahun. Mama adalah sosok yang sangat lembut dan penyayang. Waktu aku kecil mama pasti akan memelukku ketika aku sedih sampai aku merasa lebih baik. dan kini aku sangat membutuhkan pelukan mama.
" Ma, papa jahat sama adel... ".
" Papa jodohin adel sama orang yang adel gak kenal ma....". Saat ini aku berharap mama dapat memelukku dengan erat. Mengusap lembut rambutku dan menenangkanku.
" Ma, kenapa papa jahat sama Adel ma...?"
Aku bukan anak manja seperti yang kalian pikirkan tapi dari dulu Papa selalu mengatur apapun yang harus kulakukan bukan hanya masalah belajar untuk bergaul pun aku harus meminta izin darinya. Dan kini Papa benar benar kelewatan dia mengatur bahkan dengan siapa aku harus menikah. ini tidak adil untukku.
**********
Mataku terasa amat berat. Aku yakin pasti mataku bengkak seperti habis ditinju. Semalam aku menangis sampai tertidur ya tentu saja mataku akan berakhir seperti kue bolu yang mengembang.
Perut ku terasa lapar tapi aku tidak selera untuk makan. Hari ini Pak Dirga akan datang. Yang kutau Pak Dirga adalah salah satu mitra kerja ayahku yang paling banyak berinvestasi di perusahaan. dan tentu hubungan mereka sangatlah dekat.
Tok...tok... tok
" Non Adel tuan memanggil kebawah".
" Iya bik, bentar lagi adel turun". Aku segera beranjak dari tempat tidurku yang berantakan. Aku melihat ayah duduk manis di meja makan sambil menyantap sarapan dengan santainya.
"Adel kenapa kamu bangun terlambat". ucap papa sambil menatapku menuruni anak tangga. Namun aku hanya diam tak ingin menyahutnya.
" huh... ".
" Duduk dan sarapan. Setelah sarapan kompres matamu supaya tidak bengkak lagi" .
Aku tidak mengerti jalan pikiran ayah yang terus mengatur hidupku mengatur pergerakan ku. Selalu seperti ini tidak ada kebebasan.
" Ingat nanti siang pak dirga akan datang. Kamu harus berdandan yang cantik".
" Pa, maaf untuk kali ini Adel gak bisa ngikutin kemauan papa".
" Adel! Ini semua demi kamu, nak".
"Demi aku??? apa papa mau hidul sama orang yang bahkan wajahnya aja papa gak tau" air mataku kembali menetes. Aku menatap papa mengharapkan pengertiannya agar segera membatalkan perjodohan ini.
Papa berdiri dari meja makan dan berjalan kearahku. Iya meletakkan selembar foto seorang pria dengan setelan jas bewarna hitam. Rambutnya bewarna hitam. Kulitnya putih dan matanya bewarna hitam pekat. Aku mendongak heran. Bertanya tanya apa maksud papa menunjukkan foto itu.
" Itu foto pak dirga. Adel papa yakin kamu pasti akan datang" Papa mengelus kepalaku dan pergi berlalu meninggalkan meja makan lalu segera berangkat bekerja.
Pria ini sangat berbeda dengan apa yang aku bayangkan. dia muda dan tampan. Tapi aku malah bertambah benci karena melihat dirinya. kenapa dia memilihku. Kenapa dia membuat hidupku bertambah buruk. Aku muak.
"Bik adel berangkat kuliah dulu ya bik".
Aku mendengar langkah kaki yang cukup cepat dari belakangku.
"Non, ini jangan sampek kelupaan".
Kulihat Bik Ina menyerahkan sebuah makalah kepadaku. Huh... hampir saja hariku bertambah buruk karena lupa membawa bahan untuk persentasi nanti.
Aku masih kuliah tahun pertama tepatnya semester ke dua. Benar sekali aku baru saja menjadi seorang mahasiswi dan sebentar lagi aku hanya akan menjadi ibu rumah tangga dari seorang pengusaha ntah berantah.
Sejak keci aku bercita cita menjadi seorang dokter hewan karena aku sangat suka dengan kucing. Dan aku sudah berjuang sangat keras sampai aku mencapai titik ini, dimana aku berhasil masuk ke jurusan kedokteran di Univesitas I*******a. selangkah lagi sampai aku berhasil menggapai cita citaku. Tapi semua rencanaku hancur karena si Dirga itu. Aku tidak akan pernah mau menerimanya sebagai calonku.
**********
"Adel!! ". Aku mendengar suara yang familiar memanggil namaku.
"Eh, Kak Dewa".
"Ada apa kak? ".
"Gak papa nyapa doang ".
"Ya elah kirain apaan kak". Kak Dewa tertawa melihat aku yang kesal sendiri. Lesung pipi yang tercetak diwajahnya membuatnya terlihat tambah manis.
Tak berapa lama kami sampai di kelas. Aku melihat Reva sedang sibuk menghapal materi yang akan kami persentasikan nanti. Dia mencengkram kepalanya dengn kedua tangannya seperti lagi meramal masa depan. Bahkan aku yang daritadi menatapnya pun dia tidak sadar.
"Dar!!!! ". Aku menepuk kedua pundak sahabat karibku sejak smp ini.
" Hewan jenis unggas merupakan hewan yang sering... ". Reva mengucapkan semua kalimat itu dengan keras dan cepat sehingga ia menjdi perhatian seluruh mahasiswa yang ada didalam kelas saat itu.
"Adel!!!! Kok kamu ngagetin gitu sih". Reva terlihat sangat kesal karena ulahku yang mengganggunya beljar sekaligus membuatnya malu dikelas.
" Sorry va. Habis kamu asik belajar sendiri sih".
" Tau ah".
Gawat keknya Reva lagi pms deh. Reva emang begitu kalau lagi pms pasti emosinya lepas landas mulu. gak bisa diajak main main .
"Reva... Aku minta maaf ya. maafin aku dong va. Beneran deh aku tadi cuman mau main main doang kok".
"Tapi kan gak usah gitu amat. aku lagi pusing belajar kamunya malah gitu ".
"Maafin aku pliss. aku janji gak bakal gini lagi deh''.
"Hem!!! ". Reva memalingkan wajahnya dariku tingkahnya seperti anak kecil meski begitu dia sebenarnya sangat baik dan penyayang.
"Reva~~~".
"Heh... Iya iya aku maafin. Awas aja kalo kamu ngaggetin aku pas lagi sibuk begini lagi ya".
"Hemm.. berarti kalok gak sibuk boleh dong". ucapku sambil tersenyum ala ala nenek sihir yang sering muncul di tv.
" Adeell... ".
"Egh, oke boss tidak akan saya ulangi". aku mengambil sikap tegap dan memberikan hormat kepada reva.
"Bagus".
Perkuliahan sudah selesai. Jam pun menunjukkan pukul 12 aku teringat ada janji siang nanti dengan Pak dirga.
Ting
Suara handphoneku berdering ada satu pesan masuk dan kulihat pengirimnya adalah Papa.
"Adel jangan lupa nanti siang jam 2 kamu cepat pulang kerumah. Dandan yang cantik papa udah sediakan gaun dikamarmu.Jangan terlambat ya sayang".
Papa sama sekali tidak mau mengerti aku. Padahal aku sudah membujuknya dan mengharapkan pengertian nya. Tapi papa hanya mementingkan keuntungan untuk. perusahaannya saja.
Kret
"Assalamualaikum ".
"Eh. Non sudah pulang, tuan pesan tadi gaunnya-".
"Papa udah bilang bik". Tanpa sadar aku memotong ucapan Bik Ani.
"Eh, Maaf bik adel capek gak sengaja jadi motong omongan bibik".
"Engga papa non, Bibik tau non pasti lagi banyak beban pikiran".
"Makasih ya bik".
"Iya non".
Aku merasa sedikit tidak enak pada Bik ani. Tapi Bik ani emang selalu baik dan lembut enggak pernah sekalipun Bik ani menyinggung perasaanku malahn aku menganggap bik ani itu sebagai keluargaku juga.
*********
Aku masuk kedalam kamar. aku melihat sebuah kotak berwarna putih terletak diatas tempat tidurku. Aku malas melihat benda itu.
Aku hanya melewati kotak itu dan masuk kekamar mandi.
Setelah selesai mandi baru aku membukanya
gaun itu berwarna hijau toska. Warna kesukaanku. Tapi aku tidak suka dengan gaun itu.
Brum!!
aku mendengar suara mobil yang cukup banyak datang kerumahku. Aku mengintip keluar jendela. Di pelantaran rumahku terdapat 4 mobil mewah yang terparkir. Tak lama aku mendengar suara pintu kamarku diketuk.
"Non, tamunya sudah datang tuan menyuruh non adel untuk turun kebawah".
Aku merasa ada yang janggal. " Iya bik Adel langsung turun".
Aku segera merapikan rambut dan turun kebawah saat aku hampir sampai di ruang tamu. Aku melihat seorang pria paruh baya dan juga pria yang difoto duduk disebelah kana dan ada juga seorang tante tante dengan make up super tebal duduk disebelah kiri pria itu.
Papa memberikan kode padaku untuk segera duduk disampingnya.
"Ini Adel anak saya". ucap papa dengan ramah memperkenalkan ku kepada mereka.
"Salam om , Tante ".
" Wah anaknya sopan sekali ya".
Aku hanya tersenyum sedikit membalas ucapan si om om itu.Kemudian aku pun dudk disamping papa.
"Nah, kalau begitu langsung saja ya. perkenalkan ini anak kami Dirgantara Agung Wijaya. Jadi maksud kedatangan kami kemari adalah untuk melamar nak Adel...".
"lamaran? Bukannya semalam ayah bilang cuman ketemu aja? ". aku menoleh kearah papa sebentar.
"Nah, bagaimana apa nak adel mau menjadi calon istrinya Dirga".
Deg
Deg
Deg
"apa apan ini. Papa bohong lagi padaku". aku tidak tau harus bagaimana aku harus menjawab apa .
"Adel". Papa memberikan isyarat padaku untuk tidak menolak Dirga.
Tapi aku sama sekali tidak mencintainya. Malahan aku sangat membencinya. Karena dia hidupku jadi tambah rumit seperti ini.
"Ayah biarkan kami bicara berdua dulu gimana. Lagian Adel juga baru pertama kalikan ketemy sama dirga. Mungkin dia masih malu malu".
" Ayah biarkan kamu bicara berdua dulu gimana. Lagian Adel juga baru pertama kalikan ketemu sama Dirga.Mungkin dia masih malu malu". Ucapnya sambil tersenyum kearahku.
" Benar juga ya. Kalo begitu silahkan nak adel jalan jalan aja dulu sama Dirga. Bapak mau ngobrol dulu sama Papa kamu".
Aku tidak berani menolak tawaran mereka dan lagi papa sudah daritadi memberi isyarat yang membuat ku semakin tidak nyaman diruangan ini.
Pak Dirga beranjak dari kursinya dan berjalan kearahku serta mengulurkan telapak tangannya. Namun aku berdiri dan menghiraukan uluran tangannya itu. Aku tau itu sangatlah tidak sopan, tapi aku merasa jijik bila harus menggandeng tangannya.
"Kami pergi dulu ya Pak Hendra". Pamit pak dirga.
Aku mengikutinya dan berjalan kearah area parkir di pelantaran rumahku. Aku melihat sebuah mobil sport yang pasti harganya miliaran rupiah terparkir dihadapanku dan Pak Dirga yang membukakan pintu mobilnya.
"Silahkan masuk ".
Aku hanya diam dan masuk ke mobil sesuai dengan perintahnya.
"Mau kemana? ".
Kenapa harus nanya sih padahal kan dia yang ngajak aku keluar.
"Kemana aja boleh ". Aku menyahutnya dengan ketus.
"Kamu enggak sukak ya sama saya".
Ya ampun ngapain pake acara nanya segala cobak. Udah jelas jelas daritadi aku sengaja jutek sama dia.
"Iya".
"Hahaha... kamu cepat sekali ya jawabnya".
"Saya hanya berkata jujur".
"Kamu mau nikah sama saya? ".
Sunyi
Aku tidak ingin membahas pernikahan yang tidak kuinginkan ini terutama denganya. Sebenarnya hatiku sangat sesak saat ini. membayangkan bagaimana aku harus hidup bersamanya.
"Pak apa bisa kita pulang aja? ".
"loh, belum juga sampek kok langsung mau pulang ".
"Saya ngerasa enggak enak badan pak. Tolong antar saya pulang ".
"Baiklah".
Pak Dirga memutar balik mobilnya menuju ke rumah ku. Aku melihat raut mukanya sedikit berbeda. Apa mungkin dia marah. Tapi aki tidak mau peduli bukannya lebih baik kalau dia kesal dan memutuskan perjodohan ini.
**********
DIRGANTARA AGUNG WIJAYA
"Dirga kamu ini kapan kamu mau nikah. Ayah udah kepingin gendong cucu ini". Hampir setiap hari aku mendengar celoteh ayah sampai aku bosan.
"Iya yah, dirga tau kok. Tapi dirga masih mau kerja dulu aja".
"Kerja?? Kamu mau ngumpulin duit sampek tujuh turunan apa. Kamu itu udah tua tau. Kamu harus ingat umur kamu juga".
"Egh, ya elah yah. Tampan begini udah peyot juga bakal ada yang lengket".
"Pedenya kamu".
"Pastilah yah. Nurunnya dari siapa cobak". Kulihat Ayahku yang sudah cukup menua itu memutar bola matanya malas beradu mulut denganku.
"Yah! ".
"Hmm".
"Catatan yang dimobil ada ayah ambil? ".
"Ngapain ayah ambil. Kurang kerjaan".
"Ya eleh yah kan nanyak doang. Sensi banget dah".
"Lagi puber kali kak". Kudengar adik perempuan ku menyahut dari belakang ayah.
"Puber puber emangnya kakek gaul apa udah tua kok puber". Ayah menggelengkan kepalanya heran melihat kedua anaknya gadak yang waras.
"Dah sana kalian tidur aja! ".
"Oke Ayah". Sahut adikku dengan nada yng dimain mainkan.
"Ga kamu ingat pertemuan besok . ini penting untuk perusahaan kita".
Aku baru teringat besok ada pertemuan dengan anak temannya papa yang juga salah satu mitra kerjaku. Setauku anaknya masih baru masuk kuliah dan sudah pasti dia jauh lebih muda dariku.
"Apa gak salah nih yah. Anak Pak Indra kan terlalu muda".
"Dia pasti mau sama kamu. Kamu sendiri yang bilang kan udah peyot pun bakal ada yang lengket". Ayah berlalu dan masuk kedalam kamarnya.
**********
"Assalamualaikum, dra".
"Walaikum salam, No". Aku melihat mereka cukup akrab.
"Dirga ayo silahkan masuk".
Pak Hendra mempersilahkan kami duduk di sofa yang berada di ruang tamu mereka. Ku lihat pembantu Pak Hendra naik keatas mungkin memanggil perempuan yang akan dikenalkan padaku.
Tak lama kulihat seorang gadis menuruni anak tangga dengan gaun bewarna hijau tosca. Ia terlihat sangat anggun dengan rambutnya yang digerai sedemikian rupa.
"Ini anak saya ". Pak Hendra memperkenalkan putrinya yang manis itu kepada kami.
"Salam om tante". ia tersenyum namun aku merasa ada hal lain yang dia pikirkan.
Setelah perkenalan singkat darinya Ayahku pun segera memperkenalkan ku kepada mereka.
"Nah, kalau begitu langsung saja ya. Perkenalkan ini anak kami Dirgantara Agung Wijaya. Jadi maksud kedatangan kami kemari adalah untuk melamar nak adel... ".
Aku terkejut bukan main waktu ayah menyebut kata melamar. setauku ini hanya pertemuan biasa antar cewek dan cowok bukan lamaran.
Pantes aja yang ikut bukan cuman gue doang.
"Yah-".
"Nah, bagaimana aoa nak adel mau menjadi calon istri dirga? ".
Aku melihat gadis itu tidak tau mau menjawab apa dan aku yakin dia juga terkejut dengan lamaran yang disampaikan oleh ayah.
Untuk mencairkan suasana yang mulai membeku ini lebih baik aku berinisiatif mengajak adel pergi keluar.
**********
"Kamu gak sukak sama saya ya? ".
Sebenarnya aku gak mau nanyak cuman aku penasaran gimana reaksi gadis ini.
"Iya".
Buset ni anak cepet amat jawabnya dalah gadak ngeliat aku sedikitpun dari tadi. Baru kali ini ada cewek yang nyuekin aku habis habisan.
"Kamu mau nikah sama saya? ".
Sunyi
Tuh kan fix ini cewek pasti gak sukak sama aku.
"Pak apa bisa kita pulang aja? ".
"loh, belum juga sampek kok langsung mau pulang ".
"Saya ngerasa enggak enak badan pak. Tolong antar saya pulang ".
Pasti ini alesan doang orang wajah baik baik aja kok gadak yang pucat. Pasti dia cuman malas aja berduan sama aku disini. antar balik aja lah.
"Baiklah".
**********
"Assalamualaikum ". Ucapku berbaringan dengan Pak dirga
"Loh kok udah pulang del. cepat kali? ". Om Reno bertanya keheranan padaku.
"Adel lagi gak enak badan katanya yah".
"Aduh, kok gak bilang daritadi to ndok".
"Maaf Om, tadi Adel ngerasa masih sanggup. Adel kekamar dulu ya Om, tante".
"O... Iya iya".
Aku sempat melihat papa menatapku geram cuman aku ingin tetap tidak peduli meski nanti papa bakalan marah besar padaku.
Tak lama aku mendengar suara mobil mobil yang di area parkir pergi meninggalkan rumahku.
Tok
Tok
Tok
"Adel". Aku mendengar suara papa yang memanggilku dari luar kamar. Tapi aku benar benar malas untuk ketemu sama papa sekarang.
"Adel! ". Kudengar papa meninggikan suaranya.
Cklek
"Saya pa? ".
"Kenapa kamu langsung balik pas baru keluar sama dirga? ". Papa bertanya dengan intonasi yang sangat mengintrogasi ku.
"Pa, Adel gak sukak sama dia pa. Lagian dia lebih cocok jadi om adel. Pa tolong ngertiin adel pa". Aku mulai lagi meminta belas kasihan agar papa bisa mengerti aku.
"Kamu tidur. Papa udah sepakat untuk nentuin pernikahan kamu sama Om Reno".
"Pa- ".
"Udah kamu tidur besok papa mau bicara sama kamu ".
Brak!!!
"Ma... hiks hiks hiks... adel harus gimana adel gak mau nikah sama om om itu ma. adel gak mau hiks. Papa juga gak mau ngertiin adel".
Malam itu lagi lagi aku menangis dikamarku. Aku nggak tau udah berapa lama ku nangis.
"Aku mau pergi aja". Aku memutuskan untuk pergi dari rumah dan pergi kerumah Reva sahabatku.
**********
Tok
Tok
Tok
"Reva assamualaikum". Aku mendengar suara kunci pintu diputar.
cklek
"Adel, kamu ngapain malam malam kesini? ".
Reva terlihat kebingungan sekaligus khawatir melihat diriku kacau datang kerumahnya tengah malam begini.
"Va... hiks hiks ". aku langsung memeluk reva merasa hanya dia yang akan bisa mengerti keadaanku.
"Adel kok nangis. Ayo masuk cerita sama aku". Reva memapahku masuk kedalam rumahnya.
**********
"Non, Adel bangun non waktunya sarapan". Bik ani menggoyang goyangkan bantal guling yang sengaja ditutupi oleh adel agar tidak ketahuan oleh papanya.
"Eh, Non Adel!!! ".
Mendengar teriakan Bik ani Hendra langsung bergegas kekamar Adel. Alangkah terkejutnya dia melihat kamar adel sunyi.
"Adel mana bik? ".
"Saya gak tau tuan. Tadi pas saya mau bangunin Non Adel. tapi yang ada cuman bantal guling aja tuan".
Hendra mengusap ngusap wajahnya tidak menyangka Adel berani nekad kabur dari rumah.
"Assalamualaikum Pak Hendra".
Dirga heran melihat hendra diam tidak menyahut salamnya.
"Pak hendra ada apa ini pak?". Dirga menepuk pundak hendra yang membuatnya terkejut.
"Eh, nak dirga ada apa pagi pagi begini ?".
"Enggak pak, cuma mau jemput adel. Adelnya dimana pak?".
"Heh... Adel kabur dari rumah ".
Dirga terkejut bukan main mendengar ucapan hendra barusan.
"Tenang pak saya akan bantu carik adel".
Kring
"Halo ada apa dir? ".
"Yah, kirim pengawal dirga untuk carik adel! ".
"Loh, adel kenapa? ".
"Nanti dirga jelasin yah, bantu dirga dulu ya Yah".
"Iya iya".
"Aduh del . ini anak kok pakek acara kabur kaburan segala sih".
---------
Baca trus y novel ku guys... biar makin semngat heheheh. maaf tulisannya agak amburadul. ya...
"Jadi del kenapa kamu kabur dari rumah? ".
"Papa jodohin aku sama om om".
"What!!! Yang bener aja del. Lu jangan ngelantur deh".
"Aku serius tau. Papaku beneran jodohin aku sama Om om". adel memang sedang tidak bercanda raut wajah menunjukkan kekhawatiran nya.
"Oke del aku ngerti sekarang. Dan kamu tidur aja dulu sekarang udah malem aku tau kamu pasti capek". Reva menepuk berusaha memahami kondisiku saat ini.
"Iya". Sahutku dan segera tidur disebelah Reva.
**********
"Gimana dir apa adel udah ketemu? ".
"Belum juga yah, pasti karena dirga adel kabur dari rumah, yah".
"Udah udah kamu cari aja dia dulu. Urusan kantor biar ayah yang urus".
"oke yah".
"Adel kamu dimana sih ini udah hampir seharian saya nyariin kamu".
----------
Me
Pak hendra apa hari ini adel ada jadwal ngampus?
Pak Hendra
Ada ada. Coba kamu liat di kampus nya seharusnya sekarang udah pulang
Me
Iya pak.
----------
"ini kan kampusnya? ". Aku memperhatikan setiap mahasiswa yang keluar dari gerbang kampus. Tak berapa lama aku melihat 3 mahasiswa keluar dari gerbang salah satu diantara mereka ada Adel. Aku segera keluar dari mobilku dan menghampiri adel.
"Adelia!!! ". Teriakku memanggilnya. Sontak dia kaget dan menatapku lekat. Ia berusaha lari dan aku langsung menarik tangannya
"Ih lepas!!! ". Adel menarik narik tangannya tapi aku tetap menahannya agar tidak kabur lagi.
"Adel ayo pulang papa kamu khawatir dirumah". Ucapku sambil menarik tangannya menuju kearah mobil yang kuparkitkan sedikit jauh dari gerbang kampusnya.
"ENGGAK!!! ". Aku terkejut dibentak oleh gadis yang jauh lebih muda dariku.
"Kamu jangan teriak teriak gitu dong".
"Om lepasin gak . Pokoknya aku gak mau pulang titik!!!".
Om??? setua itukah aku dimatanya.
"Tapi-".
"Is om kok maksa sih. lepasin gak".
Aku tetap menarik tangan adel menuju mobil namun tiba tiba ada yang mencengkram lengan ku.
"Om kalok adelnya gak mau jangan dipaksa dong". Ternyata itu adalah salah satu teman adel. Keliatannya dia suka sama adel.
"Kamu urusan apa? ".
"Adel teman saya om gak berhak maksa maksa dia kayak gini".
"Kenapa saya gak berhak. Saya calon suaminya-".
Ce elah mulut. Kenapa ini mulut gak bisa nyesuain sama keadaan sih. ya sudahlah biar sekalian ngasi tau ni bocah jugak.
"OM!!!! ".
Lagi lagi adel membentakku dihadapan orang orang. Aku mulai kesal dengan tingkah kekanak kanakan Adel akupun menggendong dan langsung memasukkannya kedalam mobil.
"Ih turunin saya!!! ". Aku menghiraukan ucapannya adel dan masuk ke bangku supir. pintu kukunci agar dia tidak keluar.
"Mau om apasih. Apa om gak sadar sama perilaku om sama saya". Adel terus terusan menyeloteh sampai telingaku mau berasap mendengarnya.
"Kamu gak usah banyak omong. Saya cuma mau ngantar kamu pulang".
"Saya kan udah bilang gak mau pulang kenapa Om maksa ?!".
"Adel jangan panggil saya dengan sebutan om saya gak setua itu".
"Om gak nyadar umur ya. mukak juga udah pada kerutan gitu".
Deg
Ckit!!!!
Aku langsung rem paku ketika dia bilang wajahku keriputan. Selama ini gadis gadis menyanjung ku karena wajah tampan dan awet muda tapi baru kali ini aku ketemu sama gadis yang ngomong wajahku keriputan.
"Om kalok gak pande nyetir gak usah nyetir dong".
"Kamu bilang apa tadi? ". Aku benar benar kesal sama gadis satu ini. aku sudah tidak tahan.
"Kalok gak pande nyetir-".
"Kamu bilang saya keriputan ". Aku mencengkram kedua bahu adel.
"Ek.. I-iya".
"Emangnya om gak pernah ngaca apa mukak om tuh udah panuan".
"Ini om ngapain pegang pegang saya. Om mau mesum ya. lepasin gak kalok enggak saya teriak".
"Om aturnya om itu tau diri nyari yang seumuran sama om jangan malah yang harusnya jadi ponakan om".
Egh
Aku dibilang om mesum lagi
"Udah siap".
Aku menatap tajam mata adel. Saraf ku sedang tidak berfungsi saat ini,akupun nggak tau kenapa aku bisa sampai sekesal ini dihina oleh seorang bocah seperti Adel.
"Kalok kamu ngomong sekali lagi saya gak bakalan segan segan ngelakuin seperti yang ada dipikiran kamu sekarang".
"Coba aja kalok- hmphm... ehmm".
Aku mendekatkan wajahku sampai kedua bibir kami bersentuhan.
Brak
Adel mendorongku sampai aku sedikit menghantam setiur mobil
"Kenapa kamu kaget? ". Ucapku sedikit mengolok Adel.
Hik... hiks...
Gawat aku kenapa ini. Sekarang aku pasti udah jadi om om mesum yang ada dipikiran adel.
"Adel". Adel menghindar saat aku hendak mengelus kepalanya. Sekarang dia pasti udah jijik sama aku.
"Saya antar kamu pulang".
**********
"Adel kamu pulang juga nak".
Aku hanya berlalu dan berlari menaiki anak tangga menuju kekamarku. Aku takut.
Kulihat mobil Pak dirga masih berada di pelantaran rumahku. Aku yakin Pak dirga dan papa pasti sedang berbincang mengenai aku dan pernikahanku.
"Om om itu pasti tetap ngebet mau nikah sama aku".
Aku membaringkan tubuh ku diranjang yang sudah tidak kutempati semalaman ini. Aku vcmenatap langit langit kamar. Seketika aku mengingat kenangan ku saat bersama mama
"Ma... dulu kalok mama cerita dongeng adel pasti selalu natapi langit langit ini sambil mengkhayal".Ucapku lirih.
Air mataku jatuh. Kerinduanku pada mama semakin menjadi jadi.
Tok
Tok
Tok
"Adel,Nak papa mau ngomong sama kamu ".
Dengan malas aku bangun dari ranjang ku menghampiri panggilan papa.
Ceklek
"Iya , Pa".
"Turun dulu. Ini penting". Papa turun kebawah dan duduk disofa diruang tamu. Aku mengikuti papa dari belakang dan duduk dihadapan nya.
"Kalok papa mau ngebahas masalah perjodohan lagi adel enggak mau dengar". Celetukku.
"Adel, papa tau kamu masih kuliah dan masih punya cita cita. Papa janji kamu boleh ngelakuin apapun yang kamu mau. Tapi... ".
"Tapi apa pa? ".
"Kamu harus menikah dulu sama Dirga".
"Kenapa sih papa terus terusan maksa adel? ".
"Adel- uhukh uhukh... ".
"Pa, Papa kenapa? ".
"Papa gak apa apa".
"Papa istirahat aja sekarang. Mukak papa pucet banget soalnya". Aku khawatir dengan kesehatan Papa akhir akhir ini papa sering lembur dan kurang tidur.
"Adel, tapi masih ada yang mau papa omongkan sama kamu".
"Udah pa, besok kan bisa sekarang papa harus istirahat sama tidur. Okey".
"Iya papa tidur. Besok papa mau bicara lagi sama kamu".
"Iya pa iya. Besok adel dengerin kok".
Aku mengantar papa ketempat tidurnya. Kulihat ayah berkeringat cukup banyak wajah ayah juga cukup merah. Aku meletakkan telapak tanganku di kening Papa. Papa sangat panas. Pasti papa sangat lelah sampai harus demam kayak gini.
"Buk ina tolong telpon Om pian buat meriksa papa".
"Iya non".
Bik ina segera menelpon Om pian yang adalah seorang dokter. Om pian adalah teman karib papaku saat kuliah. Semenjak aku lahir om pian yang menangani setiap orang sakit dirumah ini. Bukannya karena teman tapi om pian sangat lihai dalam melakukan tugasnya. Sekarang om pian sudah punya dua orang. Satu namanya Kak Lia dan satu lagi Kak Dewa. Ya tepat sekali Kak Dewata Steven Edward.
Dari namanya kalian pasti udah taukan. Kak Dewa adalah keturunan Eropa-Indonesia. Om pian adalah keturunan asli dari inggris sedangkan ibunya Tante Citra orang Indonesia asli.
Ding... dong...
"Iya sebentar".
Bik ina membuka pintu dan syukurlah itu Om pian. Aku segera menghampirinya dan membawa om pian kekamar papa.
"Papa kamu gimana? ".
"Masih sama om. Keringat papa banyak banget, badan papa juga panas banget".
"Ya udah bentar ya biar om periksa".
Aku melihat om pian mengeluarkan termometer dari tas kopernya. Dia terlihat khawatir begitu melihat tinggi suhu tubuh papa.
"Del, papa kamu sebaiknya dibawa ke rumah sakit aja ya".
"Emang papa kenapa om? ".
"Panasnya tinggi sekali, jadi lebih Bagus dibawa kerumah sakit aja".
"...".
"Pasti papa berlebihan kerja ini. Papa gak pernah demam sampek harus dibawa kerumah sakit kenapa-".
"Adel, ayo biar om antar kerumah sakit om ya".
"E, Iya om".
Om pian memapah papa ke mobilnya. Papa kelihatan sangat lemah wajahnya sangat pucat. Aku sangat khawatir dengan keadaan papa yang gak seperti biasanya.
Sesampainya dirumah sakit papa dimasukkan ke salah satu ruang pasien VIP. Mereka memasang beberapa infus ditangan papa. Aku merasa sedikit aneh dengan kondisi papa yang menurun drastis sampai harus dirawat dirumah sakit.
Tok
Tok
Tok
"Iya, sebentar".
Mataku terbelalak kaget melihat siapa yabg berada dibalik pintu ruangan papaku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!