NovelToon NovelToon

Terjerat Pesona Ilmuwan Tampan (Gila)

Episode 1: Iklan Misterius

Disalah satu rumah yang tidak terlalu besar, ada sekelompok orang yang terlihat memiliki wajah yang menyeramkan berada di depan pintu rumah itu.

Beberapa pria besar itu terlihat menggedor-gedor pintu rumah itu dengan penuh kemarahan,

"Hey!! Alice!! Kami tahu kamu di dalam cepat keluar!!"

Salah satu pria mulai menggedor pintu dan berteriak.

Namun sayangnya tidak ada jawaban dari dalam rumah.

"Alice!! Hari ini adalah hari jatuh tempo dari hutangmu!! Kalau kamu tidak melunasinya, Kami pasti akan menyita rumah ini beserta isi-isinya!!"

Mendengar ancaman itu, Alice yang berada di dalam rumah segera membuka pintunya dan berkata,

"Aku... Aku benar-benar minta maaf namun aku masih belum memiliki sisa uang yang harus aku berikan pada kalian... Tapi tolong jangan sita rumah ini..."

"Kami tidak mau tahu! Kami akan menyita rumah ini jika kamu tidak membayarnya, sekarang kami akan memberimu dua minggu dan kamu setidaknya harus mau membayar cicilannya dan bunganya!"

"Ya, aku pasti akan membayar semuanya segera cukup berikan aku waktu, dua minggu terlalu cepat tolong sebulan,"

"Tidak! Minggu lalu kami sudah pernah memberimu waktu tambahan! Kamu sekarang sudah tidak ada waktu lagi! Pokoknya kamu harus segera membayar cicilan hutangmu itu bulan ini!"

Gadis yang dipanggil Alice itu, jelas menunjukkan ekspresi kesedihan ketika mendengar semua bentakan dari pria-pria bertubuh besar itu, ya mereka adalah Debt colector.

Alice, hanya bisa meratapi nasibnya yang malang.

Rasanya cobaan selalu datang bertubi-tubi.

Dulunya, Alice adalah Nona Muda dari Keluarga yang cukup kaya, sampai suatu hari, Perusahaan milik Ayahnya Bangkrut, dan mereka dililit hutang, hingga mereka terpaksa menjual semua aset Mereka kemudian datang ke daerah kecil ini, menempati rumah kecil peninggalan Nenek dari Keluarga Ibunya.

Namun tidak cukup di situ, Ayah Alice mengalami serangan jantung setelah Perusahaannya di nyatakan bangkrut, dan meninggal dunia.

Jadi, hanya tersisa Alice bagai Putri satu-satunya yang saat itu hanya berumur lima belas tahun, dan Ibunya.

Mereka berdua, mencoba bertahan di tengah kehidupan sulit, sampai tiba-tiba, Ibu Alice jatuh sakit dan ternyata itu penyakit yang cukup parah yaitu, kanker.

Alice, yang baru lulus SMA saat itu, langsung pergi bekerja dan banting tulang untuk bisa membiayai biaya pengobatan Ibunya.

Namun biaya pengobatan tidaklah kecil, merupakan biaya yang sangat banyak apalagi akan rutin untuk dilakukan demi menyembuhkan kanker.

Alice udah kerja banting tulang dengan berbagai macam pekerjaan, namun jelas itu kurang dari cukup.

Hingga, Alice terpaksa untuk berhutang.

Sangat di sayangkan, penyakit Ibu Alice tidak juga kunjung sembuh, dan Ibu Alice meninggal.

Sekarang, Alice yang baru berusia sekitar dua puluhan itu, sudah menjadi seorang gadis yatim piatu miskin, dengan banyak hutang.

Rumah yang saat ini dirinya tinggali adalah harta yang dirinya miliki satu-satunya.

Ini bukanlah rumah yang besar hanya rumah berukuran kecil, kurang dari 60 meter persegi, hanya rumah tua di pinggiran kota, namun walaupun begitu rumah ini tetap hal yang berharga untuk Alice, dirinya tidak bisa kehilangan rumah ini.

Namun, bagaimana dirinya mendapatkan begitu banyak uang untuk membayar hutang-hutangnya?

Bahkan untuk membayar cicilannya sekarang cukup sulit, utama karena bunga yang semakin membengkak setiap bulannya.

Ketika melihat para penagih hutang itu, akhirnya pergi, Alice tidaknya merasa sedikit lega.

Masih ada dua Minggu, dia setidaknya harus mendapatkan uang untuk membayar cicilan nya.

Ya, ini harus, dak hanya cicilan dirinya harus berusaha untuk melunasi hutang hutang nya segera atau itu akan menjadi semakin membengkak dan akan menghantui dirinya selamanya.

Dengan tekatnya itu, Alice mencoba mencari pekerjaan baru.

Alasan, kenapa saat ini dirinya belum mampu membayar cicilan adalah karena belakangan perusahaan tempat dirinya bekerja baru melakukan PHK pada Karyawan, namun sialnya dirinya malah menjadi orang yang di PHK, dirinya juga bukanlah seorang pegawai tetap, jadi tidak ada pesangon atau kompensasi apapun, digaji terakhirnya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari tidak cukup untuk menyicil utang-utang nya.

Sangat disayangkan, saat ini sangat susah untuk mencari lowongan pekerjaan, apalagi untuk dirinya yang hanya untuk lulusan SMA.

Alice, selama dua minggu ini, cukup sulit untuk menemukan pekerjaan yang cocok terutama dengan gaji yang layak indah dirinya bisa menyicil hutang hutang nya itu.

Apalagi, tabungan Alice menjadi semakin menipis.

Gimana caranya dirinya mendapatkan uang untuk membayar cicilan sekarang?

Hah, memikirkannya terlalu pusing, jadi Alice memutuskan untuk segera pergi dari rumah itu untuk menuju ke kota, mencoba mencari pekerjaan yang mungkin cocok untuknya.

Ketika sampai di kota, cuaca sangat panas.

Alice, perjalanan satu demi satu menuju ke pusat kompleks Perusahaan, mencoba malamar pekerjaan di sana, namun lebih banyak perusahaan yang tidak membuka lowongan saat ini.

Lalu, Alice yang lelah itu, mulai duduk di salah satu halte bus.

Ketika Alice duduk, ada seorang pria, jang memberikan sebuah brosur padanya.

Alice pikir, itu adalah brosur iklan penawaran produk, jadi Alice berniat untuk menolaknya.

"Tidak, usah Pak. Saya, tak akan mampu membeli produk itu,"

Sang Pria yang yang menyebarkan itu, lalu hanya tersenyum dan berkata,

"Ya, aku sudah menilai dari penampilanmu, kamu sepertinya bukan orang yang memiliki uang,"

Mendengar itu, Alice jelas saja merasa tersinggung.

"Hah, ana pergi saja aku tidak butuh busuk busur itu!"

"Aku hanya menjalankan tugasku, pokoknya lihat-lihat saja dulu brosur nya. Ini bukan brosur menjual produk, mungkin anda tertarik, jadi anda bisa menghubungi nomor yang tertera di brosur itu," kata Pria itu lalu pergi.

Alice yang tidak begitu tertarik dengan brosur itu segera memasukkan brosur itu ke dalam tasnya.

Dirinya mulai fokus untuk kembali mencoba melamar ke beberapa tempat, sesuai yang dirinya lihat di internet.

Hingga, sore berlalu, Alice baru tiba di rumah, film mendapatkan respon positif apapun dari lamaran penerapannya itu.

Dengan ekpersi lelah, Alice lalu cuci muka dan beristirahat duduk di sofa.

Sampai dirinya baru ingat, kalau di rumah tidak ada makanan.

Alice, lalu mencoba mengambil dompetnya yang ada di Tas, yang ternyata hanya ada selembar uang sepuluh ribu rupiah.

Hah, ini hanya mampu untuk membeli beberapa mie instan.

Alice, lalu berniat mencoba menggali dah tasnya barangkali ada beberapa uang yang menyalip.

Namun, ketika Alice membedah tas itu, loadingnya melihat brosur ada di sana.

"Ini kan brosur yang diberikan oleh orang aneh itu?"

Karena penasaran akhirnya Alice membaca hal yang ada di sana.

Tulisan pada awal brosur, terlihat sangat menyakitkan.

Penelitian Kesehatan untuk membantu Manusia mengatasi kanker

Ketika mendengar kata kanker, Alice menjadi sedikit tersentuh, seandainya saja Ibunya tidak mengalami penyakit itu pasti saat ini setidaknya dirinya tidak sendirian.

Jadi, Alice mulai dengan bersemangat membaca brosur itu.

Sampai, ada tulisan bahwa di butuhkan donor Ovum atau Sel Telur untuk keperluan penelitian.

Namun sebelum melakukan donor harus ada pemeriksaan lengkap yang nanti akan dilaksanakan di laboratorium tempat penelitian itu akan dilakukan.

Yang paling menjanjikan dari brosur itu, adalah hadiah uang tunai yang begitu besar.

"Apa? Hadiah untuk pendonor sebanyak ini? Apakah ini bukan tindakan penipuan?"

Namun segera, Alice membaca label dari brosur itu yang sepertinya memiliki nomor ijin resmi dari pemerintah.

Setidaknya ini bukan hal yang illegal.

Namun jika melihat hadiahnya sebanyak ini...

Kan tah ini akan sangat mudah untuk membuat orang-orang berbondong-bondong ingin melakukannya?

Namun, jika Alice membaca lagi, ada syarat tertentu yang ada di brosur itu.

'Harus gadis yang masih perawan berumur 20-25 tahun, dan melewati berbagai prosedur pemeriksa,'

Ketika membaca itu, Alice jelas saja menjadi semakin curiga.

Namun, disana dijelaskan lagi, soal prosedur pemeriksaan, mungkin saja untuk lolos prosedur pemeriksa ini cukup sulit?

Jadi tidak semua orang bisa terpilih untuk proyek ini?

Hah, iklan ini masih terlalu mencurigakan.

Namun dirinya butuh uang, jadi Alice memutuskan berencana untuk pergi ke tempat itu.

Keesokan harinya, benar saja Alice menuju ke Laboratorium yang di tunjuk, dengan mengenakan sebuah masker.

Kata brosur, peserta yang melakukan harus menyembunyikan identitasnya, demi salah privasi dan keamanan.

Alice menatap kearah sebuah Laboratorium besar yang ada di depannya dengan ekspresi tabjub.

C. Laboratorium

Itu adalah sebuah papan nama yang tertulis besar di depan laboratorium itu.

Jika dilihat sepertinya itu adalah sebuah laboratorium besar, ini nanti bukan penipuan.

Jadi dengan ekspresi yakin, Alice segera masuk ke dalam tanah dan disambut oleh seorang petugas.

"Itu... Aku datang setelah menerima brosur ini, dan aku tertarik untuk berpartisipasi sebagai pendonor,"

Petugas lalu segera melihat gadis yang ada didepannya, lalu segera memberinya sebuah nomor.

Alice menatap nomor itu, dan segera bertanya,

"Ini?"

"Anda nanti bisa mengantri di ruangan disebelah sana untuk pemeriksa, seperti yang anda lihat yang tertarik dengan hal-hal ini cukup banyak, jadi akan ada beberapa antrian, anda harus sabar, dan sebelum masuk, anda bisa mengisi brosur ini, gak perlu untuk menuliskan nama jika tidak ingin hanya cukup memberikan inisial, dan kode angka yang sudah saya berikan itu,"

"Baik, saya mengerti,"

Alice lalu segera menuju barisan itu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

Alice, bertanya dengan beberapa wanita yang sepertinya ikut pemeriksaan juga, awalnya tidak yakin namun setelah melihat laboratorium nya asli mereka tertarik untuk mencoba tidak ada yang salah untuk ikut.

Sampai giliran Alice tiba, dia segera memasuki ruang pemeriksaan.

Tidak ada masalah ketika dirinya masuk, ini hanya pemeriksaan kesehatan jasa dengan mengambil sampel darahnya, dan pemeriksaan menyeluruh, seperti check up.

Sampai, satu jam berlangsung dan akhirnya hasilnya keluar.

Alice, pandu oleh salah satu petugas ke sebuah ruangan sendirian.

"Selamat, setelah melalui pemeriksaan anda cocok untuk dijadikan sebagai pendengar untuk kegiatan penelitian ini. Mohon diingat untuk apapun yang terjadi di sini, ataupun apa yang anda dengar adalah sebuah rahasia, ada surat perjanjian, untuk tidak menyebarluaskan hal ini, tolong jam jempol disini sebagai tanda perjanjiannya, anda hanya perlu menuliskan nama depan,"

Alice segera mengikuti prosedur dan tanpa pikir panjang tanda tangan dengan itu.

Setelah itu, Alice kembali diarahkan ke sebuah ruang tunggu, tan mulai bertemu dengan dua orang lainnya, yang sepertinya sama sepertinya lolos beberapa prosedur.

Menunggu disana cukup lama, sampai akhirnya, Alice dipanggil.

Lalu, Alice mulai memasuki sebuah ruangan, dimana didalamnya, ada seorang perawat wanita dan seorang seperti dokter wanita.

Sebenarnya, Alice rasa sangat takut ketika memasuki ruang itu takut takut hal ini adalah hal ilegal dan malah organnya diambil.

Namun, dirinya untuk uang jadi dirinya rela mengambil resiko.

Alice, segera disuruh berbaring di tempat tidur kemudian dirinya dibius.

Ketika Alice kembali membuka matanya dirinya sudah berada di sebuah ruangan asing, ada beberapa rasa sakit yang ada di bagian perutnya.

"Ah, anda sudah sadar Nona? Ikan untuk pergi ke ruang pengambilan hadiah, atau bisa istirahat di sini lebih lama jika anda ingin,"

"Sudah selesai untuk semuanya?" Tanya Alice lagi.

"Benar, Nona. Sudah selesai,"

Alice yang merasa tidak ada masalah di dalam tubuhnya, segera merasa lega.

Kemudian, setelah istirahat dan mendapatkan beberapa makanan disana, Alice memutuskan untuk segera pergi, dan mengambil hadiah di ruang yang disediakan.

Begitu, Alice menerima amplop uang itu, Alice niat ingin segera keluar dari laboratorium itu.

Namun, mana tahu, ketika dirinya melewati sebuah pintu ruangan, tidak tahu di mana jalan keluar, sepertinya tersesat?

Ketika Alice, sedang kebingungan itu dirinya tidak segaja, melihat seorang Pria yang terlihat sangat tampan mengenakan sebuah Jas lab putih.

Alice, yang melihat pria itu merasa sedikit terpesona.

Bagaimana bisa ada seorang Pria setampan itu?

Astaga, wajahnya... Hidungnya, judul matanya yang panjang benar-benar seperti sosok malaikat yang turun dari surga..

Astaga...

Namun sayang sekali, Pria tampan yang Alice lihat itu, terlihat sedang marah-marah.

"Apa kamu bilang? Ada kesalahan dalam percobaan itu? Bagaimana bisa?"

"Maaf Tuan Muda Justin, salah satu perawat salah masuk ruangan, lalu melakukan kesalahan dan salah memasukan embrio itu pada wanita lain, bahkan objek awal dari penelitian ini,"

"Bagaimana bisa kesalahan fatal seperti itu terjadi? Aku ke mana mbi itu sekarang nyasar mana wanita yang diberikan embrio itu?"

"Itu... Kami juga tidak tahu, itu adalah seorang wanita yang memiliki kode 014, yang harusnya melakukan donor Ovum atau Sel Telur... Identitasnya tidak kami ketahui,"

Alice yang berada di sana segera menjadi pucat.

Karena, kode 014 adalah nomor yang dirinya pegang dari tadi.

Percobaan apa sebenarnya yang mereka lakukan?

"Sialan! Ini adalah percobaan penting! Kamu sampai melakukannya kesalahan? Apakah kamu tahu seberapa sulit untuk menyempurnakan dan melakukan rekayasa genetik pada embrio itu? Butuh waktu lama sampai akhirnya Aku berhasil, banyak kegagalan sebelumnya... Namun barang yang begitu penting bisa-bisanya salah dimasukkan ke sembarang orang! Apakah kamu tahu seberapa pentingnya proyek penelitian ku ini? Ini untuk membuat Gen Unggul, Gen yang nyaris sempurna dan kebal beberapa penyakit, juga Gen yang sudah direkayasa jika nanti tumbuh itu akan terlahir sebagai anak jenius, jika project ini sampai berhasil berapa banyak prestasi yang akan Laboratorium kita dapatkan? Namun barang seperti itu hilang? Bagaimana aku bisa menerima ini?" Kata Pria yang bernama Justin itu dengan marah.

Episode 2: Melarikan diri

Alice yang mendengar perkataan dari Pria itu pada anak buahnya itu, jelas saja menjadi sangat kaget.

Rekayasa Genetik apa?

Anak jenius apa?

Embrio apa?

Salah memasukan Embio?

Alice, mulai memegang kearah perutnya.

Mulai memikirkan apakah benar jika tadi selama operasi sebenarnya bukan dirinya mendonorkan sesuatu tapi....

"Maafkan saya Tuan Justin. Kami jelas akan segera menemukan wanita itu,"

"Ya! Kamu jelas harus menemukannya! Itu adalah embrio yang berharga, ini anakku sendiri, kamu harus tahu, Akulah yang mendonorkan sendiri Sel Spermaku untuk Percobaan penting ini, bahkan yang memproses semua pembuatan dan merekayasa DNA pada embio itu, sudah sangat keras aku membuat agar itu berhasil, jelas kita tidak bisa kehilangan objek Percobaan berharga ini,"

"Ya... Namun jika sudah ketemu lalu bagaimana? Soal Proyek nya..."

"Pokoknya, temukan dulu saja wanita itu, nanti biar dia yang akan menjadi Ibu pengganti dalam program ini,"

"Tapi, Tuan Muda Justin kehamilan belum tentu terjadi, Tuan juga tahu sendiri, sebelum-sebelumnya, banyak terjadi kegagalan ketika tahap itu, padahal calon Ibu yang sudah disiapkan, udah dipastikan dalam keadaan sehat dan sudah meminum berbagai macam obat sebelumnya untuk memastikan agar, penanaman embrio berhasil, jadi saya rasa bahkan jika kita menemukan wanita itu saya rasa ini tetap sulit untuk melanjutkan percobaan,"

Mendengar kata-kata anak buahnya itu, Pria bernama Justin jelas menjadi semakin emosi dan marah dan membanting sebuah vas yang ada disebelahnya.

"Hah! Gagal kamu bilang!! Jelas tidak bisa gagal! Nanti ambil Embrio itu dari rahimnya! Atau kalau tidak, kamu beri saja Wanita itu obat-obatan yang pas, agar dia bisa jadi Ibu pengganti. Udah jangan banyak bicara cepat temukan saja dia,"

Alice yang mendengar itu semua jelas saja merasa takut.

Astaga...

Dia tidak akan pernah mengira jika dirinya akan terlibat dalam suatu percobaan gila!!!

Percobaan rekayasa genetik membuat anak jenius!

Bagaimana bisa ada cobaan tidak masuk akal seperti itu?

Apakah hal-hal semacam itu benar-benar bisa diijinkan?

Untuk melakukan rekayasa genetik pada DNA manusia?

Alice tidak begitu mengerti soal hal hal itu, namun jelas dirinya merasakan sebuah krisis.

Percobaan ini terlihat cukup berbahaya.

Astaga...

Bagaimana ini?

Jika dipikir lagi, tadi kata Pria itu, jika dirinya sampai tertangkap dirinya akan dijadikan sebuah objek penelitian?

Astaga...

Ini benar-benar tidak bisa terjadi!!

Dirinya tidak ingin terlibat dengan percobaan gila semacam itu apalagi dirinya harus menjadi objek percobaan.

Jika dirinya ingat, sekarang cukup masuk akal kenapa bayaran untuk ikut donor saja sangat besar, apalagi tentang bagaimana informasinya harus dirahasiakan.

Ini memang sebuah Proyek tidak masuk akal!

Alice yang merasa tertipu itu segera memegang amplop yang ada di tangannya.

Memang sih uang uang ini asli dan jumlahnya cukup banyak...

Sudahlah ini bukan saatnya untuk memikirkan hal hal ini, baiknya dirinya segera pergi dan melarikan diri jauh-jauh dari Laboratorium ini!

Dirinya tidak ingin dijadikan bahan percobaan!

Bagaimana nanti jika dirinya malah dikurung di sebuah laboratorium semacam ini?

Astaga, pikirkan nya saja sudah membuat Alice merasa ketakutan.

Hah, Pria yang seperti Ilmuwan itu memang sangat tampan sayang sekali artinya dia sedikit gila karena melakukan percobaan gila semacam itu.

Alice benar-benar tidak ingin terlibat dengan hal-hal gila itu jadi dia segera pergi dari ruangan itu, dan melarikan diri jauh-jauh.

####

Hari-hari segera berlalu setelah kejadian itu. Alice menjalani hari-hari nya dengan cukup normal.

Merasa tidak ada masalah dengan tubuhnya, dan lagi, sekarang hutang-hutangnya sudah benar-benar dirinya lunasi berkat uang hadiah itu, dan seberapa sisa-sisa perhiasan yang bisa dirinya jual.

Setidaknya, saat ini sudah tidak ada yang mengejarnya untuk menagih utang atau menyita rumah ini.

Namun Alice spasi saja tetap kepikiran soal Laboratorium itu.

Sudah hampir satu minggu berlalu, namun masih belum ada tanda-tanda pergerakan.

Alice tanpa sadar mulai mengelus perutnya sendiri.

"Emm, menurut Percobaan ada kemungkinan bahwa hal ini gagal, dirinya tidak akan hamil kan?"

Guma Alice sendiri, mencoba untuk meyakinkan dirinya.

Namun, karena Alice merasa sangat takut, akhirnya Alice memutuskan untuk pergi ke Apotik untuk membeli Tes Pack.

Jelas saja, Alice merasa sedikit malu ketika bertanya pada petugas apotik itu.

"Pak, itu... Beli alat Tes,"

"Alat Tes apa?" Tanya petugas apotik dengan nada ramah.

Alice, sekarang merasa cukup malu lalu segera berkata dengan pelan...

"Alat Tes Kehamilan,"

Sang petugas Apotik langsung menatap Alice dari atas sampai bawah yang terlihat seperti masih gadis muda.

Hanya bisa berpikir, dasar anak sekarang, main mainnya sampai kebablasan.

"Sebentar, saya akan ambilkan,"

Dan tidak lama sampai petugas itu, membawakan beberapa alat Tes untuk Alice dan mulai menjelaskan tentang bagaimana cara menggunakannya.

Dan, tepat ketika Alice ingin membayar, petugas Apotik itu, menyerahkan satu buah kotak tambahan pada Alice.

Alice menatap kotak mencurigakan itu, yang ada tulisan 'Extra tipis' Ukuran L.

Yang memiliki aroma seperti permen.

"Ini bonus permen karet?" Tanya Alice dengan ekpersi polosnya itu.

Petugas Apotik langsung merasa jika gadis didepannya itu, kenapa bisa terlalu polos?

Gimana bisa itu disebut permen karet?

"Nona, ini adalah alat pengaman untuk melakukan hal-hal semacam itu. Selain kali Nona harus lebih hati-hati ketika melakukannya, jangan lupa untuk memakai ini, agar tidak kebobolan, dan semoga nanti hasilnya negatif,"

Alice apanya tidak mengerti ke arah mana pembicaraan apoteker itu, sampai tiba-tiba ketika Alice menatap kotak yang ada di tangannya itu ekspresinya menjadi sangat merah.

Merasa sangat malu sekali.

Ini...

Ini barang luknut!

Alice yang merasa sangat malu dan panik itu segera mundur ke belakang, hampir saja melemparkan kotak itu, dan hampir terpeleset kebelakang.

Namun untunglah ada seseorang yang menangkapnya.

Itu adalah seorang Pria tampan, yang memegang tubuh belakang Alice agar tidak jatuh, tangan Pria itu, juga kebetulan memegang tangan Alice jang memegang barang lukcut itu.

Pria itu, yang juga sama-sama menatap barang di tangan Alice lalu segera tertawa.

"Ternyata, gadai muda jaman sekarang sangat berani, sudah memiliki hal-hal semacam itu,"

Itu adalah suara maskulin dan magnetik yang terdengar langsung di telinga Alice, membuat Alice berbedebar seketika.

Dan merasa sangat malu sekali, segera membenarkan posisinya kemudian menatap kearah Pria yang menolongnya.

Mana tahu bahwa pria yang menolongnya itu, memiliki wajah yang familiar.

Wajah Alice segera menjadi pucat...

Astaga!

Ilmuwan Tampan Gila itu!

Kenapa dia bisa berada di sini!

Alice apanya panik namun segera mencoba menormalkan ekspresinya dan berkata,

"Itu bukan urusanmu. Terima kasih sebelumnya karena telah menolongku," kata Alice bahkan sebelum mendengar balasan dari Pria itu, Alice langsung menatap kearah petugas apotik, dan membayar alat tes, dan tentu saja mengembalikan kotak lucnut itu kepada petugas Apotik.

Sungguh, itu masih terlalu memalukan!

Dan lagi dari semua tempat kenapa dirinya bisa bertemu dengan Pria dari Laboratorium itu!

Apakah dirinya masih dicari-cari?

Alice yang ketakutan itu segera menuju pintu keluar namun sesekali dirinya menatap ke belakang menatap kearah pria itu berada.

Alice hanya bisa menyayangkan, sayang sekali Pria itu memiliki wajah tampan, namun otaknya tidak benar.

Sungguh, ketampanan yang disia-siakan.

Setelah keluar dari Apotik, Alice segera menuju stasiun dan menaiki Bus untuk tiba di daerah tempat tinggalnya.

Jelas saja dirinya mencari lokasi apotik yang jauh, mana berani dirinya membeli di apotik dekat?

Dan sekarang, adalah saat yang paling penting.

Dirinya harus segera sampai rumah dan melakukan tes.

Hampir setegah jam, sampai Alice tiba di Rumahnya.

Dan begitu Alice tiba di rumahnya dirinya langsung buru-buru menuju ke kamar mandi sambil membawa alat itu, dan mengikuti petunjuk yang ada di sana.

Sekarang tinggal menunggu beberapa menit sampai alat itu bereaksi.

Alice segera keluar dari kamar mandi sambil membawa alat itu dengan cermas.

Jelas aja dirinya cemas dengan hasilnya.

Dan benar saja, ketika Alice menatap alat Tes itu, ada dua garis merah....

Ini....

Petunjuk mengatakan, jika ada dua garis merah, itu artinya positif...

Dirinya hamil?

Alice hampir menjatuhkan alat tes yang ada di tangannya merasa tidak percaya.

Dan segera, coba untuk melakukan tes ulang dengan alat lain yang di belinya.

Ya, Alice tentu saja tidak hanya membeli satu alat.

Dan bahkan setelah hasil tes ke dua itu tetap menunjukkan hasil positif.

Alice lalu mulai terbentuk putus asa di tempat tidurnya.

Bagaimana ini?

Butuh waktu satu jam, sampai Alice tersadar dari lamunan nya.

Ya, Alice menangis selama satu jam ini, memikirkan bagaimana nasibnya sekarang.

Bisa-bisanya dirinya hamil...

Dirinya tidak pernah melakukan hal semacam itu...

Dirinya hanya korban dari percobaan gila...

Dan lagi, dirinya tidak memiliki Keluarga yang bisa dirinya ajak untuk berbagi cerita...

Alice menatap foto kedua orang tuanya yang ada di kamar itu merasa hatinya sangat hancur.

Kenapa dirinya harus melalui semua ini...

Kehamilan yang tiba-tiba...

Namun, ketika Alice memikirannya lagi...

Yang ada didalam kandungnya ini, adalah kehidupan baru...

Sesuatu, yang akan menjadi keluarganya nanti...

Dan mungkin dengan itu dirinya tidak akan sendiri....

Namun jelas, masih ada bahaya yang mengancamnya.

Itu adalah soal, Laboratorium itu!

Berati, dirinya tidak bisa terus berada di Kota ini!

Dirinya harus pergi, dirinya tidak bisa ditemukan oleh orang-orang dari laboratorium itu terutama oleh Ilmuwan Tampan Gila itu!

Apa yang akan terjadi pada dirinya dan calon anaknya, jika dirinya sampai ditemukan!

Episode 3: Si Jenius Kecil, Aleyster Ellison

6 Tahun Kemudian

Pagi itu, Alice menatap arah rumah lamanya, rumah peninggalan Almarhum Neneknya, yang dirinya tinggalkan 6 tahun yang lalu.

Rasanya, ketika menatap rumah itu ada sedikit rasa kerinduan.

"Mama, jadi Rumah ini nanti yang akan kita tinggali?"

Dari samping Alice, terlihat sosok anak kecil yang berusia lima tahunan, mengenakan pakaian rapi, memiliki pipi yang sedikit bulat, kulit yang begitu halus dan putih, juga ekpersinya yang terlihat hangat.

Gambar, seorang anak yang sangat lucu dan manis yang akan disukai semua orang.

"Itu benar, Al. Mulai sekarang kita akan tinggal di Rumah ini, sebelumnya, Mama sudah menyuruh orang untuk membereskan rumah ini jadi kita bisa langsung masuk dan meninggalnya," kata Alice sambil mengelus rambut putranya itu.

Ya, Alice sangat senang melihat putranya yang begitu imut, bisa di bilang, malaikat kecil pembawa keberuntungan untuknya.

Awalnya, ketika Alice tahu soal kehamilanya itu, dirinya tempat sangat cemas dan ketakutan tentang apa yang akan terjadi sebelumnya apalagi posisi dirinya tidak memiliki pekerjaan dan juga uang saat itu.

Belum lagi, orang-orang dari Laboratorium yang mengejarnya saat itu.

Awal kehamilannya itu, benar-benar menjadi sesuatu yang sangat berat untuk Alice tanggung.

Sangat beruntung, Alice lalu menerima telepon dari salah satu temannya, biar Alice bisa bekerja sebagai Guru Musik di Sekolah yang temannya itu kenal.

Itu benar, Alice sangat hebat dalam bermain musik, terutama piano, dia juga memiliki suara yang begitu indah.

Kebetulan, Sekolah itu ada di Luar Kota, jadi malah Alice bisa sekalian bersembunyi di sana.

Pekerjaan yang cukup bagus, dan gaji yang layak, sebuah keberuntungan yang Alice dapatkan.

Walaupun di saat kehamilannya, Alice benar-benar sempat mengalami kesulitan, itu karena kandungannya tidak begitu baik, sangat beruntung juga saat itu, Alice bertemu seorang Dokter yang baik hati, yang juga selalu membantunya sampai dirinya melahirkan.

Dan lahirlah, Putranya yang lucu, yang dirinya beri nama, Aleyster Ellison, yang Alice panggil, Al.

Alice awalnya tidak begitu yakin apakah dirinya akan mempertahankan kehamilanya itu, namun seiring waktu berlalu, Alice mulai menerima keadaannya.

Dan ketika Putranya terlahir, Putranya yang sudah seperti malaikat kecilnya itu, menjadi sangat Alice sayangi, Keluarganya satu-satunya, seorang anak yang akan selalu menemaninya, dan dirinya tidak akan pernah kesepian lagi.

"Hore! Mari, Mama kita segera masuk, Al sudah tidak sabar untuk melihat ke dalam,"

Melihat sikap tidak sabar putranya itu, Alice hanya bisa tersenyum lalu segera membuka pintu rumah itu dan mulai melihat ke dalam.

Rumah yang terlihat familiar, dan tidak berubah sejak 6 tahun yang lalu.

Keduanya mulai masuk kedalam rumah itu, dan kehidupan baru sepasang Ibu dan anak itu pun segera dimulai.

Tidak banyak hal yang harus diurus tentang kepindahan ini.

Alasan Alice pindah kesini, karena kebetulan Yayasan tempat dirinya bekerja, baru saja membuka cabang sekolah baru di sekitar daerah sini, dan Alice ditugaskan untuk menjadi salah satu pengajar musik di sekolah yang baru nanti.

Alice lalu mulai memasukkan isi koper ke dalam lemari yang sudah dibersihkan sebelumnya.

Sampai tiba-tiba, ada beberapa brosur yang jatuh dari Tas Alice.

Al yang melihat Mamanya beres-beres itu, menjadi tertarik untuk melihat brosur brosur itu, lalu mengambil salah satunya, kemudian si kecil itu terlihat melihat ke arah brosur yang dipegang nya dengan serius lalu segera bertanya pada Mamanya.

"Mama, Apakah ini sekolah yang akan Al masuki?" Tanya Al tiba-tiba, sambil menunjukan brosur itu pada Mamanya.

Alice yang mendengar pertanyaan dari putranya itu lalu segera mengambil brosur itu ikut membacanya.

Ah, benar dirinya emang berniat untuk memasukkan putranya ke sekolah baru.

Sekolah TK tentu saja, karena Al baru berusia lima tahun.

Hanya saja, memang Al sedikit berbeda dari anak-anak lainnya.

Ya itu, benar, walaupun usia Al baru lima tahun, Al bisa membaca dan menulis, dan lagi sangat pintar berhitung.

Awalnya, Alice cukup cemas soal hal ini, terutama sejak Al berusia dua tahun, karena di umur itu ketika anak-anak lain sedang asyik bermain atau mulai berlarian dan berjalan, Al malah asik mulai tertarik dengan buku, awalnya Alice cukup iseng mengajari putranya membaca itu mana tahu jika putranya itu langsung bisa belajar membaca hanya dengan sekali belajar.

Tidak hanya itu, Alice buka mencoba mengajari putranya itu berhitung, dan hasilnya sangat bagus bagus.

Namun justru itu yang membuat Alice sedikit cemas.

Dirinya tahu jika sebenarnya, Al adalah anak hasil dari suatu percobaan tertentu, menurut apa yang dirinya dengar itu semacam percobaan untuk membuat anak jenius.

Dan entah bagaimana sepertinya itu benar-benar berhasil pada Putranya Al.

Jadi, Alice yang cemas itu, selalu berusaha untuk menyembunyikan Kemampuan Al, bahkan hanya menyekolahkan Putranya itu ke sekolah yang cocok seusianya.

Dan Al, untunglah mengerti untuk tidak menunjukkan kemampuannya itu di depan orang lain selain pada Alice.

Yah, Al adalah seorang anak yang penurut, yang selalu mematuhi kata-kata Alice, bahkan Al tidak begitu banyak bertanya soal alasan kenapa Al harus menyembunyikan hal hal ini dari orang-orang.

Al selalu tersenyum dan bersikap sangat baik kepada Alice.

Namun, kemudian, ada khawatir and lain, itu mungkin karena setelah Al tumbuh semakin besar, wajah kecil itu, tumbuh menjadi wajah yang cukup familiar...

Sial.

Alice tidak perang mengira, jika Putranya bisa-bisanya memiliki kemiripan dengan Ilmuwan gila itu!

Untungnya itu, Gen berkualitas baik, sehingga Alice tidak begitu menyesal, karena itu artinya Putranya akan sangat Tampan ketika besar nanti!

Bahkan sekarang, Al menjadi anak yang sangat imut dan tampan!

Alice benar-benar sangat senang bisa melahirkan anak seimut dan setampan ini.

Sampai, Alice kadang tidak tahan untuk mengelus atau mencubit pipi tembem itu.

"Ya, besok setelah kita selesai beres-beres, mari melihat-lihat sekolah-sekolah itu,"

"Tentu saja, Mama," kata Al sambil tersenyum dengan patuh.

Owh...

Keimutan ini...

Alice yang tidak tahan segera mengelus pipi putranya itu.

"Anak yang baik,"

"Mama, jangan menyentuh pipiku seperti itu,"

"Tidak apa-apa, itu karena Al ku sangat tampan,"

"Ah... Apakah begitu? Al kira, ketika Al sudah besar, Al akan mirip Mama, namun setelah Al tidak sepertinya tidak mirip mama? Apakah Al mirip dengan Papa?"

Ya, Alice jelas aja cukup sulit untuk mengelabui putranya itu, Putranya jarang menanyakan soal Keberadaan Ayahnya.

Ketika dulu Al pernah bertanya, Alice hanya menjawab jika Ayahnya sudah meninggal, namun Al pernah bertanya lagi, setidaknya soal fotonya.

Namun, Alice tidak pernah bisa menunjukkan nya, dan Al tidak pernah bertanya lagi setelah hari itu.

Dan sekarang, ketika pertanyaan soal hal itu muncul lagi, Alice sedikit ragu untuk menjawab.

Namun, sepertinya memang tidak apa-apa untuk memberitahukan hal hal ini?

Toh, Al juga tidak akan tahu soal siapa sebenarnya Ayahnya, atau...

Yah... Alice sendiri tidak benar-benar tahu apakah bisa menganggap orang itu Ayah anak ini, namun orang itu selain yang bertanggung jawab atas proyek itu, dia sepertinya yang membuat rekayasa genetik untuk embrio Al dulu, yah setidaknya semacam Ayah Biologis yang membuat Al?

Dan lagi, orang itu juga yang menyumbangkan beberapa hal, hingga Al jadi.

"Ya, kamu memiliki wajah yang mirip dengan Papamu,"

"Owh? Benarkah Mama?"

"Emm, kalian memiliki kemiripan, mungkin sekitar 80%?"

Ya, Alice game mengangkat jika pria kecil dihadapannya ini, benar-benar memiliki kemiripan yang sangat banyak dengan Ilmuwan itu!

"Wow, berati Papa sangat Tampan juga?"

"Tentu saja,"

"Itukah, alasan kenapa Mama tertarik pada Papa?"

Melihat putranya itu mulai mengodanya, Alice merasa sedikit malu.

Ya, putranya memang cukup pintar sampai sudah mempelajari sedikit soal hal itu.

"Hentikan, omong kosongmu. Tanah kamu bermain saja di ruang tamu dengan, Puzzle yang Mama berikan,"

"Emm, Al sudah menyelesaikan Puzzle itu, Apakah Al boleh meminjam ponsel Mama?"

Alice tidak kaget, Puzzle jangki pelukannya itu sebenarnya bukan hal yang mudah, itu cukup rumit, namun mungkin karena IQ putranya cukup tinggi, sudah menyelesaikan hal yang bahkan orang dewasa mungkin akan kesulitan untuk memecahkan nya.

"Ya, ini ponselnya,"

Al lalu mengambil ponsel itu dengan gembira dan menuju ke ruang tamu.

Dan tepat ketika Alice berada di luar jangkauan nya, ekpersi yang awalnya ceria itu, berubah menjadi ekpersi dingin.

Al memang anak yang cukup cerdas sehingga dia terkadang akan mengelabuhi Mamanya.

Ada hal penting yang ingin Al urus setelah melihat ponsel.

Misalnya saja, sebenanya Al sangat penasaran dengan identitas Ayah Kandungnya.

Mamanya memang pernah bilang jika Ayahnya sudah meninggal, namun Mamanya, tak pernah menunjukkan foto ataupun makam bukankah itu aneh?

Jadi, tadi kebetulan ketika Al bertanya soal itu, Al menemukan sedikit petunjuk soal Ayahnya.

Ya, wajah mereka cukup mirip.

Apakah itu mungkin bisa di cari di mesin pencari?

Orang-orang dewasa, setahu Al memiliki semacam media sosial atau sesuatu tempat biasa mengirimkan foto, dan terkadang itu akan bisa dicari di mesin pencari.

Jadi, dengan penasaran, Al gera memfoto dirinya sendiri selalu memasukkannya ke mesin pencari.

Dan ternyata, hal yang ditemukan oleh Al sungguh mengejutkan.

'Justin Crownely, dulunya CEO Perusahaan Farmasi milik C.W Group, yang sebelumnya adalah seorang Peneliti terkenal di Negara A, karena kehebatannya, dalam melakukan penelitian Genetika, yang menyumbangkan dampak besar pada perkembangan pengobatan di Dunia, sayangnya sejak Insiden enam tahun lalu, soal gagalnya salah satu percobaannya, dia mulai menghilang dari hadapan Publik dan saat ini tidak ada yang tahu soal keberadaannya,'

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!