NovelToon NovelToon

Ku Kejar Kau Cuek, Kau Kejar... AKU ???

BAB.1

Sebuah Perusahaan di bidang per film - an tengah disibukan dengan debut artis - artis baru dan film yang akan akan segera dirilis. Semua pegawai beraktifitas dengan kesibukan dan pekerjaan pada bagian mereka masing - masing tapi tidak dengan CEO Perusahaan itu, Reyhan Azam Wardi.

Pria berparas tampan dengan tinggi 185cm dengan sedikit berewok di sekitar wajahnya menambah maskulin dan kharimastik di wajahnya. Tapi sayang kisah cintanya tak semulus hidupnya yang sejak muda sudah sukses memperluas bisnis di Perusahaan film.

Wanita yang jadi incaran nya pernah menolak dia, bahkan bertunangan dengan lelaki lain dan dikabarkan akan segera menuju pernikahan beberapa bulan lagi.

Kendati begitu lelaki berhidung mancung itu tak pernah menyerah, sampai ijab kabul terlaksana baginya wanita incaran nya masih bisa menjadi miliknya.

Wanita itu adalah artis ternama di Agensi Perusahaan nya, artis paling tercantik saat ini. Reyhan jatuh hati padanya saat pertama kali melihat perannya saat bermain dalam sebuah film, wanita tinggi langsing bernama Delova Anjasmara.

Kini waktu pernikahan Delova tinggal menghitung minggu, membuat Bos Agensi itu semakin ketar - ketir mencari ide lain untuk bisa mendapatkan hati wanita pujaan nya.

"Ubay! Panggil Nabila kemari!"

Sang asisten langsung mendongak dari dokumen yang sedang ia periksa. Nabila? Lagi? Pikirnya.

"Bos, apa aku harus menyiapkan cemilan seperti biasa? Jika Anda akan ngobrol dengan wanita penyuka makanan itu, dia akan terus mengunci mulutnya tak menjawab kecuali ada cemilan," Ubay sang asisten sudah tau watak kebiasaan wanita yang selama ini menjadi tempat curhat Bos nya.

"Kamu aturlah! Cepat bawa dia, jangan telepon langsung seret saja dia kesini," Ujar Reyhan terlihat frustasi.

Tanpa menunggu lama, Ubay berlari kecil keluar ruangan sang Bos. Dengan cepat masuk ke dalam lift menuju lantai tempat kerja Nabila yang seorang penata busana.

"Nabila, ikut aku!" Ubay melambai dari pintu masuk kantor bagian busana.

Semua pekerja disana sudah tak asing jika tiba - tiba asisten Bos mereka memanggil Nabila seperti sekarang, pasalnya mereka tau hubungan Nabila yang tidak biasa dengan Bos mereka.

"Lagi? Ada apa dengan Bos mu itu, Ubay?" ujar Nabila memanggil non formal pada Ubay saking sering nya mereka bertemu ulah Bos mereka.

Ubay hanya mengangkat bahu tapi ia tak ingin berlama takut Bos nya menunggu dalam kemarahan. "Sudahlah cepat! Aku akan membelikan makanan kesukaanmu!"

Mendengar kata makanan akhirnya bibir Nabila menyunggingkan senyuman, "Oke!"

"Herna, rapihkan ini. Aku harus pergi," ucapnya pada rekan kerjanya.

"Oke." jawab Herna.

Nabila berjalan santai membuat Ubay yang melihatnya geregetan dengan sikap santai nya. "Buruan! Aih... Wajah Bos lagi bad mood tuh! Ntar kita kena amuk weh!" protes Ubay.

"Bodo! EGP... Weekkk!" cibir Nabila.

Tapi akhirnya Nabila ikut berlari kecil, sebenarnya hatinya selalu gugup jika akan bertemu Bos nya itu. Bagaimana tidak?! Sudah 2 tahun lebih dia memendam rasa kepada lelaki yang menjadi atasannya itu. Bahkan ia yang sebenarnya bercita - cita menjadi seorang sutradara tapi karena di Perusahaan ini hanya ada lowongan bagian fashion akhirnya dia melamar disana hanya demi bisa bertemu lelaki idamannya itu disana. Yah, meskipun pada akhirnya selama 2 tahun ini ia hanya dijadikan tempat curhat Reyhan karena ia adalah sahabat dari Delova.

Nabila Wanita berkulit kuning langsat, berparas chubby dengan bibir bawah sedikit tebal dan tubuh berisi alias montok tapi masih dalam ukuran yang pas dengan tinggi tubuh 165cm. Tapi sayang beribu sayang, wanita idaman sang Bos ialah wanita berkulit putih bertubuh langsing seperti Delova alhasil sang Bos tak pernah melirik Nabila sedikit pun. Dia tetap bertahan selama 2 tahun menjadi tempat curhat sang Bos hanya berharap suatu saat sang Bos bisa melihat sosok dirinya yang selalu ada dan setia di sampingnya.

.

.

.

Hai Readers sayang, bertemu lagi dengan karya receh baru saya. JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK LIKE, KOMEN, GIFT, VOTE. MAKASIH ^_^

BAB.2

Tok... Tok... Tok...

"Masuk!"

Ubay membuka pintu, tapi yang tampak dari dalam hanya kepala Nabila yang menyembul dengan cengiran ala dirinya. Saat melihat tingkah pegawai wanitanya itu, akhirnya Reyhan sedikit merenggangkan bibirnya tersenyum tipis tidak cemberut seperti sebelumnya.

"Kemari, Nab!" ujar pria yang paling berkuasa di Perusahaan.

Nabila masuk dengan wajah datarnya, ia tak pernah memperlihatkan perasaan sukanya secara terang - terangan jika sedang berhadapan dengan pria idaman nya itu.

"Ada apa Bos? Biasanya kamu memanggilku kesini hanya untuk urusan pribadimu," bibir Nabila sedikit mencibir.

Gerakan cibiran dari bibir pegawainya itu tak lepas dari pengamatan Reyhan, ia tau Nabila tak pernah takut padanya atau pun bersikap segan. Apalagi sudah setahun lebih mereka dekat sebagai teman hanya karena Nabila teman dekat Delova.

"Tentu saja untuk hal pribadiku, memangnya untuk apalagi? Ubay, sana pergilah pesan makanan untuknya," Reyhan memberikan kartu miliknya, Ubay mengambilnya langsung pergi dari sana.

Setelah mereka berdua, Reyhan bangkit dari kursi kerjanya menghampiri Nabila di sofa.

"Jadi?" tanya Nabila saat sang Bos sudah bergabung duduk bersamanya.

"Well, bagaimana kabar sahabatmu Lova?" tanya Reyhan memulai obrolan mereka.

"Come on Bos! Kamu belum move on dari Lova? 2 minggu lagi dia married Bos! Kawin! Nikah! Ayolah! Saatnya Bos menyerah, bukan begitu?" ucap Nabila berapi - api, dia tak habis pikir Lelaki yang ia harapkan selama 2 tahun itu masih belum bisa melepas kan sahabatnya Delova.

"Aku hanya tidak bisa menerima dia menolakku, sebenarnya apa kurangnya aku? Bahkan dalam hal materi, aku lebih mapan dari kekasih tentara - nya itu !" Reyhan berdiri lalu mondar mandir, ia berteriak frustasi.

"Lepaskan Bos, lalu lihatlah sekelilingmu. Mungkin saja ada seseorang yang selalu memanggil namamu dalam setiap doanya agar kamu menjadi jodohnya, membuatmu susah mendapatkan wanita pujaanmu," Nabila sedikit menekan kan kata - katanya.

Otomatis wajah Reyhan berbalik padanya, menatap wajah chubby Nabila dengan mata yang bermanik coklat itu.

"Aku tetap tak bisa menyerah!" kukuh Reyhan dengan wajah mengeras.

Lelaki gagah itu berjalan ke arah jendela kaca besar, ia memunggungi pegawai perempuan nya menatap langit cerah diluar jendela. Sesekali ia menarik nafas dan menghembuskan nya, ia tersentak saat sebuah tangan mungil menepuk pundaknya.

"Bos! Apa kamu sudah membaca buku novel yang beberapa bulan lalu aku berikan padamu?" tanya Nabila, tatapan matanya ikut menerawang jauh.

"Belum, bukunya aku taruh di rak buku-ku dirumah, kenapa?" jawab Reyhan tanpa mengalihkan tatapannya menatap awan di langit.

"Hem, gak apa - apa. Tapi jika suatu saat aku tak bisa ada di sampingmu seperti ini lagi, ambil buku itu dan baca lah." ujar Nabila lalu dia berjalan ke arah sofa kembali, tepat saat itu pintu kantor terbuka dan Ubay masuk ke dalam membawa cemilan dan minuman kesukaan Nabila.

"Habiskan Nab! Aku sudah membeli banyak," ucap Ubay seraya menaruh semua bawaan di tangannya di meja lalu memberikan kartu pada Bos nya.

Nabila hanya tersenyum, ia mengambil beberapa makanan dan segelas minuman lalu bangkit berdiri. "Bos, aku harus kembali bekerja. Kamu tau kan semua pegawai sedang sibuk, aku malu jika berleha - leha disini. Aku pergi, pikirkan perkataanku," tanpa memperdulikan ijin dari Reyhan, Nabila dengan cepat segera keluar.

"Hei!" panggil Ubay yang heran karena tumben Nabila pergi dengan cepat, biasanya sesi curhat sang Bos dengan wanita itu selalu lama.

"Biarkan dia! Aku sudah merasa baikan. Kapan pertemuanku dengan Produser Warman?"

"Pukul 2 siang Bos, tinggal 1 jam lagi."

"Siapkan semuanya."

"Siap, Bos."

Sedangkan Nabila yang sudah kembali ke kantor kerjanya tak bisa fokus bekerja, ada saja kesalahan yang dibuatnya. Ia hanya berpikir sampai kapan ia harus terus menerus mengharapkan Pria yang tidak pernah meliriknya sedikit pun.

.

.

.

LIKE, KOMEN, YA SAY JANGAN LUPA.

BAB.3

Sepulang kerja Nabila tak langsung membersihkan tubuhnya seperti biasa, ia melempar tubuhnya ke atas ranjang. Menutup kepalanya dengan bantal, merasa frustasi akan hatinya. Ia bukan tak mau mengejar secara terang - terangan pria yang disukainya tapi andai saja wanita yang disukai Bos nya itu bukan sahabatnya pasti ia tidak akan memendam perasaannya dan hanya memberikan kode - kode yang bahkan tak dianggap pria itu karena di hati sang Bos hanya ada nama Delova.

"Arghhttt! Pria ogeb! Pria gak peka! Pria buta! Masa aku sering perhatian sama dia, tapi dia gak ngeuh sih! Sebel! Sebel! Ah!" teriaknya frustasi, untung saja ia tinggal sendiri di sebuah Apartemen minimalis, suara teriakan frustasinya tak akan terdengar siapapun.

Nabila merogoh ponsel di tas kerja nya, ia menulis status di WA.

'Semacam rindu tak bertuan, cinta tak terbalas dan perjuangan tak dihargai. Ah... sakit sekali!'

Nabila menekan kirim lalu sekali lagi menulis status di WA - nya.

'Akan ada waktu ketika orang yang sabar menjadi muak! Orang setia akan angkat kaki. Itu adalah ketika sifat sabar, peduli dan setianya tidak dihargai!'

Sekali lagi Nabila menekan kirim, lalu menonaktifkan jaringan wifi - nya. Ia beranjak turun dari atas ranjang masuk ke dalam kamar mandi dan mulai membersihkan tubuh berkeringatnya.

.

.

.

Pukul 21.30 wib, Reyhan selesai ber - gym di tempat gym area Apartemen nya. Ia masuk ke dalam Apartemen langsung menuju dapur mencari air putih dan meminumnya. Setelahnya ia mengambil ponsel yang ia tadi taruh di atas meja di depan TV sebelum pergi ke tempat gym.

Pria itu memeriksa beberapa e-mail yang masuk, beralih ke WA ingin memeriksa status WA dari Delova.

Degh! Tak sengaja ia menscroll status WA Nabila, kata - kata di status nya tiba - tiba membuat ia bertanya - tanya dan tak elak ia sangat perduli untuk siapa status WA - nya itu.

Tak ingin banyak menduga - duga, akhirnya Reyhan mulai meng-chat Nabila.

Reyhan : [ Nab, status WA kamu untuk siapa? ]

Lama tak ada balasan, Reyhan melihat ceklis centang 2 tapi belum berwarna biru tandanya belum dibaca pegawai wanitanya itu.

Nabila : [ Emang kenapa Bos? Jadi orang ko kepo, apalagi Bos cowok __^ ]

Reyhan : [ Ya gak papa, cuma kan selain Atasan dan pegawai kita kan teman. Emang gak boleh sedikit perduli gitu? ]

Nabila : [ Gak usah sok peduli! Sejak kapan Bos perduli sama wanita selain Delova? ]

Balasan chat Nabila membuat Reyhan menggertakan gigi, kenapa ia merasa tak enak hati saat membacanya.

Reyhan : [ Ya sudah, terserah! Tidur, jangan bergadang malam - malam. Besok kerja jangan telat! ]

Nabila membaca chat dari Reyhan tapi kali ini dia malas meladeninya lagi, untuk apa meladeni pria si kurang peka.

Setelah menunggu balasan dari Nabila yang biasanya penuh perhatian padanya, misalnya seperti menyuruhnya tidur jangan terlalu larut malam, atau juga mengingatkan nya minum vitamin dan jangan minum kopi malam - malam. Eh setelah Reyhan tunggu lama chat itu tapi tidak datang - datang juga dari Nabila.

"Tumben dia gak cerewet ngingetin aku ini itu?" gumamnya tanda tanya besar.

"Bodo lah, mungkin dia lagi ada masalah."

Reyhan menyimpan ponselnya, lalu pergi ke kamar mandi mengguyur tubuhnya dengan air hangat dari shower.

.

.

.

Esoknya Nabila mendapat telepon dari seseorang yang tidak diduganya. Seorang Produser ternama dari sebuah Angensi Perusahaan hiburan lain, menimang Produser itu menelepon nya secara baik - baik akhirnya Nabila tak bisa menolak saat diajak bertemu.

Menggunakan waktu makan siang, Nabila pergi ke kafe tempat ia berjanji bertemu. Saat datang, Produser yang mengaku bernama Dimas Prasaja sudah datang lebih dulu, ia mengenalinya karena tadi pria itu mengirim foto dirinya melalui WA.

"Pak Dimas?" tanya Nabila, takut salah orang ia hanya mencoba berhati - hati.

Dimas mendongak dari ponsel yang sedang di lihatnya, ia tersenyum sopan lalu berdiri.

"Ya, saya Dimas. Nona, Nabila?" tanya nya balik.

"Ya." jawab Nabila singkat.

Dimas tersenyum lebar, mengulurkan sebelah tangan untuk berjabat tangan. Nabila menerima uluran jabat tangan pria di depan nya itu, balik tersenyum sopan.

"Mari duduk," ucap Dimas seraya melepaskan jabat tangan.

"Terimakasih."

"Tadi di chat, kamu bilang kopi mocha. Ini saya sudah pesan kan. Jika sudah dingin, kamu bisa pesan lagi," tawar Dimas.

Nabila melirik kopi di atas meja, ada dua cangkir kopi. Ia mengambil kopi miliknya dan menyeruputnya sedikit.

"Ini cukup, terimakasih. Bisakah Anda bicara masalah tadi di telepon, waktu istirahat saya hanya sedikit," seraya menaruh kembali kopi di atas meja, Nabila bertanya langsung maksud sang Produser.

"Ekhm, begini Nona. Saya baru beberapa bulan lalu dipindahkan ke Perusahaan Agensi HT, saya memeriksa naskah - naskah dari para pelamar 3 tahun ke belakang. Jujur saat saya menemukan naskah yang kamu masukan ke Perusahaan HT 2 tahun lalu, saya langsung menyukai naskahnya."

Nabila terkejut ia tak menyangka naskah - naskah yang ia masukan saat melamar 2 tahun lalu saat ingin menjadi sutradara akan dibahas kembali.

"Apakah maksud Anda naskah berjudul 'Gembala Cinta' ?"

"Ya, naskah itu. Apakah kamu bersedia menjual naskah itu dan menjadi sutradara saat kami mengangkat naskah ini menjadi film?"

Nabila menutup mulutnya dengan kedua tangan, ia tak mempercayai apa yang sedang di dengarnya. Impian besar menjadi seorang Sutradara datang bagai mimpi di siang bolong.

"An-anda tidak bercanda, bukan?" bibirnya gemetar saat mengeluarkan suaranya kembali.

"Saya serius, sebenarnya saya menyukai naskah Anda dan satu novel yang sedang populer di Aplikasi Biru. Tapi disana hanya tertera nama pena, biodata lainnya saya tidak tau. Novel berjudul 'Lihatlah cintaku Bos, setia bersamamu'. Saya sangat menyukainya, andai saja saya tau siapa penulisnya."

Sekali lagi Nabila tercengang, novel itu adalah karangannya. Ia memang tau Novel nya sedang populer di kalangan para pembaca bahkan ada yang meminta season ke -2.

"Apakah nama pena-nya Little Kitty?" tanya Nabila meyakinkan dirinya bahwa itu memang novel nya.

Dimas menatap Nabila tak percaya, "Kamu juga tau tentang novel itu?"

Nabila menggigit bibirnya, memainkan jari - jarinya di bawah meja. Memikirkan apa ia harus jujur atau berbohong?

"Saya penulisnya," Lirih Nabila pelan.

"Kamu apa?" tanya Dimas yang kurang jelas mendengar.

"Saya penulisnya, itu nama pena saya dan tentu saja itu novel saya." ujar Nabila menatap pria di depannya dengan berani kali ini.

Sekarang Dimas yang tercengang, ia tak percaya Naskah dan Novel yang sedang diliriknya adalah penulis yang sama.

.

.

.

Like, komen tiap Bab setelah baca ya sayang. Makasih semuanya ^__^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!