...🍁🍁🍁...
Dor..
Dor..
Malam itu...
Terdengar suara tembakan di sebuah gudang tua di negara Meksiko. Terlihat beberapa orang berpakaian serba hitam lengkap dengan rompi pelindung, tengah berjalan mengendap-endap memasuki ruang bawah tanah di gudang itu.
"Lindungi Mr. Stanhard!" ujar seorang pria pada anak buahnya, ia membawa senjata api dan tampak berhati-hati dalam langkahnya.
"Aku tidak perlu untuk kalian lindungi, sebaiknya kalian lindungi diri kalian sendiri!" ujar seorang pria berpakaian hitam dengan tubuh tinggi dan kekar sambil mengarahkan pistol kepada beberapa orang yang tengah bersembunyi dan bersiap untuk menerkamnya kapan saja.
Pria itu adalah Raiden Lucius Stanhard. Dia adalah seorang mafia muda yang mengikuti jejak ayah kandungnya yakni William Stanhard yang selama ini ternyata mempunyai bisnis haram. Bisnis yang disembunyikan dari semua orang termasuk orang terdekatnya.
Dor..
Dor..
Dor..
Bersamaan dengan peluru yang dilontarkannya, tiga pria sudah tergeletak di depannya dalam keadaan kepala yang bolong. Ya, mereka sudah tak bernyawa dan Raiden yang menghabisinya.
Raut wajah pria itu terlihat biasa saja meski telah membunuh 3 nyawa. Baginya hal ini biasa saja, ia sama sekali tak gentar melihat mayat. Karena ini adalah pekerjaannya dan sudah menjadi bagian dari hidupnya juga.
Setelah membantai beberapa orang didepan ruang bawah tanah itu, Raiden dan ke 5 anak buahnya mendobrak pintu ruang bawah tanah.
BRAK!
Pintu ruang bawah terbuka lebar sebab pintunya telah hancur lebur akibat ulah tendangan maut dari Raiden.
"Kau lagi?!" sentak seorang pria dengan rambut pirang itu dalam bahasa Meksiko. Pria itu menatap Raiden dengan tajam. "Kau selalu saja mengacaukan semuanya dasar STANHARD SIALAN!"
"Come on, ini memang sudah jadi kebiasaanku yaitu mengacaukan dan menghancurkan orang-orang yang menghalangi jalanku. Dasar PENGKHIANAT!" Raiden dengan wajah tegasnya menatap pria berambut pirang itu penuh tatapan intimidasi.
Bak elang yang akan memangsa mangsanya. Pria itu dibuat tidak berkutik oleh Raiden walau hanya dengan tatapannya saja. Tapi kali ini pria itu tak mau mengalah, ia akan melawan anak dari mantan bosnya ini.
Pria itu mengeluarkan pistolnya dan hendak melepaskan timah panasnya, namun sayang Raiden lebih dulu menyerangnya. Raiden memang selalu cepat dan tanggap apalagi dalam hal menyerang musuhnya. Buktinya, Jonas yang menghilang dalam waktu berbulan-bulan dari cengkraman ayahnya, bisa ia temukan dalam waktu 3 hari.
DOR!
"Arggggh....FUCKK!" pria itu merintih kesakitan sambil memegang lengan kanannya yang berdarah-darah. Tatapannya tajam pada Raiden.
"Kau kurang cepat seperti biasanya Jonas," Raiden menarik satu sudut bibirnya ke atas.
Pria itu adalah Jonas Statham, ia adalah bawahan William yang sudah mengkhianatinya dan melakukan bisnis bersama musuh besar dari si ketua mafia terbesar di negeri Meksiko itu.
Dosa Jonas di mata ayah dan anak berdarah mafia itu, adalah berkhianat dengan musuh. Tak hanya itu, Jonas juga yang sudah membuat bisnis pengiriman narkotika dan senjata menjadi terhambat malah hampir ditangkap pihak yang berwajib, sebab Jonas melaporkan Raiden dan William ke kantor polisi.
"Ackk!!"
"BRENGSEK!" Jonas jatuh tidak berdaya didepan Raiden begitu pria itu menancapkan pisau di pahanya.
"Tenang saja, aku tidak akan membunuhmu karena orang yang berhak untuk melakukan itu adalah ayahku. Orang yang kau khianati, Jonas!" Raiden tersenyum sinis, lalu ia menendang perut Jonas hingga pria itu terjengkang dan mulutnya mengeluarkan darah.
"Uhuk...uhuk..."
Semua anak buah setia Raiden melihat Jonas dengan remeh. Mereka juga tak menyangka bahwa Jonas yang merupakan orang kepercayaan William, ternyata tega berkhianat.
Raiden merogoh saku celananya, kemudian dia menunjukkan foto yang ada disana pada Jonas. Foto dimana ada dua orang mayat yang dikenali Jonas tengah berada di peti mati.
"Ti-tidak! Ini tidak mungkin! Ini pasti palsu!" seketika wajah Jonas memucat saat melihat foto itu. Jonas menangis, ia tak percaya bahwa anak dan istrinya telah meninggal dunia.
"Ini akibat karena kau telah mengkhianati ayahku." ucap Raiden sinis tanpa senyuman di wajahnya. Ia membalikkan badannya dari Jonas. "Kau tau mereka harus menerima rasa sakit karena pengkhianatan yang kau lakukan. Dan kau tau, apa yang dikatakan Putrimu saat aku menyayat kulitnya dan membakar perutnya dengan besi panas? Dia memohon padaku agar aku tidak MENYAKITIMU. Sungguh anak yang baik, namun sayang dia memiliki ayah sepertimu." jelas Raiden yang membuat Jonas semakin murka padanya.
"Kau...kau dan ayahmu ADALAH IBLIS!" Jonas hendak menyerang Raiden dengan pistol yang di pungutnya, akan tetapi tiga anak buah
Raiden langsung membuat Jonas terdiam dan menjatuhkan pistolnya. Mereka bertiga telah menodongkan senjata api itu lebih dulu pada Jonas.
Tak hanya itu, mereka juga telah meringkus Jonas dengan kasar. Sehingga bisa dipastikan bahwa penghianat itu tidak bisa melarikan diri.
"Bos, apa yang akan kita lakukan pada penghianat ini?!" tanya salah seorang anak buah Raiden yang bernama Jerry.
"Bawa dia ke black house, ayahku berada disana dan biarkan ayahku yang menentukan hukuman untuknya." serka Raiden.
"Baik bos," sahut ketiga anak buah Raiden yang paling terpercaya itu. Jerry, Tommy dan Lance. Mereka bertiga bukan hanya sekedar anak buah Raiden, namun juga merupakan teman dekat Raiden.
"KAU! KAU DAN AYAHMU, KALIAN AKAN MENDAPATKAN KARMA! KALIAN AKAN MERASAKAN KEHILANGAN ORANG YANG KALIAN CINTAI! CAMKAN INI BAIK-BAIK!" teriak Jonas dengan penuh amarah, yang paling tidak bisa ia terima adalah kematian istri dan anak perempuannya.
Raiden sama sekali tak mengindahkan semua itu, ia tetap berjalan santai keluar dari sana setelah misinya menangkap PENGKHIANAT selesai.
"Tuan, anda mau kemana?" tanya Jerry pada Raiden yang menaiki mobil berbeda dengan Jonas.
"Aku akan kembali ke mansion bersama dengan Lance. Kau dan Tommy juga yang lainnya, bawa si bajingan sampai ke tempat tujuan!" titah Raiden dengan wajah coolnya.
Jerry, Tommy dan beberapa anak buah Raiden yang lainnya mengangguk kompak dengan patuh. Ya mereka selalu patuh sebab Raiden tak segan menghabisi orang yang membangkangnya.
Entah sejak kapan Raiden menjadi iblis, padahal dulu ia tak begini. Dulu hidupnya normal, sampai ia memutuskan untuk meninggalkan negara Indonesia dan ikut dengan ayah kandungnya ke Meksiko. Sementara ibunya Cleo, ayah tiri dan adiknya berada di Jakarta. Ya, Raiden telah meninggalkan Indonesia sejak ia kuliah di luar negeri.
Dini hari itu Raiden pulang ke mansionnya, sesampainya disana ia disambut oleh beberapa pengawal dan pelayan di mansion itu. Raiden tak mengindahkan mereka dan seperti biasanya ia selalu melenggang pergi.
"Ish...tuan Raiden itu, dia selalu saja cuek. Apa dia tidak suka wanita? Padahal aku sudah susah payah berdandan seperti ini." celetuk Carissa, salah satu pelayan muda di mansion itu yang genit pada Raiden.
"Hey, kau harus tau diri. Selera tuan Raiden bukanlah seorang pelayan sepertimu, pastilah tuan Raiden menyukai wanita yang tidak hanya cantik, elegan dan memiliki bibit bobot yang jelas. Kau ini jangan mengkhayal!" kata seorang pelayan yang usianya lebih tua darinya.
"Huh! Siapa tau kan dengan kecantikanku, aku bisa meluluhkan hati tuan Raiden." cicit Carissa yang merasa dirinya bisa menggaet Raiden.
Namun Raiden seperti manusia tanpa hati, dia seperti memasang tembok kepada semua orang terutama wanita yang ingin mendekatinya. Bahkan beberapa pengawal dan juga pelayan yang ada di mansion itu mengira bahwa Raiden tidak menyukai wanita alias gay. Jika para mafia lain, mungkin akan membawa wanita ke mansion dan bersenang-senang dengan mereka. Lain halnya dengan Raiden yang hanya sendiri di sana.
Itu semua bukan karena Raiden gay, tapi dia hanya menjaga hatinya untuk satu wanita. Buktinya hanya ada foto satu wanita di kamar itu, wanita cantik dengan rambut panjang dan memiliki mata berwarna abu-abu.
Baru saja pria itu keluar dari kamar mandi, setelah ia membasuh tubuhnya yang berlumuran darah. Sebuah suara dering telpon membuat atensinya tercuri pada ponsel keluaran terbaru di atas nakas.
"Alexander?"
Buru-buru Raiden mengangkat panggilan telpon itu.
"Halo Alexander,"
"......."
"Apa? Alea akan menikah? Dengan siapa?!" bentak Raiden dengan rahang mengeras.
...****...
...🍀🍀🍀...
Begitu melihat nama sahabatnya tertera di ponsel tersebut, tanpa pikir panjang Raiden langsung mengangkatnya.
"Halo Alexander,"
"Halo Rai, cepatlah pulang ke Jakarta. Kita harus merayakan hari besar Alea, adikku itu akhirnya dia akan menikah melangkahiku."
"APA? Alea akan menikah? DENGAN SIAPA?!" bentak Raiden dengan rahang mengeras. Raiden meremass ponsel itu dengan kilatan amarah di matanya.
Hatinya remuk saat mendengar kabar bahagia ini. Kabar bahagia untuk semua orang tapi tidak untuk Raiden, bagi Raiden ini adalah kabar buruk dan neraka.
"Maaf Rai seharusnya aku menanyakan kabarmu terlebih dahulu. Bukannya langsung memberitahukanmu kabar ini."
"Dengan siapa Alea akan menikah Alex?" tanya Raiden dengan suara pelan tapi tajam.
"Kau ingin tau dengan siapa Alea akan menikah kan? Kalau begitu kembalilah ke Indonesia, sebab sudah 4 tahun kau di negeri orang. Aku dan Justin merindukanmu kawan. Kembalilah kesini dan kau akan lihat siapa calon suami Alea." jelas Alex dengan suara sendu. "Oh ya, pernikahan Alea akan dilakukan lusa." jelas Alex yang membuat Raiden diseberang sana tampak marah, sayang Alex tak bisa melihatnya.
"Baik, aku akan kembali."
Hanya itu yang dikatakan Raiden sebelum ia mengakhiri panggilannya dengan Alex. Dingin, itulah definisi Raiden saat ini. Bahkan Alex merasa Raiden telah menjadi orang asing setelah 4 tahun Raiden memutuskan komunikasi diantara mereka dengan alasan sibuk.
Sulit sekali menghubungi manusia bernama Raiden ini, Alex juga menyadari bahwa Raiden telah banyak berubah. Dia seperti menghindari semua sahabatnya termasuk Alea, Justin dan Lisa.
🍀 Negara Indonesia, Jakarta. Mansion Xavier siang itu🍀
Gadis cantik berambut coklat dengan mata berwarna abu-abu itu menatap Alex dengan tatapan penuh harap. "Gimana kak? Rai bilang apa?"
Ya, gadis itu adalah Aleana Fidelya Xavier. Putri dari Aileen Sheravina Xavier dan Leonardo Xavier. Dia adalah gadis cantik dengan rambut lurus berwarna coklat, memiliki mata berwarna abu-abu, kulitnya putih bersih dan dia memiliki gelar sarjana seni.
"Dia pasti akan datang." jawab Alex lalu ia mengambil tempat duduk disebelah saudara kembarnya itu.
"Benarkah itu? Dia selalu mengangkat telpon darimu tapi tidak mengangkat telpon dariku. Sebenarnya apa salahku padanya kak? Kenapa dia pergi begitu saja dan tidak pamit padaku?" Alea mencecar Alex dengan pertanyaan yang ada didalam hatinya.
Ia bingung kenapa Raiden berubah, pria itu sahabatnya dari zaman TK sampai masa SMA. Tapi entah kenapa semua berubah saat pesta kelulusan SMA, Raiden mulai menjauhi dirinya dan teman yang lain. Bahkan Raiden juga pergi tanpa pamit saat ia keluar negeri.
Setelah itu Alea merasa bingung kenapa Raiden bisa berubah begini. Dan mereka pun lost kontak selama 4 tahun. Tapi tidak dengan Alex, dia masih bisa menghubungi Raiden walau tak sering dan bisa di hitung dengan jari.
"Kau tidak punya salah apa-apa, Raiden lah yang berubah. Tapi kita akan segera melihat bagaimana Raiden selama 4 tahun ini, mana mungkin kan dia tidak datang di hari bahagiamu?" Alex menepuk pundak adiknya seraya tersenyum.
Bukan hanya Alea yang mencemaskan keadaan Raiden, tapi Alex juga. Alex ingin melihat bagaimana sosok Raiden saat ini, ketika bertemu Raiden, dia akan langsung bertanya tentang apa yang ada didalam hatinya itu. Tentang Raiden yang berubah.
"Baiklah, aku akan menunggunya sampai dia kembali. Lalu nanti aku akan bertanya padanya kenapa dia bersikap begini padaku? Sahabat macam apa dia? Kalau dia tidak datang pada hari pernikahanku nanti....lihat saja!" Alea dari tempat duduknya kemudian dia berjalan menaiki tangga ke lantai dua rumahnya.
Alea masuk ke dalam kamarnya, lalu ia langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Rai... sebenarnya ada apa denganmu? Aku rindu padamu Rai...aku rindu kebersamaan kita dulu. Kau, aku, kak Alex, Justin dan Lisa." gumam gadis itu seraya memandangi foto di atas nakas. Di foto itu terlihat dirinya, Alex, Raiden, Justin dan Lisa dalam balutan seragam putih abu terlihat tersenyum ceria.
Saat Alea akan memejamkan mata ke alam mimpi, ponselnya berbunyi. Alea melihat siapa yang menelponnya, ia menggapai ponsel yang tak jauh dari tempatnya rebahan saat ini.
"Justin?"
Alea tersenyum dan langsung mengangkat panggilan video call dari sahabat sekaligus calon suaminya itu.
"Halo sweetie."
"Justin," wajah Alea merah merona mendengar suara pria itu
"Apa kau sudah mau tidur?" tanya Justin sambil melihat kekasihnya yang sudah mengenakan piyama tidurnya dress selutut. Alea sangat cantik.
"Iya, sayang."
"Baiklah, aku hanya ingin bilang selamat malam...mimpi yang indah dan aku tak sabar ingin segera lusa." kata Justin dengan suara bahagia.
"Aku juga." balas Alea seraya tersenyum. Ya, pernikahan ini adalah pernikahan yang sangat ia nantikan.
"Oh ya, tentang Rai bagaimana? Apa kau sudah bisa menghubungi dia?"
Alea pun menjelaskan pada Justin bahwa Alex sudah berhasil menghubungi Raiden dan pria itu juga akan kembali ke Indonesia. Justin senang mendengarnya, ia berharap agar sahabatnya itu ikut hadir dalam acara pernikahannya dan Alea.
Tak banyak percakapan diantara pasangan kekasih itu karena Alea sudah ketiduran lebih dulu. "Yah...dia tidur, baiklah.Good night sayang, semoga Tuhan memberikan kelancaran di dalam pernikahan kita dan rumah tangga kita kelak. I love you Alea." bisik Justin sambil menatap wajah cantik Alea dari ponselnya yang tengah tertidur itu. Kemudian ia menutup panggilan video call nya.
****
Pagi itu di langit Meksiko.
Raiden tengah mengendarai mobilnya bersama dengan Jerry, mereka akan pergi ke black house tempat dimana William berada. Begitu Raiden sampai di rumah yang memiliki cat warna hitam dan lampu temaram itu, terdengar suara erangan kesakitan dari orang-orang didalam sana. Ya, orang-orang itu adalah orang yang disiksa oleh William dan anak buahnya disana.
Black house adalah tempat dimana William mengurung musuhnya dan mereka disiksa disana.
"Nak, ada apa kau kemari? Bukankah kau bilang ingin istirahat di mansionmu?" tanya William sambil menatap wajah putranya yang mirip sepertinya.
"Aku akan kembali ke Jakarta, pa."
Deg!
William terperanjat dari tempat duduknya, ia terkejut mendengar apa yang dikatakan Raiden. Setelah 4 tahun disini, Raiden ingin kembali?
"Kenapa? Ada apa Rai? Bukankah misi kita belum selesai!" William menunjukkan rasa tidak sukanya dengan ucapan Raiden yang ingin kembali ke Jakarta, sebab pria itu masih membutuhkannya disini.
"Aku harus menghadiri pesta pernikahan temanku dan sudah lama aku tidak bertemu dengan mama, papa Sam dan Asha." tutur Raiden dengan wajah datarnya.
"Siapa?" tanya William dengan sorot mata tajam.
"Ada saja pa."
"Baiklah, kembalilah ke Jakarta tali cepatlah kembali. Kita harus tetap menjalankan misi untuk mengungkapkan semuanya," William menghela nafas, namun pada akhirnya dia menyetujui keputusan Raiden untuk kembali ke Jakarta. Entah misi apa dan harus mengungkap apa, yang jelas Raiden sangat terobsesi untuk mengungkapnya.
Raiden tersenyum menyeringai. "Aku tidak akan lama-lama disana, pa."
Setelah mendapatkan izin dari William, Raiden segera pergi dari sana lalu menuju bandara. Sebenarnya tanpa izin dari William pun, ia bisa pergi begitu saja. Tapi ia menghargai William sebagai orang tua.
"Branz! Cari tau siapa yang membuat Raiden kembali ke Indonesia!" titah William pada salah satu anak buahnya.
"Baik tuan Stanhard!" sahut pria botak dengan tubuh jangkung dan badan kekar itu.
"Siapapun yang akan menikah ini pasti sangat mempengaruhinya. Dia sampai kembali ke Jakarta, pasti karena seseorang yang berharga." gumam William dengan senyum iblisnya.
*****
Setelah menempuh perjalanan 28 jam lamanya, akhirnya Raiden dan salah satu anak buahnya yaitu Tommy, sampai di Jakarta. Tepat pada hari pernikahan Alea yang akan dilakukan hari itu.
"Benarkah kau akan menikah Alea?" mata Raiden memicing, menatap gedung hotel Samudra yang akan menjadi tempat pernikahan Alea dan Justin.
Raiden turun dari mobil, ia pun mendekati gedung hotel yang sudah di hadiri beberapa tamu berpakaian rapi. Raiden melihat nama yang tertera di depan sana juga foto calon pengantin.
"Justin!!" Raiden mengeraskan rahangnya, saat ia melihat foto Alea dan Justin bersanding mesra disana. Sementara Tommy melihat bosnya yang marah, bukankah harusnya Raiden senang karena sahabatnya akan menikah?
Tidak akan kubiarkan pernikahan ini terjadi, Alea!
...******...
Author lanjutkan lagi kalau banyak komen yes 😍😍
...🍀🍀🍀...
Rahang Raiden mengeras, wajahnya memerah, matanya menatap nyalang pada foto dan nama yang tertera di depan sana. Ingin sekali pria itu mencabik-cabik foto Alea dan Justin.
Raiden berusaha meyakinkan dirinya bahwa semua yang dia lihat ini adalah mimpi. Namun kenyataannya sangat berbeda dengan mimpinya. Alea memang akan menikah dengan Justin.
Para tamu undangan juga terlihat masuk ke dalam gedung hotel itu. Rasanya hati Raiden remuk melihat kenyataan ini. Apakah sudah terlambat baginya untuk mendapatkan Alea? Padahal ia sudah memiliki rencana untuk melamar Alea.
Sial! Kenapa tidak dari dulu saja dia melancarkan aksinya untuk melamar Alea? Kenapa harus menunggu sampai 5 tahun?
"SIAL!!"
"Tuan," lirih Tommy terheran-heran melihat bosnya tiba-tiba marah.
Tanpa bicara apapun, Raiden berjalan masuk ke dalam gedung hotel tersebut diikuti oleh Tommy yang berdiri di belakangnya. Dia dan Tommy menuju ke halaman belakang gedung hotel, sebab salah seorang petugas hotel mengatakan bahwa acara pernikahan Alea dan juga Justin dilaksanakan di taman hotel dengan tema outdoor.
Hati Raiden meringis melihat dekorasi pernikahan yang selalu diimpikan oleh Alea. Tema outdoor, Alea pernah mengatakannya saat masa SMA dulu.
Padahal aku....aku yang akan mewujudkan pernikahan impian untukmu. Tapi--malah pria lain yang melakukannya. Sungguh aku tidak rela Alea. Raiden membatin.
Tiba-tiba saja raut wajahnya berubah menjadi menyeramkan, ia lalu membisikkan sesuatu ke telinga Tommy.
"Apa tuan yakin?" Tommy terlihat tidak yakin dengan apa yang dibisikan oleh Raiden padanya. Sebuah titah untuk menggagalkan pernikahan yang sebentar lagi akan terjadi.
"Lakukan dengan cepat!" seru Raiden pada anak buahnya itu.
Tommy menganggukkan kepalanya kemudian dia pergi dari sana untuk segera melakukan perintahnya. Sementara Raiden membalikkan arah, tadinya ia ingin pergi ke tempat para tamu berada dan tempat di mana janji suci akan dibacakan. Namun dia malah pergi ke tempat di mana si pengantin pria berada.
Disana tidak hanya ada Justin, tapi ada Alex juga. Mereka terkejut begitu melihat sosok Raiden yang tengah berdiri di ambang pintu. Sosok yang sudah menghilang tanpa kabar selama 4 tahun.
"Raiden! Kau!" seru Justin dan Alex saat melihat sahabatnya.
Raiden tersenyum tipis, ia menatap kedua sahabatnya dengan tatapan dingin. Namun senyuman di bibirnya dapat menutupi tatapannya yang dingin itu.
Justin dan Alex berpelukan dengan Raiden, mereka juga melakukan tos persahabatan yang sering mereka lakukan. Justin dan Alex sangat senang bisa kembali bertemu dengan Raiden.
"Akhirnya kau datang juga huh? Kau benar-benar kejam pada kami, kau pergi tanpa kabar selama 4 tahun." celetuk Justin menumpahkan seluruh kekesalannya pada Raiden.
"Iya, saat mendengar pernikahan Alea barulah kau datang! Dasar kau bebal!" celetuk Alex sambil memukul lengan kekar Raiden.
"Maafkan aku, aku terlalu fokus dengan pendidikanku disana." jawab Raiden sekenanya. Dia tidak banyak berbasa-basi, dia berbeda dari Justin yang banyak bicara dan Alex yang pendiam dalam waktu tertentu. Dapat dikatakan Raiden adalah definisi dari pria dingin.
"Setidaknya kau bisa membalas pesan atau mengabari kami. Apa kau tau betapa my sweetie Alea sangat mencemaskanmu?" kata Justin yang membuat raut wajah Raiden kembali memerah.
My sweetie? Kau panggil wanitaku dengan sebutan apa? Raiden berusaha menahan emosinya.
"Iya, sekarang aku kembali tapi tak akan lama. Sebab aku memiliki bisnis tetap disana." jelas Raiden singkat.
"Oh ya, bisnis apa itu Rai?" tanya Alex penasaran.
"Bisnis--"
BRAK!
Tiba-tiba saja pintu ruangan itu terbuka, terlihat dua orang wanita cantik disana dengan wajah panik mereka. Satu orang wanita terlihat lebih tua dan seorang disampaikan mungkin seumuran dengan Alea.
"Mama? Lisa? Ada apa kalian kemari? Seharusnya kalian bersama Alea bukan?" tanya Alex seraya menghampiri Aileen dan Lisa.
"Alex...Justin... pernikahannya harus ditunda dulu karena--"
Justin dan Alex langsung memfokuskan atensi pada Aileen dengan bingung dan bertanya-tanya. "Ada apa ma?" Justin menghampiri Aileen, ia juga sudah terbiasa memanggil Aileen dengan sebutan mama.
Raiden semakin kesal, ternyata kepergiannya selama 4 tahun telah melewatkan banyak hal. Justin telah dekat dengan Alea dan keluarganya.
"Alea, Alea menghilang!!" ucap Lisa yang membuat Justin dan Alex tercengang. "A-APA??!"
Saat semua orang panik, Raiden malah tersenyum tipis mendengar Alea menghilang.
Bagus, sepertinya Tommy telah melakukan pekerjaannya dengan baik.
"Alea hilang? Kalau begitu ayo kita cari Alea!" seru Raiden dengan wajah paniknya karena ia tidak mau menimbulkan kecurigaan.
...****...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!