🌹 Happy Reading ya Gengs 🌹
Di sebuah acara fashion show yang diikuti oleh berbagai Negara. Terlihat begitu banyak model yang sangat cantik dan memiliki badan profesional, tengah berlenggak lenggok di atas panggung.
"Hhuueeee,,hueeee, you are so beatifful," teriak dari beberapa penonton, serta juri-juri designer Internasional yang menilai mereka.
Semua juri nampak sangat puas dengan semua model yang menggenakan pakaian-pakaian endors-san mereka.
Hingga pada puncak acara, terlihat seorang wanita cantik yang merupakan model utama, memiliki paras cantik,body matang, wajah yang lembut serta mata yang tajam, membuat siapapun akan terpesona menatapnya mau itu wanita atau pria.
Karena lekukan tubuh serta wajahnya benar-benar sangat-sangat sempurna, hingga dia mendapatkan julukan sebagai wanita tercantik di dunia.
"Hueee,,hueee, memang paling sempurnalah wanita ini," teriak para penonton.
"Iya, bagaimana bisa Tuhan menciptakan wanita sesempurna itu," sahut penonton lainya.
Hingga wanita yang tengah berjalan dengan anggun-nya di atas sana, tersenyum manis, menanggapi pujian-pujian dari para fans khusus serta penonton.
"Wahhhhh kamu memang yang paling sempurna Vita, selamat ya," puji salah satu juri, yang sudah mengidolakan Vita dari pertama kali mereka bertemu.
Vita kembali tersenyum dengan puas mendengar beberapa pujian yang didapatkan.
Alvita Natasyha Fortuta, seorang wanita berusia 21 tahun, ini merupakan seorang model sekaligus aktris Internasional, yang merupakan keturunan dari Mamahnya Vika, yang sekarang sudah menjelma menjadi ibu rumah tangga.
Mempunyai bentuk tubuh yang sangat profesional membuat Vita menjadi primadona untuk semua kalangan, namun sayangnya dia masih menutup pintu hatinya untuk menerima siapapun, apa lagi jatuh cinta, mendengarnya saja dia ingin tertawa, apa lagi mencobanya, itu sangat-sangat jauh dari kamus hidupnya.
Selepas acara selesai, terlihat Vita yang baru turun dari panggung, dan langsung masuk ke dalam ruang rias.
"Vit,,malam ini kamu ada kunjungan party penyambutaan CEO baru, yang diadakan di kapal pesiar paling mewah, milik dari Amo grup," ucap Julia, yang merupakan manager dari Vita.
"Waahhh, keren ihh, kita ikutkan Jul?" tanya Melly, asisten pribadi Vita.
"Tidak Mel, kali ini kita tidak bisa ikut, karena pengatur acara tadi bilang, katanya hanya aktris utama yang boleh masuk, manager dan yang lain tidak boleh, begitu peraturanya Mel," seru Julia, yang memandang ke arah Vita dan Melly secara bergantian.
Vita kembali tersenyum, menatap kearah sahabat-sahabatnya ini, "ya sudah, besok kita liburan ya, setelah aku balik dulu ke rumah Papah Jendra, dan setelah dapat izin dari Papah baru kita akan pergi ya," sahut Vita dengan bahagia.
Selama ini memang dia lebih sering menghabiskan waktu dengan Papah Jendranya, dibandingkan dengan Vika dan Alson.
Alasanya karena dia ingin membagi kasih dengan Papahnya yang hanya sendiri, sedangkan Mamahnya masih ada Papah Alson dan juga Adik-adiknya yang lain.
Baginya sangat tidak adil jika Papahnya dibiarkan sendiri, padahal jelas-jelas masih mempunyai seorang anak.
Sedangkan Jendra, memang memilih untuk tidak menikah dengan siapapun, karena merasa tidak pantas berdampingan dengan wanita.
Hingga dirinya memilih untuk merawat putri kecil kesayangaanya, yang telah menjadi nafas serta jiwanya. Dan dia benar-benar berhasil mendidik Vita hingga menjadi sebuah Berlian paling berharga.
"Kamu sayang banget ya sama Papah kamu, aku jadi iri gitu," balas Melly, dengan memperbaiki sedikit kacamatanya.
Vita mengedikan bahunya singkat, lalu beralih membersihkan make up tebal dari wajahnya, sebelum dia menggangi riasaan untuk pergi ke party selanjutnya.
"Papah memilih tidak menikah itu karena sayang sama aku, dan tidak ingin aku mendapatkan seorang ibu tiri, jadi setidaknya aku harus sering balik ke Indonesia untuk mengunjungi Papah," ujarnya, dengan terus menggerakanaan tanganya untuk membersihkan wajahnya.
Melly dan Julia terlihat menganggukan kepalanya paham, mendengar penjelasaan berulang-ulang yang dikatakaan oleh Vita.
Dan pada saat mereka tengah asik mengobrol, tiba-tiba, terlihat seorang wanita cantik yang masuk ke dalam ruangan Vita dan menghampirinya.
"Vit, loe ada waktu tidak ya? Aku ingin bicara sebentar," ajak Emma, sahabat Vita selama di dunia hiburan.
Vita menolehkan kepalanya menatap ke arah Melly dan Julia, yang kini sudah mengerti jika mereka harus keluar. "Siap-siap, kita akan keluar," sahut Melly, yang terlihat malas menatap ke arah Emma.
Kedua sahabat Vita tadi, memang tidak menyukai teman baru dari Vita ini, karena menurut meraka, wajah dan sikapnya sangat-sangat terlihat seperti fake sekali.
Namun mereka sadar, bahwa mereka hanya bekerja dengan Vita, sehingga tidak berani bagi mereka untuk menegur apa lagi mengatur hidup Vita.
Mau dia berteman, ataupun menganggap orang lain sahabatnya, itu adalah urusannya, sudah cukup mereka memberikan sebuah peringataan serta kalimat-kalimat wejangan untuk Vita. Akan tetapi sepertinya wanita cantik itu sama sekali tidak menggubris semua yang mereka katakan.
"Ada apa Emma? Kayanya kamu ingin bicara serius sekali?" tanya Vita lembut.
Emma tersenyum dihadapaan Vita, lalu duduk disebelah wanita itu, "jadi seperti ini Vit, aku tuh aku ingin kamu menjebak satu pria agar mau bertanggung jawab dengan bayi yang aku kandung," ucapnya mulai meneteskan air matanya.
"Bayi?" tanya Vita bingung.
"Iya Vit, hiskk,,hiskk, aku sudah tidak tahu ingin berbuat apa, yang jelas pria itu benar-benar melukai aku serta harga diriku, dengan meninggalkan benih ini di tubuhku hissk,,hiskk,,hiskk," tangisnya lagi, terlihat sama sekali tidak berdaya dihadapan Vita.
Sedangkan Vita hanya bisa diam, sambil menenangkan Emma, dia tau bagaimana rasa sakitnya seorang wanita yang di tinggalkan laki-laki dalam keadaan hamil, karena ini juga mengingatkanya pada masa lalu ketika dirinya belum memiliki Papah seperti sekarang.
"Aku harus membantu apa Emma? Tidak bisakah kamu hidup sendiri, membesarkan bayimu?" tanyanya lagi bingung, dengan kata menjebak dari Emma.
Emma menggelengkan kepalanya pelan, lalu menatap ke arah Vita dengan lekat, "bukan menjebak Vit, lebih tepatnya memberikan peringatan kepada dia, untuk mempertanggung jawabkan perbuataanya," jelasnya lagi, mengatakan apa niat hatinya sebenarnya.
"Emma, yang hamilkan kamu, kenapa bukan kamu yang memaksanya? Kenapa harus aku?" tanya Vita bingung, merasa bahwa dirinya tidak berhak ikut campur dalam masalah pribadi orang lain.
Namun tiba-tiba saja Emma langsung berlutut di kaki Vita, agar mau membantunya, "please Vita, bantu aku kali ini saja," pintanya benar-benar memohon.
Mau tidak mau Vita menyetujui, untuk membantunya sahabatnya ini, "baiklah Emma, aku akan membantu, dimana prianya?" tanyanya langsung to the point.
"Nanti kita ada acara di kapal pesiar, di sanalah priaku berada, nanti akan aku tunjukan denganmu," jawab Emma, dengan senyum yang mulai mengembang di wajahnya.
Vita menganggukan kepalanya pelan, "baiklah, kalau begitu, kita akan bertemu di sana ya," seru Vita, yang saat ini terlihat sedang mengaplikasikan make up tipis di wajahnya.
"Baik Vita, terima kasih ya," ucap Emma, dan lalu mulai berdiri dan berpamitan pada Vita.
"Aku keluar dulu ya, nanti kita akan bertemu di sana," sambungnya lagi, sebelum akhirnya dia melangkahkan kakinya keluar dari ruang rias Vita.
Sedangkan Vita, langsung melanjutkan kegiataannya yang tertunda, yaitu bersiap untuk party selanjutnya.
To Be Continue
**To Be Continue. *
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ***🙏🏻🙏🏻* dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
*Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰 jangan Sinder.*
*Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya**😎*
Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal **😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya****😘😘
**Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ***😭😭😭*
*Terima kasih**🙏🏻🙏🏻*
🌹 Happy Reading Ya Gengs 🌹
Saat ini Vita, sudah berada di sebuah kapal pesiar paling mewah di bumi, namun itu sama sekali tidak membuatnya tertarik. Baginya dia ada di sini karena pamor dan sebuah popularitas, bukan karena hal privasinya.
Vita yang memang jarang akrab dengan siapapun, kini memilih untuk duduk sendiri di sebuah pojok ruangan, "Vita," panggil Emma.
"Heyy Emma gimana? Apa kamu sudah bertemu dengan dia?" tanya Vita dengan lembut.
Emma menganggukan kepalanya singkat, "sialll! aku harus bagaimana untuk menjalakan rencana ini," batin Emma, menatap Vita dengan penuh kelicikaan.
"Ayo ikut aku Vit, kita bertemu langsung dengan dia," seru Emma, langsung menarik tangan Vita naik ke lantai atas.
Sesampaianya di lantai atas, Vita yang kehausaan langsung mencari sebuah minuman, "tidak ada pelayan lewat ya, haus banget," ucapnya mencari sosok pelayan, namun tidak ditemukan.
"Ini Vit, minum air ku saja, masih baru kok, aman," sahut Emma, memberikan segelas air minum yang sedari tadi ada di tanganya.
Tanpa rasa curiga Vita langsung meminum air tersebut, dia benar-benar tidak tahu jika Emma sudah mencampur minuman itu dengan suatu serbuk penghancur.
"Ahhhhh Vit, perutku sakit bangett, kamu masuk duluan deh ke kamar ini, lima belas menit lagi aku akan datang ya," serunya sambil berlari.
Vita menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum melihat kelakuaan Emma yang seperti anak-anak.
Sedangkan Vita, langsung menuruti apa yang dipinta oleh Emma, untuk masuk ke dalam kamar mewah yang sudah tersedia.
Namun belum saja dia masuk, tiba-tiba tanganya sudah ditarik oleh seorang pria dan lalu menggendongnya paksa, "lepaskan aku,,lepaassskan," teriak Vita dengan meronta di tubuh pria itu.
Sedangkan Emma yang sedang mengintip dari kejauhan, kini merasa puas melihat cek senilai 20Miliyar ada di tangan-nya.
"Thanks Vita, dan sorry, wkwkwkwk, loe terlalu sombong ketika di atas, jadi aku rasa hilang perawan tidak akan masalah ya, lagian bukan aku yang salah dong, hanya kamu terlalu bodoh untuk memepercayai sebuah kata-kata, dan dengan uang ini, aku akan kabur dari Negara-Negara yang kamu kunjungi, selamat menikmati kehancuranmu Vita," kata Emma, merasa puas karena bisa menghancurkan karir Vita dengan mudahnya.
Bruggggghhhh tubuh Vita dibanting ke atas tempat tidur, lalu pria yang membawanya itu kini mulai membuka pakaiannya, "mauu apa kamu brenggseekk, lepaskan aku, lepaskan," teriak Vita, ketika pria itu sudah mengunci tubunya.
"Aku sudah membelimu dari teman kamu, jadi nikmati saja apa yang aku berikan malam ini, atau tidak kamu harus mengganti uangku 10 kali lipat," bisik pria itu, tepat di telinga Vita.
"Lepaskan, aku tidak pernah menjuaaal diri sama siapapun, jadi lebih baik kamu lepaskan aku, dan minta ganti rugi dengan wanita sialaan itu," bentak Vita, dengan penuh emosi.
Namun tubuhnya merasa seperti ingin disentuh oleh pria yang saat ini menatapnya dengan lekat, "ahhhhhhssshhh," desaahhhnya ketika pria itu menyentuh lembut punggung belakangnya.
"Lihat lah, wanita munafik seperti kamu, sok menolak tapi menikmati, aku jadi ragu apa kamu benar-benar masih perawaan atau tidak," seru pria itu, benar-benar menyepelekan harga diri Vita.
Vita langsung mendorong tubuh pria itu, dan mencoba untuk lari, "ganti 200M atau karir serta perusahaan papah kamu akan hancur!" tegas pria itu, sambil terbaring santai di atas tempat tidur. Dia sangat tau bagaimana karier Vita di dunia entertainment, dan dia tidak ingin menghabiskan tenaga untuk memaksa Vita melakukan dan merelakan masa depanya pada pria itu.
"Bastarddd!! Perusahaan dan karier saya tidak ada hubunganya dengan ini, kamu tidak menandatangi kontrak pembelian dengan saya, maka saya sama sekali tidak takut dengan ancaman kamu," tegas Vita, lalu kembali melangkahkan kakinya keluar, tiba-tiba saja dia merasa lemah dan tak bertenaga.
"Aku adalah Mr. White, kamu tau siapa dia kan," sahut pria itu, mengenalkan siapa dirinya, membuat Vita ingin sekali menatap marah ke arahnya.
"Ohh ternyata kamu yang bernama Mr. White, sosok penjahat wanita, yang hanya mampu bersembunyi dibalik akun, hahaha sangat-sangat memalukan," sindir Vita, merasa muak, dan ingin kabur.
Namun kakinya sama sekali tidak bisa dipakai untuk bergerak, apa lagi berdiri.
"Sialaaan kamu Emma, tunggu pembalasaaanku," batinnya merasa bahwa ini semua memang hanyalah sebuah jebakaan.
White sama sekali tidak perduli dengan sindiran Vita, dia sudah tidak bisa menahaan nafsunya lagi, sehingga dia langsung mengangkat tubuh Vita, dan memperkosiiii wanita cantik itu dengan sangat-sangat kasar.
Vita yang memang sudah tidak mampu mengelak atau pun meronta, kini sudah pasrah akan nasib dirinya, namun dia terus memandang penuh kebencian ke arah White.
"Ternyata kamu memang masih virgin,, ahhssshh, nikmatilah ini," rancaaunya semakin menggila ketika dirinya hampir mendapatkan pelepasaan.
Namun makin lama kelamaan karena berada di bawah pengaruh obat, Vita akhirnya membalas seluruh perlakuan pria ini, dia mulai menikmati permainan demi permainan kenimataan dunia.
Hingga subuh menjelang barulah mereka berdua sama-sama terlelap tidur dalam satu selimut, tanpa mengenakan pakaian mereka sama sekali.
*****
Di sore harinya, Vita yang terbangun duluan, dan tersadar tentang apa yang dia lakukan di subuh tadi, kini hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar, dia menatap tajam penuh kebenciaan ke arah White yang masih tertidur di sebelahnya. "Aku membenci pria ini, aku akan mencari kamu Emma, kamu akan membayar mahal atas apa yang telah direnggut dari dalam diriku," batin Vita, sebelum bangkit dari tempat tidur.
"Aaarrgghhsssh," desisnya menahan sakit di apom miliknya, karena pergulataann mereka semalam.
Namun Vita berusaha mengabaikan rasa sakit itu, dan berusaha melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi.
Vita melihat bayangan tubuhnya, terlihat gunung kembarnya yang terdapat banyak kissmark tujuh atau delapan yang dibuat oleh pria messum itu.
Dia menangis, namun segera mencuci wajahnya, dan mandi di bawah dinginya air shower.
"Jangan menangis Vit, itu tandanya kamu lemah, come on, bangkit dan minta pertanggung jawabaan dari dua orang ini," batin Vita, menahan dengan keras air mata yang hampir jatuh keluar.
Setelah membersihkan tubuhnya, Vita masih melihat White yang tertidur dengan wajah kalemnya, sama sekali tidak terlihat sebuah penyesalaan yang ada. Mungkin saja dia memang sudah sering menghancurkan masa depan seorang wanita. Makanya dia sama sekali tidak berpikir atau merasa kasihan sebelum melakukakannya.
Vita sama sekali tidak perduli itu, dia ingin segera pergi dan menghilang dari hadapaan pria ini.
"Kamu pikir, setelah kamu melakukanya bersama ku, kamu bisa pergi dan kabur begitu saja?" tanya White dengam mata yang masih tertutup.
Membuat Vita menghentikan langkahnya dan menunggu apa yang akan dikatakan oleh pria ini lagi.
"Mulai detik ini, kamu adalah partner ranjangku, kita pasti akan bertemu lagi, dan kamu harus selalu mau melayaniku, kapan pun dan dimanapun aku mau," tegasnya penuh penekanan.
Vita yang sudah tersulutkan emosi mendengar kata-kata sampah itu, langsung mengambil pisau yang ada di atas meja, dan mengarahkanya pada White.
Jleeebbb, Vita berhasil menikam White tepat di perutnya. "Aaarrhhhggh, damn it!! Wanita sialaaan beraninya kamu!" umpat White, yang merasa lengah dengan pergerakaan Vita.
White langsung menekan luka tusukan itu, agar Darahnya tidak banyak keluar, sedangkan Vita langsung lemas ketika melihat darah ada di tanganya. "Aaarrrrgggghhh," teriak Vita lagi, dan ingin menikam White lagi. Namun pria itu tidak mau lengah lagi.
Dia langsung mengunci tangan Vita, dan membuang pisau itu ke sembarangan tempat.
"Kamu pikir dengan luka tikaman bisa membunuhku ?" tanyanya dingin.
"Tidak Vita, kamu salah, malah itu semakin membuatku cukup berhati-hati dengan kamu agar tidak melakukan tindakan ini lagi, dan ingat, aku bisa saja membawa kasus ini ke hukum, jika kamu tidak menuruti apa yang aku katakaan! Ingat! Hidupmu berada di dalam gengamaanku sekarang!" bisiknya pelan di telinga Vita, dan kini melepaskan wanita itu begitu saja. Dan mulai melangkahkan kakinya untuk keluar kamar, tak lupa dia memakai pakaianya terlebih dahulu.
"Pergi sejauh mungkin saja kamu pasti akan aku dapatkan," tegasnya lagi, sebelum benar-benar meninggalkan Vita, yang masih terdiam dengan darah di tanganya.
Lalu Vita mengambil lagi pisau itu dan mencoba menusuk-nusuk tempat tidur, untuk meluapkan kemarahaanya, tentang bagaimana hidupnya hancur dan berubah menjadi sebuah kegelapaan setelah hari ini.
**To Be Continue. *
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ***🙏🏻🙏🏻* dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
*Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰 jangan Sinder.*
*Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya**😎*
Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal **😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya****😘😘
**Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ***😭😭😭*
*Terima kasih**🙏🏻🙏🏻*
🌹 Happy Reading Ya Gengs 🌹
Sepulangnya Vita dari kapal pesiar, terlihat dua sahabatnya sedang bingung menatap Vita yang seperti tidak bernyawa.
"Kita balik Indonesia sekarang," perintahnya pada dua wanita yang selau bersamannya.
Lalu dia kembali melangkahkan kakinya, untuk keluar dari Hotel dan menuju Bandara.
"Vita itu kenapa cih? Kesurupan bukan ya? Pulang marah-marah," seru Melly yang sedari tadi kena semprot oleh Vita, karena Melly tidak bisa ngomong S jadi saya ganti jadi C.
Julia menatap Melly dengan tajam, "heh sundel bolong, kamu pikil ada gitu kuntilanak di kapal?" ketusnya sebel dengan sahabatnya yang paling lemot ini, dan lagi karena dirinya yang tidak bisa bilang R jadi terpaksa diganti L.
"Adalah, kamu tidak pernah nonton tuh film dulu, kuntilanak duyung," sahut Melly, sambil melangkahkan kakinya membawa banyak barang-barang milik Vita.
Juli terdiam, rasanya ingin sekali menerkam Melly saat ini juga, "kalaupun ada kuntilanak duyung, yah gak mungkin dia sampai di Pelancis dodol, mikil pakai otak dong, Mellykity," cerkasnya geregetan ingin mencekik leher Melly.
"Heh, kalian berdua sudah selesai belum berantemnya? Atau mau aku masukan dalam ring tinju biar bisa adu jontos sekalian?" bentak Vita, yang baru saja datang, setelah merasa lelah menunggu terlalu lama dua wanita yang selalu saja adu mulut ini.
"Ini nih, dikacih tau gak mau percaya, pantac aja dia gak bica ngomong R," sahut Melly, melimpahkan kesalahaan pada Julia.
"Enak aja, aku tuh gak bisa ngomong L kalena dulu pelnah gak datang waktu pembagian, lagian gue cadel cuamn Lnya doang, loe cadel semua huluf," seru Julia penuh emosi.
Hingga Vita yang sudah pusing, menjadi tambah pusing dengan sikap dua manusia langkah ini.
"Kalau kalian tidak mau masuk mobil sekarang juga, aku tinggal kalian, biar tinggal di hutan sekalian, dan untuk kamu Melly, aku akan benar-benar buang kamu ke laut, biar bertemu dengan Kuntilanak duyung sekalian, mau kamu," bentak Vita, yang sudah hilang kesabaraan menghadapi sahabat-sahabatnya ini.
Akhirnya Melly dan Julia sama-sama terdiam, dan hanya mengikuti langkah Vita masuk ke dalam mobil.
"Sampai di Indonesia, jika Papahku bertanya sesuatu, jangan pernah kalian jawab ya!" ucapnya memeberi peringatan pada Melly dan Julia.
"Siap bu bos," jawab mereka serempak.
Setelah itu Vita maupun kedua sahabatnya sama-sama terdiam menikmati perjalanan. Walau Vita masih terus memikirkan nasib hidupnya setelah hancurnya hidupnya semalam.
Lalu dia melihat ke arah tanganya yang tadi dia gunakan untuk menikam White, sampai dia rasa cukup, kemudian dia beralih menatap ke arah luar jendela, "aku harus segera mengakhiri ini semua, tapi bagaimana caranya?" Aku tidak mempunyai tabungan sebanyak itu, dan lalu meskipun aku meminta pada Papah, tapi bagaimana dengan perusahaan Papah, ya Tuhan, aku harus apa," batinnya merintih, tidak sanggup dengan pikulan beban yang sangat berat.
Dan di saat dirinya masih tenggelam dengan pemikiraanya, tiba-tiba terdengar suara ponsel yang berdering, memperlihatkan nama Mamahnya di sana.
"Ya Mah," sahutnya, ketika sudah menekan tombol icon hijau di ponselnya.
"Vitaaa sayang,,kamu masih ada di Peracis ya," jawab Vika di ujung telpon sana.
"Iyah Mah, masih di sini, tapi sudah perjalan mau balik ke Indo, ada apa ya mah?" tanya Vita langsung pada intinya.
"Hufft,sayang kamu kapan akan mengunjungi Mamah? Tidak bisakah kamu mampir dulu ke Italia, lalu kembali ke Indonesia? Kamu sudah menghabiskan banyak waktu dengan Papah Jendra, lalu dengan Mamah kapan?" tanya Vika, yang sudah sangat rindu sekali dengan putri kecilnya ini.
Vita menggelengkan kepalanya sejenak, "minggu depannya ya Mah, nanti setelah bertemu dengan Papah, Vita akan langsung ke Italia, oke,"
"Oke janji ya," sahut Vika lagi.
"Iyah janji Mah, udah ya oke, bye Mah,"
"Bye-bye Anak Mamah," sahut Vika, lalu menutup panggilan ponselnya.
****
Berbeda di sisi lain, terlihat White yang fokus dengan game onlinenya, dan tidak lama terlihat sang asistenya masuk, membawa dokumen penting seperti yang dia minta, "Mr. White, ini data Nyonya Vita yang Anda minta Mr," ujar Andrew, asisten pribadinya.
"Baik, bacakan!" perintahnya tegas, tanpa mengalihkan pandanganya dari laptopnya.
"Nama Alvika Natsayah Fortuta, putri dari Alvika Natalie Fortuta dan juga Rajendra Adriano, dia lahir di luar sebuah pernikahaan, dan Mamahnya menikah lagi dengan-," ucap Andrew terputus karena tidak berani melanjutkanya.
White tetap fokus pada gamenya, namun Andrew sangat tau jika Tuanya ini sedang menunggu jawaban lainya. "Mr. White, dia adalah anak serta cucu tiri dari keluarga Utama Manopo," seru Andrew, sontak membuat pergerakaan White berhenti.
"Apa-apa ulang-ulang!" perintah White, ingin mendengar semuanya dengan saksama.
"Alvita Natsyah, adalah anak serta cucu tiri dari keluarga Utama Manopo, ibunya Vika menikah dengan kakak ipar Anda Mr yaitu Lord Alson."
Brugghhhh White yang tidak lain adalah Gabrio Jonathan, anak kedua dari Mario dan Eden itu, terlihat menggebrak meja, dan menatap ke arah Andrew dengan tajam.
"Siapa yang menjualnya semalam padaku? Apakah kamu begitu bodoh untuk mengetahui identitasnya sebelum kamu menjualnya denganku ha?" emosi Brio benar-benar memuncak saat ini.
Bagaimana tidak? Jika Vita sebenarnya adalah anak dari kakak iparnya, itu tandanya Vita adalah keponakaanya, walau tidak kandung tapi tetap saja mereka masih berhubungan keluarga.
"Shitt! Kenapa aku tidak menyadari jika dia adalah anak dari kak Vika, sialll," umpatnya kesal, mengingat apa yang sudah dia lakukan pada keponkannya sendiri.
Namun nasi sudah menjadi bubur, dia juga sudah terpikat oleh pesona Vita, dan menurutnya lebih baik terjun sekalian dari pada harus setengah-setengah, karena ketahuan nanti pun, hasil yang dia dapatkan akan tetap sama. Dan dia adalah Brio Jonathan, manusia yang paling acuh oleh sekitaraanya.
"Maju salah, mundur juga sudah pasti salah sekarang, karena sudah tidak berguna, intinya jangan sampai keluarga besar kami tau, dan kamu harus pastikan semua itu Andrew, jangan ada kesalahan sama sekali! Apa kamu mengerti," tegasnya pada Andrew, yang saat ini sedang menundukan kepalanya hormat.
"Baik, Mr. saya akan pastikan semua aman terkendali." sahutnya pelan. Lalu kembali membungkukan badannnya zsebelum dia pamit melangkahkan kakinya pergi.
***
Vita yang baru saja sampai di Indonesia, kini langsung mengarah pulang ke rumahnya.
Dengan langkah malas, Vita masuk ke dalam rumah mewah, yang sudah menjadi tempat tinggalnya sedari dia memilih untuk hidup bersama dengan Jendra. "sayang, kamu sudah pulang," tegur Vina, melihat cucunya yang baru saja pulang, namun berbeda dari biasanya.
Vita menghentikan langkahnya tepat di tangga, lalu membalikan tubuhnya, setelah mendengar suara Vina, "iya Oma, Vita udah pulang," sahut Vita lesuh.
"Kamu kenapa sayang? Sakit?" tanya Vina merasa ada yang aneh dengan cucu semata wayangnyanya ini.
"Aku kenapa? Maksud oma?" tanyanya pura-pura tidak mengerti.
Vina menggelengkan kepalanya cepat, mungkin ini hanya perasaanya saja, "ahh tidak apa sayang, mungkin oma terlalu merindukanmu, hingga oma jadi khawtir," ucapnya cepat, membuat Vita langsung memeluk tubuh rentannya.
"Vita juga kangen banget sama oma,cuupp," lirihnya pelan, sambil menciumi pipi kriput omannya.
"Papah mana ya oma? Sedari tadi Vita belum melihatnya?" tanyanya, setelah dirinya melepaskan pelukanya dan mencari sosok Jendra.
**To Be Continue. *
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ***🙏🏻🙏🏻* dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
*Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰 jangan Sinder.*
*Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya**😎*
Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal **😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya****😘😘
**Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ***😭😭😭*
*Terima kasih**🙏🏻🙏🏻*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!