NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Dokter Tampan

bab 1. Perbincangan di meja makan

"Sofia ayo makan nduk, ini ada sambel terasi ikan pindang kesukaanmu nak." Ucap Umi Hanum memanggil Sofia untuk segera ikut makan di meja makan bersama.

"Tunggu sebentar Umi, ini lho Sofia lihat konser Isabella Drusilla di Singapura kemarin, suaranya Umi masya allah merdu sekali, dan juga kecantikanya masya allah luar biasa cantik sekali, makanya tidak heran ya dia disebut Sang Dewi-nya Indonesia." Jawab Sofia memuji Isabella Drusilla seorang Diva Pop kenamaan indonesia. Sambil duduk di shofa ruang tamu dan menyalakan tvnya dengan begitu kencang.

Sofia sangat mengidolakan Isabella Drusilla dari dia umur 11 tahun, saat dia beranjak dewasa lagu-lagu dan film Isabella lah yang selalu ia tonton, tak heran kenapa Sofia begitu mengidolakan artis cantik dan berbakat itu.

"Iya, tapi kecilkan volume tvnya Sofia, itu terlalu kencang Nak! Dan ayo makan sini, mana Mas Adam? Coba panggil dia kesini ayo kita makan sama-sama!" Sambung Umi Hanum sambil mengambilkan nasi untuk anak-anaknya makan.

"Ini lho coba lihat kesini Umi, betapa berprestasinya Isabella ini!" Ucap Sofia mengatakan kepada Uminya dengan rasa bangga.

Sofia pun lalu melirik Mas Adam, memainkan mata yang begitu sinis kepada abangnya itu sambil berkata "Gini lho Mas Adam kalau cari istri itu wajahnya yang cantik seperti Isabella! Jangan seperti wajah Mbah Ponijan yang dibawa pulang kerumah, Hahahaha." Ucap Sofia menyindir abangnya yang sedari tadi masih sibuk mengelap motor Honda Supra X tahun 2010 kesayangannya itu.

"Hust! Kamu itu nduk, nggak boleh ngomong gitu, nanti kalau Mbah Ponijan dengar dia bisa marah lho!"

"Lagian Mas Adam ini nunggu apa lagi sih mas? Kuliah S1 sudah selesai, lanjut S2 pun juga sudah lulus, lalu apa yang ditunggu lagi? Keburu stok perawan habis lho mas! Hahahahaha." Ejek Sofia lagi dengan nada yang penuh candaan.

"Masmu itu nunggu Isabella Drusilla kali ya? Umi itu juga seneng banget melihat Isabella, andai saja masmu ini jodohnya Isabella pasti Umi sangat bahagia." Ucap Umi Hanum dengan mata yang berbinar menggoda putra pertamanya itu. Sontak suasana pagi di rumah sederhana itu pun ramai oleh candaan Umi Hanum dan Sofia yang selalu menggoda sang kakak.

"Aamiin Umi, Sofia dukung deh! Siapa sih yang nggak mau jadi adik iparnya Isabella."

"Hahahahaha tapi benar juga ya Umi, coba kalau Mas Adam punya istri Isabella Drusilla pasti cocok sekali sama Mas Adam, secara kan mereka berdua sama-sama tidak pandai memilih pasangan, buktinya Isabella selalu diterpa gosip yang tidak sedap dengan laki-laki! Dia itu tidak percaya dengan pernikahan Umi, makanya dia tidak kunjung menikah."

Menginjak usia 35 tahun Adam Hanafi Zakaria putra pertama pasangan Bapak KH. Umar Zakaria dan Ibu Hanum Zakaria yang merupakan cucu dari pemilik pesantren terbesar di Kota Pekalongan Imam Zakaria. Dia adalah laki-laki tampan, sholeh, dan sangat menjaga pandangannya dari yang bukan muhrim. Dia lulusan UGM Ilmu Kedokteran Fakultas Ilmu bedah. Dan sekarang sedang menjalani kuliah pascasarjana di Jakarta. Tetapi Adam Hanafi sangat selektif memilih pasangan hidup. Tak terhitung berapa gadis yang menanyakan kepada keluarga Pak Umar Zakaria tentang kesiapan Adam Hanafi untuk dijodohkan. Tapi Adam selalu menolak dan tidak berkenan untuk memilih salah satu dari mereka.

Padahal yang dikenalkan kepada Adam Hanafi bukanlah wanita yang sembarangan, semua memiliki kelebihan masing-masing dan juga berpendidikan tinggi seperti Adam Hanafi. Tetapi Adam selalu menolaknya dengan halus karena dia memiliki kriteria yang tinggi dalam mencari calon istri, juga hatinya sama sekali tidak tergerak dengan namanya pernikahan.

"Kamu ini sudah waktunya mencari pendamping hidup Dam! Abah sama Umi ini sudah waktunya menimang cucu, tetapi Abah tidak pernah memaksamu lho Dam, Abah cuma menggodamu saja hehehehe!" Ucap Abah Umar keluar dari dalam dapur sambil membenarkan sarungnya yang hampir melorot. Abah Umar sangat berhati-hati jika sudah membahas tentang pernikahan. Beliau tau betul jika Putranya itu sangat sensitif dengan yang namanya perempuan.

"Nah betul itu Dam! Abah benar! Kamu ini lho nak nunggu apa lagi sih, wajah tampan, sebentar lagi lulus S2 kedokteran, mapan juga iya, apa lagi yang kamu cari nak? Bukankah wanita malah yang mencarimu?"

"Kamu tau kan bagaimana Aliya, dia itu dari kalian sekolah SMA selalu ngejar-ngejar kamu, sampai orang tuanya berkali-kali ngomong sama Umi untuk menjodohkan kalian, tapi kamu selalu menolak! Umi sampai nggak enak hati selalu menolaknya. Kurang apa Aliya sehingga kamu tidak suka dengan nya? Dia juga lulusan kebidanan kan? Latar belakang keluarganya juga sudah tidak diragukan lagi, mereka dari keluarga terpandang di desa kita." Beber Umi Hanum sambil duduk di sofa dekat Sofia yang masih melihat konser Isabella di tv.

"Nggak tau nih Umi mas Adam, teman-temanya sudah banyak yang nikah lho, Mas Bima anaknya sudah 3 sekarang, Mbak Audi teman main nya Mas Adam waktu kecil anaknya sudah 4 malah, Sofia benar-benar kasihan sama Mas Adam!" Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Apa teman-temanmu kuliah dan teman dari kalangan dokter tidak ada yang menggoyang hatim?" Umi sama Abah sudah capek menolak ajakan lamaran atau ta'aruf dari orang-orang Dam! Karena Umi tau tidak mudah mendapatkan hati anak Umi ini!"

Ucap Umi Hanafi dengan lirih.

Adam hanya diam, dia dengan santainya terus mengelap dan memberikan kit motor shampo di motor Supra X 125 kesayangannya itu.

"Dengar Dam, kamu itu anak laki-laki satu-satunya Umi sama Abah, kamu itu anak yang sangat rajin dan pintar, itu yang Umi sama Abah ajarkan dari kecil kepadamu, dan terimakasih kamu sudah sangat membanggakan Nak, kamu bisa lulus bergelar Dokter saja Umi senangnya minta ampun, apalagi kamu bisa mendapatkan calon istri yang baik, sudahlah kalau kamu tidak mau mencari calon istri mending sama Aliya saja ya Nak, dia sepertinya sangat menyukaimu."

"Hust Umi! Jangan memaksakan Adam untuk menikah dengan orang yang tidak dia sukai, Abah sangat tidak setuju, karena perjodohan yang timbul karena paksaan itu sangat tidak baik untuk mental mereka, biarlah jangan terlalu ikut campur urusan anak kita, Adam itu memang belum bertemu wanita yang cocok dengan nya, tunggu saja semua itu hanya masalah waktu. Kalau dia sudah bertemu dengan wanita pujaan hatinya pasti dia akan meminta menikah dengan sendirinya." Sambung Abah Umar menjelaskan dengan suara yang lemah lembut.

"Tuh Sofia, dengarkan nasihat Abah, resapilah dan pikirkan baik-baik!" Ucap Adam Hanafi memberi tahu adiknya dan bergegas berdiri menuju ke meja makan. 

"Kalau Mas Adam lama ya keburu Sofia duluan yang nikah mas! Hahahahaha." Ejek Sofia lagi sambil menjulurkan lidahnya mengejek sang kakak.

Adam pun hanya mencebikkan bibirnya, dia tidak heran dengan tingkah adik perempuanya itu, mereka kalau dirumah bersama pasti selalu bercanda dan akhirnya akan ribut seperti anak kecil.

"Hay sudah Sofia jangan menggoda masmu terus, sudah ayo makan, Adam kamu kapan berangkat ke Jakarta lagi nak?" Tanya umi kepada Adam, sambil merapikan kerudung lebarnyanya yang senada dengan gamis longgar yang Umi kenakan.

"Sekitar 1 minggu lagi Umi, ada yang harus Adam kerjakan disana, Adam akan menjalani ujian Bedah Saraf di Rumah Sakit Brawijaya Jakarta. Jadi Adam akan tinggal di Jakarta selama 1 bulan lamanya."

"Apa? jadi Mas Adam mau ke Jakarta lagi? Biar aku kasih tau Mbak Aliya ya, dia mau mengantar Mas Adam ke Bandara kalau mas berangkat nanti! Hehehehehe." Cengingis Sofia sambil memakan ikan pindang kesukaanya.

"Mbak Aliya pingin ketemu Mas Adam lho, sebentar lagi dia kesini kok! Aku yang mengundangnya! Hahahaha." Gelak tawa Sofia pun sangat kencang menggoda abangnya yang terlihat kesal itu.

Bersambung

Bab 2. Rasa Canggung

"Cukup Sofia, makanlah makananmu, jangan tertawa saat makan! tidak baik! kamu ini perempuan! Bersikap yang lebih anggun bisa nggak sih Nak." Ucap Umi Hanum mengingatkan sikap Sofia yang tidak pantas itu, Sofia memang sangat ceplas ceplos jika sudah dijejerkan dengan abangnya.

Melihat kelakuan kedua anaknya itu Abah Umar hanya tersenyum, beliau tau betul kelakuan kedua putra putrinya, Adam sangat kalem berbeda dengan Sofia yang sangat ekspresif dan cerewet.

"Sudah lanjutkan ya, Abah mau berangkat ke pasar sapi dulu." Ucap Abah Umar sambil memandang Adam Dan Sofia yang tengah makan.

"Umi kalau ada yang mencari Abah bilang Abah ada di pasar sapi!" sambung Abah Umar sambil masuk ke dapur mengambil tali tampar besar untuk menarik sapinya. Abah Umar keluar dari pintu rumah hingga punggungnya pun menghilang dari balik pintu.

Keluarga Abah Umar Zakaria memang dikenal memiliki banyak sapi, Abah Umar disebut sebagai juragan sapi di desanya, mereka hidup secara sederhana di rumah besar bermodel joglo yang asri. Rumah yang memiliki banyak sekali kenangan manis itu pun tidak pernah direnovasi dari awal pembangunanya sampai sekarang. Meski hidup sederhana tapi keluarga Abah zakaria tidak pernah sampai kekurangan, mereka mampu menyekolahkan Adam Hanafi Zakaria sebagai dokter dan juga Sofia lulusan S1 kebidanan.

Abah Umar tidak pernah main-main jika menyangkut tentang pendidikan anak mereka. Kedua anaknya harus menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, semenjak mereka kecil Adam dan Sofia sudah disekolahkan di pondok pesantren. Karena lingkungan rumah mereka masih dekat dengan pesantren membuat Adam tumbuh menjadi laki-laki yang religius, dia sangat menjaga pandangan matanya kepada wanita, begitupun dengan rekan kerjanya di kedokteran ataupun dengan para pasien perempuan, Adam selalu menjaga pandangan matanya dan bersifat sopan. 

Kakek Adam Hanafi bernama Imam Zakaria adalah pendiri pondok pesantren Zakaria. beliau sangat disegani di desa mereka. Karena pondok pesantren ini adalah yang terbagus sekaligus terbesar di kota itu. Keluarga mereka adalah keluarga yang terpandang, semua orang segan dengan keluarga Zakaria. Hingga keluarga Aliya gadis yang menyukai Adam pun selalu datang kerumah, mereka meminta Adam untuk Ta'aruf dengan putri mereka.

"Memangnya ada apa Aliya kemari? Apa dia mau bertemu denganmu sof?" Tanya Adam kepada Sofia.

"Iya mas, mbak Sofia akan menjemput ku, kita mau ke rumah Mbak amanda, mau menjenguk anaknya yang pulang dari rumah sakit."

"Mas Adam bisa nggak ngantar kita? Pakai mobil Mbak Aliya mas, itupun kalau Mas Adam mau?" 

Adam pun hanya menggelengkan kepalanya, itu tandanya Adam menolak permintaan adiknya itu.

"Aku banyak kerjaan Sofia, Essaiku harus aku isi." Ucap Adam sambil menenteng handuk di tangan nya. 

"Umi dimana ya kemejaku yang warna navy yang aku pakai ke Jakarta kemarin? Apa Umi cuci ya? Kok nggak ada?" 

"Lho Umi lihat kemarin ada kok, coba nanti Umi carikan ya."

Sofia adalah lulusan S1 kebidanan sama seperti Aliya, mereka kuliah di kampus yang sama, tak heran jika Aliya sering kerumah mereka. Seringnya Aliya mampir kerumah membuat Adam merasa tidak nyaman. Dia merasa Aliya sangat mencari perhatian padanya, meski Aliya itu gadis yang cantik tapi sama sekali Adam tidak tertarik kepadanya. Adam adalah laki-laki yang tertutup, dia tidak mudah memberikan pesonanya kepada wanita secara cuma-cuma. Hanya kepada wanita yang benar-benar dia cintailah Adam akan memberikan seluruh perasaanya kepada wanita itu. 

"Oh iya  Umi juga nanti mau bilang terimakasih sama Nak Aliya karena sudah ngasih Umi sayur lodeh buatan mamanya, Umi ini sampai nggak enak hati lho, Mama Aliya selalu memberi Umi makanan, jadi Umi juga selalu membalas pemberian nya, entah itu makanan ataupun buah-buahan yang Umi panen dari kebun belakang rumah."

"Nggak papa Umi, berbuat baik kepada sesama manusia itu baik." Ucap Adam yang masih belum bergegas mandi karena mencari kemeja warna navy nya yang tak kunjung ketemu.

"Mas Adam habis ini mau kemana?" 

"Mas Adam mau pergi ya sebelum Mbak Aliya datang? Iya kan Mas? Kenapa sih selalu nggak mau nemuin Mbak Aliya! Mas Adam ini dasar laki-laki jual mahal!" Ucap Sofia dengan kesalnya.

"Sudah Sofia! Kenapa sih kamu itu sukanya mengajak masmu ribut, kamu selalu bertanya dan menjawab pertanyaanmu sendiri, itu tidak baik Sofia, kalau memang Masmu tidak mau bertemu Aliya memangnya kenapa? Kok kamu yang marah?" Tanya Umi Hanum sambil membereskan piring sisa makanan di meja makan.

"Ayo sini bantu Umi mencuci piring, anak gadis harus rajin."

"Jangan terus menggoda abangmu begitu, abangmu kalau tidak suka ya dia akan diam, atau menghindar." Ucap Umi Hanum kepada Sofia sambil berbisik di kuping Sofia dengan lembut.

"Mas Adam itu terlalu jual mahal Umi! Sofia kasian sama Mbak Aliya, dia itu sangat cinta kepada Mas Adam lho, aku sampai nggak enak hati sama Mbak Aliya, kenapa sih sofia harus punya mas seperti Mas Adam!" Ucap Sofia dengan nada kesal sambil membanting piring yang ada di tangannya ke dalam tempat cucian piring.

"Kurang apa sih Umi Mbak Aliya, dia itu gadis baik-baik lho, dari keluarga yang baik pula, Mas Adam pasti sangat cocok dengan Mbak Aliya, sampai-sampai Mbak Aliya nggak mau nikah karena nunggu Mas Adam lho."

"Apa kenapa sampai segitunya sih Sofia? Kenapa Mbak Aliya melakukan itu, coba nanti Umi bantu ngomong ya, Umi akan tanya baik-baik kepada Aliya lagi."

"Baik terimakasih ya Umi." Ucap Sofia sambil mencium pipi sang bunda.

"Tok tok tok, Assalamualaikum." Terdengar suara merdu dan lembut dari arah pintu luar, Sofia dan Umi Hanum sudah tidak asing lagi dengan suara tersebut.

"Waalaikumsalam masuklah Nak." Jawab Bu Hanum yang berada di dalam dapur bersama dengan Sofia.

"Keluarlah nak, biar Umi lanjutkan cuci piringnya."

"Baik terima kasih ya Umi."

"Silahkan masuk Mbak Aliya." Ucap Sofia mempersilahkan temannya itu masuk.

"Masya allah Mbak Sofia cantik sekali, bagus  sekali lho gamisnya, itu gamis yang kita beli kemarin kan Mbak?" 

Aliya adalah gadis cantik berkulit kuning langsat yang manis, dia suka memakai gamis panjang tapi tetap stylish, memakai gamis warna pink yang dipadukan dengan cardigan warna cream dan kerudung pasmina panjang warna senada membuat penampilan Aliya terasa sangat feminim dan fresh. Hampir setiap hari jika ada Adam Hanafi di rumah Aliya selalu datang untuk bertemu dengan Sofia. Dan tentunya sambil sesekali curi pandang kepada Adam Hanafi pria tampan yang jadi incaranya saat mereka duduk di SMA yang sama.

Aliya yang sudah berdiri mematung di depan pintu ruang tamu itu pun tersenyum manis sambil membawakan bingkisan berupa nasi kotak kepada Sofia.

"Wah mbak Sofia sudah datang ya, cepat sekali sih mbak, katanya jam 8, ini masih jam setengah 8 lho." Ucap Sofia dengan gelak tawa.

"Lo kita kan belum perjalananya juga Sofia, rumah Mbak Amanda kan nggak dekat." Ucap Aliya sambil duduk di sofa ruang tamu.

"Dimana Mas Adam?" Tanya Aliya dengan centilnya.

"Oh ada Mbak dia lagi mandi." Jawab Sofia dengan mimik wajah yang sangat ramah.

"Oh gitu ya, nanti dia mau kan mengantar kita pakai mobilku? Hehehehe." Ucap Aliya sambil tertawa malu-malu. Pipinya memerah seperti tomat tatkala mempertanyakan tentang Mas Adam.

"Nanti Mbak Aliya ngomong sama Mas Adam sendiri ya."

"Soalnya kalau aku yang bilang tau sendiri kan jawabnya apa." Ucap Sofia dengan gelak tawa yang keras. Membuat suasana di ruang tamu itu menjadi penuh canda tawa.

"Iya deh Sofia, biar Mbak Aliya yang ngomong sama Mas Adam sendiri, ada yang mau Mbak omongin soalnya." Ucap Aliya dengan wajah yang begitu bahagia. 

"Memangnya Mbak aliya mau ngomong apa sama Mas Adam? Hayoo, mau ngomong serius ya?" Tanya Sofia dengan penasaran sambil tersenyum menggoda.

Bersambung

Bab 3. Menjemput Adam

"Eh kita duduk di teras aja yuk, sambil lihat orang-orang yang beraktifitas diluar."

"Baiklah kalau gitu ayo kita keluar." Mereka berdua pun keluar dari ruang tamu dan duduk di kursi kecil yang berada diteras.

"Silahkan duduk disini mbak." Ucap Sofia mempersilahkan Aliya duduk di kursi kecil yang berada di teras rumah.

"Wah bunga mawar ini segar sekali, berbunga semuanya ya, siapa yang menanam ini Sofia? Umi ya?" Tanya Aliya yang tidak fokus melihat keindahan bunga mawar yang mekar di depannya.

"Iya itu semua tanamanya Umi Mbak, Umi itu kan hobinya menaman tumbuhan, jadi ya nggak usah heran kalau rumah ini kayak kebon."

Memang di depan pekarangan rumah Sofia sangat asri, dipenuhi bunga dan jenis aglaonema dengan pohon mangga yang sangat lebat di atasnya.

"Nah aku tadi mau ngomong apa ya sampai lupa loh, gara-gara lihat tumbuhan hijaunya Umi begitu sehat."

"Lah makanya itu Mbak Aliya ayo cepat cerita keburu Mas Adam keluar lho." 

"Jadi gini Sofia, ada yang mau aku bicarakan sama Mas Adam! Tapi sebelumnya aku mau cerita sama kamu dulu."

"Kamu itu sudah Mbak Aliya anggap seperti adik sendiri Sofia. Mbak Aliya pun sudah anggap Umi sama Abah seperti keluarga, kamu tau kan sudah berapa lama Mbak berteman dengan Masmu, sudah berapa kali Mbak Aliya meminta masmu untuk mencintai mbak? Tapi masmu tidak pernah membalas cintaku sama sekali!" Sambil memutar-mutar cincin yang berada di jari manisnya karena gugup mau bercerita darimana.

"Mbak Aliya bingung Sofia, umurku sekarang sudah menginjak 27 tahun, Mamaku selalu meminta aku mencari pendamping hidup, tapi aku sendiripun tidak tau harus menikah dengan siapa, dari dulu aku hanya menyukai Mas Adam!" Beber Aliya sambil mengerutkan dahinya menceritakan kepada Sofia.

Sofia pun menghembuskan nafas panjang, gadis yang biasanya ceria itu pun mulai memasang mimik wajah yang serius.

"Iya sih Mbak, Mas Adam juga sudah waktunya menikah, dia sudah 34 tahun lho Mbak. Tadi pas kita sarapan aja aku sama Umi menggoda Mas Adam untuk segera mencari pendamping hidup, terus Umi juga bilang gini "kamu sama Aliya aja lho Dam, sudah jelas bibit bebetnya, Umi setuju kalau kamu sama Aliya." Ujar Sofia sambil menirukan gaya bicara Uminya dengan bibir yang mencap mencep.

Aliya yang melihat perubahan ekspresi wajah Sofia yang tadinya serius pun sontak langsung tertawa dan berkata "Hahaha! Kamu lucu banget sih Sofia, kamu itu selalu membuatku tertawa saat dekat denganmu."

"Tapi ini bener lho Mbak, malah Umi menggoda Mas Adam dengan perkataan gini "Umi itu seneng banget melihat Isabella, andai saja masmu ini jodohnya Isabella pasti Umi sangat bahagia."

"Ha? Isabella siapa? Isabella artis dan penyanyi itu bukan?" Tanya Aliya dengan kagetnya.

"Iya bener Mbak, Umi itu sangat senang dengan Isabella Drusilla. Kata Umi dia selalu berdoa menginginkan menantu seperti Isabella. Umi itu ada-ada aja ya!" 

"Kan nggak mungkin juga Mas Adam bertemu dengan Isabella dan jatuh cinta lalu menikahinya, itu kan konyol, seperti cerita di dongeng aja! Hahahaha!"

"Sofia siapa yang datang nak?" Terdengar suara Umi Hanum dari dalam rumah menuju keluar teras mencari Sofia.

"Ini ada Mbak Aliya, Umi."

Aliya pun berdiri dari duduknya dan mencium tangan Umi Hanum dengan sopan nya.

"Assalamualaikum Umi, ini saya bawakan nasi kotak dari Mama, tadi dirumah ada selamatan sederhana." Sambil menyodorkan bingkisan nasi kotak kepada Umi Hanum.

"Masya Allah terimakasih ya Nak, bilang sama Mama, Umi Hanum sangat berterima kasih sudah dikasih bingkisan nya." Dengan mata yang berbinar Umi Hanum sangat menyukai kehadiran Aliya, karena Aliya kalau main kerumah selalu membawa buah tangan yang diberikan kepadanya dan Abah.

"Em ini kalian mau berangkat? Atau masih menunggu siapa?"

"Kalau Mas Adam tidak sibuk bolehkan dia mengantar kami ke rumah Amanda Umi?"

"Soalnya ada yang mau Aliya omongin sama Mas Adam." Ucap Aliya malu-malu menjelaskan kepada Umi Hanum.

"Ah iya iya, coba Umi tanyakan sama Masmu dulu ya, biar sama-sama enak nanti, sebentar Umi tanya sama Mas Adam dulu, Masmu tadi mandi lo, mungkin sekarang sudah selesai mandinya." Jawab Umi Hanum sambil masuk kedalam rumah mencari keberadaan Adam.

Adam yang sudah selesai mandi dan memakai celana kain warna hitam dan memakai setelan kemeja berwarna coklat itu pun terlihat sangat tampan, pesonanya sebagai seorang dokter muda tidak bisa dipandang sebelah mata. Dia berdiri tepat di depan kaca sambil menyisir rambutnya, tubuhnya yang tinggi membuat Adam sedikit membungkuk karena cermin nya terlalu pendek.

"Nak kamu rapi sekali, memangnya mau kemana?" Tanya Umi Hanum yang berjalan dari arah luar ruang tamu masuk menuju ruang keluarga.

"Aku mau ngerjain Esaiku Umi, sama mau pergi ke rumah Lukman, memangnya kenapa Umi?" Tanya Adam yang masih sibuk menyisir rambutnya di depan kaca pendek itu.

"Itu di depan kan ada Aliya, apa kamu mau mengantar mereka ke rumahnya Amanda?"

"Dia menanyakan kepadamu baik-baik Nak, coba kamu tanyakan sama mereka di teras depan." 

Adam hanya terdiam sambil terus menyisir rambutnya. "Umi menyuruhku bertemu dengan Aliya ya? Kalau umi memang menyuruhku ya apa boleh buat, akan aku antarkan mereka."

Mendengar ucapan sang putra yang begitu enteng itu membuat hati Umi Hanum berbunga-bunga, matanya berbinar seakan ada angin segar yang memasuki lubuk hatinya.

"Kamu bilang seperti itu saja Umi sudah sangat senang nak, tunggu ya biar Umi kasih tau mereka." Sambil berjalan menuju kedapan teras dengan perasaan yang bahagia.

 "Nak Aliya tunggu sebentar ya, Adam mau kok ngantar kalian, tunggu Masmu dulu ya Sofia."

Sontak hati Aliya pun berdetak kencang, bisa-bisanya Adam tidak menolak permintaanya. Biasanya Adam selalu susah untuk di ajak keluar rumah. Senyumnya menyeruak erat tak bisa ditutupi lagi.

"Mbak bahagia ya? Mbak seneng kan? Aduh aku berasa jadi obat nyamuk nih!" Goda Sofia sambil menepuk jidatnya.

"Nanti sesuai rencana ya Sofia, nanti kamu turun dirumah Mbak Amanda, sedangkan aku sama Masmu akan lanjut jalan lagi, nanti kamu akan kami jemput kok, oke ya."

"Siap Mbak, beres, kalau sama Sofia semua pasti beres, pokoknya jangan sia-siakan kesempatan ini Mbak. Dia itu habis diomongin Abah sama Umi soalnya, makanya Mas Adam mulai membuka hati sama Mbak Aliya."

"Benarkah Sofia? Tapi nanti bantu ya sof, Mbak takut canggung, kamu kan pintar memecah suasana jadi lebih kekeluargaan."

"Masmu itu kan orang yang dingin, jadi kamu harus bantu aku biar masmu itu merasa nyaman! Haduh aku deg-degan Sofia." Ucap Aliya sambil meremas tangan Sofia dengan kencangnya.

"Apa yang harus aku lakukan? Adam harus jadi miliku hari ini!" Batin Aliya dalam hati dengan perasaan yang sangat gugup.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!