"Tolong, tolong lepaskan saya, mau apa kalian?" teriak seorang perempuan cantik bernama Kirana yang saat ini tengah diganggu oleh empat orang Pemuda yang sedang mabuk.
......................
Kirana merupakan seorang Mahasiswi Kedokteran yang sedang melaksanakan KKN di sebuah Desa terpencil yang berada di daerah Bogor.
Kirana baru satu minggu melaksanakan KKN bersama kedua orang temannya yang bernama Alya dan Alma.
Mereka bertiga di tugaskan di sebuah Puskesmas yang cukup jauh dari pemukiman warga.
Kirana yang telah terbiasa hidup dengan fasilitas serba ada, terpaksa harus belajar hidup dengan fasilitas seadanya.
Awalnya Kirana merasa jijik pada saat memasuki rumah dinas yang akan dia tinggali selama melaksanakan tugas KKN, tapi dia berusaha bertahan karena merasa malu dengan keluarganya jika Kirana sampai menyerah.
Sebelumnya Kirana sendiri yang memaksa ingin pergi ke tempat terpencil supaya mendapatkan pengalaman dan tantangan, padahal Ayah Kirana yang merupakan donatur terbesar di Kampus tempat Kirana kuliah, sudah meminta ijin kepada pihak Kampus supaya Kirana melakukan KKN di Rumah Sakit milik keluarganya saja.
"Kamu pasti bisa Kirana," gumam Kirana dengan semangat yang membara.
Satu minggu telah Kirana lalui dengan penuh perjuangan, sampai akhirnya dia mulai terbiasa menjalani semuanya.
Hari ini Kirana bersama kedua temannya akan melakukan pemeriksaan pada penduduk yang tinggal di pedalaman.
Kirana begitu antusias meskipun harus melewati medan yang susah untuk dilalui oleh kendaraan, sampai akhirnya mereka bertiga menempuh perjalanan selama dua jam dengan berjalan kaki untuk sampai di rumah penduduk.
Setelah sampai lokasi, mereka bertiga berpencar untuk mempercepat proses pengobatan, supaya mereka tidak pulang kemalaman.
"Alya, Alma, sebaiknya sekarang kita berpencar supaya mempercepat proses pengobatan dan tidak pulang kemalaman. Nanti kita bertemu lagi di depan gerbang pintu masuk kampung ini," ucap Kirana yang disetujui oleh kedua Temannya.
Saat ini waktu telah menunjukan pukul empat sore ketika Kirana selesai mengobati pasien terakhirnya. Kirana bergegas mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Alya dan Alma supaya mereka bisa pulang bersama.
Kirana sampai beberapa kali mencoba menghubungi kedua Temannya, tapi dia sama sekali tidak mendapatkan sinyal, sampai akhirnya Kirana memutuskan untuk terus berjalan sendirian karena waktu sudah semakin sore.
"Gimana ini, sepertinya aku sudah tersesat," gumam Kirana yang saat ini telah berada di persimpangan jalan.
Siang pun kini sudah berganti malam sehingga membuat Kirana semakin kesulitan untuk mencari jalan, apalagi Kirana hanya menggunakan senter dari ponsel untuk menerangi jalan setapak yang ia lalui.
Ketika Kirana tengah kebingungan, dia terkejut karena tiba-tiba dia dicegat oleh empat orang pemuda yang sedang mabuk.
"Hai cantik, sendirian aja, mendingan sekarang kamu temenin kita berempat menuju surga dunia yuk," ujar salah satu pemuda dengan mencolek dagu Kirana sehingga membuat Kirana gemetar ketakutan.
Kirana yang sudah merasa ketakutan mencoba kabur dari keempat pemuda tersebut, tapi dia tidak bisa pergi kemana-mana karena sekarang tangannya sudah dicekal.
"Mau kemana cantik? ayo kita bersenang-senang, jangan harap kamu bisa lolos sebelum selesai memuaskan kami," ujar keempat pemuda dengan mengerubungi tubuh Kirana.
Kirana terus memberontak dengan sekuat tenaga. Dia juga berteriak sekencang mungkin untuk meminta tolong ketika keempat pemuda tersebut secara paksa merobek baju yang dipakai oleh Kirana.
Sampai akhirnya..
Brugh
Salah satu pemuda yang hendak menodai Kirana terjatuh karena pukulan seseorang dari belakang tubuhnya.
"Hentikan perbuatan bejat kalian !!" teriak seorang pemuda tampan bernama Radit yang saat ini datang untuk menolong Kirana.
Sebelumnya Radit yang sedang jalan-jalan mendengar teriakan seorang perempuan meminta tolong, sampai akhirnya Radit memutuskan untuk mencari asal suara.
"Hei bocah tengik, beraninya kamu mengganggu kesenangan kami. Ayo serang dia !!" teriak salah satu pemuda yang mabuk, sampai akhirnya perkelahian pun tak terelakan lagi.
Radit dengan mudah mengalahkan keempat pemuda yang sedang mabuk tersebut, kemudian dia bergegas menarik tangan Kirana untuk segera pergi.
Kirana dan Radit berlari meninggalkan keempat pemuda yang sudah terkapar dan tidak sadarkan diri.
Setelah berlari cukup jauh, Kirana dan Radit memutuskan beristirahat terlebih dahulu karena mereka sudah merasa kecapean.
"Kamu tidak kenapa-napa kan?" tanya Radit kepada Kirana.
Kirana bukannya menjawab Radit, tapi dia malah menangis karena masih merasa ketakutan, Kirana juga terus menutupi bagian dadanya dengan menggunakan kedua tangan karena baju yang tadi Kirana kenakan telah robek di bagian tersebut.
"Kamu tidak perlu takut, aku bukan orang jahat. Namaku Raditya," ujar pemuda tersebut, kemudian menutupi tubuh Kirana menggunakan jaketnya.
Raditya merupakan Mahasiswa kedokteran juga, tapi dia sudah tingkat akhir dan sedang melakukan kunjungan di Desa yang berbatasan dengan tempat Kirana melaksanakan KKN.
Radit dan Kirana belum pernah bertemu karena Radit sudah terlebih dahulu melakukan tugasnya yang hanya dua minggu, dan malam ini adalah malam terakhir Radit berada di sana karena besok dia akan pulang ke Jakarta.
Kirana yang masih merasa ketakutan tiba-tiba memeluk tubuh Radit dengan erat, kemudian dia menumpahkan tangisannya dalam pelukan Radit.
Kenapa jantungku berdetak kencang? Baru kali ini aku merasakan dadaku berdebar ketika dekat dengan seorang gadis, batin Radit.
"Makasih banyak Kak Radit sudah menolong ku. Namaku Kirana," ucap Kirana dengan lirih.
Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, sampai akhirnya Radit dan Kirana memutuskan mencari tempat untuk berteduh.
"Kirana, sepertinya di sana ada sebuah gubuk. Sebaiknya kita berteduh dulu sampai hujannya reda," ajak Radit dengan menuntun Kirana karena jalan yang mereka lalui licin oleh air hujan.
Kirana dan Radit masuk ke dalam gubuk tersebut dengan keadaan baju yang sudah basah kuyup.
Ketika mereka berdua sudah berada di dalam gubuk, Radit pun berusaha mengumpulkan kayu bakar yang berserakan, dan kebetulan dia menemukan korek api sehingga Radit bisa membuat api unggun untuk menghangatkan tubuh keduanya.
Kirana dan Radit kini duduk di atas tikar dengan menghadap ke arah api unggun, tapi tubuh keduanya masih saja merasa kedinginan.
Radit yang melihat Kirana menggigil pun langsung mendekatinya. Radit menggosokan kedua tangannya lalu dia tempelkan di pipi Kirana.
Radit dan Kirana saling berpandangan dengan jantung yang berdetak kencang. Keduanya merasakan desiran hangat dalam dada mereka, sampai akhirnya Radit secara tidak sadar mendaratkan sebuah ciuman kepada Kirana.
Semakin lama ciuman tersebut semakin dalam dan menuntun sehingga membuat gairah keduanya bangkit.
Radit dan Kirana sampai tidak sadar jika saat ini tubuh mereka telah sama-sama polos tanpa menggunakan sehelai benang pun.
Dengan kondisi tubuh yang kedinginan, akhirnya Radit dan Kirana saling menghangatkan. Keduanya telah terbuai oleh kenikmatan sesaat dengan melakukan sebuah hubungan terlarang.
Radit dan Kirana yang sama-sama baru merasakan surga dunia pun akhirnya terlelap dengan saling berpelukan.
Beberapa jam kemudian Kirana terbangun dari tidurnya. Dia merasakan seluruh badannya terasa sakit apalagi pada bagian inti tubuhnya.
Dengan memunguti satu persatu pakaiannya, Kirana menangis menyesali semua perbuatan yang telah dia lakukan bersama Radit.
Apa yang sudah aku lakukan? Kenapa aku sampai melakukan dosa yang sangat besar? Bagaimana kalau keluargaku mengetahuinya? Mereka pasti akan merasa kecewa kepada ku, ucap Kirana dalam hati.
Kirana memandang wajah tampan Radit yang masih terlelap. Dia memutuskan meninggalkan Radit karena takut jika Radit tidak bersedia bertangung jawab atas perbuatan yang telah mereka lakukan.
"Selamat tinggal Kak Radit," ucap Kirana dengan menitikkan air mata.
Radit baru membuka mata ketika cahaya Mentari menerpa dirinya lewat dinding gubuk yang sudah berlubang. Dia merasa kaget karena tidak mengenakan sehelai benang pun.
Radit kembali mengingat kejadian semalam yang telah dia lakukan dengan Kirana, dia merasa sangat berdosa karena telah merenggut kesucian perempuan yang telah dia selamatkan, apalagi ketika dia melihat bercak darah yang menempel di atas tikar bekas Kirana tidur.
"Kirana kamu dimana? maafkan aku Kirana, seharusnya aku melindungimu karena aku yang telah menyelamatkanmu dari gangguan para pemuda yang hendak menodai kamu, tapi apa yang sudah aku perbuat, karena pada kenyataannya aku sendiri yang sudah merenggut kesucianmu," gumam Radit dengan mengacak rambutnya secara kasar.
"Aku harus mencari kamu kemana Kirana? aku tidak mau menjadi seorang bajingan yang tidak bertanggungjawab. Kirana, dimana pun kamu berada, aku pasti akan berusaha menemukan mu," sambung Radit yang sudah bertekad akan mencari keberadaan Kirana untuk bertanggung jawab.
*
*
Bersambung
Sepanjang perjalanan menuju rumah Dinas, Kirana terus saja menyesali semua perbuatannya, dan Kirana terus saja terbayang hari-hari yang dia lalui bersama keluarganya.
Flash back, sebelum Kirana berangkat KKN.
"Tuan Putri ayo bangun, mau tidur sampai jam berapa sayang? bukannya hari ini ada kuliah pagi," ujar Mommy dan Daddy Wijaya yang saat ini tengah membangunkan Putri kesayangan mereka.
Namanya Kirana Putri Wijaya, dia adalah Putri Bungsu dari tiga bersaudara. Kirana adalah Putri dari pasangan Suami-istri Wijaya Kusuma dan Santi Pratiwi. dan Ayah Kirana merupakan pengusaha sukses sekaligus Presiden Direktur di Perusahaan Wijaya Grup.
Kirana dua bulan lagi genap berusia 20 tahun, dan dia merupakan seorang Mahasiswi Kedokteran tingkat 6 di sebuah Universitas ternama di Kota Jakarta.
"Mom, Dad, Kirana masih ngantuk," ujar Kirana dengan suara serak khas bangun tidur.
"Sayang, apa Kirana tidak malu dengan kedua Kakak lelaki Kirana? Kak Kenzo dan Kak Kevin saat ini sudah menunggu kita di meja makan, tapi Tuan Putri masih enak-enakan tidur," ujar Mommy Santi.
"Apa Tuan Putri mau Daddy gendong ke kamar mandi?" tanya Daddy Wijaya, sehingga Kirana langsung terbangun dan merentangkan kedua tangannya.
"Ya ampun, sudah besar juga masih saja manja," sindir Mommy Santi.
"Mom cemburu ya sama Kirana? Dad kan cinta pertama Kirana, jadi Mom gak boleh cemburu karena Mom juga cinta pertamanya Kak Kenzo sama Kak Kevin," ujar Kirana yang saat ini berada di atas punggung Daddy Wijaya.
Mommy Santi terkadang sering cemburu atas perlakuan spesial dari Suaminya untuk Putri bungsu mereka, tapi beliau juga sangat menyayangi Kirana karena dia adalah permata dalam keluarga besar Wijaya.
Setelah Kirana masuk ke dalam kamar mandi, Daddy dan Mommy nya pun keluar dari kamar Kirana menuju meja makan.
Beberapa menit kemudian Kirana turun dari kamarnya yang berada di lantai dua, meskipun kedua Kakaknya kesal karena harus menunggu Kirana untuk melakukan sarapan, tapi mereka tidak pernah bisa marah dengan Kirana.
"Lama banget sih Tuan Putri turunnya, Kakak udah telat berangkat ke Kantor Dek," ujar Kenzo Putra Wijaya, Anak Pertama di keluarga Wijaya.
"Iya maaf Putra mahkota, Adik Kakak yang cantik ini kan harus dandan dulu," jawab Kirana dengan mencium pipi Kenzo.
"Kak Kevin gak di cium juga sayang," ujar Kevin Putra Wijaya dengan menunjuk pipinya.
"Pangeran tampanku ini sirik aja ya," ujar Kirana yang kemudian mencium pipi Kevin, yaitu Kakak kedua Kirana.
Daddy Wijaya dan Mommy Santi pun tersenyum melihat kelakuan ketiga Anaknya, mereka sangat bersyukur karena Anak-anaknya saling menyayangi.
"Mom, Dad, Kirana berangkat dulu ya," ujar Kirana setelah selesai melakukan sarapan, Kirana tidak lupa dengan kebiasaannya mencium punggung tangan serta pipi Daddy dan Mommy nya sebelum berangkat.
"Hati-hati ya sayang. Kak, jaga Ade nya baik-baik ya," ujar Mommy Santi kepada Kevin.
"Oke Mom," jawab Kevin dengan mengangkat kedua jempol tangannya, kemudian bergegas berangkat ke kampus bersama Kirana.
Kevin dan Kirana masih satu kampus, tapi Kevin mengambil jurusan bisnis supaya nanti bisa membantu Daddy Wijaya dan Abang Kenzo untuk mengelola perusahaan mereka.
"Mom, Abang juga berangkat dulu ya," ucap Kenzo yang akan pergi ke kantor bersama Daddy Wijaya.
"Iya sayang, kalian berdua hati-hati ya," ujar Mommy Santi yang masih dipeluk oleh Daddy Wijaya.
"Udah Dad ayo berangkat, Daddy gak malu apa sama Kenzo," ujar Kenzo dengan menarik tangan Daddy nya.
"Makanya Bang, Abang cepetan nikah biar gak komentar terus sama Daddy dan Mommy," ujar Daddy Wijaya.
"Abang bakalan nikah kalau sudah bertemu dengan perempuan secantik dan sebaik Mommy dan Kirana," jawab Kenzo.
"Abang kriterianya terlalu tinggi sih, di dunia ini gak bakalan ada perempuan yang melebihi kebaikan dan kecantikan Mommy dan Tuan Putri kita," ujar Daddy Wijaya dengan tersenyum.
Meskipun Kirana manja dan Putri dari pengusaha kaya raya, tapi dia tidak pernah sombong terhadap siapa pun, karena dari kecil orangtuanya selalu mengajarkan Kirana tentang kebaikan.
................
Kirana dan Kevin akhirnya telah sampai di parkiran kampus, dan Kevin selalu mengawal Adiknya sampai masuk ke dalam kelas.
Semua pasang mata saat ini tertuju kepada sosok gadis cantik dan pemuda tampan yang selalu bergandengan tangan kemana pun mereka pergi. Jika orang yang belum mengenal mereka berdua sebagai Kakak beradik, selalu mengira mereka sebagai pasangan kekasih yang serasi.
"Kak, kawal nya sampai sini saja ya, nanti Kak Kevin telat lho."
"Pokoknya Kakak bakalan kawal sampe Kirana masuk kelas, Kakak gak mau ya kalau nanti sampai ada yang gangguin Adik Kakak yang cantik ini," ujar Kevin dengan mencubit pipi Kirana.
"Kirana kan udah besar Kak, dua bulan lagi Kirana Ulang tahun yang ke-20, kenapa sih kalian masih menganggap Kirana ini masih kecil?"
"Sayang, kamu itu adalah Tuan Putri kami, harusnya Kirana bersyukur karena semua sangat menyayangi Kirana," ujar Kevin.
"Iya Pangeran tampanku, Kirana sangat bersyukur karena mempunyai keluarga yang selalu menyayangi Kirana, ya sudah Kak Kevin cepetan pergi, Kirana juga sudah sampai depan kelas."
"Peluk dulu," ujar Kevin dengan merentangkan tangannya.
Setelah Kirana memeluknya, Kevin bergegas pergi menuju kelasnya yang akan segera di mulai.
"Cie Tuan Putri baru datang, Pangerannya kok gak di ajak masuk," sindir salah satu teman Kirana yang bernama Adi. Dia tidak tau kalau Kevin adalah Kakaknya.
"Eh Di, jaga tuh mulut, nanti kalau sampai kedengaran sama Pangerannya Kirana baru tau rasa lho," timpal Anjar, lalu mereka berdua tertawa, tapi Kirana sama sekali tidak menghiraukannya.
Tidak banyak yang tau jika Kirana dan Kevin adalah saudara, serta identitas mereka berdua sebagai Anak dari pengusaha kaya raya yang mempunyai Perusahaan Wijaya Grup pun disembunyikan oleh pihak kampus karena orangtua mereka tidak mau jika Kirana dan Kevin diganggu oleh saingan bisnis nya.
Minggu depan Kirana harus melaksanakan KKN ke sebuah Desa terpencil di daerah Bogor. Sesampainya di rumah, Kirana menyampaikan keinginannya untuk mengikuti KKN, tapi semua keluarga merasa keberatan dengan keinginan Tuan Putri mereka.
"Mom, Dad, Kirana mohon, kali ini saja beri Kirana kesempatan untuk mengikuti tugas di luar kampus," rengek Kirana.
Selama ini Kirana tidak pernah diperbolehkan untuk mengikuti serangkaian acara yang dilakukan oleh pihak kampus apalagi acara tersebut dilakukan di luar kampus, bahkan saat Ospek pun Kirana terus di kawal oleh Kevin sampai-sampai semua orang menertawakannya.
Daddy Wijaya merupakan donatur terbesar di Kampus tempat Kirana dan Kevin menuntut ilmu, sehingga dengan mudah Daddy Wijaya dapat meminta ijin kepada pihak kampus apabila dia keberatan dengan tugas yang harus dilakukan oleh Anak-anaknya.
"Sayang, Daddy sama Mommy khawatir jika Kirana nanti kesusahan saat berada di sana, apalagi Kak Kevin saat ini tidak bisa mendampingi Kirana karena sedang mengerjakan tugas skripsi, kalau harus di kawal oleh Bodyguard, Mommy juga gak percaya," jelas Mommy Santi.
"Mom please, untuk kali ini aja kasih kesempatan kepada Kirana, Kirana janji akan menjaga diri dengan baik, Kirana juga ingin mengenal dunia luar dan gak mau kalau terus di anggap Anak kecil oleh kalian semua," ujar Kirana dengan menangis, sehingga akhirnya semua keluarga Kirana mengijinkan Kirana untuk pergi karena tidak tega melihat Tuan Putri mereka menangis.
Flash back off.
Kirana saat ini telah sampai di rumah dinas tempat tinggalnya selama melaksanakan KKN, dia tiba pada pukul 03.00 sehingga kedua temannya masih tertidur pulas.
Pada saat Kirana membuka seluruh pakaiannya, dia bergegas membakar semua pakaian tersebut. Awalnya Kirana juga hendak membakar jaket milik Radit, tapi hatinya merasa tidak rela karena wangi tubuh Radit masih menempel di sana, sehingga Kirana menangis dengan mencium jaket tersebut, kemudian menyimpannya ke dalam koper.
Aku harus melupakan semua kejadian yang telah aku lakukan bersama Radit, bagaimanapun juga dia tidak akan mungkin mau bertanggung jawab karena sebelumnya kami berdua tidak saling mengenal, batin Kirana.
Kirana akhirnya memutuskan untuk membersihkan diri, setelah itu dia tidur sebelum kedua temannya bangun dan memberondong Kirana dengan banyak pertanyaan.
Keesokan paginya Alya dan Alma yang baru bangun merasa terkejut dengan keberadaan Kirana yang tertidur pulas di samping mereka.
"Kirana kapan sampainya ya Al, padahal semalam waktu aku bangun dia belum pulang deh," ujar Alya.
"Memangnya kamu bangun jam berapa semalam?" Tanya Alma.
"Kayaknya jam sebelas, itu juga kalau gak salah, soalnya mataku masih ngantuk," jawab Alya dengan cengengesan.
"Ya udah, buruan mandi gih, kasihan Kirana sepertinya dia lagi gak enak badan, jadi kita gak usah bangunin dia," ujar Alma, sehingga Alya dan Alma bergegas berangkat ke Puskesmas yang berada tidak jauh dari rumah dinas.
Sebenarnya Kirana mendengar percakapan Alya dan Alma karena dia hanya pura-pura tidur, dan dia sama sekali tidak dapat memejamkan matanya karena selalu terbayang dengan wajah Radit, lelaki yang sudah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Lupakan Radit Kirana, dia tidak mungkin mempunyai perasaan yang sama denganmu, kalian baru pertama kali bertemu, batin Kirana.
Awal pertemuan mereka Kirana menganggap jika Radit adalah Dewa penolongnya, tapi ternyata lelaki yang telah dia anggap sebagai Dewa penolongnya lah yang telah merenggut kesuciannya.
"Aku tidak dapat sepenuhnya menyalahkan Radit, karena dia sama sekali tidak memaksaku, dan kami berdua melakukannya atas dasar suka sama suka," gumam Kiran yang terus menyesali semuanya.
Di tempat lain, Radit juga masih terus mencari keberadaan Kirana, tapi dia dan teman-temannya harus segera pulang ke Jakarta, sehingga Radit memutuskan untuk pulang terlebih dahulu sebelum kembali melanjutkan pencariannya.
......................
Dua bulan pun telah berlalu, Kirana bersama kedua temannya telah menyelesaikan tugas KKN nya dengan baik, dan hari ini Kirana bersama Alya dan Alma akan kembali pulang ke Jakarta.
Semua penduduk di sana sudah berkumpul untuk melepas kepulangan Kirana bersama kedua temannya. Banyak warga yang menangis melepas kepergian mereka, karena selama ini mereka bertiga sangat baik dalam melayani semua orang, apalagi Kirana yang sangat perhatian terhadap semua orang, bahkan Kirana sampai menyumbangkan uang untuk penduduk yang kurang mampu.
Setelah menempuh perjalanan selama 3 jam, akhirnya Kirana sampai di rumahnya yang mewah seperti istana.
Keluarga besar Kirana telah berdiri di depan rumah untuk menyambut kedatangan Tuan Putri mereka.
Daddy Wijaya langsung berlari ketika melihat Putri kesayangannya turun dari mobil, Kirana pun langsung memeluk erat tubuh lelaki yang menjadi cinta pertamanya.
"Dad, Kirana kangen sama Daddy," ucap Kirana dengan menangis.
"Daddy lebih kangen lagi kepada Tuan Putri Daddy yang cantik jelita ini, rasanya sudah bertahun-tahun Daddy tidak bertemu dengan Kirana," ujar Daddy Wijaya dengan terus memeluk Putri kesayangannya.
"Lama banget pelukannya, gantian dong Dad, Mommy juga mau dipeluk sama Tuan Putri kita, ujar Mommy Santi sehingga Daddy Wijaya dengan berat hati melepas pelukannya.
Semua bergantian memeluk tubuh Tuan Putri mereka, kemudian mereka berjalan beriringan untuk masuk ke dalam rumah.
"Sayang, Mom sudah memasak spesial buat Kirana, sebaiknya Tuan Putri sekarang makan dulu," ujar Mommy Santi.
Kirana akhirnya duduk di meja makan untuk melakukan makan siang bersama keluarganya. Tapi tidak seperti biasanya, Kirana yang mencium aroma masakan pun langsung merasa mual, kemudian dia berlari ke dalam toilet.
Semua orang merasa panik melihat Kirana berlari, sehingga Daddy Wijaya memutuskan untuk mengejar Kirana masuk ke dalam toilet.
"Tuan Putri kenapa sampai muntah-muntah? jangan membuat Daddy khawatir sayang," ujar Daddy Wijaya dengan memijit tengkuk leher Putrinya.
Mommy Santi juga menyusul dengan membawa segelas teh manis hangat.
"Sayang, diminum dulu teh nya, sepertinya Tuan Putri kita masuk angin Dad," ujar Mommy Santi.
Akhirnya Daddy Wijaya menggendong Kirana menuju kamarnya, lalu beliau membaringkan tubuh Putri kesayangannya.
"Sayang, sebaiknya Mommy sekarang panggil Dokter ya."
"No Mom, Kirana sebentar lagi juga sembuh, mungkin Kirana hanya kecapean saja, maaf ya kalau Kirana sudah membuat semuanya khawatir."
"Kamu sih bandel banget De, Abang kan udah bilang kalau kamu gak boleh cape-cape, akhirnya kamu tumbang juga kan," ujar Kenzo dengan membaringkan tubuhnya di samping Kirana, kemudian memeluk tubuh Adik kesayangannya.
"Bang awas, gantian donk sama Kevin, Kevin juga kan kangen sama Tuan Putri kita," ujar Kevin dengan menggeser tubuh Kenzo.
Kevin dan Kenzo selalu berebut karena ingin lebih dekat dengan Adik perempuan mereka satu-satunya, sehingga membuat Mommy Santi dan Daddy Wijaya geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua Putra mereka.
"Abang, Kakak, udah deh jangan ribut terus !! biar adil sebaiknya Kirana tidur di tengah saja," ujar Kirana yang sudah merasa kesal terhadap kelakuan kedua Kakaknya, sehingga langsung saja mereka memeluk tubuh Kirana yang saat ini tidur di tengah-tengah Kenzo dan Kevin.
"Kalian ini seperti bocah saja sih kelakuannya, Daddy kan mau ikutan juga," ujar Daddy Wijaya yang ikut berdesak-desakan di ranjang tidur Kirana, sampai akhirnya mereka semua tertawa bahagia.
Apa kalian akan tetap menyayangi Kirana jika sampai mengetahui kesalahan fatal yang telah Kirana perbuat, batin Kirana.
Kirana merasa ketakutan jika sampai hari itu datang, dan dia kehilangan kehidupan sempurnanya selama ini.
................
Keesokan harinya semua keluarga sudah berkumpul untuk merayakan ulang tahun Tuan Putri mereka. Kirana tidak suka merayakan Ulang tahun secara mewah, jadi dia selalu merayakan Ulang tahunnya dengan keluarganya saja. Setelah potong kue dan makan-makan, biasanya mereka sekeluarga akan pergi ke Panti Asuhan untuk melakukan santunan kepada Anak Yatim dan Fakir miskin.
Setelah Kirana meniup lilin, semua orang dibuat terkejut, karena Kirana tiba-tiba pingsan. Daddy Wijaya yang merasa panik pun langsung menelpon Dokter keluarga mereka.
Setelah beberapa saat Dokter datang lalu memeriksa keadaan Kirana yang masih pingsan.
Setelah beberapa kali mengembuskan nafas secara kasar, Dokter akhirnya menyampaikan kabar yang membuat semua keluarga merasa terkejut.
"Mohon maaf Tuan, sepertinya Nona muda saat ini tengah hamil muda," ucap Dokter Farhan dengan tertunduk lemas karena dia sudah tau kalau Daddy Wijaya pasti akan murka mendengar berita tersebut.
Benar saja perkiraan Dokter Farhan, setelah menyampaikan diagnosanya terhadap Kirana, Daddy Wijaya langsung menarik kerah bajunya.
"Kamu mau aku pecat hemm? beraninya kamu menuduh Putri kesayanganku hamil di luar nikah !!" teriak Daddy Wijaya yang saat ini hendak melayangkan tinju kepada Dokter Farhan, tapi Kenzo dan Kevin langsung menarik tubuh Ayahnya serta menyuruh Dokter Farhan untuk segera pulang.
"Istighfar Dad, jangan sampai emosi menguasai Daddy," ujar Mommy Santi dengan mengelus dada Daddy Wijaya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!