Cista Putri Handoyo, ia akan menjadi center dari cerita ini. seorang gadis yang cantik,pintar namun jutek. Rambutnya hitam dan panjang,kulitnya seputih salju, wajahnya kemerahan alias humairah, tingginya 165 dengan berak badan 53 kilo.
Cista seorang piatu dan ayahnya pergi meninggalkan dia demi wanita. ibunya meninggal karena bunuh diri. Ibunya lelah menghadapi ayahnya yang tukang selingkuh.
Reihan dan Dzaky, kedua kakak beradik yang sama-sama jatuh cinta pada cista di pertemuan pertama. Walau cista sempat bertunangan dengan reihan tapi pada akhirnya ia menjadi istri dzaky.
Mau tau bagaimana kisahnya, yuk mari ikuti eleginya si cista yang naik turun bak rollercoster.
AWAL MULA
Di sebuah kota kecil , Banyumas, tinggallah sepasang suami istri dengan tiga anak perempuannya. Sang suami bernama Handoyo berprofesi sebagai supir kontainer, sedangkan sang istri bernama Risma yang sehari-harinya menghabiskan waktu untuk mengelola toko (mini market) milik pribadi yang terletak di depan rumah mereka.
Kehidupan mereka sama seperti keluarga pada umumnya,kadang bahagia kadang juga sedih. Tak jarang pula terjadi perdebatan bahkan pertengkeran di antara mereka. Kurangnya komunikasi membuat mereka sering bertengkar, Handoyo jarang di rumah karena tuntutan pekerjaan,terlebih Risma juga sibuk dengan usahanya.
Malam sendu, langit begitu kelabu berselimut awan pekat. Risma sedang memeluk anak bungsunya sambil terisak mengingat perselingkuhan suaminya yang tadi sore ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri.
Malam itupun handoyo pulang dengan wajah berserinya, ia tak sedikitpun merasa bersalah atas pengkhianatannya.
Risma yang sedari tadi hanya pura-pura tidurpun menghampiri suaminya, kesabaran yang ia miliki sudah habis hingga terjadilah pertengkaran hebat di antara ke duanya yang tanpa mereka sadari di saksikan oleh anak bungsu mereka.
Malam itu juga menjadi akhir dari perjuangan risma dalam rumah tangganya. Ia dengan bodohnya mengambil jalan pintas, jalan yang akan membawanya dalam jurang dosa yang baru. Pikirannya hanya di selimuti rasa benci pada suaminya, ia melupakan bahwa ia masih punya tiga putri, satu menantu dan satu cucu.
Ke esokkan paginya,Ia memilih untuk bunuh diri dengan meminum racun. Segelas cairàn berwarna pinksoft ia minum di depan Cista anak bungsunya yang masih kecil,cista tidak tau apa yang ibunya minum,makanya ia tidak mencegahnya. Ibunya mengatakan kalau itu hanya segelas susu khusus untuk orang tua, cistapun percaya.
Risma yang kalut tidak berfikir panjang melakukannya, ia tidak memikirkan bagaimana nasib ketiga putrinya jika ia minggal karena racun itu. Yang ia pikirkan saat itu hanya terlepas dari beban berat yang selama ini pikul sendiri. Rasa sakit akan pengkhianatan suaminya yang berkali -kali.
Untung saja anak sulungnya sudah menikah, bahkan sudah memiliki putri kecil yang bernama Mega. Keadaan itu sedikit membuat Risma merasa tenang jika sampai ia tidak selamat setelah meminum racun itu. Ia yakin clara mampu bertanggungg jawab pada citra dan cista terlebih suaminya yang bernama yahya adalah sosok yang baik dan pekerja keras, menantu idamannya selama ini.
30 menit setelahnya, Risma mengeluh tidak bisa melihat dan mulutnya mulai membiru serta mengeluarkan busa. Ia merintih kesakitàn sambil terus mendekap cista dalam peluknya. Cista berteriak memanggil kakak sulungnya Clara ,yang langsung menghampiri cista dan ibu mereka serta menyuruh cista mencari bantuan. Cistapun berlari ke rumah om sudir memintanya mengantarkan ibunya ke rumah sakit karena kak Clara tidak bisa menyetir.
Anak kecil itu berlari tanpa rasa takut , yang ia pikirkan hanya bagaimana ibunya bisa segera di bawa ke rumah sakit . Cista akhirnya sampai di rumah tetangganya itu dan langsung meminta bantuan pada laki-laki seumuran ayahnya . Cista menyeret tangan laki-laki yang biasa di panggil om sudir itu menuju rumahnya, ia menyerahkan kunci mobil yang sedari tadi ia pegang.
"Om tolong antar ibi ke rumah sakit." Katanya sambil menyerahkan kunci mobil.
Merekapun pergi ke rumah sakit. 15 menit , waktu yang di butuhkan agar mereka sampai di rumah sakit terdekat. Syukurnya Risma langsung mendapat pertolongan setelah sampai di sana.
Cista baru tau kalau ibunya meminum racun setelah mendengar penjelasan dari dokter. Cista merasa sangat bersalah dan bodoh atas apa yang terjadi pada ibu. Cistapun menangis sambil tak henti memanjatkan doa agar ibunya bisa selamat.
Dua jam berlalu dan belum ada perkembangan mengenai keadaan Risma. Tampak dua orang pria mendekat ke arah cista dan clara yang berdiri di ruang tunggu. Dialah Herman adik dari handoyo, omnya clara, citra dan cista beserta ayah mereka. Itu berarti herman berhasil menemukan handoyo yang pergi dari rumah setelah bertengkar dengan Risma. Wajah Handoyo tampak menyesal,tapi itu percuma di mata anak-anaknya yang tampak tidak akan pernah memaafkannya jika sampai terjadi sesuatu pada ibu mereka.Clara dan Herman tampak tidak bisa mengontrol emosinya, mereka membabi buta memukuli dan memcaci maki Handoyo.
Kecemasan semakin bertambah saat dokter mengatakan kalau racunnya sudah menyebar keseluruh tubuh Risma. Merekapun masih menunggu kabar selanjutnya.
Itulah awal kisah kehidupanku. Kehidupan panjang yang baru akan ku mulai. Aku anak bungsu dari Handoyo dan Risma. Namaku Cista Putri Handoyo.
****************
Aku terbangun dari tidur ketika mendengar suara ayah yang tidak berhenti untuk meminta maaf pada kak clara yang masih saja dipenuhi amarah.
"Maafkan ayah nak, ayah khilaf. Ayah tak sangka kalau ibumu akan senekat ini."
"Itu karena kesabaran ibu sudah habis, ayah jahat." Jawab kak clara.
"Maafkan ayah." Kata ayah lagi sambil menangis tersedu.
Ayah menangis, Baru pertama kalinya aku melihat ayahku menangis. Tapi sesalpun tak berguna, sesal yang ayah tunjukan tak bisa membuat ibu sembuh.
"Aku benci ayah" Batinku.
Satu jam kemudian.
Seorang dokter berjalan mendekat kearah kami. Ia mengatakan kalau ibu sudah meninggal. Ia juga tak lupa memberi ucapan bela sungkawa, menyuruh kami untuk bersabar atas kepergian ibu. Semua orang histeris, menangis sejadi-jadinya. Om Herman langsung menggendongku.
Waktu seakan berhenti seketika. Aku paham dengan semua yang dokter katakan. Aku menangis dalam diam. Air mataku begitu deras hingga membasahi baju om herman yang masih setia menggendongku. Andai saja aku tau apa yang ibu minum pagi tadi, andai saja aku bisa mencegah ibu meminum cairan laknat itu. Andai... andai saja... . Semua andai itu hanya angan yang tak mungkin akan terjadi, semua telah terlambat, ibuku sudah tiada. Ibu telah meninggalkanku untuk selamanya.
"Kenapa ibu tega meninggalkan cista. Kenapa bu?" Batinku.
(Sabar manusia memang berbatas, mungkin inilah batas sabar yang ibu miliki untuk mendampingi ayah sebagai istri. Satu hal yang ku petik dari kisah orang tuaku, setiap kehidupan rumah tangga harus di dasari dengan kesetiaan dan kejujuran. Itu hanya salah satunya, masih banyak hal yang lain yang harus kita lakukan untuk melanggengkan suatu hubungan berumah tangga.)
Setelah seluruh administrasi dan prosesi pemandian jenazah ibu selesai kamipun pulang.
Sesampainya kami di rumah,rumah tampak sudah dipenuhi para pelayat. Tangispun tak henti mengiringi kepergian ibu. Banyak sekali orang yang ikut berduka atas kepergiannya.
Tak menunggu lama ibupun langsung di bawa ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Sebuah pemakaman keluarga yang berjarak 100 meter dari rumah. Kakek membeli kebun itu khusus untuk di jadikan pemakaman keluarga kami.
Kak Clara masih tak mau beranjak dari pusara yang masih sangat basah itu, ia benar-benar terpuruk, mungkin karena dia merasa bertanggung jawab atas masa depan aku dan kak citra, karena dialah sekarang yang menjadi sosok ibu bagi kami. Sedangkan ayah, kami tidak terlalu berharap. Rasa marah dan kecewa yang menggunung membuat mata hati kami buta bahwa kami masih memiliki ayah.
"Ibu, kenapa ibu tega meninggalkan aku secepat ini, bagaimana aku bisa hidup tanpa ibu. Ibu aku berjanji akan jadi anak yang pintar ,baik dan membuat ibu bangga karena memiliki aku."Kataku dalam hati sembari terus menatap kak Clara yang masih terus memeluk pusara ibu.
Aku masih dalam gendongan Om Herman, tanpa lelah ia terus menggendongku,menciumku, memelukku dengan erat. Bahkan ayahku saja tak peduli keberadaanku sejak di rumah sakit, hingga uapacara pemakaman selesaipun ia hanya peduli akan dirinya sendiri. Jadi untuk siapa ia menyesal?
Atau mungkin sebenarnya dia senang atas kepergian ibu karena dengan itu ia bisa bersama selingkuhannya.
*****
Bulan terganti dengan tahun,sedikit demi sedikit kami mulai bisa mengikhlaskan kepergian ibu, sedikit demi sedikit pula kami mulai berbaikkan dan berdamai dengan ayah.
Kak Clara menggembleng aku dan kak citra untuk bisa lebih mandiri sebelum ia menyusul Kak Yahya ke Bandung,karena kak Yahya sudah membeli sebuah rumah sederhana di sana untuk keluarga kecilnya. Ia menyuruh kak Clara untuk segera menyusul setelah aku dan kak citra di rasa sanggup untuk lebih mandiri dalam segala hal.
Kepergian kak clara tentu menjadi kesedihan baru untukku, karena kita akan jarang bertemu. Hanya bisa komunikasi lewat ponsel saja. Tetap saja pasti rindu itu akan menyiksa.
Baru beberapa bulan kak clara di Bandung kami harus menerima keadaan baru lagi. Ayah pergi tanpa pamit bersama tante mira yang notabennya masih istri orang itu. Tante mira pulalah yang selama ini menjadi selingkuhan ayah, ialah penyebab ibu kehabisan kesabaran dan nekat mengakhiri hidupnya begitu saja, meninggalkanku yang masih kecil ,masih sangat butuh sosok ibu .
Kebencian pada ayah yang dulupun belum sirna tapi harus ditambah berkali kali lipat sekarang, aku yakin akan lebih sulit untuk memaafkan ayah. Ku harap dia akan terluka karena telah tega meninggalkan anaknya demi bersama wanita itu. Dia akan merasa terbuang suatu hati nanti.
Entah kenapa aku sangat tidak menyukai tante mira, aku merasa dia hanya menginginkan sesuatu dari ayah. Ku rasa suatu hari nanti Tuhan akan menyadarkan ayah, semoga saat itu tiba kami sudah mampu untuk memaafkan segalanya.
Beberapa tahun kemudian.
Semua yang terjadi dalam hidupku membuatku seakan menjadi pribadi baru. Aku yang ceria, suka senyum kini terganti dengan aku yang jutek, jarang senyum dan tertutup. Keadaan mengubah semuanya.
Bahkan kak citra terpaksa memendam keinginannya untuk kuliah demi kelangsungan pendidikanku karena kak clara tak sanggup jika membiayai kami berdua sekaligus. Jadi setelah SMA kak citra bekerja menjadi babysister di sebuah keluarga yang sangat kaya di Bandung ,tak jauh dari rumah kak Clara.
Mulai saat itu aku hanya dirumah dengan om herman, itupun saat malam hari sedangkan saat siang hari aku hanya sendirian. Terlebih lagi om herman sedang membangun rumah sendiri tak jauh dari rumah ini, ia ingin menyiapkan masa depannya dengan baik sehingga setelah menikah nanti ia sudah punya rumah. So sweet, aku jadi ingin punya suami seperti omku, heheheh.
Kini aku tengah mempersiapkan ujian, ya sebentar lagi aku lulus dari SMP. Waktu cepat sekali berlalu bukan?
Tok tok tok tok.
"Cis,buka pintunya ada tamu."
"Ya om,sebentar."
Ku buka pintu itu, tampaklah seorang yang sudah bertahun-tahun meninggalkan aku. Lupa bahwa dirinya memiliki anak dan saudara di sini. Tampak pula wanita yang sangat aku benci ada di sampingnya.
"Siapa cis?"
Aku diam tak menjawab teriakan om herman dari arah dapur yang sedang sibuk memasak bersama calon tanteku yang bernama Tyara.
"Mas han."
"Ya de mas pulang."
Aku berlari menuju kamarku,mengunci diriku dalam kamar. Aku tidak ingin melihat mereka, tapi kenapa ayah justru membawa perempuan itu tinggal dirumah ini. Aku semakin membencinya.
"Cista, buka nak. Ayah minta maaf."
"Beri waktu untuknya mas, setelah semua yang terjadi pasti sulit untuk memaafkan semuanya mas, apalagi dia masih sangat kecil saat itu. Aku saja sangat membencimu hingga sekarang mas, tapi bagaimanàpun juga kamu tetap kakakku. Jadi aku akan belajar memaafkanmu tapi tidak untuk wanita ini. Sampai kapanpun keluarga ini tidak akan menerima dia mas. "
Aku mendengar semua dari dalam kamar.
"Sayank bukalah, ini tante tya."
Aku membuka pintu,membiarkan tante tya masuk. Ia memelukku memberikan sedikit ketenangan yang aku butuhkan. Ia pasti akan jadi ibu yang baik jika sudah memiliki anak nanti, omku sangat beruntung bisa menemukan wanita sebaik tante tya.
"Sayang, jangan banyak pikiran, Lusa kamu harus ujian kan. Tugas kamu hanya belajar, tidak usah memikirkan hal yang lain. Kalau kamu belum bisa memaafkan ayahmu maka jangan memaksakan diri pelan-pelan saja,oke. "
"Ya tante. Terima kasih."
"Sama-sama sayang, kalau begitu tante pulang dulu ya. Jangan lupa makan malam nanti."
Aku hanya menganggukan kepalaku. Ku raih handuk dan kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi di dalam kamar tidurku. Setelah mandi aku makan, tampak sepi mungkin om herman belum pulang setelah mengantar tante tya. Tak peduli yang lainnya, aku makan dengan tenang sebelum kembali ke kamar untuk belajar. Aku tidak boleh terganggu dengan kehadiran ayah dan wanita itu, harus fokus ujian. Lulus dengan nilai memuaskan, amin.
*****
Hari kelulusanpun tiba, alhamdulillah aku meraih nilai yang memuaskan. Mendapat peringkat dua di provinsi dan peringkat pertama di Kabupaten merupakan bonus karena yang penting adalah nilaiku memuaskan. Aku bisa diterima di sekolah yang aku inginkan.
Aku sudah memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku di Bandung, ikut kak clara agar jauh dari wanita yang bernama mira itu. Aku mulai menyiapkan segala berkas yang dibutuhkan.
Sejujurnya aku sudah mulai bisa memaafkan ayah, hanya saja wanita itu membuatku menutup diri dari ayah. Entah mungkin ini hanya feelingku saja, kalau sebentar lagi ayah pasti akan tau tante mira tak sebaik yang ayah kira. Karena aku pernah menguping pembicaraannya lewat telp beberapa hari yang lalu.
Flashback
"Ya, aku mendekati handoyo karena aku menginginkan tanahnya yang luas itu, lumayan kan bisa di jual untuk bersenang-senang. Aku sedang berusaha untuk mencari sertifikatnya, dia pintar sekali menyembunyikan sertifikat-sertifikat yang dia miliki."
Itulah yang ku dengar saat aku baru pulang dari sekolah untuk mengurus surat-surat yang aku butuhkan sebagai syarat pendaftaran ke SMA nanti. Saat itu pula aku langsung menyembunyikan semua sertifikat yang keluargaku punya dalam koper yang akan ku bawa ke Bandung tanpa sepengetahuan siapapun.
Rupanya kekhawatiranku selama ini benar adanya, tante mira hanya menginginkan sesuatu dari ayah. Aku yakin tak lama lagi ayah pasti akan mengetahui keburukkannya, aku yakin dia akan segera menghilang dari kehidupan kami. Ya semoga saja harapanku itu secepatnya terwujud, amin.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!