NovelToon NovelToon

Raja Dari Raja Pedang

Awal Cerita

 

 Langit terlihat cerah, matahari bersinar garang dengan cahaya terang yang menerobos masuk hingga ke celah-celah yang tersembunyi. Kala itu waktu semakin dekat dengan Pertarungan terbesar selama dua ratus tahun belakangan ini ini di Benua Silver.

   Di benua Silver ini, ajang pengakuan terbesar bagi seorang ahli beladiri adalah menyandang gelar "Maha Sakti Penguasa Benua Dewa Pedang". Namun hal itu bukan berarti menutup kemungkinan ahli-ahli pedang yang berkemampuan tinggi dan layak di sebut raja pedang. 

   Sebut saja misalnya ahli-ahli terkenal di utara dengan SAGE perempuan bertopengnya, di Barat dengan Raja Pedang dari Klan iblis, Di Timur dengan Ahli pedang dari satu Klan Vermillion Timur, Raja Pedang dari Kalangan Istana Negeri Menghua di Selatan dan seorang Raja Pedang Xianshe di dataran tengah. 

   Itu semua belum termasuk ahli-ahli beladiri yang tidak ingin menonjolkan diri dan namanya belum terlalu dikenal. Ada banyak sekali hal-hal tersembunyi yang akan membuat orang terkaget-kaget ketika mengetahui kemampuan ahli-ahli tersembunyi ini.

   Seperti anak muda yang baru saja keluar dari satu laboratorium uji coba alkemis di satu Toko alkimia terkenal Aros di Negeri Kaum Avianse yaitu Kota Terminus yang merupakan pusat keberadaan Klan keturunan Roc, makhluk mistis dan legendaris burung elang raksasa yang maha kuat.

"Alkemis Alrin, aku telah menyelesaikan penyulingan benda yang aku inginkan" kata satu pria muda yang tiba-tiba muncul dari satu kamar tempat Toko Aros sering menyewakan laboratorium percobaannya.

"Akan tetapi... aku memohon maaf yang sebesar nya" kata pria itu menambahkan.

   Alkemis Alrin sang pemilik toko terheran-heran dengan kata-kata pria itu. Jawabnya,

"Ada hal apakah tuan muda? aku tidak melihat terjadi adanya kerusakan yang ditimbulkan percobaan anda.

   Kamar laboratorium itu masih terlihat baik-baik saja" kata Alkemis Alrin.

   Dengan malu-malu anak muda itu berkata,

"ini.. sebenarnya beberapa wayang untuk media percobaan telah hancur lebur.." anak muda itu tidak melanjutkan penjelasannya. Ia berhenti bicara dan kini lebih malu lagi ketika  melihat ekspresi melongo di wajah Tuan Alrin.

(Wayang disini adalah puppet atau orang-orangan yang berdiri menyerupai sosok manusia, dan sengaja dibentuk dari bahan-bahan roh yang tahan banting atas uji coba benda apapun selama ini di Toko Aros)

"Aku akan memberi kompensasi atau kerusakan yang ku hancurkan" jawab anak muda itu.

   Sang alkemis mengangguk-angguk kepala tanda persetujuan. Namun sesungguhnya yang menjadi konsentrasi pemikirannya adalah "Bagaimana anak ini dapat menghancurkan wayang uji coba itu? Semua bahan baku pembuatan wayang adalah menggunakan bahan terpilih yaitu logam rohani yang langka, serta di mantrai banyak sekali jampi-jampi pertahanan, agar wayang tersebut tahan terhadap uji coba teknik atau benda artefak yang digunakan pelanggan.

"Berapa yang harus ku bayar Tuan Arlin?" pertanyaan anak muda itu membuyarkan lamunan Alkemis Alrin.

   Alkemis itu lalu menyebutkan biaya kerusakan dengan sejumlah Eliksir Warna Merah Jambu, namun pikirannya masih melekat pada benda yang di suling si anak muda.

"Tuan muda ini seorang monster. Dia juga mampu menciptakan benda-benda berkekuatan monster yang paling ditakuti di seisi Benua Silver ini.

   Tidak menunggu terlalu lama untuk nama dia mencuat ke langit dan mengalahkan banyak bintang-bintang bersinar di di langit benua kami" batin Alkemis Alrin.

   Alkemis Alrin adalah pria keturunan ras Armadyl, yaitu ras unggas yang disebut sebagai ras keturunan dewa keadilan pelindung kaum unggas. Alkemis Alrin mampu bertransformasi sempurna menjadi manusia setelah dia mencapai ranah kultivasi SAGE atau diatas Kaisar enam untuk tahap perhitungan tingkat kultivasi kaum magical beast.

   Pria itu lantas menyimpulkan kalau si anak muda masa depannya akan cerah dan satu ide pintar langsung muncul di benaknya.

"Tuan muda tak perlu repot-repot untuk membayar dengan sejumlah eliksir sebagai kompensasi.

   Toko Aros kami telah merasa mendapat kehormatan dengan bekerja sama ketika anda mau memilih toko kami sebagai rekanan untuk uji coba benda sihir yang anda tempa" kata Alkemis Alrin dengan sopan.

"Kedepannya, bahkan apabila tuan muda masih ingin menyewa ruang laboratorium Toko Aros kami, aku yang tua ini akan menyediakan layanan gratis bagi anda.

   Belanjaan tuan muda telah membuat Toko Aros kami memiliki banyak laba. Aku yang tua ini sudah menjadi senang apabila Tuan muda mau menjalin persahabatan dengan diriku, alkemis yang tidak terkenal ini" Alkemis Alrin merendah. Diam-diam hatinya gembira ketika melihat si anak muda tersenyum senang.

"Ah .. jika Alkemis Alrin mengatakan hal seperti itu, maka aku Sima Yong tidak akan sungkan-sungkan lagi" jawab si anak muda. Rupanya dia bernama Sima Yong.

"Aku masih membutuhkan beberapa hari lagi dengan laboratorium itu, karena masih akan melakukan eksperimen selanjutnya" jawab si anak muda senang.

   Tuan Alrin lantas memerintahkan bujang dan karyawan toko untuk memasukkan wayang atau puppet baru sebagai pengganti orang-orangan yang telah hancur tadi. Meski di wajah Alkemis Alrin terlihat tersenyum, akan tetapi sesungguhnya hati nya seperti teriris. Harga satu wayang itu amatlah mahal.

"Tenang kau Alrin, membina hubungan dengan seorang calon bintang benua adalah jauh lebih berharga dibanding harga wayang-wayangan itu" batin Alkemis Alrin menghibur diri.

******

   Di Antara ras dan keturunan Avianse atau unggas burung-burungan, seperti yang banyak hidup dan berbaur di Kota Terminus. 

   Ras Stimfalia atau keturunan dari burung bernama Stimfalia yang konon adalah mahluk peliharaan Ares, Dewa Perang terkenal dari Negara di Benua seberang.

   Ras Stimfalia ini adalah burung yang sangat bermusuhan dengan ras manusia. Mereka adalah pemakan daging manusia, dan tak segan-segan untuk memburu dan menyantap ras tersebut. Berbekal garis darah keturunan hewan peliharaan Dewa Perang, jenis ras Stimfalia ini amatlah ganas dengan penampakan paruh nya yang terbuat dari perunggu, serta sayap mereka yang terbuat dari baja.

   Bahkan kotoran hewan ini amatlah beracun, menimbulkan uap busuk yang dapat ******* siapapun yang mencoba menentang mereka. Di dalam pertempuran, umumnya makhluk ini tidak bersusah payah untuk bertempur menggunakan kekuatan. Mereka hanya perlu mengeluarkan kotoran dari ketinggian, lalu pihak lawan akan mati pelan setelah racun kotoran itu menguap menyisakan udara beracun.

   Itu belum termasuk ras Stimfalia itu mencabut bulu-bulu di badannya, dan melempar ke arah musuh. Bulu-bulu dari logam baja itu akan berubah menjadi senjata rahasia mengerikan, ketika dilemparkan dari ketinggian udara oleh keturunan Ras Stimfalia ini.

   Warna jingga bercampur violet senja baru saja terbentuk di langit barat Kota Terminus. Kala itu langit diatas kota terdengar berisik dengan suara keras membahana, suara nyaring itu terasa pengang di telinga seisi kota.

"Keluarkan manusia yang kalian sembunyikan, wahai semua penghuni Kota Terminus yang budiman.

   Aku akan memberikan waktu sepebakaran hio bagi kalian mempersembahkan daging manusia, sebelum aku kehilangan kesabaran dan membunuh seisi kota dengan racun"

   Suara keras itu lantas membuat seisi kota bergegas keluar dan mendongakkan kepala ke langit. Ada lebih dari seratus burung-burung berbentuk separuh manusia dan separuh burung terbang di langit Kota Terminus. Dan yang berbicara keras itu adalah satu pria bersayap besi, yang juga mengenakan pakain terbuat dari besi.

"Stimfalia !" desis orang-orang ketakutan.

Bersambung

   Dear pembaca, mohon untuk dukungan memberi like dan auto favorit novel ini agak membuat author meneruskan berkarya dengan novel lanjutan KDPU ini. Terima kasih <3

 

Cakra Api Surgawi Hitam

  Manusia burung di langit yang semuanya lengkap mengenakan baju besi, masing-masing terlihat membawa buntalan besar. Masing-masing pasukan Stimfalia itu membawa senjata berbentuk ali-ali yang dibentuk pada satu tangkai tongkat pendek.

   Semua orang menatap ngeri ke angkasa. Semua penghuni kota tahu apa maksud di balik ali-ali yang di bawa pasukan ras Stimfalia itu.

"Mereka berniat membunuh seisi kota dengan membom Kota Terminus kami dengan peledak kotoran yang beracun itu" kata satu penghuni kota.

"Tidak seorangpun yang akan lolos dari bom kotoran Stimfalia yang mengandung racun itu" jawab yang lain.

   Pemimpin Stimfalia yang telah bertransformasi sempurna menjadi manusia itu, dengan bengis menatap ke arah Toko Aros. Stimfalia bernama Obydas itu menatap bengis ke arah Alkemis Alrin, yang juga tampak berdiri di luar toko dan menatap ke arah langit. Kata Obydas,

"Kau !

    Mahluk tua keturunan Armadyl.. serahkan manusia yang menjadi tamu di toko alkimia kamu.

   Aku akan berbelas kasihan dengan sisi kota jika kamu menyerahkan manusia itu kepadaku" wajah Obydas terlihat dingin dan mengerikan.

"Aroma manusia tidak dapat berbohong kepada kami kaum Stimfalia. Terlebih mata-mataku memberi informasi kalau kau telah menyembunyikan manusia itu beberapa minggu ini.

   Telah lama sekali kami ras Stimfalia tidak menyantap daging manusia. Setelah aku menyantap daging manusia itu, kekuatan ku akan lebih meningkat, dan aku berjanji. Kota Terminus ini akan berada dalam perlindungan kami ras Stimfalia" kata Obydas menyombongkan diri.

   Alkemis Alrin hampir tertawa mendengar kata-kata yang diucapkan pemimpin Stimfalia itu dengan pongah. Namun suara tawa tertahan tertangkap oleh Obydas yang langsung berkata dengan nada semakin dingin.

"Kau.. ! Apa maksudmu dengan tertawa kecil itu, orang tua?" bengis terdengar suara Obydas sambil telunjuknya menunjuk ke arah Alkemis Alrin. Sontak saja semua orang memutar kepala dan menatap iba kepada Alkemis Alrin.

   Meskipun Alkemis Alrin adalah satu sosok yang memiliki kultivasi menembus ranah SAINT, namun tingkatan itu terasa seperti lelucon di mata Obydas yang berada di ranah Ancient SAGE peringkat rendah (lev 1 - 4 disebut peringkat bawah). Semua orang menatap prihatin kearah Alkemis Alrin dan berharap alkemis itu tidak akan mati terbunuh kekerasan Obydas.

"Mungkin kamu akan sedikit lebih hormat, jika kamu melihat kemampuan diriku ini"

   Obydas mengayunkan tangannya, dan serangkum angin keras berkekuatan Ancient SAGE level empat berkelebat cepat mengunci tubuh Alkemis Alrin.

   Tentu saja Alkemis Alrin tidak bersedia mati percuma atas serangan ke Obydas tadi. Tangannya terangkat lalu dia melempar satu slip giok yang lantas membentuk perisai kaca melindungi dirinya. Embun dingin seperti lapisan es tipis tampak menyelimuti perisai itu. Alkemis Alrin merapalkan mantra dan siap-siap untuk satu benturan dan ledakan.

"Perisai Armadyl !" mantra untuk mengeluarkan garis darah ras Armadyl diucapkan Alkemis Alrin.

Kemudian...

Blam ! Duar !

   Alkemis Alrin terlempar ke belakang, jauh sehingga terlihat seperti layang-layang putus yang meliuk di udara. Tubuhnya lantas membentur bagian depan teras bangunan Toko Alkimia Aros, yang kini hancur berantakan. 

Hoeks... Alkemis Alrin mengeluarkan seteguk darah kental.

   Buru-buru pria itu merogoh satu pil dari dalam cincinnya, dan langsung mengkonsumsinya. Penonton yang berada di area depan Toko Aros seketika menggigil ngeri

"Perintahkan manusia itu keluar, dan aku tidak akan menyakitimu lebih lanjut" titah Obydas. Suaranya memekakan telinga dan mata tajamnya semakin culas terlihat.

Mendadak satu suara lembut terdengar menyela keangkeran dan kegarangan suara Obydas.

"Tidak perlu repot-repot !" semua memalingkan wajah melihat ke arah suara itu.

   Semua terpukau melihat penampilan sosok yang baru bersuara itu. Wajahnya demikian muda dan tampan, terlihat bercahaya yang bersanding dengan rambut terang berkilauan seperti terang nya bintang. Sikap pembawaan pria itu terlihat agung dan memberi kesan segan pada siapa yang menatapnya.

   Obydas buru-buru bersuara keras, membuat suaranya terdengar semakin garang. Obydas sadar dengan satu hal. Aura dan pembawaan pria tampan itu seperti air hujan yang memadamkan api membara di suatu bukit sepi.

"Bagus.. jadi kamu adalah manusia yang aku cari !

   Hayo cepat berlutut dan Tuanmu ini akan membunuhmu dengan tidak meninggalkan rasa sakit" teriak Obydas pongah. Jelas pria keturunan Stimfalia ini ingin menarik kembali keangkeran dan kegagahannya yang baru saja di usir aura agung pria berjubah kelabu itu.

"Kamu pasti tinggal di tempat yang jauh dan demikian terbelakang" kata pria yang adalah Sima Yong itu. Lanjutnya..

"Aku yakin jika kamu berotak waras dan mengetahui berita-berita terbaru, aku yakin kamu akan terbirit-birit pergi jika tahu siapa aku" kata pria berjubah kelabu itu dalam suara mencibir. Wajahnya terlihat demikian menghina, sampai-sampai Obydas seketika terbakar amarah.

"Sombong !"

"Kau pikir kau siapa? Berani-beraninya kamu bertingkah arogan di depan SAGE ini?" suara Obydas terdengar mengerikan. Tangannya menunjuk ke arah Sima Yong dari ketinggian itu, lalu berteriak memberi instruksi.

"Bunuh dia dengan racun !"

Wush - Wush -Wush

   Ratusan ali-ali di tangan pasukan Stimfalia itu berputar lalu bom kotoran Stimfalia beracun itu melayang cepat, secepat meteor - siap membunuh siapapun yang berada di jalanan dekat Toko Aros.

"Mari kita"

"Mari kita pergi"

   Riuh suara kepakan sayap dari mahluk-mahluk avianse itu yang sadar akan bahaya dan mengambil sikap untuk terbang mencari perlindungan.

   Namun rupa-rupanya Obydas bukanlah sosok yang memiliki rasa iba dan belas kasihan. Dengan satu kode tertentu - setelah bom kotoran ditembakkan, puluhan Stimfalia lainnya menembakkan ratusan bulu-bulu mereka yang terbuat dari baja. 

   Suara lolongan dan jeritan pedih terdengar ketika beberapa avianse ras unggas yang mencoba pergi itu, mati tersambar ratusan bulu-bulu Stimfalia. Obydas lantas mempertontonkan wajah penuh rasa puas ketika melihat darah mengalir. Namun dia masih menantikan pertunjukkan lainnya, yaitu sosok-sosok mahluk yang akan mati dengan sesak nafas akibat bom kotoran beracun itu.

   Obydas ras Stimfalia itu tampak melongo ketika dia melihat pria muda berjubah kelabu itu melambaikan tangan pelan.

Wush - wush !

   Badai angin taufan seketika tercipta, dan membawa pergi bom kotoran Stimfalia, terbang menjauh dan meledak di tempat yang amat tinggi tak terjangkau siapapun.

"Siapa kamu?" tanya Obydas langsung mengubah sikap menjadi lebih sopan berhati-hati. Pada awalnya dia bersikap amat arogan dengan niat akan menyantap daging Sima Yong - untuk membantunya meningkatkan kultivasi Stimfalia nya. Namun ketika melihat anak muda itu mampu mengendalikan angin taufan dengan lambaian tangan, saat itu dia tersadar.

"Hanya ahli-ahli peringkat tinggi yang dapat mengendalikan elemen dunia yang disebut cakra itu.. apakah dia adalah ahli dari Benua Timur?.

   Anak muda berambut terang itu tidak menjawab pertanyaannya. Yang ada malahan pria itu terlihat mengangkat tangan kanannya, kelima jarinya terbuka lebar dan menunjuk ke arah pasukan Stimfalia yang terlihat mulai gentar di ketinggian sana.

   Semua ternganga namun terpesona ketika melihat api berwarna hitam dan kilatan putih nya keluar dari tangan si pria berjubah kelabu. Obydas mencium gelagat buruk dan dengan kekuatan penuh dia berteriak..

"Lari ! bubar !"

   Sayang seribu sayang bagi kelompok ratusan Stimfalia itu. Si jubah kelabu terlanjur mengucapkan kata-kata kutukan untuk sebuah sebuah teknik rahasia, yang terdengar mengerikan dalam nada yang demikian kuno.

"Black Fire !"

   Semua pasukan Stimfalia terlalu lambat untuk menyadari ketika ratusan anak panah yang terbuat dari api berwarna hitam melesat cepat, berkelebat mengunci ratusan pasukan Stimfalia itu.

"Api Surgawi Pembakar Jiwa" jerit Obydas ngeri.

Bersambung

   Dear pembaca, mohon untuk dukungan memberi like dan auto favorit novel ini agak membuat author meneruskan berkarya dengan novel lanjutan KDPU ini. Terima kasih <3

Menuju Kota Perdamaian

  Obydas, Praktisi keturunan Stimfalia itu menatap nanar ketika ratusan api hitam menyambar ratusan pasukan Stimfalia di udara, seperti sapuan kuas di satu kanvas. Obydas hanya dapat mendengar jerit tertahan dari ratusan Stimfalia itu, sebelum memudar menjadi debu, ketika Api Surgawi bernama Api Hitam Pembakar Jiwa ******* mereka.

"Terkutuk !" maki Obydas yang langsung meluapkan energi Qi ke dalam telapak tangannya, lalu berkelebat melompat ke s anak muda dalam tindakan untuk mati bersama. Ia berniat meledakkan bom kotoran Stimfalia bersama ratusan bulu Stimfalia baja yang menjadi semacam piauw atau senjata rahasia.

"Mati !" caci Obydas ketika ribuan bulu Stimfalia itu beterbangan dengan ujung-ujung yang runcing, siap-siap menembusi tubuh si jubah kelabu.

   Namun Obydas setelah Obydas merasa yakin seratus persen kalau dia akan membunuh pria itu dalam gerakan bunuh diri, tiba-tiba dia merasa terganggu dengan suara mengejek yang terdengar dari dengusan lawannya itu.

   Obydas tak dapat berkata-kata lebih lanjut ketika dia melihat di tangan pria berpakaian kelabu itu, satu cambuk besar berpijar-pijar seperti nyala api, namun api ini berwarna hitam kelam. Tak ada warna lain selain sedikit pulasan warna putih di ujung cambuk api hitam itu, yang kini seperti kepala ular tampak ganas menerkam Obydas.

"Lancang !" maki Obydas ketika melihat ujung cambuk api berwarna putih itu seperti akan menelan dirinya. Dia melempar sekantong penuh bom kotoran Stimfalia serta menggores senjata baja tajam berbentuk seperti bulu burung yang panjang. 

   Obydas menangis pilu ketika tanpa mengenal takut, kepala cambuk api berwarna putih itu mengalir deras dan memenggal tangannya yang lantas berubah menjadi abu. Adapun bomo kotoran burung serta bulu burung setajam pedang itu lenyap dalam kehampaan, ketika ditelan Api Surgawi Hitam

"Apakah ini?" Obydas seketika menjadi panik menatap tangan kanannya yang kini kuntung dengan rasa sakit tidak terkira. Sayap Obydas dengan cepat di kepakkan, membuat badai angin yang sangat kuat mengangkat tubuhnya lebih tinggi lagi, siap-siap melarikan diri.

   Suara ejekan berikutnya terdengar dari arah tanah, ketika Obydas mencuri-curi lihat kalau si jubah kelabu mengibaskan tangan kirinya. "Lightning " kata pria jubah kelabu.

"Tamat riwayatku" tangis Obydas, ketika dia melihat urat-urat petir dan kilat menyambar keluar dari tangan kiri pria itu.

Blam !

   Keberadaan Obydas seketika berubah menjadi hujan debu, lenyap tak berbekas ketika cakra petir yang dilepaskan si anak muda melalap dirinya tidak tersisa. Bahkan di dalam mimpi sekalipun Obydas tidak akan pernah bermimpi bahwa kematiannya akan terjadi hari ini, hari dimana dia dengan arogan menantang seorang pria muda yang dalam waktu belakangan ini sedang harum namanya setelah menewaskan dua makhluk mitology keturunan dewa petir.

   Semua penduduk di Kota Terminus terdiam dan kelu. Obydas dan pasukan Stimfalia ini telah sekian lama menjadi momok mengerikan bagi semua ras keturunan avianse seperti mereka. Obydas dan kelompoknya ini bahkan selalu meminta upeti dari Tuan Kota Terminus, sehingga rakyat dan penghuni kota ikut-ikutan terbebani untuk membayar upeti kepada Obydas dan kelompoknya.

   Seketika nama Sima Yong si anak muda menjadi buah bibir di Kota Terminus. Banyak yang kemudian mengelu-elukan anak muda itu dan berniat menjamu dia demi membina hubungan agar masa depan serta keamanan hidup mereka akan lebih terjamin di Realm yang keras kehidupannya.

   Namun Alkemis Alrin yang sejak awal-awal memang telah bertekad untuk membina persahabatan yang mendalam dengan Sima Yong, buru-buru mengajak si anak muda untuk kembali kedalam Toko Arros miliknya.

   Alkemis Alrin yang terlihat baik-baik saja setelah mengkonsumsi pil penyembuhannya berkata kepada Sima Yong.

"Tuan muda, anda telah menyelamatkan jiwa tua ku ini dari ancaman pembunuhan Obydas tadi.

   Orang tua ini akan merasa sangat bersalah, jika tidak membalas budi baik anda dengan menjamu mu selama tuan berada di Kota Terminus ini.

   Ijinkan aku menawarkan Tuan muda dan peri kecil ini untuk menginap dan menikmati jamuan dari kami, ras keturunan Amardyl, selama anda masih di Kota Terminus ini.

   Sima Yong melihat tidak ada salahnya menerima kebaikan dari Alkemis Alrin, lantas bersedia untuk tinggal di paviliun Alkemis Alrin yang ternyata berada di bagian belakang Toko Arros.

   Pemandangan dari kamar milik nya, di atas tebing tinggi Kota Terminus itu, membuat Sima Yong dapat menatap langsung hamparan awan yang terlihat seperti permadani putih, mengelilingi Kota Terminus.

   Sebenarnya, ketika Sima Yong berada di dalam Laboratorium yang ia sewa dari Alkemis Alrin, dia tersentak ketika menyadari bahwa dirinya memiliki satu api surgawi yang berwarna hitam itu. Bahkan Api Hitam Pembakar jiwa ini adalah api surgawi yang berada pada peringkat dua dari total lima api surgawi di dunia ini.

   Teknik Cakra adalah penguasaan Elemen dunia, yang penggunaannya tidak berbeda jauh dengan teknik sihir yang dikuasai para elementalist. Jika pada teknik sihir, mengendalikan satu unsur atau elemen, lebih banyak harus didasarkan pada sifat bawaan seorang penyihir atau magus, di dalam teknik cakra adalah penggunaan energi hawa murni lebih dimanfaatkan untuk memanipulasi dan menguasai satu unsur dunia.

   Energi sihir atau kemampuan sihir yang paling kuat adalah elemen api, hanya kalah setingkat dibanding kemampuan sihir berbahan dasar hitam. Keberadaan energi hitam ini telah lama pudar dari Benua Silver, sehingga Sima Yong langsung tahu kalau Api Hitam Pembakar jiwanya adalah tiket perjalanannya untuk menguasai cakra api.

   Dengan berhasilnya ia menyuling Sarung Tangan Gemuruh Pemecah Roh membuat Sima Yong memutar otaknya, untuk mengubah kemampuan penguasaan Api Hitam Surgawi dan mengubah teknik itu menjadi cakra api.

   Itulah sebabnya Sima Yong menambah waktu sewa laboratorium Toko Alkimia Arros, demia mengolah Api Hitam itu menjadi cakra api, dengan memanfaatkan Sarung tangan Gemuruh Pemecah Roh sebagai katalisator cakra api nya. 

   Hati nya menjadi amat senang, ketika pada akhirnya dia dapat memanipulasi Api Hitam Pembakar Jiwa menjadi satu cakra api yang sangat mengerikan melengkapi cakra petir dan kilat yang telah menjadi kemampuan dasar sarung tangan itu.

"Stimfalia serta kawanannya menjadi bahan uji coba cakra api hitam dan cakra petir, tanpa perlu merasa bersalah dengan Tuan Alrin, ketika wayang orang-orangannya rusak" batin Sima Yong sambil terbang di atas satu mahluk terbang bernama Griffin.

   Pada saat mengucapkan kata-kata perpisahan dengan Alkemis Alrin, setelah menginap sehari di Paviliun Arros, Tuan Alrin meminjamkan Sima Yong dan Mismaya untuk menggunakan Griffin untuk melengkapi perjalanan mereka menuju Kota Perdamaian.

   Griffin adalah mahluk mitologi yang memiliki sayap seekor elang, kaki singa dan kepala rajawali. Konon mahluk ini adalah keturunan makhluk penjaga Dewa Matahari Apollo.

   Meskipun tidak secepat daya terbang Vermillion yang ia bawa dari Benua Penyaringan Dewa, namun Griffin ini menunjukkan kelasnya sebagai makhluk mitology kepunyaan dewa matahari. Griffin itu terbang dengan cepat, sehingga mempermudah mereka berdua dalam perjalanan ini, mengingat Mismaya adalah peri biasa dengan energi terbatas, bukan seorang praktisi bela diri dengan energi Qi tak terbatas.

"Aku akan mampir setelah menyelesaikan misi ku, dan akan mengembalikan Griffin ini kepada anda" kata Sima Yong kepada Alkemis Alrin, ketika mereka berpisah di tepi jurang Kota Terminus.  

   

Bersambung

   Dear pembaca, mohon untuk dukungan memberi like dan auto favorit novel ini agak membuat author meneruskan berkarya dengan novel lanjutan KDPU ini. Terima kasih <3

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!