NovelToon NovelToon

My Girlfriend Is Vampire

Pertemuan

Malam begitu sunyi dan sepi. Tanpa bulan tanpa bintang. Langit malam tertutupi awan dan menyembunyikan sinar bulan di balik gulungan awan hitam yang pekat. Dan di tengah derasnya hujan yang turun, terlihat seorang gadis berlari tunggang langgang seperti di kejar sesuatu.

Gadis itu terus berlari dengan sekuat tenaga yang dia miliki sambil sesekali menengok kebelakang, dan sesuatu masih mengenarnya. Namun naas, gadis itu malah memasuki sebuah gang sempit dan buntu.

"Mau lari kemana lagi kau, Betina? Malam ini kau akan menjadi santapanku dan penghilang rasa dahagaku!" ucap sosok itu yang berjenis kelamin laki-laki.

Gadis itu terus bergerak mundur dengan raut wajah menunjukkan jika dia sedang ketakutan. "Santai, Sayang. Aku tidak Akan membuatmu kesakitan." Ucap sosok itu menunjukkan taringnya dengan senyum tajamnya.

Dan gadis itu rasanya tidak ingin mempercayai dengan apa yang telah di lihat oleh mata kepalanya, tapi apa yang dia lihat dan sosok yang berdiri dihadapannya begitu nyata.

"Ka-kau seorang, Vampire?" lirihnya tak percaya.

Gadis itu terus bergerak mundur saat melihat mahluk penghisap darah itu berjalan semakin mendekat kearahnya. Di ingin sekali berlari tapi kedua kalinya terasa lemas. "Tolong jangan membunuhku. Aku mohon, aku masih ingin hidup." Seru gadis itu memohon.

"Jangan memohon padaku, Manusia!! Karena aku tidak akan melepaskanmu ... makananku yang berharga!" ucap vampir itu dan langsung menerkam mangsanya.

Taringnya yang panjang nan tajam menyentuh permukaan leher gadis itu. Dingin nan tajam perlahan menusuk ke dalam kulitnya dan mengoyak lehernya, membuat kedua mata gadis itu membelalak sempurna dengan kedua tangan terkepal kuat.

Dia ingin sekali berteriak tapi suaranya tidak mau keluar dan tertahan ditenggorokkannya. Tidak ada lagi tenaga yang tersisa, kedua tangannya yang semula terkepal perlahan terbuka dan terkulai di tanah.

CRASS!!!

Hening sesaat ... dan saking heningnya bahkan suara binatang malam pun tak terdengar sama sekali. Hingga kemunculan lima sosok misterius di sana. Kelimanya berdiri di depan jasad gadis malang itu yang telah terkulai di tanah dalam keadaan tak bernyawa.

"Yakk! Panda Jelek, itu mangsaku kenapa malah kau sikat juga?"

Sosok laki-laki yang dipanggil 'Panda Jelek' itu mengangkat bahu acuh. "Salah sendiri kau terlalu lamban jadi orang. Lagi pula siapa cepat maka dia yang dapat. Dan akulah pemenangnya, soo ... terima saja kekalahanmu itu. Oke!"

Mengabaikan kedua rekannya yang sedang sibuk berdebat. Lucas, sang pemimpin para hunter segera melangkahkan kedua kalinya dan melenggang pergi dari sana di susul dua orang lainnya. Sadar jika dirinya telah ditinggalkan. Buru-buru mereka berdua mengejar ketiga seniornya yang sudah pergi mendahului mereka.

"Yakk ... tunggu kami!"

-

-

CLUB MALAM!

Apa yang kalian pikirkan dengan yang namanya club malam? Club malam tentu saja identik dengan kehidupan malam. Kehidupan yang terkenal kejam dan menyesatkan. Berbagai kesenangan dan kepuasan duniawi dapat di temui dengan mudahnya di sana.

Di tengah dentuman keras musik yang dimainkan oleh seorang DJ dan cahaya remang-remang. Sekelompok anak muda terlihat memasuki salah satu club malam yang cukup terkenal yang terletak di jantung kota Vancouver.

Dan tentu saja bukan tanpa tujuan kedatangan mereka. Bukan untuk bersenang-senang ataupun hanya sekedar mencuci mata saja. Ada yang mereka cari.

Namun bukan sebuah kepuasan duniawi, melainkan sekelompok mahluk penghisap darah yang keberadaannya cukup meremasahkan. Dan club malam tersebut adalah salah satu sarang mereka yang cukup terkenal.

Dan kedatangan mereka di sana langsung di sambut oleh sebuh pemandangan yang mampu membangkitkan birahi siapa pun yang melihatnya. Puluhan wanita bertubuh molek dan berpakaian sexy terlihat berjalan mondar-mandir untuk menjajahkan diri pada para hidung belang untuk bisa mendapatkan pundi-pundi dolar yang tak sedikit jumlahnya.

"Wow, amazing. Lihatlah, Ge. Betapa menggodanya wanita-wanita di sini." Seru Tao tanpa berkedip sedikit pun. Kedua matanya tak lepas sedikit pun dari para wanita yang terus berjalan mondar-mandir didepannya.

"Kau benar sekali, Panda. Dan bagaimana jika sebaiknya sekarang kita turun kemudian bergabung bersama mereka di bawah sana?" sahut Kai menimpali dan begitu bersemangat.

"Aku rasa itu bukan ide yang buruk." Jawab Tao dengan gembira.

Tapi langkah keduanya harus terhenti karna rangkulan pada bahunya. "Dan kalian tidak akan kemana-mana tanpa diriku." Ucap orang itu yang pastinya adalah Carl Wu.

Di saat ketiga rekannya terbius dengan kecantikan paras dan kemolekan tubuh para wanita pribumi, hal berbeda justru ditunjukkan oleh Lucas. Dia mengabaikan mereka yang sedang sibuk berburu kenikmatan. Lucas memilih pergi ke konter bar dan duduk dengan nyaman di sana.

"Lu, kenapa kau tidak ikut dan gabung bersama mereka?" tegur seorang wanita yang entah dari mana datangnya tiba-tiba saja sudah ada disamping Lucas.

Dengan enggan Lucas menoleh dan menatap datar wanita yang duduk disampingnya. Dan melihat kedatangan wanita itu membuat mood Lucas drop seketika. Wanita itu merupakan rekan satu tim Lucas dan merupakan satu-satunya wanita dalam timnya.

Sikap dingin Lucas padanya tentu bukan tanpa alasan. Wanita itu sebenarnya adalah mantan kekasih Lucas. Dua tahun yang lalu Lucas memutuskannya karena wanita itu ketahuan berselingkuh dengan teman satu kampus Lucas.

"Malas." Jawab Lucas dingin dan acuh tak acuh.

"Aku sudah menduganya. Kalau begitu aku akan menemanimu di sini karena pasti sangat tidak nyaman jika hanya sendiri saja." ucap wanita itu namun tak ada respon dari Lucas. Laki-laki itu diam 1000 bahasa dan menyibukkan diri dengan wine ditangannya.

Tiba-tiba wanita itu terdiam. Lalu dia menggulirkan pandangannya pada Lucas. "Lu, apa kita tidak bisa kembali lagi seperti dulu dan memulai semuanya dari awal?"

"Apa maksudmu?" Lucas memicingkan matanya dan menatap wanita itu seperti biasa, dingin.

"Lu, jika aku boleh jujur, sebenarnya aku masih sangat mencintaimu bahkan sampai detik ini. Aku akui, aku memang pernah membuat sebuah kesalahan yang fatal. Aku bersikap bodoh dengan menduakanmu dengan menghianati kesetiaanmu. Dan aku sangat menyesal, berikan kesempatan kedua untukku. Aku berjanji tidak akan mengulang kesalahan yang sama dengan menghianatimu dan menduakan cintamu."

"Sudah basa-basinya?" sinis Lucas seraya menatap tajam wanita disampingnya. Tatapannya begitu menusuk. "Jika sudah, pergilah dari sini. Aku sudah muak padamu!! Dan sebaiknya jangan pernah menyimpan harapan apapun padaku karena aku tidak akan pernah kembali padamu! Pergilah, aku tidak ingin melihat wajahmu disini."

Wanita itu mengepalkan tangannya. Dengan perasaan sedih dan marah. Karina beranjak dan pergi begitu saja meninggalkan Lucas sendiri di sana.

"Berikan aku satu gelas lagi." Pintanya pada seorang bar tender

Dan tak berselang lama setelah kepergian Karina. Terlihat seorang wanita berkebangsaan Rusia datang menghampiri Lucas. Wanita itu kemudian menggerakkan jari-jarinya pada punggung Lucas dengan gerakkan sens*al yang terus merambat turun menuju dada bidang yang tersembunyi di balik kemeja hitam lengan terbuka yang dia pakai.

"Hai, tampan, sendirian saja. Boleh aku temani?" Alih-alih sebuah sambutan manis. Malah tatapan dingin super tajam yang dia dapatkan.

Wanita itu duduk di pangkuan Lucas dan mengalungkan kedua tangannya pada leher kekar itu. Mendekatkan wajahnya dengan perlahan pada leher Lucas lalu menjilatinya. Dan apa yang wanita itu lakukan membuat Lucas merasa jijik.

BRUGG....!!!!

Dengan kasar Lucas mendorong tubuh wanita itu hingga dia tersungkur di lantai. Terlihat wanita itu mengadu kesakitan namun tak Lucas hiraukan. "Enyah kau dari hadapanku wanita ******!" bentak Lucas penuh emosi.

"Apa-apaan kau ini? Apa kau tidak bisa bersikap lebih lembut pada wanita? Dia sedang mabuk, seharusnya kau bisa lebih mengerti dan memaklumi." Dan di saat bersamaan, seorang gadis berdarah Korea-America tiba-tiba saja muncul dan memarahi Lucas. Gadis itu kemudian membantu wanita mabuk itu untuk berdiri.

"Viona Jung, kau kah ini? Hahaha, aku sudah menduganya. Kau memang temanku yang paling baik."

"Diamlah. Nathasya, berhentilah berulah. Jika kau berani macam-macam lagi aku tidak akan segan-segan untuk meninggalkanmu di sini. Dan aku tidak peduli meskipun kau itu temanku sekali pun. Kau mengerti!" omel gadis bernama Viona Jung itu pada temannya yang merupakan seorang gadis Rusia.

Hawa dingin dapat Lucas rasakan menusuk sampai ke dalam pori-pori kulitnya ketika melihat tatapan dingin gadis itu saat melihatnya, hingga menimbulkan rasa penasaran yang begitu besar pada diri Lucas.

Dan pertemuan singkatnya itu tak bisa membuat Lucas mengenyahkan apalagi membuang gadis itu dari pikirannya. Bukan karena Lucas tertarik padanya atau karena kecantikannya yang luar biasa, namun karena Aura tak biasa yang terpancar dari tubuhnya. Dan ada beberapa pertanyaan yang bersarang di benak Lucas akan siapa gadis itu sebenarnya!...

.

.

BERSAMBUNG.

Vampir Vegetarian

"Apa yang sedang kau lihat?" tegur seseorang dari arah belakang.

Lucas menoleh setelah mendengar suara berat seorang pria masuk dan berkaur di dalam telinganya. Carl datang menghampiri dan pria itu menatapnya penasaran. "Apa kau melihat gadis yang baru saja pergi dari sini, Ge?" tanya Lucas pada Carl.

Carl memicingkan matanya dan tersenyum jahil. "Gadis yang mana? Jangan bilang gadis cantik yang mirip boneka itu ya? Kenapa? Apa kau tertarik padanya?" goda Carl dengan gerlingan nakalnya.

Lucas mendengus berat. "Bukan karena hal itu bodoh. Tapi ada hal lain yang mengganggu pikiranku." jawabnya.

Carl menepuk bahu Lucas dan menatapnya serius. "Terlalu banyak yang kau fikirkan, Lu. Sampai-sampai hal kecil yang kurang mengenakkan pun langsung mengganggu dan memenuhi fikiranmu." ujar Carl.

"Entahlah, mungkin saja."

Tapi satu hal yang tidak pernah Lucas sadari. Jika pertemuan singkatnya itu adalah sebuah awal. Bahwa nantinya mereka akan menjadi satu jiwa yang mati bila dipisahkan dan terjebak dalam sebuah ikatan yang sulit untuk diretaskan. Dan pertemuan singkat mereka bukanlah sebuah kebetulan semata, melainkan takdir yang memang telah digariskan.

"Siapa gadis itu sebenarnya?" batin Lucas penasaran. Dia terus menatap punggung gadis itu yang semakin menjauh.

Carl menggaruk tengkuknya penuh kebingungan. "Aneh. Kenapa hawa di tempat ini tiba-tiba kembali hangat padahal sebelumnya sangat dingin. Mungkinkah ada mahluk penghisap darah di sekitar sini?"

-

-

Brugg...!!!

"Aduh sakit!!"

Nathasya meringis sambil mengadu kesakitan. Salah satu tangannya mengusap pantatnya yang terasa ngilu akibat ulah gadis berdarah Korea-America yang pastinya adalah Viona. Dengan seenaknya, dia menjatuhkan tubuh Nathasya pada aspal yang dingin dan keras.

"Viona Jung, apa-apaan kau ini? Sakit tau," keluh Nathasya menggerutu.

Alih-alih mendapatkan permintaan maaf dari Stella, Nathasya malah di hadiahi sebuah tatapan tajam oleh temannya itu. Gadis itu benar-benar di buat kesal setengah mati oleh kelakuan temannya tersebut. Dan ini bukan yang pertama kalinya Nathasya membuat ulah di bar hingga Viona mau tidak mau harus turun tangan untuk mengatasinya.

"Kau benar-benar keterlaluan, Nathasya. Dan sampai kapan kau akan terus mempermalukan dirimu sendiri seperti tadi? Di mana harga dirimu sebagai seorang wanita? Jika saja kau berani berulah dan membuat masalah lagi. Jangan salahkan aku jika aku sampai membiarkanmu, dan kau harus menyelesaikan masalahmu sendiri!" ujar Viona dan pergi begitu saja.

"Hei, Viona Jung... tunggu aku!"

Tidak ingin ditinggalkan oleh Viona. Nathasya segera berdiri dan mengejar gadis bermarga Jung tersebut. Tapi sayangnya usahanya sia-sia karena pengaruh alkohol yang tinggi, tubuh Nathasya malah terjungkal. Viona mendengus berat.

"Ck, merepotkan saja." Gerutu Stella sambil menghampiri Nathasya.

Meskipun Viona sudah mengatakan jika dirinya tidak akan peduli lagi. Tapi dia tetap tidak tega untuk meninggalkannya. Bagaimana pun juga Nathasya adalah temannya, dan dia memiliki hutang budi padanya.

Dan sementara itu....

Di tempat dan lokasi berbeda. Terlihat Lucas yang sedang duduk termenung di atap bar. Menatap gemerlap kota Vancouver yang terlihat indah dari atas sana. Kepulan asap putih mengepul dari mulutnya, tidak ada seorang pun yang menemaninya selain sebatang nikotin yang sejak tadi dia nikmati.

Rasa penasaran akan sosok gadis itu kembali memenuhi pikiran Lucas. Bukan karena Lucas menaruh hati padanya, atau karena kecantikkannya yang melewati batas normal manusia biasa. Dan jika boleh jujur, gadis itu adalah gadis tercantik yang pernah Lucas temui dalam hidupnya.

Lucas mendesah berat. Sekali lagi rasa penasarannya yang terlalu besar mengacaukan pikirannya. Sungguh, bukan karena dia tertarik pada Viona, tapi karena Aura tak biasa yang dipancarkan dari tubuhnya.

Derap langkah kaki seseorang yang datang sedikit menyita perhatiannya. Lucas sedikit menolehkan kepalanya dan melirik orang itu dari ekor matanya. "Masih memikirkan gadis misterius itu?" tebak Carl 100% benar. Tapi tidak ada jawaban dan kediaman Lucas, Carl anggap sebagai jawaban.

Carl menepuk bahu Lucas. "Tidak usah terlalu dipikirkan. Dan rasa penasaranmu itu pasti akan terjawab semuanya jika tadir kembali mempertemukan kalian berdua. Dan siapa pun dia, hanya waktu yang bisa menjawabnya."

"Tapi bukan hanya itu masalahnya, Ge. Yang membuatku semakin penasaran adalah saat aku mencoba mambaca pikirannya tapi aku tidak bisa, seperti ada kabut tipis yang menghalangi saat aku ingin membaca pikirannya. Dan hal semacam ini baru pertama kalinya terjadi. Jika saja dia manusia biasa pasti aku sudah membaca pikirannya. Atau mungkinkah dia adalah seorang ... Vampire?"

-

-

"Hoek,"

Stella hampir saja muntah saat tiba dirumahnya dan mendapati tiga orang yang masih satu klan dengannya sedang berkumpul di meja makan menikmati daging mentah yang masih berlumur darah. Di samping daging itu ada beberapa gelas berisi cairan merah yang memiliki aroma mirip besi berkarat.

"Kalian bertiga menjijikkan," cibir Viona sambil memegangi perutnya yang terasa mual.

Dan kedatangan Viona di sana menyita perhatian mereka bertiga. Ketiganya terlihat melambai pada gadis itu dan memintanya untuk ikut bergabung bersama mereka. Tapi sayangnya Viona menolaknya dengan mentah-mentah. Meskipun dia seorang vampir, tapi Viona tidak pernah tertarik pada daging mentah apalagi darah. Percaya atau tidak, dia adalah seorang vampire vegetarian.

"Nona, sampai kapan kau akan berdiri di sana? Kemarilah dan kita makan malam sama-sama. Malam ini kami mendapatkan buruan rusa cukup besar."

"Tidak mau, lagi pula aku bukanlah kanibal seperti kalian." Sinis Viona menyahuti.

"Nona, kau itu sungguh aneh. Jelas-jelas kau sama seperti kami, tapi kenapa kau tidak menyukai darah segar dan daging mentah?"

Meskipun mereka bertiga dari bangsa vampir. Tapi sekali pun mereka belun pernah merasakan segar dan nikmatnya darah manusia meskipun hanya satu tetes saja. Ketiga vampir itu memegang teguh sumpahnya pada sang Agung jika mereka tidak akan mengusik kaun manusia, apalagi membahayakan kaum lemah itu.

"Aku ini memang seorang vampir, tapi sayangnya aku tidaklah menjijikkan seperti kalian." Sinis Viona menyahuti. "Kakak!" Ketiga vampir itu langsung menutup rapat-rapat telinganya mendengar suara lumba-lumba Viona.

Gadis itu berjalan menaikki tangga menuju kamar kakaknya yang berada di lantai dua. Dan dobrakkan keras pada pintu mengejutkan semua orang di dalam ruangan itu. Nyaris saja jantung mereka copot karena ulah bungsu Jung tersebut. Seorang wanita bertubuh mungil bangkit dari duduknya dan menghampiri sang adik.

"Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat cemberut begitu?" tanya wanita itu penasaran.

"Kak, apa kau tau jika malam ini adalah malam yang paling buruk dalam hidupku. Pertama, Nathasya membuat keributan lagi di bar. Dan kemudian aku bertemu dengan laki-laki kasar dan yang terakhir, ketiga kanibal itu membuatku ingin muntah.

Ellena mendengus berat. "Ya sudah tidak usah dipikirkan lagi. Pergilah kekamarmu dan segera tidur ini sudah hampir tengah malam." Ellena mengusap wajah adiknya dengan penuh sayang. Gadis itu mengangguk patuh.

"Baiklah, aku akan tidur sekarang. Kakak juga segera tidur, good night." Viona mencium pipi kakaknya dan pergi begitu sja. Sedangkan Ellena hanya bisa mendengus dan memggelengkan kepala melihat tingkah sang adik yang terkadang masih suka kekanakan.

-

-

Kebencian Lucas pada mahluk penghisap darah memang bukan lagi rahasia. Lucas memiliki dendam kesumat pada kaum mereka. Karena vampir, Lucas harus kehilangan seluruh keluarganya. Kaum vampir membantai seluruh keluarganya termasuk saudari perempuannya.

Bagi kaum vampire, keberadaan Dark Lephrica adalah sebuah ancaman terbesar dan itulah kenapa para vampir membantai semua Lephrica yang ada, dan Lucas adalah satu-satunya Dark Lephrica yang tersisa. Dan selama bertahun-tahun. Lucas hidup dalam dendam dan kebencian, dan karena dendam itu juga kini Lucas menjadi seorang hunter yang hebat.

Tidak terlihat ada yang istimewa pada dirinya. Lucas sama seperti kebanyakkan laki-laki pada umumnya. Jika saat malam hari, sosoknya menjelma menjadi seorang Hunter yang paling di waspadai oleh bangsa vampire. Akan tetapi, saat siang hari dia hanyalah pemuda biasa.

Lucas adalah pria tampan berhati dingin, dia tidak pernah tertarik untuk berinteraksi dengan dunia luar dan dia lebih suka menghabiskan waktunya untuk latihan dan mempelajari segala hal yang berhubungan dengan vampire.

Dan ketika malam tiba, Lucas menjelma menjadi sosok yang bringas dan tidak mengenal kata ampun. Kehadirannya menjadi momok tersendiri bagi kaum vampire karena kebringasannya dalam menghabisi para buruannya.

"Lu, aku ada di dalam? Boleh aku masuk?" seru seseorang dari luar kamar Lucas.

Tak berselang lama pintu kamar Lucas di buka dari luar dan sosok Karina meliukkan tubuhnya memasuki kamar pemuda bermarga Xiao tersebut. "Mau apa kau datang kemari?" sinia Lucas tak bersahabat.

"Jangan terlalu dingin padaku. Aku datang untuk mengingatkanmu makan. Sejak pagi kau belum makan apapun, bagaimana kalau aku siapkan makanan kesukaanmu?"

"Tidak perlu. Keluarlah dari sini dan sebaiknya kau segera mempersiapkan diri untuk perburuan malam ini. Dan aku tidak akan segan-segan untuk membuangmu dari tim ini jika kau tidak bisa serius apalagi bersikap profesional." Ujar Lucas tajam.

"Lucas," kaget Karina mendengar kalimat-kalimat tajam Lucas.

Hati Karina rasanya seperti tertohok mendengar apa yang Lucas katakan. "Apa sebenci itu kau padaku? Semua orang pernah melakukan kesalahan karena manusia bukanlah dewa yang selalu maha benar. Seharusnya kau bisa bersikap lebih lembut padaku dan memaafkanku. Dan apakah kesalahanku tidak akan pernah termaafkan olehmu, sampai-sampai kau begitu kejam padaku."

"Karina, cukup! Hentikan drama murahanmu ini dan apa kau fikir aku akan luluh hanya dengan melihat air matamu itu? Keluar kau dari kamarku, KELUAR!" Karina menghentakkan kakinya. Dengan kesal, kemudian wanita itu berbalik dan pergi begitu saja.

Setibanya di luar, Karina langsung di sambut oleh Kai yang begitu menikmati ketika tau jika dirinya di bentak dan di usir oleh Lucas. "Apa lihat-lihat!"

"Yeee.. Siapa juga yang melihatmu, kau ini percaya diri sekali. Dan lagi pula apakah situ Artis sampai-sampai harus selalu diperhatikan." Sinis Kai mencibir.

"Dasar hitam menyebalkan, mati saja kau." Karina mendorong Kai dan melewatinya begitu saja.

Emosinya benar-benar di uji oleh pemuda berkulit tan tersebut. Sedangkan tawa Kai langsung meledak. Ada kepuasan tersendiri dalam hatinya melihat wanita itu tersiksa.

-

-

BERSAMBUNG.

Wanita Misterius

Lucas berjalan lurus menuju jendela kamarnya untuk melihat cuaca hari ini. Melibat cuacanya cukup mendukung, Lucas pun memutuskan untuk pergi jalan-jalan keluar.

Lucas melangkahkan kakinya dengan tenang di area Vancouver Chinese Garden. Vancouver Chinese Garden sendiri adalah taman klasik bergaya khas Tiongkok yang terletak di Carall Strett, China Stown, Vancouver. Dan ketika berada di taman ini Lucas merasa seperti ada dinegerinya sendiri meskipun saat ini dirinya tengah berada di negeri orang.

Ketika dia merindukan kampung halamannya. Pasti Lucas selalu mengunjungi Vancouver Chinese Garden. Lelah berjalan, Lucas memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah jembatan yang menghubungkan dua taman dengan sebuah anak sungai buatan.

Pemuda itu menarik sudut bibirnya dan mengurai senyum setipis kertas melihat ikan warna-warni yang menjadi penghuni anak sungai buatan di bawah sana. Kemudian Lucas mengedarkan pandangannya dan tanpa sengaja iris matanya yang dingin menangkap sebuah objek yang seketika menarik semua atensinya berdiri tak jauh dari tempatnya berada.

"Gadis itu?"

-

-

Tiga orang sahabat terlihat berjalan beriringan menikmati keindahan Vancouver Chinese Garden. Hari ini Viona, Chika dan Ara memutuskan untuk mendatangi taman klasik itu karena mereka bertiga sudah lama tidak datang ke sana. Bermodalkan Camera 5D Mark IV, Viona mengabadikan setiap moment dan beberapa objek yang menarik perhatiannya.

Beberapa kali Viona berhenti hanya untuk memotret bunga-bunga cantik yang dia lihat dan beberapa anak kecil yang sedang asik bermain di sana. Gadis itu tersenyum setiap kali melihat hasil bidikannya yang begitu memuaskan.

"Hei, Viona Jung, cepat sedikit." Teriak Chika dan Ara pada gadis bermarga Jung tersebut.

Viona mendengus dan menggembungkan pipinya kesal. Kebiasaan yang selalu dia lakukan ketika sedang kesal ataupun marah. Sambil menghentakkan kakinya, Viona menghampiri kedua sahabatnya itu dan mereka melanjutkan langkahnya untuk menikmati keindahan taman.

Meskipun saat ini mereka bertiga sedang berada di negeri orang. Tapi setidaknya mereka bisa merasakan suasana Asia.

Viona menghentikan langkahnya saat iris abu-abunya tanpa sengaja melihat siluet pria yang wajahnya terlihat tak asing. Tubuh kekarnya dalam balutan jeans hitam dan kemeja dengan warna senada berlengan terbuka berdiri di tengah jembatan yang akan dia, Ara dan Chika lewati.

Tampak gadis itu berfikir di mana pernah bertemu dengan pemuda itu sebelumnya. Kedua matanya lantas membelalak. "Ya Tuhan, diakan orang yang aku marahi kemarin malam karena kelakuan, Nathasya." pekik Viona membatin.

Deggg..!!

Viona tersentak kaget saat melihat pemuda itu tiba-tiba saja menoleh dan membuat mata mereka saling bersirobok. Cukup lama mereka berdua saling menatap dalam diam, dan dalam tatapan itu, Viona mencoba membaca pikiran pemuda berwajah stoic tersebut tapi tidak bisa.

Tubuh Viona sedikit terhuyung. Ia merasakan sesuatu yang aneh setelah menatap mata itu cukup lama, dan hal itu segera mengakhiri kontak diantara mereka berdua.

"Nona Jung, sebenarnya apa yang sedang kau lihat?" tegur Chika penasaran.

Viona lantas menggeleng. "Bukan apa-apa. Sudahlah ayo," kemudian dia berjalan mendahului mereka berdua. Jantungnya berdegup kencang saat jaraknya dan pemuda itu semakin dekat. Sepasang mata coklat itu terus menatapnya datar dan membuat Viona sedikit salah tingkah.

Dan pemuda itu yang pastinya adalah Lucas menutup matanya rapat-rapat ketika aroma yang begitu harum dan manis berkaur di dalam hidungnya tepat saat Viona melewatinya. Sontak Lucas menoleh dan menatap punggung Stella yang semakin menjauh dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

"Aroma ini, mungkinkah dia adalah seorang ... Viero?"

-

-

Malam datang begitu cepat. Suasana malam ini tampak mencekam membuat hati waswas. Bulan sabit yang biasanya melengkung indah kini tampak redup karna tertutup awan kelabu yang menggantung. Membuat suasana malam yang kelam semakin terasa mencekam.

Di jalanan kota yang tampak ramai. Sekelompok manusia dalam balutan pakaian serba hitam dengan persenjaan lengkap yang biasa mereka gunakan untuk memburu para mahluk penghisap darah berbaur dengan manusia lainnya. Penampilan mereka sangat kontras dengan warga lainnya dan terkesan misterius.

Salah satu dari kelima orang tersebut tiba-tiba menghentikan langkahnya dan instingnya yang sangat tajam merasakan adanya pergerakan dari tiga penjuru arah yang berbeda.

"Tao, Kai. Kalian berdua pergilah ke utara. Carl dan Karina pergi ke timur." perintah Lucas pada anggota timnya.

Dari kejauhan Lucas melihat seorang wanita berlari tergesa-gesa sambil sesekali menoleh kebelakang. Nafasnya memburu tak beraturan. Gang sempit yang dia lewati tampak menyeramkan, suasananya begitu sepi ditambah lagi dengan tumbuhan menjalar yang memenuhi sisi kanan dan kiri dinding gang.

Wanita itu terus berlari dan mahluk yang sedari tadi mengejarnya ternyata masih ada dibelakangnya. Mahluk itu menyeringai tajam. Wanita itu terus memohon sambil menangis supaya dirinya dilepaskan namun sayangnya mahluk itu tidak mengabulkannya dan tetap mengejarnya.

Wanita itu ingin sekali berhenti karena sudah lelah, dia terlalu lama berlari tapi keadaannya sangat tidak memungkinkan baginya. Karena jika dirinya berhenti sekarang pasti mahluk berkulit pucat dan bertaring panjang itu akan langsung menangkapnya.

Brugg...!!

Namun takdir berkata lain. Kakinya malah tersandung batu dan jatuh tersungkur sambil membelalakkan matanya pada sosok vampire itu dengan nanar dan ketakutan. "Ku mohon jangan lakukan itu padaku, jangan memangsaku. Apa salahku padamu."

Perempuan itu bergerak mundur dalam posisi duduknya. Ia ingin sekali berdiri dan berlari tapi lututnya terluka dan berdarah, dan hal itu membuatnya semakin sulit. Perempuan itu menutup matanya melihat mahluk itu ambruk kearahnya dan...

Crasss...!!

Sebuah belati perak melesat dari arah belakang dan menancap pada punggung vampir itu diikuti dengan datangnya sosok tampan berpakaian serba hitam dengan tatapan setajan elang yang langsung mendorong tubuh mahluk itu hingga menabrak dinding. Dan dengan sekali hunusan saja, sosok itu melebur menjadi abu yang kemudian lenyap terbawa angin.

"Pergilah dari sini sebelum mereka datang lagi. Tempat seperti ini tidak aman untuk wanita sepertimu." ujarnya.

Lucas meninggalkan wanita itu begitu saja dan pergi ke salah satu gedung tertinggi di kota Vancouver. Instingnya mengatakan jika keempat rekannya berada di pusat kota dan benar dugaannya. Mereka sedang bertarung melawan para vampire tingkat 3 dan sedikit terdesak. Tanpa membuang waktu, Lucas pun segera bergabung dengan mereka.

Pertarungan antara hunter dan vampir berlangsung semakin sengit. Mahluk penghisap darah yang para hunter hadapi malam ini sedikit berbeda dengan yang mereka hadapi sebelumnya. "Berhati-hatilah mereka sangat bringas dan berbahaya." Seru Lucas memperingatkan.

Carl menoleh. "Lucas." Dia bisa menghela nafas lega sekarang melihat kedatangan pemimpin timnya dan hal itu tentu menguntungkan bagi kubu para hunter."Jangan ada yang menjauh apalagi memisahkan diri." seru Carl mengingatkan.

Selain para vampir. Ada beberapa mahluk lain yang terbang ke arah Lucas. Mahluk itu memiliki sayap hitam dan lebar mirip kelelawar. Dan mahluk itu segera bergabung dengan para vampir untuk menyerang kelima hunter.

"Moroi, bagaimana mungkin mahluk itu tiba-tiba ada di sini?" seru Lucas membatin.

Lucas mengeluarkan sesuatu dari balik leather vest panjangnya. Sebuah tongkat besi berpindah ke dalam genggamannya. Dan siapa yang akan menyangka jika besi itu bisa berubah menjadi sebuah panah perak yang sangat mematikan. Dan busur itu adalah senjata utama seorang Lephrica ketika berburu mangsanya.

Berkali-kali Lucas melepaskan panahnya pada para Vampir dan Moroi yang bergerak kearahnya. Dalam hitungan detik saja setengah dari mahluk-mahluk itu bisa Lucas atas.

"LUCAS, DIBELAKANGMU!" Tiba-tiba Karina berteriak melihat adanya vampir yang bergerak ke arah Lucas. Sontak Lucas menoleh sambil mengangkat busurnya tapi telat karena ada orang lain yang lebih dulu melenyapkan mahluk tersebut.

Lucas meletakkan lengannya di depan wajahnya untuk menghalau supaya debu itu tidak sampai masuk ke dalam matanya. Terlihat sosok wanita bertubuh mungil berambut coklat gelap berdiri di sebuah atap gedung yang bersebrangan dengan tempat di mana Lucas dan timnya menghabisi para buruannya.

Tidak ada satu pun dari mereka berlima yang mengenal wanita itu. Dan melihat para hunter lemah. Situasi itu segera dimanfaatkan oleh beberapa vampir tersisa untuk melakukan penyerangan balasan. Salah satu dari kelima hunter itu tanpa sengaja terkena gigitan mereka.

"Aarrkkhhh....!!"

"Ketua," Kai memekik kencang melihat apa yang dialami oleh Lucas.

Tak ingin hal buruk sampai menimpa ketua timnya. Kai bertindak cepat dengan menghabisi mahluk penghisap darah tersebut. Dan sosoknya menjadi abu hanya dalam hitungan detik saja, sedangkan beberapa yang tersisa memilih untuk pergi sebelum nasibnya berakhir seperti teman-temannya.

"Omo, Lu! Sepertinya kau terkena gigitan mahluk itu!" seru Carl melihat luka di leher kanan Lucas.

"Hn, aku tau." Ucapnya datar.

Lucas terlihat baik-baik saja meskipun sudah terkena gigitan mahluk penghisap darah tersebut. Gigitan itu tidak berakibat fatal untuk seorang Dark Lephrica. Kemudian Lucas menggulirkan pandangannya pada wanita misterius itu, tapi sayangnya sosoknya tidak ada lagi di sana dan pergi entah kemana.

"Kemana perginya, wanita itu?" gumam Lucas berbisik. Tak ingin kehilangan jejak wanita itu. Lucas memutuskan untuk mencarinya. "Kalian duluan saja aku akan mencari wanita misterius itu." Ucap Lucas dan pergi begitu saja.

-

-

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!