Berkali-kali Alira tampak menghembuskan nafas. Menanti dengan rasa was-was. Berharap apa yang di khawatirkan hanyalah rasa takutnya saja. Namun setelah beberapa menit menunggu dan benda persegi panjang itu menampakkan dua garis merah.
Kakinya terasa lunglai seketika,ia terduduk di atas lantai dengan rasa sesak yang menghimpit dadanya. Tak ada kesalahan yang berbuah manis. Dan kini yang ia rasakan. Saat kata cinta membuatnya terlena, menumbuhkan benih dalam rahimnya.
'' Aku harus bagaimana ?'' lirih Alira yang menyadari ini tak akan mudah. Dirinya masih berstatus Mahasiswi di sebuah perguruan tinggi swasta di kotanya . Meski kekasihnya adalah seorang wiraswasta yang cukup sukses. Tapi membawa kabar kehamilan , akankah sang kekasih bahagia ?.
Berjibun pertanyaan mengendap dalam benak gadis berusia 22 tahun itu. Akankah sang kekasih mau mengakui janin dalam perut nya ?. Mungkinkah lelaki itu mau bertanggung jawab ?. Bagaimana kalau pada akhirnya ia tak mengakui bahwa ini buah dari perbuatan terlarang mereka ?.
Gadis berambut hitam panjang itu tergugu dalam tangis. Rasa sesal menghimpit dadanya. Ia telah terlena dalam rayuan manisnya cinta. Kini ia harus menanggung buah dari dosa yang di perbuatanya. Sesal tak akan merubah kenyataan yang ada. Mau tak mau ia harus menerima kehadiran kehidupan lain di perutnya.
Mengugurkan bukanlah opsi yang pantas ia pilih. Meski jika bertanya hati,tentu dia belum sanggup untuk menjadi seorang ibu. Namun menambah daftar dosa di hidupnya bukanlah pilihan yang patut di benarkan.
Alira bangkit dari duduknya, masuk ke dalam kamar mandi dalam kamar kost nya. Membasuh lelehan air mata yang membasahi pipinya. Dengan tekad yang ia sematkan di dada. Ia harus menemui kekasihnya.
Wanita berparas cantik itu duduk di depan meja rias. Memoles wajahnya dengan sapuan make up tipis. Sungguh tak ada yang memungkiri kecantikan wajah itu , wajah yang mampu menjerat para lelaki di sekitarnya.
Tak terkecuali Febrian, lelaki berusia 29 tahun. Seorang wiraswasta yang mengenalnya saat mereka berada dalam satu acara di kampus. Dengan Febrian sebagai tamu yang mengisi acara.
Kecantikan yang di miliki Alira membuat Febrian tak mampu memalingkan wajah. Dari perkenalan di seminar tersebut berlanjut hingga mereka menjalin hubungan asmara. Tak ada alasan Alira menolak lelaki berusia 7 tahun lebih tua darinya.
Febrian , lelaki tampan dengan sejuta pesona yang tak mungkin bisa di pungkiri. Kemapanan pun di miliki lelaki tegap yang tampak gagah dengan postur tubuh idealnya.
Sampai pada suatu hari cinta itu melemahkan hatinya. Ia terlena dalam rayuan manis yang berujung hilangnya mahkota yang telah ia jaga. Di bawah kungkungan lelaki itu ia menyecap manisnya dosa .
Malam bertemankan gelap,Alira mengendarai motornya menuju rumah sang kekasih. Rumah yang hanya di tinggali Febrian seorang. Sering ia habiskan waktu di rumah itu,memadu kasih bersama sang kekasih. Hubungan mereka telah berjalan hampir setahun. Dan selama itu mereka berhubungan layaknya suami istri. Selama ini baik-baik saja, sampai kejadian dua bulan lalu. Saat mereka yang telah terbakar hasrat,tak mampu mengendalikan diri. Benih itu tertanam di rahimnya dan kini tumbuh di sana.
Hati Alira berdebar kencang saat laju motornya semakin mendekati rumah sang kekasih. Ia takut jika yang ia dapatkan adalah penolakan. Tapi ia tidak bisa mundur. Janin di perutnya butuh status.
Sampai di halaman rumah bergaya minimalis bertingkat dua itu,Alira menghentikan laju motornya. Ia menghela nafas panjang. Kemudian dengan seluruh keberanian yang di milikinya. Ia melangkah ke arah pintu. Diketuknya pintu ,tapi tak ada jawaban. Padahal jelas sang kekasih ada di rumah. Karena mobil milik lelaki itu berada dalam garasi. Ia mencoba kembali mengetuk tak jua ada sahutan.
Alira mencoba menekan handle pintu,dan ternyata tidak terkunci. Senyap tak ada suara di dalam sana. Karena memang Febrian tinggal seorang diri. Hanya di waktu siang datang pembantu rumah tangga untuk mengurus rumah, pakaian dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
" Mas !" panggil Alira sambil melangkah semakin ke dalam. Tak ada sahutan sama sekali. Gadis itu memberanikan diri menaiki tangga hendak mencari kekasihnya ke dalam kamar. Perlahan langkahnya menaiki setiap undakan tangga.
Sampai di ujung tangga paking atas, telinganya menangkap suara yang membuat hatinya bergetar. Ia menelan ludahnya dengan susah payah. Andai suara desahaan itu keluar dari bibir kekasihnya ia bisa menyangka jika sang kekasih hanya sedang menyalurkan hasratnya seorang diri. Namun suara wanita itu, sungguh membuat hati Alira terbakar.
Alira mendekati kamar Febrian yang tak tertutup rapat. Sungguh hatinya kini hancur luluh lantak melihat pemandangan di hadapannya. Air matanya mengucur deras. Menyaksikan sang pujaan hati sedang mereguk kenikmatan di atas tubuh wanita lain.
Alira memundurkan langkahnya dengan air mata yang sudah tumpah ruah. Tanpa sengaja Alira menabrak Gucci yang di letakkan di dekat pintu.
Brakk
Suara Gucci yang terjatuh dan terbelah. Febrian yang sedang mengejar puncaknya terkaget dan melihat kearah pintu. Sekilas bayangan Alira yang berlari terlihat olehnya. Dan suara langkah kaki menuruni tangga terdengar jelas.
" Shittt " umpat Febrian yang langsung menghentikan aksinya. Membuat wanita uang terlentang di bawanya menatap kecewa. Saat puncak itu nyaris datang Febrian justru berhenti dan kini lelaki itu menyambar celana dan memakainya dengan cepat.
" Bri !" teriak sang wanita yang tak di gubris Febrian yang berlari menuruni tangga.
" Sayang !" panggil Febrian saat melihat Alira yang tengah membuka pintu. Alira tak menggubrisnya,ia terus berlari membawa hati yang terkoyak .
Apa yang kurang dari dirinya ?. Saat ia pun rela menyerahkan kehormatan yang seharusnya ia pertahankan namun lelaki itu masih mengkhianti dirinya.
" Alira berhenti !" seru Febrian yang sudah berada di ambang pintu. Namun Alira sama sekali tak menghentikan langkahnya. Ia menaiki motor matic miliknya.
Saat hendak melajukan motornya, Febrian telah sempai di dekatnya. Mencengkeram stang motor yang hendak ia jalankan.
" Sayang tunggu dulu, dengerin dulu penjelasan aku " ucap Febrian dengan wajah memohon. Alira menghapus sir matanya dan menatap tajam lelaki yang menghalangi jalannya.
" Penjelasan apa ?, mau menjelaskan kalau kamu khilaf gak sengaja atau di jebak ?'' ucap Alira dengan senyum sinis nya.
" Bukan seperti itu, aku .... '' Febrian tak memiliki kata untuk menjelaskan kesalahannya.
" Aku apa ?, tidak puas dengan satu wanita ?. Silahkan kamu lanjut kan kegilaanmu itu. Aku pergi,jangan pernah mencari ku untuk kata maaf mu. Biarkan aku pergi dengan sisa cinta yang terlanjur aku miliki " ucap Alira dengan nada tajam meski terlihat tenang.
" Tolong Lir, jangan pergi aku cuma cinta sama kamu " ucap Febrian.
" Cinta ?,cinta tidak akan berkhianat Febrian Dirgantara " ucap Alira tegas.
" Bri !" panggilan dari wanita yang baru keluar dari rumah Febrian cukup mengalihkan perhatian Febrian. Membuat cekalan pada stang motor itu sedikit mengendur. Membuat Alira memiliki kesempatan untuk tancap gas. Meski membuat Febrian terhuyung dan jatuh. Ia tidak perduli,ia hanya ingin segera pergi dari sana dengan luka yang di torehkan oleh seorang Febrian Dirgantara.
Rasa sesak yang menekan dada membuat air mata itu tumpah. Alira tak bisa membohongi hati ,bahwa ia baik-baik saja. Ia terluka, kecewa dan patah. Ia bahkan tak tahu harus bagaimana. Dalam perutnya tumbuh janin benih dari lelaki yang kini telah mengkhianati dirinya.
Ia tak mungkin meminta belas kasihan atas kehamilannya. Biarkan ini menjadi kesalahan di masa lalu. Anggap saja ini hukuman atas buaian dosa yang dinikmati. Di jalanan malam yang kian sepi. Alira menghentikan laju motornya di depan ruko-ruko yang telah tutup.
Di atas stang motor,ia tergugu pilu. Rasanya terlalu sakit,saat rasa percaya yang di milikinya di khianati dengan sia-sia. Dunianya runtuh seketika, menyisakan puing hati yang terluka. Hidup seakan tak lagi memiliki arti, namun ia tak mungkin berhenti di sini.
Alira menghela nafas panjang, menengadah menahan air mata yang terus saja tumpah.
" Ya Tuhan, inikah balasan atas dosa yang ku lakukan ?'' rintihannya terdengar pilu.
Dengan hati yang remuk,Alira menyalakan kembali mesin motornya. Melaju menyusuri jalan yang kian sepi. Bukan ke arah kost, gadis itu melaju. Malam ini ia butuh teman. Ia butuh sandaran untuk menopang raganya yang terasa letih.
Satu-satunya sahabat terdekat yang di miliki gadis bernama lengkap Alira Cahya Kamila adalah Vivian . Gadis cantik berdarah campuran Jawa Belanda. Gadis cantik berwajah bule,namun hatinya baik bak malaikat. Dia yang berasal dari keluarga kaya,tetap mau bersahabat baik dengan Alira yang notabene hanya anak orang biasa.
Laju motor Alira akhirnya sampai di depan rumah dengan bangunan megah yang tampak besar. Inilah hunian yang di tempati Vivian. Turun dari motor dengan tak bersemangat. Kakinya teras lemas.
Di tekan bel rumah,dan tak lama wanita berumur sekitar 40 tahunan membuka pintu utama.
" Malam bi " sapa Alira ramah.
" Malam non Alira " sahut asisten rumah tangga yang tampak celingukan. Mungkin merasa heran malam-malam teman majikannya itu berkunjung.
" Maaf bi, Vivian nya ada ?" tanya Alira.
" Ada non tapi sepertinya sudah tidur " jawab wanita itu seakan tak mengijinkan tamunya masuk. Alira tak kehilangan akal,ia mengambil ponsel dalam tas selempang yang di pakainya.
Ia menelepon Vivian,di dering pertama telpon langsung di angkat.
" Hallo sist, what's up ?" tanya Vivian setelah telpon tersambung.
" Belum tidur Vi ?'' tanya Alira yang masih berdiri di teras rumah itu.
" Belum,lagi maraton nonton dracin gue " sahut Vivian sembari terkekeh.
" Aku masuk ya ?" tambah Alira yang membuat Vivian tersentak kaget.
" Hah ?, maksudnya ?. Lo di depan rumah gue?" cecar Vivian yang langsung bangkit dari tempat tidur.
" Iya gue di depan pintu." sahut Alira,dan tuuut sambungan telepon terputus. Suara serap langkah terdengar menuruni tangga.
" Lho udah ada bibi, Kenapa gak di suruh masuk di Bi ?" tanya Vivian sedikit kesal.
" Maaf non. Ibu melarang tamu di atas jam 9 " ucap bibi. Vivian menghela nafas .
" Masuk Lir, sorry ya ketahan di luar " ujar Vivian yang malam itu tampil natural dengan kaos oblong dengan hot pant seksi yang memperlihatkan kaki jenjangnya yang mulus tanpa cacat.
" Sorry Vi, jadi ganggu malem-malem " ucap Alira yang kini melangkah di samping Vivian menaiki tangga hendak menuju kamarnya di lantai dua.
" Santai kayak sama siapa aja lo ." ucap Vivian yang kini telah berada di depan kamarnya. Vivian masuk diikuti Alira di belakangnya. Sudah sering Alira masuk kamar luas dengan segala perabot mahal itu.
Sampai di dalam kamar Alira duduk di sofa . Termenung dengan kepala tertunduk. Vivian tampak mengernyit, melihat Alira yang tampak berantakan. Vivian mendekati Alira dan mengusap pelan bahu sahabatnya.
Belum ada satu pun kata terucap dari bibir Vivian, Alira sudah menangis lagi. Vivian merengkuh tubuh Alira di bawanya dalam dekapan. Alira semakin terisak dalam pelukan sang sahabat. Vivian masih diam,ia tampak membelai lembut rambut Alira. Menunggu gadis itu tenang dalam peluknya.
Cukup lama ,Alira menangis dalam dekapan Vivian. Setelah mampu menenangkan diri. Ia melepaskan pelukan. Menghapus sisa air matanya. Mencoba menata hati yang terasa remuk .
" Ada apa ?" tanya Vivian pelan seraya menyingkirkan rambut Alira yang menutupi wajah cantik itu.
" Febrian Vi, dia selingkuh " ucap Alira tercekat. Berusaha menahan tangis yang hendak kembali tumpah. Vivian tampak kaget dengan ucapan Alira. Bagaimana tidak ?, selama ini yang ia tahu , betapa lelaki itu begitu memuja wanitanya.
" Siapa yang bilang ke kamu ?, sudah kamu selidiki ?" tanya Vivian mencoba menenangkan hati Alira. Alira terlihat menggelengkan kepalanya.
" Aku lihat sendiri Vi, dia lagi tidur sama wanita lain ". tutur Alira yang sukses membuat Vivian ternganga.
" Gila, kurang ajar banget dia. Kurang lo apa Lir ?,lo cantik ,baik masih aja dia selingkuhin lo . Gak ngotak banget tuh cowok " sumpah serapah keluar dari bibir gadis cantik itu . Vivian memegang bahu sang sahabat, membuat mereka duduk saling berhadapan.
" Lo dengerin gue,lo itu gak layak di sakiti. Gue yakin dia pasti bakal nyesel udah khianati lo. Lo harus lupain dia, banyak cowok baik yang layak buat lo Lir " ucap Vivian memberikan semangat pada sang sahabat. Namun Alira hanya bisa tertunduk dan menggelengkan kepala.
" Andai bisa semudah itu Vi ". sambung Alira dengan air mata yang kembali membasahi pipi Alira.
" Oke,emang gak mudah untuk langsung move on tapi lo pasti bisa " lanjut Vivian. Alira kembali tergugu. Membuat Vivian kembali merengkuh tubuh sahabatnya.
" Aku hamil Vi " ungkap Alira lirih, Vivian memastikan pendengarannya. Ia menarik diri melepas pelukan.
" Maksudnya ?"
" Aku hamil anak Febrian " sahut Alira dengan tersengal. Dadanya terasa sesak,ini memang aib dirinya. Namun ia butuh teman bercerita. Ia ingin mengutarakan segala kesah yang menggelayut di dadanya.
" Brian tahu ?" Alira menggeleng pelan. Vivian menghela nafas.
" Dia harus bertanggung jawab Lir, kamu harus kasih tau dia " tutur Vivian.
" Bagaimana dengan aku Vi ?, bagaimana bisa aku hidup dengan lelaki yang sudah mengkhianti aku " Alira tak mungkin rasanya bisa menerima satu hal tersebut. Rasa sakit di hatinya membuat gadis itu yakin akan membesarkan anak nya seorang diri.
" Terus nanti anak kamu gimana ? " tanya Vivian.
Alira menggeleng,ia sendiri tak tahu harus bagaimana ?. Namun meminta tanggung jawab pada Febrian sungguh saat ini bukan opsi yang tepat. Bagaimana mungkin ia harus melalui hari-harinya, melihat orang yang di cintai namun juga orang yang sangat ia benci.
Vivian mengerti , apa yang terjadi pada sahabatnya tentu membuat luka yang tak mudah untuk di sembuhkan. Tapi memikirkan sang sahabat hamil dan melalui sendirian. Rasanya ia tak akan sanggup.
Suara ketukan pintu di kamar kost Alira tak kunjung berhenti. Padahal malam kian larut, namun Febrian tampak masih berusaha memanggil Alira agar keluar kamar. Sampai pintu sebelah kamar Akira terbuka dan muncul seorang wanita dengan wajah kesalnya.
'' Eh lo mikir gak sih ini udah malem, kalo Alira gak keluar intinya dia gak mau ketemu lo atau dia gak di dalam '' bentak sang wanita dan tanpa menunggu respon Febrian di tutupnya pintu dengan keras.
Febrian tampak termangu sejenak. Kemudian langkah panjangnya membawanya ke tempat parkir di Mana biasa Alira memarkirkan motornya. Matanya berkeliling mencari motor matic milik Alira namun tak juga di temukan.
'' Shitttt ,kamu kemana Ra ''ucapnya saat menyadari kekasihnya tak pulang ke kost.
Kekasihnya ?, Febrian merasa bahwa Alira masih tetap menjadi kekasihnya. Ia tak mau kehilangan wanita cantik itu. Segila itu lelaki yang telah tega mendua namun tetap ingin memiliki yang ia rasa terbaik di hidupnya.
Febrian masuk kedalam mobil miliknya. Memijat pangkal hidungnya yang terasa berdenyut.
Febrian kembali mengambil ponsel,mencoba entah yang ke berapa puluh kalinya untuk menelpon . Masih sama ponsel kekasihnya tetap di non aktifkan. Putus asa sendiri, ia menelungkupkan kepala di atas stir mobil. Membentur kan perlahan kepalanya. Rasa bersalah menguasai seluruh rongga di dadanya.
Rasa cinta itu tak pernah sedikitpun pudar dari hatinya untuk Alira. Namun godaan akan nafsu mengalahkan akal sehatnya. Bermain gila di belakang sang kekasih memang bukan kali ini saja. Semenjak mengenal Anya sebulan yang lalu. Ia menjalin hubungan dengan wanita yang menjadi partner bisnisnya. Bukan karena cinta, sekedar rasa untuk melepas hasratnya.
Katakanlah di lelaki berengseek yang ternyata tak puas dengan satu wanita. Saat sang kekasih rela menyerahkan diri dalam kungkungan nafsu nya ia masih mencari wanita lain. Namun tak ada hal buruk yang berakhir dengan baik. Begitu pula dengan petualangan nya. Pada akhirnya wanita yang sungguh memiliki hatinya pergi karena kecurangan yang ia lakukan pada hati lembut wanita itu.
Tanpa sadar, Febrian tertidur dalam mobilnya. Membawa semua sesak dan sesal di hatinya. Ia tak ingin kehilangan wanitanya dan cintanya . Ia harus mempertahankan apa yang telah di milikinya. Ia hanya ingin egois, meski telah menorehkan luka pada wanita yang tulus memberinya cinta.
Lamat-lamat suara orang terdengar. Febrian yang tertidur dimobil mengerjapkan mata. Ternyata hari sudah terang,suara yang terdengar adalah anak-anak kost yang mulai beraktivitas dengan paginya. Sigap Febrian turun dari mobil, mengusap wajah bangun tidurnya dengan telapak tangan.
" Maaf pak " ucap Febrian pada lelaki berpakaian satpam yang melintas di dekatnya.
" Ya kenapa mas ? " tanya pak satpam yang sepertinya baru saja mencari sarapan.
" Alira sudah kembali belum ya pak ?" tanya Febrian penuh harap.
" Belum mas, belum lihat neng Alira . Dari semalam mas nunggu di sini ?" lanjut pak satpam. Febrian mengangguk,ia memang memarkirkan mobil tidak di depan kost, sehingga satpam tidak menyadari keberadaannya.
" Nah itu Mas " tunjuk pak Satpam pada seseorang yang menaiki motor matic dan melintas di dekatnya. Febrian sedikit memicingkan mata. Motor itu benar milik sang kekasih. Namun postur tubuh yang mengendarai bukanlah kekasihnya.
" Permisi pak, saya tinggal dulu " pamit Febrian seraya berlari ke arah kost. Benar saja, motor itu milik sang kekasih, namun yang turun bukanlah Alira.
" Heh tunggu !" seru Febrian pada wanita yang baru turun dari motor. Ternyata Vivian yang turun dari motor. Vivian menatap sinis lelaki yang ia tahu adalah mantan sang sahabat. Vivian tak menggubrisnya,ia berlalu cepat meninggalkan Febrian. Febrian mengejar Vivian dan menarik pergelangan tangan wanita itu.
" Tunggu,Alira dimana ?" tanya Febrian , Vivian berdecih kesal seraya menghempaskan tangan Febrian.
" Kalau pun gue tau, gak bakalan gue kasih tau lo " ucap Vivian sambil berlalu meninggalkan Febrian. Febrian membiarkan wanita itu berlalu. Ia akan menunggu Vivian pergi dari kost an dan mengikutinya. Dari cara wanita itu berbicara ia yakin wanita itu tahu keberadaan Alira.
Vivian memasukkan pakaian milik Alira dalam sebuah tas. Untuk sementara hanya pakaian yang ia bawa. Untuk perabot yang lain biar nanti menyusul. Vivian mengintip keluar tak lagi di lihatnya Febrian. Ia berjalan ke arah pis satpam.
" Pak,maaf untuk sementara waktu Alira ada urusan di rumah saya. Saya titip motor Alira ya pak. " ucap Vivian.
" Baik non " sahut pak satpam yang sudah cukup mengenal wanita itu karena sering datang ke kost Alira.
Ternyata Vivian sudah memperkirakan tentang kedatangan Febrian. Maka tadi saat Alira hendak ke kosan ia mengusulkan ide untuk mengelabuhi lelaki tersebut.
Dengan memakai topi yang sudah di siapkan Vivian pergi dari kost an dengan menggunakan mobil,yang di kemudikan sopir pribadi keluarganya.
''Makan tuh angin,emang enak nunggu. Hahaha.... " tawa Vivian melihat Febrian yang tampak masih menunggu tak jauh dari kost.
Hampir sejam Febrian menunggu namun tak ada tanda-tanda wanita yang tadi fi lihatnya lewat. Akhirnya dia kembali menyambangi tempat kost Alira. Matanya tertuju pada motor matic Alira dan masih terdapat di sana. Langkah panjangnya memasuki area kost.
'' Lho, mas nya masih di sini ?'' tanya pak satpam yang melihat kehadiran Febrian.
'' Iya pak lagi nunggu temennya Alira. '' sahut Febrian.
'' Lho temannya neng Alira kan sudah pergi sejak tadi mas '' sambung pak satpam.
'' Lha itu motor nya masih ada pak " Febrian menunjuk motor Alira yang masih terparkir dengan rapi di sana.
''Oh itu sengaja di tinggal mas, tadi mbak yang bawa motor itu naik mobil perginya " sahut Pak Satpam yang membuat Febrian terperangah.
'' Shittt'' umpat nya seraya mengguyar rambut dengan dua tangannya.
'' Makasih Pak, saya pamit dulu '' pungkas Febrian. Pak satpam mengangguk seraya menatap Febrian dengan tatapan iba,saat punggung lebar itu semakin menjauh. Dan hilang di balik pagar kost.
Febrian memasuki mobilnya dan menghidupkan mesin. Harapan bertemu Alira hari ini gagal sudah. Ia tak tahu harus mencari wanita itu kemana. Hari ini pun wanita itu tak ada jadwal. Febrian yang sering mengantar jemput sang kekasih cukup hafal jadwal kuliah Alira.
Untuk teman, satu-satunya yang pernah di kenalkan hanya Vivian saja. Dan ia tak tahu dimana tempat tinggal wanita itu.
'' Ra,kamu dimana ?'' erang Febrian frustasi. Lelaki itu hanya bisa memukul stir mobil.
Rasa lelah karena tertidur di mobil semalam dan rasa lapar karena belum sarapan seperti tak di rasa lelaki itu. Menemukan Alira menjadi tujuannya. Namun kemana ?. Ia benar-benar tak memiliki petunjuk.
'' Gue emang goblo*k Arrgh '' teriaknya sambil mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!