"Aduh aku kesiangan " teriak Sahara sambil melihat kearah jam dinding yang menempel di kamar nya.
Sahara pun berlari pergi ke kamar mandi yang letak nya dibelakang tepat nya dekat dapur.
"Ibu kenapa ngga bangunin Ara? Tanya Sahara ketika melihat ibu nya yang lagi menyiapkan sarapan.
"Lo nak ibu kira kamu sudah siap? Kan biasa nya juga bangun sendiri" jawab bu Malika.
"Aku malam pulang nya larut bu? ya udah aku mandi dulu bu" jawab Ara lalu masuk ke kamar mandi.
"Kasihan kamu nak, kamu jadi harus bekerja siang malam untuk mencukupi kebutuhan kita, maafkan ibu yang ngga bisa bantu kamu" gumam bu Malika sambil menyiapkan bekal makan buat Sahara.
Sahara yang tinggal cuma berdua sama ibu nya, harus banting tulang siang malam bekerja untuk mencukupi segala kebutuhan dan untuk biaya berobat sang ibu.
Siang dia bekerja sebagai office girl di salah satu perusahaan ternama dan malam nya dia harus bernyanyi di sebuah cafe.
Sahara merasa anak yang harus bertanggung jawab dan menggantikan sosok ayah nya yang telah lama meninggalkan ia dan ibu nya.
Ayah nya meninggal karena sakit disaat dia kuliah semester akhir, untung ayah nya meninggalkan uang yang lumayan banyak untuk membayar kuliah nya sampai wisuda.
Setelah di tinggalkan ayah nya ibu Ara pun sering sakit-sakit tan dan sering keluar masuk rumah sakit.
Ibu nya di vonis sakit jantung oleh dokter, dan butuh pengobatan ektra untuk mencegah komplikasi.
Ara pun sudah siap dengan pakaian kerja nya dan tas selempang yang selalu menemani nya setiap hari.
"Ara berangkat ya bu? kata Ara lalu mencium tangan kanan ibu nya.
"Sarapan dulu nak? Dan ini bekal mu jangan sampai ketinggalan" kata Bu Malika.
"Nanti aja bu ini udah kesiangan, belum kalau di jalan macet" jawab Ara.
"Ya udah Ara berangkat ya bu? Assalamualaikum? Kata Ara lalu pergi meninggalkan ibu nya.
"Wa"alaikum salam, hati-hati ya nak? Jawab bu Malika sambil menatap kepergian Ara sampai dia menghilang.
"Semoga kamu sehat selalu dan mendapatkan suami yang bertanggung jawab dan menyayangi kamu nak? Gumam bu Malika lalu menutup pintu.
*
*
*
Di kediaman Hardian setiap pagi selalu heboh dengan kelakuan Zila, Anggar sang ayah pun tidak bisa berbuat apa-apa kalau sudah berurusan sama Zila anak kesayangan nya.
"Papah rambutku mau di kuncir, bukan di geray lagi seperti kemarin" Teriak Zila.
"Zila papah ngga bisa sayang, coba kamu minta tolong sama nenek sana? Jawab Anggar sambil memakai dasi.
"Makanya papah punya istri lagi biar ada yang ngurus Zila sama papah" jawab Zila dengan bibir nya mulai cemberut.
"Nyari ibu buat kamu itu ngga gampang sayang? Lagian papah masih belum bisa melupakan almarhumah bunda mu" jawab Anggar sambil duduk di samping Zila.
"Papah ngga harus melupakan bunda, bunda tetap no satu dihati kita, tapi Zila butuh sosok mamah pah? Zila sedih lihat teman-teman Zila pergi bareng mamah dan papah nya" Kata Zila sambil menitik kan air mata nya.
"Zila juga kepengen kalau pagi-pagi ada yang iketin rambut Zila, nyuapin Zila, ada yang meluk Zila disaat Zila mau tidur? Kata Zila dengan pipi cubby nya sudah basah dengan air mata.
"Zila ngga usah sedih kan masih banyak yang sayang sama Zila, nenek kan masih bisa ngikat rambut Zila, papah kan suka meluk Zila kalau papah sudah pulang dari kantor" jawab Anggar sambil mengusap air mata yang jatuh di pipi Zila.
Zila hanya diam dan menunduk, selalu saja gitu pikir Zila.
Usia Zila memang baru 5 thn, tapi dia sudah pintar dan sedikit agak dewasa dari umur nya.
Semenjak Anya meninggal Anggar memilih tinggal di Jakarta bersama kedua orang tua nya, Rumah yang di Bandung tidak dijual, karena menurut Anggar rumah itu adalah rumah kenangan nya bersama almarhumah istri nya.
Sebulan sekali kadang Anggar membawa Zila ke Bandung hanya untuk mengenang hidup bersama istri nya.
Rumah di Bandung di isi sama keluarga bi Yani yang menjadi Art di rumah keluarga Hardian. Jadi rumah nya ada yang bersihin dan mengurus nya.
Dia Risent dari kerjaan lama nya dan sekarang ikut ngurusin perusahaan papah nya, Anggar diangkat sebagai CEO di perusahaan papah nya.
Tidak lupa setiap dua minggu sekali Anggar membawa Zila ke rumah Pak Baskoro, bagaimana pun mereka adalah kakek dan nenek nya Zila juga.
Setiap seminggu atau dua minggu sekali juga Anggar selalu ngajak Zila untuk berziarah ke makam Anya.
Zila pun berlari ke ruang makan, di sana sudah nampak kakek dan nenek nya yang sedang menunggu mereka berdua.
"Kenapa cucu opah pagi-pagi sudah kelihatan sedih? Tanya kakek Zila yang di panggil opah sama Zila.
"Zila sebel sama papah, masa Zila minta di kuncir rambut saja papah ngga bisa" kata Zila sambil mengerucutkan bibir nya.
"Ya udah sini sama omah saja di kuncir nya" jawab Bu Carlota sambil mendekat ke arah Zila.
"Sudah jangan sedih lagi, kalau sedih begini cantik Zila jadi hilang, bener kan opah? Kata Bu Carlota sedikit menghibur Zila.
"Iya nanti kalau cantik nya hilang susah lagi lo nyari nya? Bahkan kalau lapor pak Rt atau lapor Polisi pun mereka ngga akan menemukan nya" jawab Pak Hardian sambil tersenyum.
Zila pun tertawa mendengar omongan Pak Hardian yang membawa-bawa pak Rt dan polisi.
"Is opah ini masa cantik bisa hilang terus masa harus lapor sama pak Rt juga, opah lucu juga ya omah" kata Zila sambil tertawa, pak Hardian dan Bu Carlota pun ikut tertawa dengan ocehan Zila.
"Wah Zila jahat ya sama papah, masa papah ngga diajak tertawa, sedangkan opah sama omah diajak" kata Anggar yang baru datang ke ruang makan.
"Zila masih marah sama papah, Zila ngga mau deket-deket sama papah, papah ngga sayang sama Zila" Zila pun merajuk karena perdebatan di kamar tentang mamah baru yang di minta Zila.
"Zila kenapa marah sama papah nak? Tanya bu Carlota sambil mengusap pucuk kepala Zila.
"Zila marah karena papah ngga mau nyariin mamah buat Zila, Zila juga pengen punya mamah omah? Jawab Zila yang sudah berkaca-kaca.
"Ko marah sama papah, ayo lah Zila sayang jangan marah ya, nanti papah ajak main ke taman gimana? Anggar pun berusaha membujuk Zila.
"Kalau papah mau Zila ngga marah, ajak Zila ke kantor nya papah" Kata Zila.
...................................................
Oke Bestie ini kelanjutan nya novel yang berjudul Selamat Jalan Anya ya?
Jadi yang belum baca Selamat Jalan Anya ayo baca kisah Anya dulu setelah itu baru kesini"
"Kalau papah ngga mau Zila marah, papah harus bawa Zila ke kantor" kata Zila sambil me nyilangkan ke dua tangan di dada nya.
"Tapi kan Zila harus sekolah sayang? Kata Anggar sambil mengusap kepala anak kesayangan nya.
"Pokok nya Zila mau ikut ke kantor sama papah, Zila ngga mau sekolah sebelum ada mamah baru" jawab Zila yang masih mengerucutkan bibir nya.
"Pikirkan baik-baik keinginan anak mu nak? Bukalah hati mu untuk wanita lain" kata bu Carlota.
"Aku belum bisa bu, Anya masih ada di hatiku dan tak akan pernah tergantikan oleh siapa pun" jawab Anggar.
"Mamah mengerti dengan perasaan kamu, tapi kamu membuka hati buat wanita lain bukan berarti kamu harus melupakan Anya" jawab bu Carlota.
"Sudah lah mah, jangan di bahas lagi, baik kalau Zila mau ikut papah ke kantor tapi di kantor jangan buat ulah, oke" jawab Anggar dan membuat Zila menyunggingkan sebuah senyuman nya.
"Asyik akhirnya Zila akan tahu kantor nya papah, omah, Zila ikut sama papah ke kantor ya? Teriak Zila kegirangan.
Anggar memang sudah terkenal dengan status nya di kantor tapi tidak dengan Zila anak nya, karena Zila ngga pernah di publis dimana pun, bukan maksud Anggar menyembunyikan Zila, tapi Anggar takut Zila dimanfaatkan sama rekan kerja atau perempuan yang berambisi terhadap dirinya.
"Ya udah kalau begitu Zila sarapan nya udah selesai belum? Kalau udah ayo kita berangkat" Ajak Anggar pada Zila.
"Pah, mau berangkat bareng apa gimana? Tanya Anggar kepada pak Hardian.
"Papah mau ke kantor cabang dulu ada yang harus di kerjakan" jawab pak Hardian.
"Ya udah kalau gitu Anggar jalan duluan" kata Anggar sambil mencium tangan pak Hardian dan bu Carlota di susul oleh Zila.
"Opah, Omah Zila pergi dulu ya? Do\*a in Zila mendapatkan mamah baru" bisik Zila kepada kakek dan nenek nya.
Bu Carlota pun mengangguk sambil tersenyum, "Hati-hati ya nak, kalau bisa cari mamah nya yang pintar dan berani" jawab bu Carlota dengan pelan'
"Siap omah, pokok nya serahkan semua nya pada Zila" kata Zila sambil mengangkat kedua jempol nya.
"Zila sayang cepetan, nanti papah kesiangan" teriak Anggar dari depan.
Zila pun berlari menemui papah nya yang sudah duduk di belakang kemudi nya. " Iya pah Zila datang" teriak Zila sambil masuk kedalam mobil dan duduk di samping Anggar.
Disepanjang jalan Zila melihat kearah depan, hingga di lampu merah Zila pun melihat seorang anak bersama ibu nya me nyeberangi jalan.
Melihat kebersamaan ibu dan anak itu Zila sedih kembali, Zila terus menatap anak dan ibu itu berjalan di trotoar sambil bercanda.
"Andai bunda masih ada, pasti aku pun seperti anak itu, Bunda maafkan Zila yang menginginkan seorang ibu, bukan maksud Zila mau menggeser bunda di hati Zila, Bunda tetap no satu buat Zila dan Papah, tapi saat ini Zila membutuhkan seorang ibu yang bisa nguncir rambut Zila setiap pagi nya, bisa nemenin Zila bermain dan bisa meluk Zila dikala Zila mau tidur" gumam Zila dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Kenapa nak? Zila mau pulang lagi? Atau Zila mau ice cream? Tenang nanti pas makan siang papah belikan" Tanya Anggar, padahal Anggar tahu kalau Zila lagi bersedih karena melihat anak tadi berjalan dan bercanda bersama ibu nya.
"Ngga ada apa-apa ko pah, Zila cuma lagi kangen aja sama bunda" jawab Zila sambil mengusap air mata nya.
Anggar bukan ngga kasihan sama Zila, tapi Anggar emang belum bisa melupakan Anya, bagi Anggar sangat sulit untuk membuka hati nya untuk wanita lain.
Nanti kita ke makam bunda ya? Asal Zila nya jangan sedih lagi, kalau sedih bunda juga nanti ikut sedih di Syurga" jawab Anggar yang ngga tega kalau melihat anak kesayangan nya sedih.
"Iya papah, Zila sudah ngga sedih lagi ko, nanti kalau ke rumah bunda kita beli bunga lagi ya pah? Tanya Zila yang sudah mulai ceria lagi.
"Iya sayang, kita beli bunga yang masih segar dan wangi biar bunda nya juga senang, apalagi yang membawa bunga nya anak kesayangan bunda ma papah" jawab Anggar sambil mengusap kepala Zila.
"Stop papah, jangan acak-acak rambut Zila yang sudah rapih gini" protes Zila, Anggar pun hanya tersenyum dibuat nya.
"Kita sampai, ayo nak kita turun" ajak Anggar sambil membuka kan safety bell nya Zila.
"Ini kantor papah sama opah? tanya Zila sambil melihat ke gedung yang tinggi dan luas tersebut.
"Iya sayang? ya udah ayo masuk" jawab Anggar lalu berjalan masuk sambil meg genggam tangan Zila.
"Pah Zila mau main disini dulu ya? Mau keliling-keliling sebentar, nanti kalau udah bosan Zila ke ruangan nya papah" kata Zila.
"No, Zila kantor ini luas, dan ruangan papah ada di paling atas, nanti kalau Zila ngga bisa nemuin ruangan papah gimana? Tanya Anggar yang meragukan kepintaran Zila.
"Papah tenang saja, kalau Zila mau ke ruangan papah, Zila minta tolong pak satpam aja untuk nganterin Zila" jawab Zila sambil tersenyum.
"Kamu memang seperti bunda mu sayang, pintar, cantik, supel, dan berani, ya udah kalau gitu papah ke ruangan papah dulu, nanti kalau Zila mau nyari papah, cari di lantai 25, oke" kata Anggar sambil mengangkat jempol nya.
"Oke papah ganteng" jawab Zila sambil mengangkat ke dua jempol nya ke atas.
Sahara pun seperti biasa dia berangkat naik ojek online, selain cepat bisa diandalkan di kala macet.
Sahara pun sampai di perusahaan tempat nya bekerja, setelah turun dari ojek Ara langsung masuk setengah berlari karena waktu sudah mepet.
"Masih bisa please" gumam Sahara sambil berlari, begitu jari jempol nya nempel di mesin absensi fringerfrint waktu nya juga habis dan bertepatan dengan itu ada seorang anak perempuan yang memegang kaki Ara.
"Mamah" panggil Zila yang masih ne,plok di kaki nya Ara, Ara diam membeku karena kaki nya berat untuk melangkah.
"Bagus kamu, sudah datang terlambat kerja pake bawa anak segala lagi" teriak Hani yang menjabat sebagai kepala office gilr di perusahaan itu.
Hani orang nya memang tegas dan di siplin dia juga ngga segan-segan untuk memberikan hukuman bagi yang terlambat datang.
"Maaf bu, tapi anak ini bukan anak saya" jawab Ara sambil menatap ke arah zila.
"Mamah ini Zila" lagi-lagi Zila memanggil Ara dengan panggilan mamah, itu membuat Ara shock apalagi di depan dia ada bu Hani yang sedang menatap nya curiga.
"Kamu itu keterlaluan ya, masa anak sendiri ngga di akui nya, sana urus dulu anak mu, nanti kamu menghadap saya" kata Hani lalu beranjak meninggalkan Ara dan ZIla.
"Sayang saya ini bukan ibu kamu nak? Kamu sama siapa kesini? Tanya Ara dengan lembut
"Tapi boleh kan Zila panggil tante dengan panggilan mamah? Zila pengen punya mamah" kata Zila dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Sahara yang memang suka dengan anak kecil pun merasa iba melihat Zila apalagi Zila kelihatan sedih.
"Ya udah kita duduk dulu di sana yu? Nanti tante cari mamah nya Zila" Ara pun mengajak Zila untuk duduk.
Sekarang cerita kan sama tante, Zila kesini sama siapa? Tanya Ara yang kini sudah duduk berhadapan dengan Zila.
"Zila kesini sama papah mah, dan Zila sedang mecari mamah" jawab Zila ang sedikit membuat Ara bingung.
"Maksud Zila mamah nya pergi dan ninggalin Zila bersama papah di sini? Tanya Ara kembali.
"Bunda Zila sudah ada di syurga mah? Dan sekarang Zila lagi mencari mamah buat Zila dan papah" jawab Zila dengan muka yang lucu.
"Deg,," hati Ara teriris mendengar nya, dia pun pernah merasakan di tinggal ayah nya, Ara saja yang di tinggalkan ayah nya sudah besar betapa sedih nya hati Ara apalagi Zila seorang anak yang harus nya masih berada dalam pangkuan dan dekapan seorang ibu, tapi harus rela ditinggalkan ibu nya, karena taqdir yang memisahkan mereka.
"Zila jangan sedih, tante mau ko di panggil mamah sama Zila" jawab Ara sambil menghapus air mata Zila dengan lembut.
"Beneran mah? Ara pun mengangguk, "Asyikkk,,, sekarang Zila sudah punya mamah" teriak Zila sambil melompat-lompat.
"Zila sayang jangan lompat-lompat nanti jatuh" teriak Ara khawatir.
Entah kenapa hati Ara merasa senang di panggil dengan sebutan mamah sama anak kecil yang baru saja di temui nya.
Begitu pun Zila, entah kenapa Zila merasa kalau Ara yang baru ia temui nya itu adalah wanita baik dan penyayang, padahal Zila sering bertemu wanita dewasa lain nya di kala ikut arisan sama omah nya, mereka pada bawa anak gadis mereka agar di jadikan menantu, tapi Zila ngga ada yang suka satu orang pun.
Tapi sama Ara, baru juga bertemu Zila sudah langsung memanggil nya dengan sebutan mamah.
Ara tersenyum melihat Zila yang bahagia hanya karena dirinya memperbolehkan memanggil nya dengan panggilan mamah Zila bahagia nya luar biasa.
"Begitu besar nya harapan kamu pengen mempunyai seorang ibu nak? Gumam batin Ara sambil meneteskan air mata nya.
"Ya sudah Zila sama papah dulu, nanti papah nya nyariin, mamah juga mau kerja dulu, nanti mamah dimarahin sama ibu yang tadi kalau mamah tidak bekerja" kata Ara sambil menghapus air mata nya.
Sebenar nya Zila berat hati harus berpisah dengan Ara tapi mau gimana lagi, kalau tante yang baru jadi mamah nya ini di marahin Zila juga sedih, Setelah berpikir Zila pun akhir nya mengangguk.
"Tapi nanti boleh kan ketemu lagi mah? Tanya Zila.
"Boleh sayang, atau nanti pas hari minggu kita main di taman deket mall gimana? Mau ngga? Ajak Ara.
"Mau mah mau, Zila suka berharap suatu saat jalan-jalan sama papah dan mamah" kata Zila sambil menunduk.
"Ya udah Zila ngga usah sedih lagi, nanti kita jalan-jalan ya? Sekarang senyum dong? Jawab Ara sambil mengelus pipi lembut Zila. Zila pun mengangguk dan tersenyum.
"Ra di panggil bu Hani di ruangan nya" kata Sinta teman kerja Ara.
"Oke Sin, thanks ya? Zila sayang mamah kerja dulu ya? Zila hati-hati, jangan main keluar ya? Zila temuin papah, sana nanti papah nya pusing nyari Zila" kata Ara lalu berdiri.
"Oke mamah Zila yang cantik, semangat kerja nya ya mah? Kata Zila sambil mengangkat sebelah tangan nya.
Ara pun tersenyum melihat kelakuan Zila lalu pergi ke ruangan bu Hani meninggalkan Zila.
"Jangan kan punya suami dan anak pasangan aja belum punya, eh tahu-tahu di panggil mamah" gumam bathin Ara sambil tersenyum.
*
*
*
"Zila kamu dimana ko belum kesini" gumam Anggar dan langsung menghubungi security yang bertugas.
"Pak tolong carikan anak saya di lantai bawah, kalau ketemu tolong langsung bawa ke ruangan saya" kata Anggar.
"Baik pak saya akan mencari nya" jawab pak satpam lalu menutup panggilan dari Anggar. Pak satpam ini tahu sama Zila karena tadi pas Anggar masuk kaca mobil nya di buka dan terlihat Zila yang tersenyum kepadanya.
Tidak perlu mencari karena Zila sedang menuju pos satpam mau minta tolong diantarin ke ruangan papah nya.
"Non di cari papah nya, ayo ikut bapak biar bapak anterin ke ruang papah nya non" kata pak satpam yang bernama Handi.
Zila pun mengangguk dan memegang tangan nya pak Handi.
"Non dari mana tadi sampai papah nya mencari non? Tanya pak Handi sambil masuk ke dalam lift.
"Zila tadi habis cari mamah, dan pak satpam tahu ngga? Tanya Zila dengan mimik lucu nya.
"Ngga, kan non belum cerita" jawab pak Handi sambil tersenyum.
"Is pak satpam ini, kan Zila belum cerita makanya dengerin dulu pak satpam? Kata Zila yang kesal dengan pak Handi.
Pak Handi pun bukan marah tapi malah tertawa mendengar perkataan Zila barusan, menurut pak Handi Zila ini lucu sekali "Iya,,,iya bapak dengerin, kenapa,,,kenapa? Tanya Pak Handi yang menahan ketawa nya.
"Tadi Zila ketemu sama mamah, Zila sudah menemukan mamah, dia cantik lo pak satpam" jawab Zila dan membuat Pak Handi terdiam sesaat.
"Apa hantu bu Anya ada di sini ya? Masa non Zila barusan bilang kalau dia ketemu sama mamah nya, ihh,,,, " gumam bathin pak Handi sambil bergidik.
"Bapak kenapa diam? tanya Zila sambil melihat keatas ke arah muka pak Handi.
"Ngga,,ngga apa-apa, yuk itu ruangan papah nya non" kata Pak Handi.
"Anak siapa itu pak Handi? Tanya Ranti sekertaris nya Anggar.
"Anak nya pak Anggar bu, dia mau ke ruangan papah nya" jawab pak Satpam sambil terus berjalan.
"Tunggu pak Handi, biar saya saja yang antar masuk" teriak Ranti.
"Akan ku dekati anak nya dulu baru papah nya" gumam bathin Ranti sambil meraih tangan Zila.
"Ayo nak sama tante ke ruangan papah nya" ajak Ranti dengan suara yang di lembut-lembutin.
"Is tante ini kayak nya ada maksud lain, makanya mau nganterin aku" gumam batin Zila sambil memandang kearah Ranti.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!